Pages

Thursday, June 15, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi: Hubungan antara forgiveness dengan anxiety anak dalam menghadapi dampak perceraian orangtua di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang

Abstract

INDONESIA:
Beberapa kasus perceraian hampir dipastikan dapat berpengaruh terhadap psikologis anak, apalagi anak yang sedang melalui masa perkembangan remaja, karena masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Dimana anak akan mencari jati diri mereka yang sesungguhnya. Dan karena perceraian tersebut, akan timbul masalah pada anak yang berbeda-beda baik dari segi kadar maupun konflik psikis yang dialaminya. Salah satunya adalah kondisi psikis berupa kecemasan, kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, dan ketakutan dalam tingkat yang berbeda-beda. Untuk meminimalisir kondisi tersebut maka salah satu bentuk coping positif yang dilakukan adalah dengan menumbuhkan sikap forgiveness. Forgiveness adalah suatu proses perubahan emosi dan sikap dari negatif menjadi positif.
Mengacu pada problematika diatas, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat forgiveness anak dalam menghadapi perceraian orangtua di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang, bagaimana tingkat anxiety anak dalam menghadapi perceraian orangtua di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang dan bagaimana hubungan antara forgiveness dengan anxiety anak dalam menghadapi dampak perceraian orangtua di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang.
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Dengan teknik populative sampling maka dalam penelitian ini mengambil keseluruhan subjek anak korban perceraian di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Metode pengambilan data menggunakan skala, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dan untuk analisis datanya menggunakan analisis korelasi product moment, dan untuk validitas dan reliabilitasnya menggunakan alpha cronbach dan diolah dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tingkat forgiveness anak korban perceraian di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang berada pada kategori tinggi yakni 79.2%, dan kategori sedang berjumlah 20.8%, dan kategori rendah 0%. Sedangkan pada tingkat anxiety yang berada pada kategori tinggi yakni 62.5%, sedangkan kategori sedang 25.0% dan yang kategori rendah 12.5%. Hasil perhitungan korelasi dengan menggunakan product moment yakni rxy = – 0.206 dengan nilai signifikansi p = 0.334. Jadi dalam penelitian ini terdapat korelasi antara forgiveness dengan anxiety anak dalam menghadapi perceraian orangtua. Karena semakin tinggi forgivenessnya maka semakin rendah anxiety anak korban perceraian, begitu pula sebaiknya, semakin rendah forgiveness maka akan semakin tinggi anxiety pada diri siswa tersebut.
ENGLISH:
Several cases of parental divorce must affect the children psychologically. Moreover they are facing adolescence, as adolescence is a transition period from childhood to adulthood. During this period, children are looking for their true identity. The divorce causes various problems according to the level of problem or psychological conflict they face. One of those them was anxiety. Anxiety is an uncomfortable feeling characterized by worrying, concerning, and being afraid at different levels. To minimize the conditions, one of positive coping taken was forgiveness attitude. Forgiveness is the emotional transformation from negative attitude toward positive attitude.
According to the problem above, the question would be answered in this research was how the level of forgiveness of children in dealing effect with parental divorce at SMPN 3 Kepanjen Malang is, and how the level of anxiety of children in dealing with parental divorce at SMPN 3 Kepanjen Malang is.
The research design used in this research was the quantitative correlational approach. By populative sampling technique, therefore the researcher took all subjects that are the victims of divorce SMPN 3 Kepanjen Malang as the sample of research. To collect the data, the researcher used scale, observation, interview and documentation. To analyze the data, the researcher used product moment correlation, and to examine the validity and reliability of the scale the researcher used alpha cronbach with the help of SPSS 16.0 for windows.


It can be found from the result that the level of forgiveness of children who became the victim of divorce at SMPN 3 Kepanjen Malang was 79.2 % of those subjects were in high level and 20.8% of them were in moderate level and 0% of them was in low level. While the level of anxiety of children who became the victim of divorce was 62.5 % of those subjects were in high level and 25.0% of them were in moderate level and 12.5% of them were in low level. The result of product moment analysis showed that the value of rxy was – 0.206 and the value of p was 0.334. Hence there is correlation between forgiveness and anxiety of children in dealing with parental divorce. Because it was the higher of forgiveness, the lower of anxiety of children, on the contrary, the lower of forgiveness the higher of anxiety in children.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar orang tua mengadukan bahwa anak-anak sering kedapatan membaca buku porno. Hal ini berdampak pada maraknya kasus pelecehan seksual hingga tindakan asusila lainnya seperti perkosaan yang dialami oleh para remaja. Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya, secara fisiologis, mereka telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi tersebut, sehingga mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman sebayanya (peer-group). Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika-moral antar remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah (sex pre-marital) (Agoes Dariyo, 2004). Berdasarkan survei pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, bahwa separuh remaja perempuan lajang yang tinggal di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi kehilangan keperawanan dan melakukan hubungan seks pranikah. Bahkan, tidak sedikit yang hamil di luar nikah. Rentang usia remaja yang pernah melakukan 2 hubungan seks di luar nikah antara 13-18 tahun. Temuan serupa juga terjadi di kota-kota besar lain di Indonesia. Selain di Jabodetabek, data yang sama juga diperoleh di wilayah lain. Di Surabaya misalnya, remaja perempuan lajang yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54%, di Medan 52%, Bandung 47%, dan Yogyakarta 37% (http://www.jpnn.com/read/2010/11/29/78294/Separuh-Gadisdi-Kota-Besar-Tak Perawan-Lagi- diakses tanggal 24 januari 2014). Tidak dapat dipungkiri, bahwa banyak pasangan yang mulai berani melakukan tindakan fisik seperti mencium, meraba, berpegangan tangan dan lain sebagainya, hingga akhirnya sampai pada melakukan hubungan intim. Hal tersebut sering dijumpai pada remaja masa kini. Dariyo (2004) mengatakan bahwa Hal-hal yang mendorong remaja melakukan seks di luar pernikahan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser Family Foundation, dalam Santrock, 1998) adalah (a) faktor mispersepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih sayang yang salah di masa pacaran, (b) faktor religiusitas, kehidupan iman yang tidak baik, dan (c) faktor kematangan biologis Masa remaja sering disebut-sebut sebagai suatu masa yang storm and stress (Sturn und Drang). Pernyataan ini mengacu pada teori Stanley Hall yang mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan (Singgih, 1983). Sekalipun para ahli mengabaikan teori ini, namun memang terdapat tanda-tanda bahwa para remaja mengalami banyak tekanantekanan, bila dibandingkan dengan anak-anak atau orang dewasa. 3 Kondisi remaja yang dapat dikatakann labil tersebut, mendorong seorang remaja melakukan tindakan yang melanggar norma, seperti melakukan hubungan seksual pra nikah. Dampaknya adalah kehamilan di luar nikah. Remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah menghadapi masalah yang cukup kompleks, sehingga membuat remaja merasa tertekan, stres dan seringkali tidak mampu menghadapi dengan baik. Sebuah studi kasus remaja Surakarta Tahun 2011 yang dilakukan oleh ‘Uyun dan Saputra Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang kecemasan pada remaja yang hamil di luar nikah menunjukkan hasil bahwa remaja yang hamil di luar nikah mengalami sebuah kecemasan terhadap nasib janin yang ada dalam kandungannya. Perasaan pertama kali ketika mengetahui kalau hamil adalah takut atas masa depan janin yang tengah dikandungnya dan khawatir jika kehamilannya tersebut diketahui oleh kedua orang tua dan lingkungan sekitar (‘Uyun, 2012). Dalam penelitian tersebut menunjukkan adanya kecemasan pada remaja yang mengalami hamil di luar nikah. Penelitian serupa tentang remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah juga dilakukan oleh Fatimah dan Cahyono, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga tahun 2013 tentang pemenuhan aspek-aspek kepuasan perkawinan pada remaja perempuan yang mengalami kehamilan pra nikah menunjukkan hasil bahwa bentuk pemenuhan pada aspek psikologis berupa: hubungan persahabatan dengan pasangan, merasa dipahami, merasa dihormati, mencapai kesepakatan bersama, tidak adanya stimulus negatif dari pasangan dan adanya 4 kehangatan dan afeksi diantara pasangan. Sedangkan pada aspek material, sebagian besar bentuk pemenuhan kebutuhannya masih dibantu orangtua, begitupun juga dengan kondisi tempat tinggal yang belum tertata dan terawat dengan baik. Selanjutnya pada aspek seksual, bentuk interaksi seksual yang terpenuhi hanya terlihat pada aspek kepuasan emosional. Dalam penelitian tersebut menunujukkan bahwa remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah dan menikah belum mandiri secara finansial. Perubahan peran dari seorang gadis menjadi ibu dapat dialami secara normal oleh seorang perempuan yang hamil, hal ini akan dirasakan suatu kebahagiaan jika didukung dengan kesiapan fisik, psikologis, ataupun spiritual. Namun sebaliknya, dalam kehamilan di luar nikah dapat dikatakan dari berbagai segi biasanya belum memiliki kesiapan untuk terjadinya perubahan dalam dirinya bahkan mungkin untuk menerima kandungannya. Terlebih kehamilan yang dihadapi merupakan pengalaman pertama sehingga banyak hal belum diketahui dengan pasti. Perasaan cemas ini dapat berkem bang menjadi rasa takut menghadapi segala situasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dan memasuki persalinan, apalagi semuanya harus dihadapi sendirian tanpa pasangan yang mendukung atau menemani. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase-fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan. Tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah: (1) mampu menerima keadaan fisiknya, (2) mampu menerima dan memahami peran seks usia 5 dewasa, (3) mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, (4) mencapai kemandirian emosional, (5) mencapai kemandirian ekonomi, (6) mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk memasuki dunia dewasa, Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan, (7) memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga ( Ali, 2012). Remaja yang mengalami hamil di luar nikah atau melakukan hubungan seksual sebelum menikah menunjukkan bahwa remaja tersebut terhambat dalam menjalankan tugas perkembangannya. Santrock menyebutkan bahwa seorang remaja mengalami beribu-ribu jam interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan guru-guru dalm 10 hingga 13 tahun terakhir masa perkembangan. Namun demikian, pengalaman dan tugas tugas perkembangan baru masih muncul selama masa remaja. Relasi dengan orang tua memiliki bentuk yang berbeda, hubungan teman-teman sebaya semakin intim, dan kencan dilakukan untuk pertama kali, demikian pula penjajakan seksual dan mungkin hubungan seksual (Santrock:7). Tugas perkembangan pada remaja lebih banyak mengarah kepada persiapan menghadapi masa depan diantaranya pekerjaan, pencarian identitas dan pernikahan. Ketika seorang remaja mengalami hamil di luar nikah dan memaksanya untuk menikah dini maka seorang remaja tersebut dituntut untuk melewati masa remajanya dengan singkat. Hurlock (1998) mengatakan bahwa semua periode perkembangan memiliki ciri-ciri perkembangan yang membedakan dari satu periode dengan periode berikutnya. Masa remaja juga mempunyai ciriciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. 6 Remaja yang menikah baik itu remaja putra maupun remaja putri akan mengalami masa remaja yang diperpendek, sehingga ciri dan tugas perkembangan mereka juga ikut diperpendek dan masuk pada masa dewasa (Monks, 2001). Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighust (dalam Hurlock, 1990). Robert mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya ( Ali, 2012). Masa remaja yang singkat ini membuat remaja melewatkan tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan yang tidak terselesaikan menimbulkan ketidakbahagiaan dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya. Kabahagiaan adalah idaman semua orang. Ia berangkat dari sebuah kehidupan yang normal dan sehat. Oleh karena itu, setiap manusia berupaya menciptakan kehidupan yang sejahtera baik kondisi fisik, sosial, dan psikologisnya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya, Dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut banyak permasalahan yang muncul sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan psikologi seseorang ( Ramadhan, 2012). Terhambatnya tugas perkembangan tersebut menimbulkan kesulitan dan ketidakbahagiaan yang berdampak pada kesejahteraan psikologis. Menurut 7 Campbell (dalam McDowell & Newel, 1996), kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi individu tanpa adanya distres psikologis. Distres merupakan keadaan sakit secara fisik dan psikologis yang merupakan salah satu indikator utama dalam kesehatan mental. Distres psikologis dan kesejahteraan dapat dipengaruhi oleh masyarakat, lingkungan sekitar, dan ketahanan individu secara mental dalam menghadapi kecemasan dan depresi. Kaitan antara kesejahteraan psikologis dengan depresi atau masalah psikologis lain yaitu pada efek negatif psikis yang dialami individu tersebut akan menghambat perkembangan dirinya dan dapat mengakibatkan timbulnya ketidakberdayaan diri sehingga menerima keadaan apa adanya tanpa ada usaha dari dirinya untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik (Handayani, 2010). Berdasar pada Penelitian mengenai Psychological Well-Being dipelopori oleh Ryff. Bahwa Psychological Well-being yang kemudian disingkat PWB sebagai pencapaian penuh potensi Psikologis seseorang, dimana individu tersebut dapat menerima kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, menciptakan hubungan yang positif dengan orang lain yang ada disekitarnya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan mandiri, mampu dan berkompetensi untuk mengatur lingkungan, memiliki tujuan hidup dan merasa mampu untuk melalui tahapan perkembangan dalam kehidupannya. Survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada subjek N mendapatkan informasi bahwa subjek berusia 14 tahun. Subjek senang berganti-ganti pacar sampai akhirnya subjek hamil. Subjek N mengaku bahwa dia melakukan hubungan seksual karena dipaksa oleh pasangannya (N, 13.11.13). Hubungan 8 positif dengan orang lain merupakan salah satu dimensi dalam kesejahteraan psikologis seseorang. Dalam konteks tugas perkembangan seorang remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya baik sejenis maupun lawan jenis, serta mampu membina hubungan yang baik dengan kelompok lawan jenis lainnya. Dalam kasus N ini, mengalami hambatan dalam membina hubungan yang baik dengan lawan jenis dan juga sosial lainnya, dimana subjek jarang bermain kerumah tetangga-tetangganya dan juga saat ini subjek dan suaminya sepakat untuk tidak menggunakan media komunikasi yaitu handphone. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan seperti kecemburuan. Jadi, keseharian subjek dihabiskan untuk menonton televisi di rumah. Subjek merasakan kebosanan dalam kesehariannya (N, 13.11.13). Paparan mengenai subjek di atas mengindikasikan bahwa kesejahteraan psikologis remaja dalam konteks perkembangannya mengalami hambatan. Terhambatnya subjek dalam mencapai kesejahteraan psikologis terlihat dari gagalnya subjek dalam menerima dirinya dengan baik dan dalam membangun hubungan positif dengan lingkungan sosialnya. Dua hal tersebut adalah beberapa indikator yang menunjukkan bahwa seseorang dapat mencapai kesejahteraan psikologisnya. Seorang remaja yang hamil di luar nikah membutuhkan keadaan yang sejahtera secara psikologis untuk melanjutkan kehidupannya. Karena remaja yang hamil di luar nikah tersebut akan menjadi seorang isteri dan juga seorang ibu. Dia harus mengerti tugas-tugasnya sebagai seorang istri dan juga seorang ibu. 9 Sehingga remaja tersebut dapat menjadi seorang ibu yang baik dan juga tidak terjadi konflik dalam rumah tangganya yang mengakibatkan perceraian. Dari beberapa paparan di atas, penting untuk diketahui gambaran kesejahteraan psikologis remaja yang mengalami hamil di luar nikah karena pada hakikatnya setiap individu menginginkan kehidupan yang sejahtera. Terlebih di sini adalah remaja yang mengalami hamil di luar nikah, sehingga peneliti ingin meneliti gambaran kesejahteraan psikologis remaja yang hamil di luar nikah dalam konteks perkembangan. B. Rumusan Masalah Dari berbagai uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran kesejahteraan psikologis remaja yang pernikahannya karena hamil di luar nikah? 2. Bagaimana upaya remaja yang menikah karena hamil di luar nikah dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya? 3. Apa saja faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis pada remaja yang pernikahannya karena hamil di luar nikah? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis, upaya yang dilakukan dalam mencapai kesejahteraan psikologis, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis remaja menikah karena hamil di luar nikah. 10 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi positif. 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah khususnya dalam bidang psikologi yang berkaitan dengan kesejahteraan psikologis remaja yang hamil di luar nikah. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan dan informasi pada remaja yang hamil di luar nikah dan masyarakat luas mengenai kesejahteraan psikologis. b. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang meneliti terkait dengan kesejahteraan psikologis.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :   Hubungan antara forgiveness dengan anxiety anak dalam menghadapi dampak perceraian orangtua di SMPN 3 Kepanjen Kabupaten Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Gambaran kesejahteraan psikologis remaja hamil di luar nika

Abstract

INDONESIA:
Kehamilan merupakan konsekuensi logis dari hubungan seksual pranikah.Berbagai permasalahan dialami oleh remaja yang mengalami kehamilah di luar nikah, mulai dari pernikahan, perubahan hidup dan kebebasan. Seorang remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan mengalami suatu perubahan dalam hidupnya seperti tuntutan untuk menjadi seorang istri dan ibu. Kesejahteraan psikologis menjadi kondisi yang penting bagi remaja yang menikah karena hamil di luar nikah agar dapat tetap menjalani kehidupannya dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuigambaran kesejahteraan psikologis remaja hamil di luar nikah, upaya yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan psikologis dan faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis remaja hamil di luar nikah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik perempuan berada pada usia 12-21 tahun dan yang telah menikah karena hamil di luar nikah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kesejahteraan psikologis saat hamil berbeda dengan kesejahteraan psikologis pada saat Subjek telah melahirkan. Perubahan tersebut nampak pada hubungan positif dengan orang lain, penerimaan diri, tujuan hidup dan dalam penguasan lingkungan yang semakin membaik. Upaya yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan psikologis adalah dengan pasrah dan berfikir positif.Faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis adalah usia, kepribadian, pengalaman masa lalu, dukungan sosial, kedekatan orang tua, konflik rumah tangga.Dampak dari kondisi tersebut adalah timbulnya ketidakberdayaan diri dan ketidakbahagiaan.
ENGLISH:
Pregnancy is a logical consequence of premarital sexual relations. Various problem sex perienced by adolescents who experienced a premarital conception, ranging from marriage, change of life and freedom. A Adolescent who suffered a pregnancy out side of marriage would under go a change in his life such as the demand tobe a wife and mother. Psychological wellbeing becomes an important condition for adolescents who get married due to pregnancy outside of marriage in order to continue to live their lives by developing the potential possessed.
This study aims to describe the psychological well-being un wed adolescents, the efforts made to achieve psychological well-being and the factors that influence adolescent psychological well-being pregnant out of wedlock.
The method used in this research is a case study. Subjects in this study is one person with the characteristics of the female population is aged 12-21 years and who had been married for pregnant out of wedlock.

The results showed that the picture of psychological well-being during pregnancy is different from when the subject of psychological well-being has spawned. These changes appearon positive relationships with others, self-acceptance, purpose in life and the environment is getting better mastery. Efforts are being made to achieve psychological well-being is to let go and think positive. The factors that influence the psychological well-being is of age, personality, past experiences, social support, parental closeness, marital conflict. The impact of these conditionsis the emergence of self helplessness and unhappiness.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :  Gambaran kesejahteraan psikologis remaja hamil di luar nika" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan asertif dengan kebahagiaan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract

INDONESIA:
Terbuka dan jujur merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, diantara penyebabnya adalah mereka tidak mau menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang lain. sedangkan untuk mencapai kebahagiaan seseorang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran. Untuk terbuka seseorang membutuhkan keterampilan dalam komunikasi, dimana tidak ada rasa takut menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang lain, mereka bebas mengekspresikan pendapatnya, mengutarakan apa yang di sukai, apa yang tidak disukai apa yang di inginkan, dan dirasakan terhadap orang lain. Untuk itu diperlukan adanya perilaku Asertif di dalam sebuah hubungan social. Mahasiswa yang asertif ialah mereka yang selalu berfikir positif, mudah dalam menempatkan diri dapat melakukan aktifitas secara strategis, terarah, terkendali tanpa merugikan orang lain dan menyakiti orang lain.
Dari penjelasan diatas ada beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini yakni bagaimana tingkat Asertif Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013, Bagaimana tingkat kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013, dan bagaimana hubungan asertif dengan kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, dengan asertif sebagai variabel bebas, serta kebahagiaan variabel terikat. Sampel dalam penelitian adalah 60 mahasiswa, dari populasi sebanyak 241 mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas Islam Negeri Malang yang merupakan mahasiswa baru yang masih aktif mengikuti perkuliahan, Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala Likert. Analisis data menggunakan Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 20% subjek mempunyai tingkat asertif tinggi, 65% sedang dan 15% rendah. Kemudian terdapat 21,7% subjek mempunyai tingkat kebahagiaan tinggi, 63,3 % sedang dan 15% rendah. Berdasarkan analisis data yang dilakukan terdapat hubungan signifikan antara asertif dengan kebahagiaan. Sebagaimana ditunjukkan dengan hasil 0,657 maka dapat diartikan bahwa asertif mempunyai pengaruh terhadap kebahagiaan sebesar 65,7%. Korelasi yang signifikan ini dilihat dari sig = 0,000 ˂ 0,05. Asertif memberikan konstribusi sebesar 65,7% sedangkan sisanya 34,3% dikontribusikan faktor lain.
ENGLISH:
Open and honest is a difficult thing to do, among the cause is they don't want to hurt or offend another person. whereas in order to achieve one's happiness requires openness and honesty. To open someone's in need of skills in communication, where there is no fear of hurt or offend other people, they are free to express his opinion, expressed what is love, what's not to like what's wanted, and felt towards others. It is necessary for the existence of Assertive behavior in a social relationship. Assertive students are those who always think positive, easy to put yourself can do strategically, directional activities, under control without harming others and hurting others.
From the explanation above, there are several questions to be answered in this study namely how the level of Assertive Psychology student UIN Maulana Malik Ibrahim Malang The generation 2013, How the level of happiness of Psychology student UIN Maulana Malik Ibrahim MalangThe generation 2013, and how the relationship with happiness assertive Psychology student UIN Maulana Malik Ibrahim Malang The generation 2013.
This research is quantitative research korelasional, with assertive as a free variable, and the variable is tied to happiness. The sample in the study is 60 students, out of a population of 241 students of the Faculty of psychology of The generation 2013 State Islamic University of Malang which is a freshman who is still actively followed the lectures, sampling is done with random sampling techniques. Method of collecting data using the Likert scale. Data analysis use Product Moment.

The results showed a 20% high level subject asertif, 65% moderate and 15% lower. Then there are 21.7% of subjects had high levels of happiness, 63,3% medium and 15% lower. Based on the data analysis being done there is a significant relationship between asertif with happiness. As indicated by the results of the 0,657 then can be interpreted that the asertif has the influence on the happiness of 65,7%. A significant correlation was seen from sig = 0.000 ˂ 0.05. Asertif give the contribution of 65,7% whereas the balance 34.3% factors contributed other.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap manusia bukan hanya ingin sekedar memperbaiki kelemahan mereka. Mereka menginginkan kehidupan yang bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput. Beberapa tahun terakhir sebuah gerakan baru telah dirancang oleh para pakar psikologi mengenai psikologi positif (Seligman, 2005). Para ilmuan sosialpun belakangan ini telah mempelajari “kebahagiaan” dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut dengan “kesejahteraan subjektif” (subjective well-being). Hasil penelitianpun memperlihatkan adanya suatu kondisi semacam kebahagiaan personal. (Khavari, 2006:17) Myers menyimpulkan bahwa perbuatan baik, jauh lebih mungkin terjadi pada orang-orang yang berbahagia. Orang yang memiliki mood positif, akan memunculkan pemikir yang positif, selanjutnya akan melahirkan perialaku-perilaku yang positif juga. (Anam, 2007:35) Kabahagiaan merupakan proses kejiwaan yang terjadi pada setiap manusia, dengan kebahagiaan maka akan menimbulkan kesehatan fisik dan mental. Kebahagiaan merupakan evaluasi yang dilakukan orang terhadap hidupnya, mencakup segi kognitif dan efeksi. Evaluasi kognitif sebagai komponen kebahagiaan seseorang diarahkan pada penilaian kepuasan 2 individu dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, keluarga, dan pernikahan, sedangkan evaluasi efektif merupakan evaluasi mengenai beberapa sering seseorang mengalami emosi positif dan negative (Mardliyah,2010:5) Orang yang bahagia diantaranya adalah orang memiliki pikiran positif tentang dirinya, dia akan berbuat positif bukan hanya pada dirinya melainkan juga pada orang-orang di sekitar dia. Kebahagiaan merupakan sebongkah perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram dan damai. Setiap manusia selalu ingin hidup bahagia.sesuai dengan pembukaan undangundang yang berbunyi “ dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Hal ini merupakan bukti bahwa kebahagiaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan dan juga menjadi tujuan bagi tiap orang. (Saligman,2005:45). Thomas dan Diener (2005) mengatakan bahwa kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh suasana hati indivudu saat tertentu, keyakinan tentang kebahagiaan serta seberapa mudahnya seseorang bisa menerima sesuatu dengan cara positif atau negative. Disisi lain sebagian pakar juga mengaitkan kebahagiaan dengan seberapa mampu individu mempersepsi pengalam hidupnya secara positif. 3 Menurut Saligman (2005) kebahagiaan dapat dicapai ketika individu mengalami emosi positif terhadap masa lalu, masa kini, dan terhadap masa depannya, memperoleh banyak gratifikasi dengan menggerakkan kekuatan pribadinya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih penting demi memperoleh makna hidupnya. Kebahagiaan juga merupakan konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolak ukur ke bahagiaan yang berbeda-beda. Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya. Penelitian dilakukan pada 2.282 orang amerika keturunan meksiko dari wilayah barat daya amerika serikat yang berusia 65 tahun atau lebih dengan menggunakan serangkaian pengujian demografis dan emosional, dan setelah dilakukan control terhadap usia, penghasilan, pendidikan, berat badan, kebiasaan merokok, dan minum-minuman keras serta penyakit para peneliti menemukan bahwa orang yang bahagia lebih rendah kemungkinannya untuk meninggal, begitu pula untuk mengalami kelumpuhan. Emosi positif juga melindungi mereka dari kondisi-kondisi buruk yang mengiringi penuaan (Saligman,2005:51). Sebuah penelitian dari Putrid O. & K Kwartarini W.Y (2011) bahwa factor yang mempengaruhi kebahagiaan adalah remaja, prestasi, mencintai dan dicintai, spiritualitas, teman sebaya, waktu luang dan uang. Penelitian lain dari Comtom menyebutkan bahwa responden remaja laki-laki sangat bahagia adalah peristiwa yang berhubungan dengan prestasi, spiritualitas, 4 teman, dan waktu luang, sedangkan pada remaja perempuan peristiwa yang berhubungan denagn mencintai dan dicintai, keluarga serta uang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Badriyah Fitriani (2012) bahwa adanya hubungan antara sikap asertif dengan kebahagiaan pada santri remaja, yang mana berdasarkan analisis penelitian diperoleh hasil pada variabel sikap asertif, yaitu kategori sikap asertif tinggi memiliki prosentase 98,8%, sedangkan sikap asertif sedang 1,2%. Pada variabel kebahagiaan, yakni kebahagiaan tinggi memiliki prosentase 52,4%, kategori kebahagiaan sedang 43,9%, dan kategori kebahagiaan rendah 3,7%. Pada hasil analisis uji hipotesis diperoleh hubungan yang signifikan yakni sebesar 0,325 (r x y = 0,325 ; sig = 0,003 ˂ 0,005). Dengan demikian semakin tinggi sikap asertif semakin tinggi pula kebahagiaannya. Kebahagiaan akan memberikan dampak positif yang besar dalam berbagai aspek kehidupan, yang mana akan mengarah pada hidup yang baik dan menunjukkan produktifitas yang lebih besar. Kebahagiaan juga akan mengarahkan manusia pada kesehatan, performansi kerja, hubungan sosial, dan perilaku lebih baik. (Khavari,2006) Kebahagiaan akan mengarahkan manusia pada hubungan sosial dan hal ini berkaitan dengan bagaiman individu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam hubungan sosial membutuhkan adanya komunikasi, yaitu keterbukaan dan kejujuran (Fitriani,2012:8). Akan tetapi kenyataannya keterbukaan dan kejujuran sulit dilakukan dalam sebuah hubungan, dikarenakan mereka tidak mau menyakiti ataupun menyinggung perasaan 5 satu sama lain dan lebih memilih diam atau bercerita kepada orang lain dari pada mengungkapkannya. Hal ini bisa dilihat bahwa pada umumnya seseorang memang susah berkata jujur dan terbuka, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan seseorang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran antara satu dengan yang lain sehingga tidak ada yang disembunyikan. Untuk terbuka seseorang membutuhkan keterampilan dalam komunikasi, sehingga tidak ada rasa takut menyakiti ataupun menyinggung perasaan orang lain. mereka bebas mengekspresikan pendapatnya, mengutarakan apa yang di sukai, apa yang tidak disukai apa yang di inginkan, dan dirasakan terhadap orang lain. Untuk itu diperlukan adanya perilaku Asertif dalam sebuah hubungan sosial. Chalhoun dan Acocella berpendapat bahwa asertif berarti mempertahankan hak-hak pribadi dan mengekspresikan perasaan-perasaan, pikiran serta keyakinan dengan cara yang jujur, terbuka, langsung dan tepat. Menjadi asertif berarti seseorang juga berperilaku jujur, sadar sepenuhnya dalam mewujudkan kebutuhan dan dorongan-dorongan pribadi tanpa merugikan hak-hak orang lain. (Fauziah: 2009:29) Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Monks dkk., 2002: 260-262, dalam Fibrianti, 2009: 16). Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari masa dewasa awal. Dalam kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian 6 besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan temanteman sebaya mereka. Dalam sebuah penelitian Santrock mengemukakan bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun, 20% padausia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia antara 7 tahun sampai usia remaja (Desmita,2005: 219). Mahasiswa angkatan 2013 masuk dalam kategori remaja akhir dan merupakan Mahasiswa Baru di Universitas UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, mereka dituntut untuk mulai beradaptasi dengan lingkungan baru dan teman-teman baru. Yang mana dalam hal ini teman sebaya mempunyai pengaruh lebih dari 40% dalam kehidupannya. Jika mahasiswa mempunyai sikap asertif dia tidak akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, mudah dalam menempatkan diri dan mudah juga dalam mencari teman. Namun sebaliknya apabila sikap asertif tidak dimiliki oleh seseorang dia akan mengalami kesusahan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan mengalami hambatan dalam perkembangannya. Seseorang yang memiliki sikap asertif tinggi ia selalu berfikir positif, melakukan aktifitas secara strategis, terarah, dan terkendali tanpa merugikan orang lain dan menyakiti orang lain. Dari hasil wawancara dilapangan pada tanggal 22 Oktober 2013 dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar orang takut atau sulit mengungkapkan keinginan atau pendapatnya karena takut salah, takut menyinggung atau menyakiti hati orang lain dan bahkan tidak jarang dari mereka memilih diam, karena bagi mereka diam adalah jalan terbaik. karena 7 jika diungkapkan mereka takut akan menyebabkan permusuhan atau pertengkaran diantara mereka. Sebagian dari mereka ada juga yang bercerita kepada temannya tanpa berani menegur langsung teman yang telah berbuat salah. Hal seperti ini pada akhirnya akan membuat mereka merasa tidak puas, tidak nyaman atau bahkan tidak bahagia dengan keadaan tersebut. Sedangkan kebahagiaan bisa mereka rasakan jika mereka saling jujur dan terbuka. Jika mahasiswa mampu bersikap asertif, mereka dapat mengungkapakan apa yang dirasakan, pendapatnya dan dapat pula memberikan masukan kepada temannya, dengan begitu kebahagiaan akan dia dapatkan yang mana dengan kebahagiaan seseorang akan merasakan kepuasan hidup yang dijalani, mampu bersikap ramah dalam lingkungan sosial, memiliki pola pikir yang positif. Dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul tentang Hubungan Asertif dengan Kebahagiaan Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat Asertif Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013? 2. Bagaimana tingkat kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013? 3. Apakah ada hubungan asertif dengan kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013? 8 C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat asertif Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013 2. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013 4. Untuk mengetahui hubungan asertif dengan kebahagiaan Mahasiswa Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013 D. Manfaat Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan teori-teori dalam hal hubungan antara Asertif dengan kebahagiaan b. Sebagaimana sarana untuk memberikan informasi sebagai bahan studi untuk melakukan penelitian selnjutnya dengan pengembangan yang lebih baik. Manfaat praktis a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian mengenai asertif dengan kebahagiaan b. Dapat mengetahui bagaimana hubungan asertif dengan kebahagiaan.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :  Hubungan asertif dengan kebahagiaan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2013 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan konsep diri dengan prokrastinasi akademik siswa kelas XI SMA Al- Rifa’ie Gondanglegi Malang

Abstract

INDONESIA:
Prokrastinasi Akademik adalah suatu bentuk perilaku untuk kecenderungan menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik, dan biasanya tugas baru mulai dikerjakan pada saat-saat terakhir batas pengumpulan tugas. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep ini bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat- saat dini kehidupan anak menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah konsep diri, dan variabel terikatnya adalah prokrastinasi akademik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri dan prokrastinasi akademik pada siswa SMA kelas XI serta untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik. Adapun populasinya adalah sisw kelas XI SMA Al- Rifa’ie Gondanglegi secara keseluruahan yakni 127 subyek. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, sedangkan metode analisa yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16,0 for windows.
Hasil dari penelitian ini adalah tingkat konsep diri yang rendah dengan prosesntase 13% yaitu 16 siswa, kategori sedang dengan prosentasi 67% yaitu 86 siswa dan tinggi 20% yaitu 25 siswa dengan total jumlah responden 127 keseluruhan siswa kelas XI. Mayoritas siswa kelas XI dalam penelitian ini memiliki tingkat konsep diri sedang, sedangkan untuk tingkat prokrastinasi akademik yang rendah dengan prosesntase 14% yaitu 18 siswa, kategori sedang dengan prosentasi 73% yaitu 92 siswa dan tinggi 13% yaitu 17 siswa dengan total jumlah responden 127 keseluruhan siswa kelas XI. Mayoritas siswa kelas XI dalam penelitian ini memiliki tingkat prokrastinasi akademik sedang.
Berdasarkan hasil analisis tentang hubungan antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik siswa kelas XI di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi yang dilakukan dengan uji korelasi, dari hasil uji korelasi terdapat hubungan yang positif, sedangkan hubungan antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik dapat dikatakan signifikan. Taraf signifikan kedua variabel tersebut adalah 0.00 (≤ 0.05) sehingga tidak berkorelasi secara signifikan. Korelasi antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik adalah 0.491. menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik. Arah hubungan (r) adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat konsep diri maka semakin tinggi perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI di SMA Al- Rifa’ie Gondanglegi Malang.
ENGLISH:
Academic Procrastination is a form of behavior for the tendency of delaying in doing or completing academic tasks , and usually a new task to be started at the last moment the task of collecting the limit . Self-concept is the image that one has of himself , which was formed through the experience gained from the experience of interactions with the environment This concept is not an innate factor , but rather evolved from a continuous experience The basis of the concept of individual self implanted in the early moments of a child's life is the basis that affect behavior later in life .
From independent variable of this study is the concept of self and the dependent variable was academic procrastination This study aims to determine the level of self-concept and academic procrastination in class XI and high school students to determine whether there is a relationship between self-concept and academic procrastination. The population is sisw class XI SMA Al - Rifa'ie Gondanglegi are keseluruahan the 127 subjects . Data collection methods used in this study is a questionnaire , while the methods of analysis used is the product moment correlation analysis using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 16.0 for windows.

The results of this study is the low level of self-concept with prosesntase 13 % ie 16 students , the category with the percentage being 67 % of 86 students and a high of 20% ie 25 students with a total of 127 respondents overall number of students of class XI . The majority of class XI students in this study had a moderate level of self-concept , whereas for low levels of academic procrastination with prosesntase 14 % ie 18 students , the category with the percentage being 73 % ie 92 students and a high of 13% ie 17 students with a total number of 127 respondents overall class XI students . The majority of class XI students in this study had moderate levels of academic procrastination, Based on the analysis of the relationship between self-concept and academic procrastination in high school class XI student of Al - Rifa'ie Gondanglegi done with correlation , the correlation of test results there is a positive relationship while the relationship between self-concept and academic procrastination can be said to be significant . Significant level of the two variables is 0.00 ( ≤ 0.05), so it did not correlate significantly. The correlation between self-concept and academic procrastination is 0.491 . shows that there is sufficient relationship between self-concept and academic procrastination. Direction of relationship ( r ) is positive meaning that the higher the level , the higher the self-concept of academic procrastination behavior in class XI at SMA Al - Rifa'ie Gondanglegi Malang

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan konsep diri dengan prokrastinasi akademik siswa kelas XI SMA Al- Rifa’ie Gondanglegi Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Perbedaan kemandirian siswa Homeschooling SD Ummah dan siswa Reguler SDN Ketawanggede Malang.

Abstract

INDONESIA:
Dalam dunia pendidikan baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang dilaksanakan di rumah, group, maupun dilaksanakan di sekolah formal menjadikan pengajar untuk membantu mengembangkan potensi anak secara optimal baik dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian dengan menekankan pada kemandirian anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan kemandirian Siswa Homeschooling dan Siswa Reguler. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat kemandirian Siswa Homeschooling dan tingkat kemandirian Siswa Reguler.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif, sebuah perbandingan antara sekolah homeschooling dan sekolah reguler. Penelitian ini dilakukan di sekolah Homeschooling SD Khoiru Ummah dan SDN Ketawanggede Malang. Sampel secara keseluruhan adalah 14 responden, dengan masing-masing sampel 7 pada Homeschooling SD Khoiru Ummah dan 7 pada sekolah SDN Ketawanggede Malang. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji-t, yaitu teknik untuk melihat perbedaan kedua sekolah yang di uji.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemandirian siswa homeschooling SD Khoiru Ummah dan siswa reguler SDN Ketawanggede Malang. Diketahui dari nilai signifikansi antara siswa homeschooling dan siswa reguler dengan tingkat signifikansi ɑ 5%, maka diketahui nilai signifikansinya (2-tailed) diperoleh angka sebesar 0.60. Sedangkan perbandingan antara signifikansi dengan nilai alpha adalah nilai sig (2-tailed) lebih besar dari nilai alpha (0.60 > 0.05).
ENGLISH:
In the world of education in both the formal and non-formal education is carried out in house, group, or held in formal school teachers make to help develop the potential of children optimally both in knowledge, skills, attitudes, and personality with emphasis on the child's independence .
The purpose of this study was to look for differences independence Homeschooling Students and Regular Students. In addition, to determine the level of independence of Homeschooling Students and Regular Students independent level.
This study is a comparative quantitative study, a comparison between school homeschooling and regular school. This research was conducted in elementary school Homeschooling Khoiru Ummah and SDN Ketawanggede Malang. Overall sample of respondents was 14, with each sample 7 on Homeschooling SD Khoiru Ummah and 7 in primary schools Ketawanggede Malang. Data analysis technique used is the t-test, which is a technique to see the difference in the two schools that test.

The results of this study indicate that there is no difference independence Khoiru Ummah elementary homeschooling students and regular students of SDN Ketawanggede Malang. Known of the value and significance between homeschooling students with regular students ɑ 5 % significance level, then the known value of significance (2-tailed) obtained a figure of 0.60. While the comparison between the value of alpha is the significance sig (2-tailed) is greater than the value of alpha (0.60 > 0.05).


BAB I
 PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang 
Anak merupakan seorang individu dengan ciri khusus yang dalam perkembangan pribadi dan sosialnya memerlukan bimbingan dan tuntunan. Untuk itu masa sekolah merupakan periode yang paling baik untuk meletakkan dasar dalam jiwa anak untuk kehidupan sosialnya (Pakasi, 1981: 26). Sebagai anak usia sekolah dasar, anak mulai dihadapkan pada lingkungan sosialnya. Anak memerlukan tempat dimana ia merasa aman, merasa diberikan kasih sayang, serta diterima dan diakui, oleh karena itu orang tua hendaknya peduli akan kebutuhan-kebutuhan anak yang harus dipenuhi, terutama berkenaan dengan pendidikan anak. Di era sekarang, mulai bermunculan lembaga-lembaga pendidikan alternatif sebagai upaya mengatasi persoalan diatas, salah satunya adalah Homeschooling. Suryadi (2006: 17) mengatakan bahwa, dalam proses belajar mengajar kita sering menemukan anak dengan gaya belajar, bakat, karakteristik unik yang memerlukan pembelajaran dengan pendekatan individual. Homeschooling pada dasarnya tidak hanya dibutuhkan oleh anak didik dengan hambatan belajar tertentu tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak didik manapun untuk bertumbuh kembang secara optimal, baik dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian. Homeschooling memungkinkan anak didik untuk belajar lebih banyak, lebih bermakna, lebih kreatif dan gembira. Materi pelajaran yang dikaji secara aplikatif dalam kehidupan nyata, memberikan bekal yang lebih berkualitas bagi kesuksesan anak didik tersebut di masyarakat (Suryadi, 2006: 36). Pendidikan homeschooling ini bukan semata-mata menjadikan anak manja atau pemalas tetapi mencoba menjadikan anak lebih mandiri karena aspek kemandirian yang merupakan aspek penting dalam diri anak. Havigurst, seorang ahli Psikologi mengatakan bahwa setiap anak pada setiap tahap usia perkembangan akan menghadapi tugas-tugas perkembangan, tiap tugas perkembangan harus dikuasai anak, karena semakin mengarahkannya pada kemandirian dan kemampuan untuk bertanggung jawab secara moral dan sosial (Susana, 2000: 24). Berbeda dengan anak yang sekolah reguler, karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah dasar adalah senang bermain, selalu bergerak, bekerja atau bermain dalam kelompok, dan senantiasa ingin melaksanakan atau merasakan sendiri. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat pula bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas tersebut bersumber dari kematangan fisik, lingkungan, kebudayaan, keinginan, aspirasi, dan lainlain kepribadian yang sedang tumbuh. Anak usia SD ditandai dengan 3 dorongan keluar yang besar, yaitu kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya, kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik, serta kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan simbolis serta komunikasi orang dewasa (Kurniawan Nursidik,”karakteristik dan kebutuhan pendidikan anak usia Sekolah dasar”, 16 September 2013 : http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3). Penelitian sebelumnya (Zulliza, Fakultas Psikologi UIN Malang) menjelaskan tentang pembentukan kemandirian anak homeschooling dalam kemandirian intelektualnya, anak akan terarah pada tujuan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuatnya, misalnya dalam belajar, anak membuat rencana terlebih dahulu, anak mampu memilih sendiri hal-hal yang ia senangi. Dalam kemandirian emosional anak mampu mengendalikan diri dalam hal gejolak emosi, tidak mudah menyerah dan putus asa apabila tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Sedangkan dalam kemandirian spiritual anak belum memiliki kesadaran akan nilai-nilai sebuah tindakan atau jalan hidup, belum bisa untuk menjadi fleksibel. Dari karakteristik siswa reguler yang sudah dijelaskan diatas, dapat dilihat bagaimana bentuk kemandirian yang diperoleh dari karakteristik tersebut. Dari beberapa pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang difokuskan pada kemadirian anak. Maka pada penelitian ini, peneliti mengambil judul Perbedaan Kemandirian Siswa Homeschooling SD Khoiru Ummah dan Siswa Reguler SDN Ketawanggede Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kemadirian siswa homeschooling SD Khoiru Ummah? 2. Bagaimana tingkat kemandirian siswa reguler SDN Ketawangggede? 3. Apakah terdapat perbedaan kemandirian antara siswa homeschooling SD Khoiru Ummah dan siswa reguler SDN Ketawanggede? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dua permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian siswa homeschooling SD Khoiru Ummah. 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian siswa reguler SDN Ketawanggede. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemandirian antara siswa homeschooling SD Khoiru Ummah dan siswa reguler SDN Ketawanggede. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah: 1. Dari Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam hal memperluas serta memperdalam ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan. 2. Secara praktis Bagi lembaga : dapat mengetahui kemandirian siswa homeschooling dan siswa regular Bagi peneliti : peneliti bisa memahami karakteristik kemandirian siswa homeschooling dan siswa regular.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :  Perbedaan kemandirian siswa Homeschooling SD Ummah dan siswa Reguler SDN Ketawanggede Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi: Hubungan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri siswa Mts Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang

Abstract

INDONESIA:
Keberhasilan handphone menggrogoti pikiran orang, tak di sadari imperialisme budayapun merajalela. Kini handphone adalah isi sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi handphone, mereka merasa percaya diri dengan adanya handphone seolah-olah menjadikan dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”. Setiap individu akan mengalami masa-masa mencari identitas diri masing-masing. Periode emosi merupakan salah satu ciri dari seorang remaja, terutama pada remaja awal. Hal itu menyebabkan kebanyakan para remaja mengalami perilaku yang negatif karena lemahnya kontrol diri. Penelitian ini membahas tentang 1) Bagaimana tingkat persepsi menggunakan handphone pada siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang, 2) Bagaimana tingkat kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang, 3) Apakah ada hubungan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat persepsi menggunakan handphone dan tingkat kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang, serta membuktikan hubungan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang signifikan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri. Pada penelitian ini hubungan yang dimaksud adalah hubungan persepsi menggunakan handphone yang negatif dengan kontrol diri siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korasional. data yang diperoleh dari hasil penelitian ini digunakan untuk mengungkap dua variabel yaitu tingkat persepsi menggunakan handphone dan kontrol diri. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs Sunan Kalijogo kelas VII dan VIII yang berjumlah 62 anak. Teknik analisis data menggunakan product moment correlation dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat persepsi menggunakan handphone siswa MTs Sunan Kalijogo berada pada kategori sedang dengan prosentase 68%, dan tingkat kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo berada pada kategori sedang dengan prosentase 74%. Korelasi antara dua variabel tersebut (rxy) = 0,420 dengan nilai signifikan 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif signifikan, semakin tinggi tingkat persepsi menggunakan handphone maka semakin rendah kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo.
ENGLISH:
The success of mobile undermined people's minds, not knowing it was rampant cultural imperialism. Now the phone is in his pocket contents protégé. Almost all of the students bagging phone, they feel confident with the phone as if to make himself "I am a modern, technological my people". Each individual will experience times of search for identity, respectively. Period of emotion is one of the characteristics of a teenager, especially in the early teens. That caused many young people to experience negative behavior because of lack of self-control. This study discusses 1) How is the level of students' perceptions of using mobile phones on Islamic Junior High School Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang, 2) How is the level of self-control Islamic Junior High School Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang students, 3) Is there a relationship between perceptions of self-control using a mobile phone with students Islamic Junior High School Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang.
The purpose of this study was to determine the level of perception using mobile phones and the level of self-control MTs students Sunan Kalijogo Coral Besuki Malang, and prove the relationship between perceptions of self-control using a mobile phone with students Islamic Junior High School Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang. The hypothesis is no significant relationship between the perception of using a cell phone with self-control. In this study the relationship in question is the relationship that a negative perception of using mobile phones to control students.
This study is a quantitative research study co-rational types. data obtained from the results of this study are used to reveal the two variables using the mobile phone and the perceived level of self-control. The population in this study were students of class VII and VIII Islamic Junior High School Sunan Kalijogo totaling 62 children. Analysis using product moment correlation using SPSS version 16.0 for windows.

The results showed that the level of students' perceptions of using mobile phones Sunan Kalijogo Islamic Junior High School in middle category with a percentage of 68%, and the level of self-control Islamic Junior High School Sunan Kalijogo students in middle category with a percentage of 74%. The correlation between these two variables (r xy) = 0.420 with significant value of 0.001. This suggests that a significant negative correlation, the higher the perceived level of mobile phone use, the lower the student self controlIslamic Junior High School Sunan Kalijogo.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Di zaman sekarang telah banyak sekali alat-alat canggih. Salah satu diantaranya adalah handphone, namun dengan adanya perubahan zaman yang modern ini handphone dapat di jadikan untuk hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif karena memudahkan orang dalam berkomunikasi secara cepat, efektif dan efisien, sedangkan bersifat negatif karena kadang-kadang handphone ini telah di jadikan sebagai alat untuk mengakses gambar-gambar yang bersifat vulgar. Fenomena atau hal-hal yang negatif itu sangat disenangi oleh kalangan siswa. Kebanyakan di kalangan siswa sekarang ini suka pada handphone yang mempunyai kemampuan tinggi, yakni mampu mengakses atau menyimpan banyak hal yang di minati bagi siswa. Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua karena mempunyai anak yang tidak ketinggalan zaman. Orang tua menyadari arti pentingnya handphone bagi anaknya dengan berbagai alasan, namun Orang tua tidak menyadari bahwa disamping itu handphone juga mempunyai dampak negatif. Salah satunya ialah penyalahgunaan fitur internet. Internet yang selayaknya digunakan untuk mempermudah siswa mencari informasi atau materi pelajaran bisa disalah gunakan untuk mencari gambar atau video yang kurang baik (porno). Seperti yang terjadi 2 pada siswa di MTs Sunan Kalijogo, ternyata handphone juga dapat menurunkan mental belajar siswa. Siswa kurang berani mengambil resiko dalam ujian, sehingga sering mencari jalan aman dengan mencontek teman melalui handphone. Hasil wawancara ini dilakukan kepada salah satu guru MTs Sunan Kalijogo pada tanggal 2 Juni 2014. Teknologi handphone merupakan alat komunikasi seperti halnya telepon rumah, akan tetapi handphone lebih praktis dibandingkan dengan telepon rumah. Fungsi handphone semakin meluas bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga digunakan dalam urusan lain, seperti: SMS, MP3, facebook, video, kamera, record, sehingga handphone menjadi multimedia. Keberhasilan handphone menggrogoti pikiran orang, tak di sadari imperialisme budayapun merajalela. Kini handphone adalah isi sakunya anak didik. Hampir semua anak didik mengantongi handphone, mereka merasa percaya diri dengan adanya handphone seolah-olah menjadikan dirinya “saya orang modern, saya orang teknologi”. Budaya tradisional semakin jauh tertinggal oleh gaya hidup mewah. “hari gini nggak punya handphone” itu yang biasanya dikatakan oleh teman-teman siswa jika ada siswa yang tidak mempunyai handphone. Hal ini merupakan salah satu motivasi siswa untuk menggunakan handphone. Begitu juga yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan siswa-siswi MTs Sunan Kalijogo pada tanggal 3 Juni 2014. Hasil yang diperoleh cukup banyak siswa yang membawa atau menggunakan handphone di sekolah. Meskipun terdapat larangan membawa handphone ke sekolah, 3 namun siswa tetap membawa dengan terang-terangan. Salah satu alasan dari siswa untuk menggunakan handphone di sekolah ialah rasa gengsi terhadap sesama teman, untuk komunikasi dengan orangtua maupun kekasih, internet dll. Pemasalahan handphone timbul sebenarnya bukan dari perangkat zaman sekarang akan tetapi kalangan pengguna perangkat tersebut yang sulit untuk di kawal. Pada zaman sekarang ini anak-anak dibawah umur sudah menggunakan handphone yang di isi aplikasi atau softwere yang beberapa isinya sebenarnya diciptakan khusus untuk kalangan orang tua dan dewasa. Handphone menjadi karya baru yang begitu cepat perkembangannya menjadi media komunikasi yang canggih dan tiada batas. Handphone yang kita gunakan umumnya digunakan untuk alat berkomunikasi atau untuk tempat mencari informasi, tapi tidakkah diketahui bahwa anak remaja ada yang menyalahgunakannya, seperti untuk permainan, membuka situs porno di handphone dll. Sebagaimana dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah MTs Sunan Kalijogo. Wanwancara ini dilakukan pada tanggal 2 Juni 2014. Peneliti menemukan permasalahan yang muncul dari siswa MTs. Penemuan ini telah dijelaskan oleh Kepala Sekolah MTs bahwa ketika waktu jam belajar mengajar di mulai seorang guru mendapati beberapa siswanya yang menggunakan handphone dengan memutar video porno. Adapun dari hasil observasi yang diperoleh, peneliti juga menemukan terdapat beberapa siswa yang melakukan perilaku seksual terhadap teman sebayanya. Perilaku ini ditiru akibat dari menonton video 4 porno. Selain itu Kepala Sekolah menjelaskan bahwa siswa yang membawa handphone di sekolah sering mengabaikan efektifitas belajar mengajar di kelas. Beberapa perilaku siswa tersebut mengindikasikan bahwa mereka memiliki tingkat kontrol diri yang lemah. Golfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsukuensi positif. Selain itu kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011:22). Seseorang yang mempunyai kontrol diri yang lemah, maka mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang memiliki kontrol diri rendah berpotensi mengalami kecanduan karena individu tidak mampu memandu, mengarahkan, dan mengatur perilaku. Santrock (2002:17), menjelaskan bahwa remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan demikian juga bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks ketimbang yang dihadapi remaja generasi yang lalu. Penelitian Vivid Amalia (2013) dengan judul Hubungan Motivasi Penggunaan Handphone Dengan Kontrol Diri Pada Anak Usia Menengah Akhir di SD Negeri Sukun 1 Malang. Menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel motivasi penggunaan handphone dengan kontrol diri. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat 5 motivasi penggunaan handphone semakin rendah tingkat kontrol diri pada anak usia menengah akhir. Setiap individu akan mengalami masa-masa mencari identitas diri masing-masing. Periode emosi merupakan salah satu ciri dari seorang remaja, terutama pada remaja awal. Hal itu menyebabkan kebanyakan para remaja mengalami perilaku yang negatif karena lemahnya kontrol diri. Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dian Anisati Faizah (2009) menjelaskan bahwa hasil dari penelitiannya telah membuktikan adanya hubungan kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada remaja awal dengan nilai signifikan (2 tailed) lebih kecil dari 0,005. Dengan kata lain penelitian ini dapat digunakan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada siswi SMP. Masa remaja adalah tahap perkembangan yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dan masa sulit atau masa krisis. Pada tahap remaja ini dihadapkan dengan tugas perkembangan yaitu menyelesaikan krisis identitas sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir masa remaja. Proses pencarian identitas diri yang tidak mudah, perubahan biologis, sosial dan psikologis yang terjadi serta kepekaan yang ada dalam diri remaja membuat mereka merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang. Jika remaja mampu melewati masa ini dengan baik, maka remaja akan berkembang secara otonom. Namun jika tidak, remaja cenderung ingin mencoba hal-hal baru dan bila tidak ada kontrol dari orang tua, maka bisa jadi mereka terjerumus pada perilaku-perilaku yang menyimpang dan beresiko. Hal ini 6 membuktikan bahwa lingkungan bisa mempengaruhi siswa untuk melakukan yang bersifat negative (Desmita, 2009:214). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Persepsi Menggunakan Handphone dengan Kontrol Diri Siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat perespsi menggunakan handphone pada siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang? 2. Bagaimana tingkat kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang? 3. Apakah ada hubungan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat persepsi menggunakan handphone pada siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang. 2. Mengetahui tingkat kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang. 3. Membuktikan hubungan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri siswa MTs Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang. 7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat berkontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi kajian ilmu psikologi dan penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan persepsi menggunakan handphone dan kontrol diri. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti yaitu dengan mendapatkan ide mengenai bagaimana cara menyikapi siswa dalam menggunakan handphone agar dapat mengontrol diri.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara persepsi menggunakan handphone dengan kontrol diri siswa Mts Sunan Kalijogo Karang Besuki Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan antar dzikir dengan kontrol diri pada Musyrifah Ma'had Sunan Ampel al-Ali Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract

INDONESIA:
Pada era modern ini, banyak sekali permasalah yang dialami oleh mahasiswa. Mahasiswa adalah mereka yang berada pada masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal yang mencakup banyak sekali aspek, mulai dari pendidikan kari, perubahan fisik, tingkah laku, seksual dan lain- lain. Mereka dituntut untuk bertanggung jawab dan hidup mandiri atas permasalahan yang mereka alami. Untuk itu diperlukan kontrol sebagai kendali dalam dirinya. Dengan kontrol diri itulah mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik dan matang. Mahasiswa dalam penelitian ini yang dimaksud adalah seorang musyrifah yang menjadi tutor atau pembimbing pada sebuah asrama di Universitas.
Mahasiswa yang sekaligus berperan menjadi musyrifah tentunya memiliki tanggung jawab yang berat. Mereka harus dapat menyeimbangakan tanggung jawab yang ada di kampus dan ma’had. Hal yang seperti itu membuat mereka terbebani dan merasa stress, kurang bersemangat, dan jenuh. Diperlukannya kontrol diri bagi seorang musyrifah bertujuan untuk mengatur waktu serta dapat mengontrol dirinya agar tetap semangat dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengatur, membimbing, dan mengarahkan perilaku ke arah yang positif yang melibatkan fungsi fisik dan psikologis agar dapat member kesan yang baik masyarakat. Sedangkan dzikir adalah mengingat Allah SWT yang dilakukan dengan hati atau lisan dengan bentuk memuji dengan kalimat thoyyibah untuk mendapatkan ridha-Nya. Tujuan dari penelitian adalah untuk megetahui seberapa besar tingkat kontrol diri dengan dzikir yang dilakukan oleh musyrifah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu metode penelitian yang didalamnya dituntut untuk menggunakan angka, bilangan, atau skor. Dengan menggunakan uji korelasi product moment Pearson, maka hasil yang diperoleh yaitu tingkat kontrol diri musyrifah berada pada tingkat kategori tinggi dan tingkat dzikir berada pada tingkat kategori tinggi sebesar nilai Nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005. hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dzikir dengan kontrol diri pada musyrifah ma’had sunan ampel al- ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya adalah mengkaji lebih dalam tentang psikodinamika dzikir pada kajian ilmu psikologi.
ENGLISH:
In modern era, students have many problems. Student have trancici era from young to adults human, in adults human have many steps, first from educated, carier, different fisikly, attitude, secsual etc. they have responsible feel and individual life from many problems which natural feel. So it’s to need controlling to your body. Which controlling students can finished some problems with good solution. Student can anaylise to meaning something have supervisior to be tutor or guided dormitory in University.
Not only student but also supervisior have many heave responsible. They had can balance between responsible in campus and cottage. Same like it make loaded and stress feel, low spirits, and bored. It has needed self control to supervisior, many purpose to manage times and him self to keep spirits to do anything with responsible feel.
Self control is individual ability to arrances, guidance, and to cours attitude with combain fisikly function, and pychologis so it’s can give good impression in public. Dzikir is remember Allah anytime in your heart and not only your mouth, but say with “tayyibah” sence and hope blased us. The analice have purpose to knowing how many level this self control and dzikir which doing many supervisior.
This analice use kuantitative metodh. This metodh use number, emmarition, and skor. And use correlation Product Moment Pearson, the result is self control have many lefel of supervisior high level. Significan great is 0,000 < 0,005. It’s showed that correlation positive dzikir between self control of supervisior in Ma’had Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. If you have some suggestion to next analice more deeped analice about dzikir and psychology lesson.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antar dzikir dengan kontrol diri pada Musyrifah Ma'had Sunan Ampel al-Ali Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu,Probolinggo.

Abstract

INDONESIA:
Selama ini banyak orang yang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi diperlukan Kecerdasan Intelektual (IQ) yang juga tinggi. Namun, menurut hasil penelitian terbaru di bidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan landasan bagi prestasi belajar siswa. Kecerdasan emosional itu meliputi kemampuan mengendalikan diri sendiri, memiliki semangat dan ketekunan, memotivasi diri sendiri, ketahanan menghadapi frustasi, kemampuan mengatur suasana hati, kemampuan empati. Orang yang dapat mengendalikan emosi secara cepat dan memperhatikan serta memikirkan perasaaan orang lain dapat disebut sebagai orang yang cerdas emosional. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi dalam menentukan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo, serta untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo. Pengambilan sampel menggunakan random sampel. Dan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara angket dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment, yang sebelumnnya dilakukan dengan pencarian rata-rata dan standar deviasi serta kategorisasi dari masing-masing variabel tingkat kecerdasan emosional dan tingkat prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa berada pada tingkat sedang dan tinggi, namun sebagian besar tingkat kecerdasan emosional adalah rendah. Sedangkan untuk prestasi siswa memiliki tingkat prestasi dengan nilai rata-rata di atas 65 dengan kategori sedang dan tinggi, namun secara umum atau sebagian besar prestasi siswa adalah rendah. Hasil perhitungan korelasi dengan menggunakan product moment didapatkan hasil 0,798, artinya kedua variabel tingkat kecerdasan emosional dan tingkat prestasi belajar siswa memiliki hubungan erat.
ENGLISH:
In so far, many people had a notion that to reach high achievement there should be needed high Intellectual Intelligence (IQ). Yet, according to the newest result of study in psychology prove that IQ is not one factor influencing somebody achievement, but there also other factor influencing it, emotional intelligence. Emotional intelligence is basic for students’ achievement. The emotional intelligence include the ability in controlling self, have enthusiasm and diligence, motivating self, endurance in facing frustration, ability to manage mood, empathy ability. Those who can control emotion correctly and considering also thinking other opinion can be called as one with emotional intelligence. The higher one’s emotional intelligence, his/her determining students’ achievement would be higher.
This study had purposes to know the emotional intelligence of students grade 11th IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo and to know students’ achievement in grade 11th IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo, also to know the correlation of emotional intelligence with students’ achievement grade 11th IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo.
This study is quantitative study. Subject of this study is students of SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo. Sampling used in this study is random sampling. And data collection conducted by disseminating questionnaire and documentation. Meanwhile, data analysis technique used here is product moment correlation that before conducted by searching approximation and deviation standard also categorization from each variable of emotional intelligence level and students’ achievement level.

Based on the result of calculation, it shows that students’ emotional intelligence is in medium and high level, yet most of it is low. Meanwhile, for students’ achievement has approximation above 65 with medium and high category, but in general or most of students’ achievement is low. The result of correlation calculation by using product moment obtained the result of 0,798, it means both variables of emotional intelligence and students’ achievement have close correlation

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :  Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu,Probolinggo." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Efektivitas pemberian terapi al-quran terhadap penurunan kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester III di Klinik Daqu Sehat Kota Malang

Abstract

INDONESIA:
Ibu dengan kehamilan pertama atau yang biasa disebut primigravida tidak jarang memiliki perasaan yang mengganggu terutama ketika memasuki usia kehamilan tua atau yang biasa disebut dengan trimester ketiga. Misalnya : perubahan yang terjadi seperti takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatan, khawatir jika bayi yang dilahirkan tidak normal, merasa sedih berpisah dari bayinya, rasa tidak nyaman, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik. Hal-hal seperti itulah yang biasanya selalu di khawatirkan oleh para ibu hamil.
Salah satu bentuk terapi untuk menurunkan kecemasan dalam pandangan Humanistik adalah psikoterapi Transpersonal. Psikoterapi Transpersonal memfokuskan kajian terhadap potensi tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Psikoterapi transpersonal yang sudah banyak digunakan saat ini salah satunya adalah Terapi al-Quran. Terapi al-Quran adalah membaca ayat-ayat al-Quran, termasuk doa-doa ma’tsurat, yang dibaca beriulang-ulang dalam intensitas tertentu. Lalu apakah terapi al-Quran efektif untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan desain tunggal. Adapun pengukuran dilakukan dengan skala kecemasan yang telah di uji coba kepada 15 ibu hamil. Subjek pada penelitian ini berjumlah 3 orang ibu hamil dengan ciri-ciri yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk mengetahui keefektivan terapi al-Quran untuk menurunkan kecemasan maka digunakan uji t-test pada program SPSS 16.00 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi al-Quran efektif untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil. Berdasarkan hasil t-test didapatkan hasil t memiliki skor sebesar 5,813 dan taraf signifikasi 0,028. Kemudian skor skala kecemasan pada ibu hamil juga mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi al-Quran efektif untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil.
ENGLISH:
A woman with the first pregnancy called primigravida often has discomfiture feeling, particularly in old pregnancy called third trimester. The discomfiture feeling is caused by some fears which are physical danger, pain, physical defect of the baby and loss of the baby in the birth time, and physical change after the birth time which makes her less of confident and beautiful.
One of therapy models used to decrease the anxiousness based on humanistic point of view is transpersonal psychotherapy. It is focused on the study of the highest potency had by human. The transpersonal psychotherapy used by most of people is Holy Qur’an therapy. It is done by reading the verses including ma’tsurat prayers which are read many times in certain intensity. Then, is the Holy Qur’an therapy effective for decreasing the anxiousness felt by pregnant women?
This research uses quantitative method by experiment with single design technique. The measuring is done using anxiousness scale which has been tested to fifteen pregnant women. The subjects are three pregnant women having characteristics as determined by the researcher. The t-test on SPSS 16.00 for windows is used to identify the effectiveness of Holy Qur’an therapy for decreasing anxiousness of the pregnant women.

The result of t-test indicates that t has 5,813 score and significant degree is 0,028. In addition, the anxiousness scale score of the pregnant women is decrease. Thus, Holy Qur’an therapy is effective to decrease the anxiousness of pregnant women.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling berpengaruh sampai sekarang.1 Keadaan di pondok yang telah diatur sedemikian rupa dari mulai situasi asrama hingga jadwal kegiatan lainnya yang telah dibuat demi kepentingan santri/siswa ternyata membawa permasalahan tersendiri bagi para santri, khususnya santri yang baru keluar dari SMP menuju ke SMA. Pada masa transisi inilah santri dituntut agar dapat membagi waktu antara belajar materi di sekolah, diniyah, MMQA (Madrasah Murrotilil Qur’an Al-Rifa’ie) dan segala macam kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak pondok pesantren tersebut. Keadaan tersebut membuat beberapa santri/siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, bahkan salah satu santri/siswa mengaku terlalu lelah dengan aktivitas diluar sekolah. Beberapa santri/siswa mengaku karena banyaknya tugas maupun ujian-ujian membuat para santri/siswa merasa memiliki waktu yang sangat terbatas. Keadaan tersebut membutuhkan kemampuan menyesuaikan diri yang baik agar tidak timbul masalah-masalah saat menghadapi perkembangan di asrama (hasil observasi Oktober, 2013). 1 Astuti Dwi Yulianti.2005. Hubungan Harga Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja Santri Pondok Pesantren. Yogyakarta: Naskah Publikasi 2 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rumiani2 , keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber tekanan (stresor) sehingga dapat menyebabkan stres. Akibat buruk stres adalah kelelahan hingga mengakibatkan turunnya produktivitas dalam belajar maupun aktivitas pribadi. Penelitian Utomo3 pada mahasiswa menjelaskan kondisi kerangka akademis, status dan peran mereka seringkali memberikan konsekuensi psikologis yang memberatkan bagi seseorang. Banyak penelitian lain menyimpulkan bahwa ujian, praktikum dan tugas-tugas kuliah yang lain memicu timbulnya stres yang berhubungan dengan peristiwa akademis (academic stress), yang dalam tingkat keparahan tinggi dapat menekan tingkat ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi akademik dapat mempengaruhi stres pada diri individu. Stres menurut Terry Looker dan Olga Gregson4 sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutantuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Setiap orang pernah mengalami stres. Tingkatannya pun berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, dari yang ringan sampai yang berat. Sekecil apapun tingkatan stres biasanya tetap akan membawa dampak negatif dalam kehidupan, khususnya berkaitan dengan kesehatan. 2 Rumiani. 2006. Prokastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. hal 2 3 Hubungan Antara Model-Model Coping Stres dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (Uin) Malang. Skripsi. hal 4 Looker, Terry & Gregson, Olga. 2005 managing stress, Mengatasi Stres Secara Mandiri. Yogyakarta: Baca! hal 44 3 Berdasarakan tinjauan psikologi, stres diartikan sebagai suatu kedaan psikologis dimana seseorang merasa tertekan karena persoalan yang dihadapi. Persoalan yang berkepanjangan tanpa ada suatu penyelesaian yang jelas dapat menjadi tekanan psikologis dan tekanan ini dapat mengganggu fungsi psikologis seseorang secara umum. 5 Efek stres pada manusia bisa beragam. Carlson6 menyatakan bahwa respon-respon fisiologis terhadap stres memiliki efek yang tidak membahayakan sepanjang respon tersebut berlangsung singkat. Tetapi kadang, situasi-situasi yang mengancam terus berlanjut dan menghasilkan respon stres yang berkepanjangan sehingga membahayakan kesehatan individu yang mengalaminya. Masa transisi dari sekolah-sekolah yang berada di luar ke dalam pondok pesantren merupakan salah satu kondisi yang harus dihadapi oleh para santri/siswa yang akan masuk ke dalam pondok pesantren. Berbagai penyesuaian yang harus dihadapi oleh santri/siswa tersebut berhubungan dengan faktor personal seperti jauhnya para siswa/santri dari orang tua dan sanak saudara, kemudian pengelolaan keuangan, belum lagi problem interaksi dengan teman dan lingkungan baru, serta problem-problem personal lainnya (hasil observasi, Oktober 2013). Saya bingung untuk mengatur waktu belajarnya mbak, di MMQA (Madrasah Murotilil Qur’an Al-Rifa’ie) ujian diadakan 3 bulan sekali, belum lagi ujian diniyah dan juga ujian sekolah. Hal itulah yang menyebabkan saya maupun temen-temen lainnya sering mengalami stres mbak (Hasil wawancara dengan santri AM, Oktober 2013). 5 Kawuryan Fajar. Tinjauan Faktor-faktor Psikologis dan Sosial Dalam Mempengaruhi Stres. progam S2 Universitas Muria Kudus. hal 2 6 Carlson N.R.1994. Psychology of Behavior, USA: Allin & Bacon. hal 25 4 Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada santri di pondok pesantren Al-rifaie, terlihat bahwa kegiatan yang dilakukan para santri sangatlah padat dan rutin. Kegiatan tersebut dimulai pada saat menjelang shalat shubuh yakni jam 03.30. Santri dibangunkan untuk sholat tahajjud, kemudian dilanjutkan untuk sholat subuh, setelah itu kegiatan wajib belajar Diniyah/Halaqoh, sepualng halaqoh dilanjutkan makan pagi & persiapan sekolah formal sampai jam 11.15. Kemudian sepulang dari KBM formal dilanjut dengan sholat dhuhur dan makan siang. Habis sholat dhuhur dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakurikuler dan pelajaran tambahan bagi santri/siswa tingkat akhir. Kemudian sholat ashar dan dilanjutkan KBM madrasah diniyah. Sepulang KBM madrasah diniyah makan malam, persiapan sholat maghrib, pembacaan Yasin, pengajian Ta’limul Muta’alim sholat isya dan pembacaan ijazah/amalan-amalan. Setelah kegiatan tersebut dilanjut dengan KBM madrasah murottilil Qur’an, dan kemudian wajib belajar formal hingga jam 21.00 (observasi, 01/10/2013 halaman masjid Al-rifa’ie). Hal tersebut menunjukkan bahwa tugas-tugas yang diberikan dari sekolah formal dan juga tugas dari sekolah diniyah, dapat menimbulkan problem atau persoalan akademik lainnya yang bisa menyumbangkan potensi stres. Persoalan yang berkepanjangan tanpa ada suatu penyelesaian yang jelas dapat menjadi tekanan psikologis dan tekanan ini dapat mengganggu 5 fungsi psikologis seseorang secara umum7 . Berdasarkan hasil wawancara salah seorang santri/siswa mengeluh merasa stres sejak memasuki masa SMA, karena secara tidak langsung dia harus adaptasi lagi dengan temanteman barunya dan juga dengan pelajaran-pelajaran baru yang tentunya tidak sama dengan pelajaran di SMP dahulu. Rr. Atina Ayu Vanesa Qurotul Uyun8 menunjukkan hasil penelitian terkait syukur yakni ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kebersyukuran dengan depresi pada mahasiswa, artinya semakin tinggi tingkat kebersyukuran pada mahasiswa maka tingkat depresi semakin rendah, sebaliknya semakin rendah tingkat kebersyukuran pada mahasiswa maka tingkat depresi semakin tinggi. Tingkat permasalahan dan perkembangan yang sama antara remaja SMA dan mahasiswa terkait dengan beragam tekanan pada diri santri/siswa yang dapat menyebabkan stres bisa dihadapi dengan menambah rasa syukur. Menurut Emmons dan McCullough, menunjukkan bahwa kebersyukuran merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan mempengaruhi seseorang menanggapi/bereaksi terhadap sesuatu atau situasi. 9 Beberapa tokoh psikologi Seligman dan Peterson mendefinisikan Gratitude atau kebersyukuran merupakan suatu perasaan terima kasih dan 7 Op.Cit hal.2 8 Rr. Atina Ayu Vanesa Qurotul Uyun .2008. Hubungan Antara Kebersyukuran Dengan Depresi Pada Mahasiswa, Skripsi. 9 Ibid 6 menyenangkan atas respon penerimaan hadiah, dimana hadiah itu memberikan manfaat dari seorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian.10 Pandangan Seligman (2005) yang menyatakan bahwa agama merupakan harapan bagi orang yang mempercayainya. Individu yang mempunyai sikap religiusitas akan mempercayai apapun yang dialaminya karena sudah ada yang mengatur, sehingga musibah seberat apapun akan diterimanya dengan tulus, tanpa ada rasa putus asa, marah ataupun rasa pesimis. Terdapat pula kaitan antara kerohanian seseorang dengan sikap kebersyukuran. Kecenderungan kebersyukuran lebih banyak dilakukan mereka yang secara teratur menghadiri acara keagamaan dan terlibat dalam kegiatan keagamaan seperti berdoa atau sembahyang dengan membaca bacaan religius berkali-kali. Berdasarkan hasil relevansi menunjukkan fakta bahwa data survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. 11 Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa dampak dari perasaan bersyukur dapat berkembang menjadi reaksi atau tanggapan yang berwujud sebuah sikap. Oleh sebab itu syukur kemudian dapat mendorong atau memotivasi seseorang untuk memberi balasan atas pemberian atau kebaikan 10 Op.Cit 11 Sulistyarini Ria Indah, Pelatihan Kebersyukuran Untuk Meningkatkan Proaktive Coping Pada Survivor Bencana Gunung Merapi. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Indonesia. 2010. hal 5 7 yang dilakukan orang lain (Smith; Weiner &Graham; McCullough & Tsang). 12 Untuk mengurangi tingkat stres tersebut seorang santri/siswa haruslah menerapkan rasa syukur kedalam dirinya. Kebersyukuran itu sendiri dapat dimulai dengan menerapkan perilaku qona’ah ataupun ikhlas dengan segala keadaan yang ada dalam diri seorang santri. Dalam Al-Qur’an dan Hadits sendiri juga banyak dijelaskan bahwa di dalam setiap kesulitan selalu ada kesempatan. Allah SWT memberikan permasalahan-permasalahan pada manusia berdasarkan kadar kemampuannya. Seseorang tidak akan diberikan sebuah permasalahan di luar kemampuannya. Manusia harus selalu berusaha dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, serta tidak mudah putus asa ketika menghadapi sebuah kesulitan. Umat Islam diperintahkan agar tidak mudah berputus ada terhadap berbagai kesulitan dan selalu yakin bahwa rahmat Allah SWT selalu ada. Seperti dalam firman Allah dalam Al-Qur’an: وَن ُ ر ِ الْ َكاف ُ م ْ َو ِالَّ الْق إ ِ ِح اللّه ْ ن َّرو ِ م ُ أَس ْ ي َ ي ُ الَ نَّه ِ إ ِ ِح اللّه ْ ن َّرو ِ ْ م وا ُ أَس ْ ي َ ت الَ َ و -٧٨- “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS Yusuf: 87). Untuk mencapai sukses dalam hidup, seseorang tidak cukup hanya berdiam diri dan merasakan putus asa saja akan tetapi untuk sukses dibutuhkan orang yang memiliki sikap kebersyukuran yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika sebagai manusia kita mudah menyerah, ataupun pasrah 12 Ibid 8 begitu saja, dan selalu berfikir negatif, maka dapat dikatakan bahwa kita sebagai individu yang tidak memiliki cukup rasa syukur, atau rasa syukur kita yangbegitu rendah. Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas, juga dapat diketahui bahwa dalam agama Islam sendiri juga memerintahkan kepada manusia agar mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk melakukan berbagai tindakan dalam menghadapi kesulitan maupun permasalahan hidup. Karena fitrah manusia sebagai makhluk yang sempurna, rahmat dan pertolongan Allah akan selalu ada selama manusia mau berusaha untuk kehidupan yang lebih baik. Berangkat dari fenomena di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan pentingnya memiliki sikap kebersyukuran bagi diri individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apalagi jika dihadapkan pada persoalan hidup yang terjadi dalam lingkup pondok. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan sebuah penelitian di dalam pondok pesantren tersebut dengan judul “Hubungan Antara Kebersyukuran Dengan Stres Pada Santri Kelas X Ypm Al-Rifa’ie Gondanglegi”. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kebersyukuran santri Yayasan Pondok Modern Alrifa’ie dalam menghadapi stres? 2. Bagaimana tingkat stres yang dialami oleh santri Yayasan Pondok Modern Al-rifa’ie? 9 3. Apakah ada hubungan antara kebersyukuran dengan stres pada santri Yayasan Pondok Modern Al-rifa’ie? C. Tujuan Masalah 1. Mengetahui tingkat kebersyukuran santri dalam menghadapi stres. 2. Mengetahui tingkat stres pada santri YPMA. 3. Mengetahui hubungan antara kebersyukuran dengan stres pada santri YPMA D. Manfaat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis antara lain: 1. Manfaat Teoritis Sebagai keilmuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan psikologi terutama yang berkaitan tentang kebersyukuran dan stres. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, mampu mengembangkan kualitas penulisan penelitian ilmiah di bidangnya serta dapat memahami kajian ilmu psikologi terkait dengan kebersyukuran dan stres. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut tentang kebersyukuran dan stres pada kasus lain untuk memperkuat atau membandingkan temuannya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :  Efektivitas pemberian terapi al-quran terhadap penurunan kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester III di Klinik Daqu Sehat Kota Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD