tag:blogger.com,1999:blog-65821703375779656772024-03-14T05:46:01.169-07:00Jasa Pembuatan Skripsi Murah skripsi, tesis, contoh skripsi, judul skripsi, skripsi matematika, skripsi psikologi, Download skripsi gratis, download ebook gratis, download tesis gratis, download skripsi pendidikan, media pembelajaran, pengembangan media, skripsi gratis, download contoh skripsi, statistik, skripsi, download, download skripsi, selengkapnya download, gratis, skripsi gratisfadfadfahttp://www.blogger.com/profile/18394018212331698784noreply@blogger.comBlogger5949125tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-59041811403889338202017-08-19T21:42:00.000-07:002017-08-19T21:42:01.754-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Pendidikan Agama Islam:Partisipasi wali murid dalam meningkatkan minat belajar anak di Raudlatul Athfal Miftahul Ulum Pamekasan.<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Wali murid memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap masa depan anak. Keberhasilan anak di dalam menjalani hidup di dunia tergantung pada ke dua orang tua. Jika orang tua salah mendidiknya, maka akan berakibat fatal bagi perkembangan kehidupan anak. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kepada setiap keluarga yang beriman agar bisa menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Minat belajar anak pertama kali tumbuh dan berkembang bersama orang tua. Oleh karena itu, orang tua sebagai yang pertama dan utama harus tahu terhadap anak secara keseluruhan untuk kemudian meningkatkan minat belajar yang dimilikinya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Di Pamekasan, kecamatan Pasean, tepatnya di sekolah RA Miftahul Ulum penting untuk dilakukan penelitian terkait dengan partisipasi wali murid dalam meningkatkan minat belajar anak.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Bepijak pada permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat judul “ Partisipasi wali murid dalam meningkatkan minat belajar anak di RA Miftahul Ulum Pamekasan.” Permasalahan yang diangkat adalah: Bagaimana bentuk partisipasi wali murid terhadap pendidikan anak di RA Miftahul Ulum dan Bagaimana dampak partisipasi wali murid terhadap peningkatan minat belajar anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui dan mendeskripsikan partisipasi wali murid terhadap peningkatan minat belajar anak dan dampaknya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, karena peneliti ingin mendeskripsikan apa adanya hasil dari penelitian lapangan yang akan diteliti. Penelitian jenis ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap sekolah untuk kemudian dijadikan pertimbangan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan minat belajar anak di RA Miftahul Ulum.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk partisipasi wali murid dalam rangka meningkatkan minat belajar anak bermacam-macam; Mulai dari bimbingan belajar, penyediaan fasilitas belajar, penjagaan kesehatan anak, pengawasan lingkungan pergaulan anak dan lain-lain. Begitu juga dampak yang dihasilkan beragam, hal ini bisa dilihat dari perilaku keseharian anak di sekolah, di rumah maupun ketika anak bergaul dengan teman-temannya yang lain seperti antusias mengingkuti pelajaran dan mengerjakan PR dengan baik.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Jadi, partisipasi wali murid dalam rangka meningkatkan minat belajar anak penting untuk dilakukan, mengingat wali murid adalah orang paling tahu terhadap sikap, watak, dan karakter yang dimiliki oleh anak.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bagaimanapun pendidikan mempunyai
peranan penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam perspektif ekonomi pendidikan yang merupakan Human Invesment akan dapat
memberikan keuntungan yang akan datang baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Bahkan secara simultan dapat memberikan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif dalam menghadapi tantangan global, masa kini dan masa
yang akan datang. Dalam Islam pendidikan mempunyai makna sebagai proses
investasi kemanusiaan yang mengandung nilai ibadah. Oleh karena itu setiap
muslim wajib menjadi subjek sekaligus objek pendidikan sepanjang hayatnya.
Menjadi subjek dalam arti seorang muslim ikut berperan aktif dalam pendidikan
itu sendiri yaitu dalam proses pendidikan anaknya. Sebagai objek pendidikan,
seorang muslim merupakan bagian dari proses pendidikan itu sendiri dalam arti
seorang muslim adalah peserta didik atau peserta dari pendidikan. Begitu
penting dan strategisnya peran pendidikan, maka pendidikan seyogyanya dilakukan
secara luas dan merata. Artinya bahwa pendidikan tidak hanya dapat diperoleh
dari sistem pendidikan formal yang biasanya diselenggarakan oleh sekolah baik
negeri maupun swasta, tetapi juga dapat diperoleh melalui pendidikan non formal
bahkan dari keluarga dan masyarakat. Ini berarti bahwa tanggung jawab
pendidikan bukan hanya dimonopoli pemerintah semata, melainkan juga keluarga
dan masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ketiganya yang dikenal dengan
istilah tri pusat pendidikan harus bersinergi dan komitmen yang sama untuk
membangun masa depan. Dalam konteks demikian, maka keberhasilan pendidikan
Indonesia ke depan akan sangat tergantung pada peran penting dari proaksi
pemerintah, keluarga dan masyarakat. Ketiga-tiganya harus saling bahu membahu,
lebih-lebih keluarga atau famili, karena keluarga merupakan proses yang pertama
dan utama. Dikatakan pertama karena sebelum memasuki dunia pendidikan yang lain
seorang anak mengalami proses pendidikan ini. Sedangkan istilah utama,
dimaksudkan peran kedua orang tua terutama ibu tidak bisa tergantikan oleh orang
lain. Karena itu Nabi Muhammad bersabda: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitroh, maka dua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu yahudi, nasrani,
dan majusi”, (HR. Bukhari dari Abu Hurairah). Sabda Nabi tersebut menegaskan
peran strategis keluarga dalam membina pribadi dan akhlak anak. Dalam kontek
ini bagaimanapun orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik dihadapan
putra-putrinya, seperti hidup rukun antara sesama keluarga, menghargai dan
menghormati tetanggga, menunjukkan praktek prilaku yang baik bukan hanya
sekedar memberi nasehat belaka, melainkan harus membuktikan melalui pola
tingkah laku yang baik. Di samping itu juga perhatian dan keikutsertaan
keluarga bukan hanya berbentuk akhlak, perilaku dan budi pekerti saja,
melainkan berupa dukungan materi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dukungan materi itu berupa langsung maupun
tidak langsung. Bagaimanapun juga kedua dukungan tersebut harus se iya se kata.
Jika salah satu dari keduanya terabaikan, maka pendidikan anak akan tidak
optimal atau mungkin tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan. Hubungan
orang tua dengan anaknya bukan merupakan hubungan pribadi yang didasarkan atas
kewibawaan saja, melainkan hubungan yang didasarkan atas cinta kasih. Karena
itulah perhatian orang tua sangat diperlukan demi keberlangsungan belajar
anaknya. Apabila ibu meluangkan sebagian waktunya, maka akan berpengaruh dalam
kehidupan keluarga dan kemajuan belajar anaknya. Menurut penelitian ahli jiwa
terbukti bahwa semua pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan
unsur-unsur dalam pribadinya.1 Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar
bagi perkembangan anak ke tahap berikutnya agar anak berkembang secara baik.
Seorang anak yang tidak mendapatkan pendidikan secara wajar akan mengalami
kesulitan dalam perkembangan berikutnya. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan
yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak, karena di
dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Bimbingan
dan bantuan pada anak dalam lingkungan keluarga yang dilakukan orang tua pada
prinsipnya terikat oleh adanya kewajiban sekaligus sebagai penanggung jawab
pertama dan utama sejak anak itu lahir ke dunia sampai anak itu dewasa dalam
arti berumah tangga dan berkeluarga Pendidikan dalam rumah tangga tentu
memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai, salah satu pendapat tentang tujuan
tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Tafsir.2 Tujuan pendidikan
dalam rumah tangga ialah agar anak berkembang secara maksimal, itu meliputi
seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal, rohani. Di samping itu
juga membantu sekolah atau lembaga kursus dalam mengembangkan pribadi anak
didiknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Oleh karena itulah maka sebaiknya pihak orang
tua memahami, mengetahui sekalipun hanya sedikit mengenai apa dan bagaimana
pendidikan dalam rumah tangga, sehingga dengan pengetahuan tersebut diharapkan
dapat menjadi penentu, rambu-rambu bagi orang tua dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban membimbing anak. Adapaun salah satu aspek yang perlu diperhatikan
dalam pendidikan anak adalah perhatian orang tua dalam meningkatkan minat
belajar anak. Perhatian orang tua merupakan faktor yang penting dalam menunjang
keberhasilan pendidikan dan dapat membantu proses kegiatan mengajar guru di
sekolah. Dengan adanya perhatian akan menimbulkan minat tersendiri bagi seorang
anak. Jika orang tua memberikan perhatian sepenuhnya kepada anak maka akan
tumbuh di dalam diri anak untuk selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang
menjadi kehendak orang tua, sudah sewajarnya orang tua memelihara dan mendidik
anakanaknya dengan rasa kasih sayang, perasaan, kewajiban dan tanggung jawab
yang ada pada orang tua untuk mendidik anak timbul dengan sendirinya secara
alami tidak karena dipaksa atau disuruh orang lain. Perhatian orang tua
terhadap anak 2 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1991) hlm. 155 sangat menentukan dalam pendidikannya, dan
dapat meningkatkan minat belajar anak. Berbicara tentang minat akan menyangkut
dua hal. Pertama, minat pembawaan. Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain, biasanya minat ini muncul berdasarkan bakat yang ada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kedua, minat yang muncul karena
adanya pengaruh dari luar baik lingkungan maupun kebutuhan. Adapun minat yang
pertama dan perlu diperhatikan oleh orang tua adalah minat pembawaan karena ia
merupakan tameng yang kuat apabila dikembangkan di dalam diri anak dan bisa
menjadi tameng bagi anak itu sendiri dari pengaruh yang kurang baik dari luar.
Minat, memegang peranan penting dalam kehidupan anak sebagai sumber motivasi
untuk belajar, sumber aspirasi, kegembiraan dan prestasi. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi minat yaitu: a. Kondisi fisik b. Kondisi mental c. Emosi d.
Lingkungan sosial Kondisi fisik meliputi kesehatan, kelengkapan indera yang
dimiliki individu. Kondisi mental seperti kematangan, kestabilan emosi dan masa
kejiwaan. Emosi berkaitan dengan kepekaan individu dan kejiwaan serta
penghayatan. Sedangkan lingkungan sosial adalah suatu lingkungan hidup di mana
individu-individu bersosialisasi, misalnya di dalam sekelompok masyarakat, di
antara teman sebaya, yang mana individu itu terlibat aktif dalam lingkungan
sosial. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kurangnya perhatian dari orang tua
terhadap seorang anak dapat mempengaruhi perkembangan minat belajar anak.
Problem pendidikan yang sering ditemukan dalam masyarakat dewasa ini adalah
bahwa pendidikan adalah mutlak urusan lembaga pendidikan formal sehingga
berhasil tidaknya proses pendidikan hanya diarahkan pada sekolah terutama guru.
Padahal kalau kita melihat pada aturan yang baku, pendidikan adalah tanggung
jawab orang tua, pemerintah dan masyarakat. Melihat masyarakat Langgar Polay
yang nota bene penduduknya beragama Islam, bisa dikatakan seratus persen
anaknya disekolahkan ke RA Miftahul Ulum, dan Setiap hari orang tua
mengantarkan anaknya pergi ke sekolah tersebut sampai selesai atau sampai
pulang ke rumah. Ini berarti orang tua RA Miftahul Ulum sangat memperhatikan
terhadap pendidikan anaknya. Karena itulah peneliti merasa tertarik untuk
meneliti partisipasi orang tua terhadap pendidikan anaknya dalam meningkatkan
minat belajar anak di lembaga tersebut. Terhadap penelitian ini, penulis
sengaja memberi judul skripsi ini dengan “Partisipasi Wali Murid Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Anak Di RA Miftahul Ulum Langgar Polay Pamekasan”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan latar belakang masalah di atas
penulis merumuskan masalah penelitian ini pada:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana bentuk partisipasi wali
murid terhadap pendidikan anak di RA Miftahul Ulum? 2. Bagaimana minat belajar
anak di RA Miftahul Ulum?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1.
Mengetahui dan mendeskripsikan partisipasi wali murid terhadap pendidikan anak
di RA Miftahul Ulum. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan minat belajar anak di RA
Miftahul Ulum. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, menambah wawasan tentang
penulisan karya ilmiah serta dapat mengetahui kondisi riil tentang pendidikan
RA Miftahul Ulum. 2. Bagi lembaga, sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan
pengelolaan RA Miftahul Ulum. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-size: 16.0pt; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Pendidikan Agama Islam" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Partisipasi wali murid dalam meningkatkan minat belajar anak di Raudlatul Athfal Miftahul Ulum Pamekasan.</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-65881220564858037142017-08-19T21:37:00.001-07:002017-08-19T21:38:49.575-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Pendidikan Agama Islam:Komparasi konsep pengajaran antara Al-Ghazali dan John Dewey<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Pengajaran merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pengajaran Sebagai sarana penting dalam usaha membangun sumber daya manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan sehingga tercipta manusia yang memiliki moral, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keahlian dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya sebuah konsep pengajaran yang mapan untuk dijadikan acuan yang paten. Konsep pengajaran yang dimaksud adalah konsep pengajaran ideal.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library reseach). Metode pengggumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi, dan analisa datanya menggunakan analisis isi (content analisis) Adapun metode analisa datanya dalam skripsi ini menggunakan metode diskripsi, deduksi, induksi, kesinambungan historis dan serta menggunakan metode komparasi. Sedangkan tekhnik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian ini adalah (1) Pemikiran pengajaran Al-Ghazali bercorak religius-etik. Corak tersebut dipengaruhi oleh penguasaannya di bidang sufisme, dalam kepribadiannya penuh nilai-nilai Islami, ajaran tasawuf dan metafisika. Ia lebih menekankan pada budi pekerti dan spiritualitas manusia. Tujuan pengajarannya adalah taqarrub kepada Allah yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat, mengembangkan potensi manusia serta membentuk manusia yang berakhlak. Dalam rumusan garis-garis kebijakan dalam rencana pengajarannya sesuai dengan klasifikasi kelompok, golongan, nilai nilai materi pelajaran, secara hirarkis sesuai dengan tingkat manfaat dan bahaya yang ditimbulkannya. Dan metode dianjurkan menggunakan metode yang bervariasi dan harus disesuaikan dengan usia, karakter dan daya tangkap siswa. Adapun macamnya ada dua: pengajaran agama meliputi hafalan, pemahaman, keyakinan, dan pembenaran; metode pengajaran akhlak yakni metode keteladanan dan metode pembiasaan, Serta diikuti dengan evaluasinya. (2) pemikiran Konsep yang ditawarkan oleh John Dewey bersifat radikal, lebih mengedepankan kebebasan manusia secara mutlak. Dikatakan radikal karena berangkat dari perjuangannya yang melawan berbagai bentuk pengajaran yang tidak berdasarkan pada keinginan peserta didik. Menurutnya manusia sebagai subyek yang mampu merubah realitas. Ia lebih mengandalkan pada kebebasan manusia secara mutlak, tanpa adanya pengakuan bahwa penciptanya yang memiliki hak mutlak tersebut. Dalam rumusan garis-garis kebijakan dalam rencana pengajarannya penuh pertimbangkan, penyesuaian sungguh-sungguh dalam hubungan antara cabang-cabang pengetahuan dengan keadaan kapasitas pengalaman peserta didik. Metodenya pun juga tidak mengesankan pada penanaman nilai-nilai budi pekerti, ia lebih mengarah pada pengajaran yang kontekstual, non naratif dan lebih pada realitas kehidupan. Metode yang ia gunakan adalah metode problem solving, learning by doing dan metode disiplin; serta diikuti dengan evaluasi, reflektif, observasi, riwayat hidup dan expresiv (3) Komparasi dari pengajaran Al-Ghazali dan John Dewey dapat dilihat dari sisi persamaan maupun perbedaannya. Persamaannya secara ekplisit terletak pada pengakuannya tentang eksistensi manusia yang mana dengan fitrah, impulse kemanusiaannya mampu melakukan sesuatu untuk tujuan hidupnya. Selain itu keduanya sama-sama muncul dari sosio-kultural yang inhuman (kolonialisasi pemikiran). Sehingga pendapat-pendapat yang digunakan bersumber dari kenyataan dalam hidup dan pengalaman mereka masing-masing. Perbedaannya adalah Al-Ghazali dalam pemikirannya memiliki corak religius- etik, ia mencetuskan konsep berbasis Islami, yang menekankan pada sisi spiritualitas dan nilai-nilai moral. Sedangkan John Dewey dengan corak radikalnya mencetuskan konsep pengajaran pembebasan (demokrasi) dalam usaha kesadaran kritis menuju humanisasi.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Akhirnya, skripsi ini bermuara pada harapan bahwa pengajaran lebih memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar hidup, dalam prosesnya memberikan kesempatan berefleksi kepada siswa atas setiap pengalaman yang diperolehnya. Hal ini tidak hanya tanggung jawab guru sebagai pendidik, namun lebih jauh merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan sekolah. Mudah-mudahan konsepsi ini dapat menjadi masukan yang berarti bagi masa depan guru.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">A.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Latar
Belakang Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Manusia sebagai mahluk yang berpikir
atau “homo sapiens” mahluk yang berbentuk “homo faber” mahluk yang dapat di
didik/perkembang “homo educandum” dan dengan kedudukannya sebagai mahluk yang
berbeda dengan mahluk lainnya haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang
utuh dalam kaitannya dengan kepentingan perkembangan kognitif, psikomotorik dan
afektif. 1 Nilai dasar menjadi manusia sesungguhnya adalah berfungsinya potensi
dasar manusia secara optimal sehingga sanggup menjalankan aktifitas kehidupan,
dan cara untuk mengoptimalisasi, tidak lain melalui rangsangan pengajaran dan
pendikan. Manusia dapat menjadi manusia karena pengajaran dan pendidikan. 2
pengajaran maupun pendidikan pada hakikatnya merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Ini menunjukkan bahwa manusia akan
menjadi manusia karena pegajaran maupun pendidikan. atau dengan kata lain bahwa
pegajaran maupun pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia. 3 1 Sunarto Dan
Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik. Cetakan: 1 (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1999), hlm. 2-3 2 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, Upaya
Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam (Jogjakarta: IRCISOD,
2004), hlm. 143. 3 A. Weherno Susanto, “Pendidikan Dan Peningkatan Martabat
Manusia”, Jurnal Pendidikan, Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang No. 39 th. XIII,
Juli- September, 1995, hlm. 36. 1 18 Di dalam pengajaran maupun pendidikan
itulah terjadi proses interaksi belajar mengajar antara guru dan murid untuk
mendapatkan transfer kognitif, psikomotorik dan afektif sehingga orang yang
melakukan proses interaksi pengajaran maupun pendidikan tersebut menjadi
manusia yang utuh. Manusia yang secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang
merupakan pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau
sifat kudrati manusia yang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi
individu dan social, jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Keseimbangan
hubungan tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan
dirinya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau
lingkugnannya, dan manusia dengan tuhan merupakan hal yang secara mutlak
disandang oleh manusia, sehingga setiap manusia pada dasarnya sebagai pribadi
atau individu yang utuh. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Sampai saat ini proses interaksi pengajaran
maupun pendidikan juga masih dianggap sebagai kekuatan utama dalam komunitas
sosial untuk mengimbangi laju berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pengembangan eksistensi pengajaran maupun
pendidikan menuntut sistem pengajaran maupun pendidikan yang lebih dinamis dan
lebih responsif terhadap berbagai persoalan dan perubahan dalam dunia proses
interaksi pengajaran maupun pendidikan. Dalam hal ini, mungkin orang akan
mempertanyakan konsep filosofik yang melandasi sistem proses interaksi
pengajaran maupun pendidikan yang sedang dilaksanakan atau 4 Sunarto Dan Agung
Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Cetakan: 1 (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1999) hlm. 2-3 5 A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. V 19 mungkin juga konsep-konsep
operasionalnya ditinjau dan di kritik serta di perbaharui agar tetap relevan
dengan tuntutan perubahan dan perkembangan kehidupan manusia. 6 Dalam UU RI No.
20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, bab I pasal 1 dijelaskan bahwa pengajaran
maupun pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 7 Akan tetapi selama
ini yang terjadi adalah betapa proses interaksi pengajaran maupun pendidikan
selalu tidak sejalan dengan kenyataan yang di hadapi oleh siswa maupun anak
didik, maupun tingkat lokal. Padahal proses pengajaran maupun pendidikan
sesungguhnya dijalankan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan sumber
daya manusia yang (minimal) sanggup menyelesaikan persoalan lokal yang
melingkupinya. Dalam artian, setiap proses seharusnya mengandung berbagai
bentuk pelajaran dengan muatan lokal yang signifikan dengan kebutuhan
masyarakat. Sehingga out put pengajaran maupun pendidikan adalah manusia yang
sanggup memetakan sekaligus memecahkan masalah yang sedang dihadapi masyarakat.
8 6 Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Pendidkan Islam (Yogyakarta: Infinite
Press, 2004) hlm. 1. 7 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 (Bandung: Fokus Media, 2003), hlm. 3. 8 Firdaus M.Yunus, Pendidikan
Berbasis Realitas Sosial, Paulo Friere & YB. Mangun Wijaya (Jogjakarta:
Logung Pustaka, 2005) hlm. X. 20 Mangun Wijaya, mengatakan bahwa pengajaran
maupun pendidikan di dalam paradigma neokolonial Indonesia saat ini hanya
diajukan demi fungsi terhadap kebutuhan penguasa, tidak demi masyarakat.
Sehingga setiap pengambilan keputusan selalu harus menunggu datang dari
penguasa, masyarakat tidak pernah menjadi pemikir yang kreatif dan terampil
untuk setiap saat mengadakan penyesuaian dalam perbagai alternatif yang
mungkin. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Meminjam istilah Azyumardi Azra, terjadi
semacam situasi anomaly atau bahkan krisis identitas ideologis. 10 Sistem
proses interaksi pengajaran maupun pendidikan di Indonesia sudah memiliki
ideologi sendiri, yaitu pancasila. Namun implementasinya dalam penyelenggaraan
pengajaran maupun pendidikan, walaupun sudah ada Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, masih belum jelas arahnya. Terbukti masih banyak
mengadopsi strategi dari ideologi pengajaran dan pendidikan lain. Dengan
pertimbangan menghadapi globalisasi memanfaatkan strategi orang lain sah-sah
saja, dengan maksud untuk meningkatkan mutu proses interaksi pengajaran maupun
pendidikan nasional yang saat ini tertinggal dari negara-negara lain selama
strategi itu tidak menggoyahkan ideologi sendiri, maka tidak masalah. 11 Hasil
investigasi dari beberapa lembaga internasional yang menunjukkan bahwa proses
interaksi pengajaran maupun pendidikan di Indonesia memiliki kwalitas yang
masih sangat rendah. Penyebab rendahnya kwalitas pengajaran maupun pendidikan
di Indonesia ini, menurut penelitian Darmaningtyas, karena 9 Firdaus M. Yunus,
Ibid, hlm. 10. 10 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan ModernisasiMenuju
Millenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 33. 11 Achmadi,
Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 9. 21 pengajaran maupun pendidikan (hanya) dijadikan alat
untuk melanggengkan kekuasaan dan mendukung ideology militeristik. Karena
itulah menurut H. A. Tilaar, proses interaksi pengajaran maupun pendidikan yang
dikembangkan orde baru tidak mungkin dapat melahirkan generasi yang ideal.
Sebaliknya melalui pengajaran maupun pendidikan seseorang malah masuk perangkap
setan, anak kehilangan kejujuran, tipisnya rasa kemanusiaan, kurangnya jiwa
makarya, hilangnya pribadi yang mandiri dan rendahnya disiplin diri. 12
Strategi pembangunan yang mengadopsi barat dan meletakkan model kapitalisme
sebagai kiblat yang harus ditiru telah memberikan implikasi terciptanya
masyarakat yang hedonistik, individualistik dan materialistik. 13 Padahal
tujuan pengajaran maupun pendidikan yang diharapkan tidak seperti itu, sesuai
dengan Undang-Undang NO. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pengajaran maupun pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. 14 12 Nurul Huda, Cakrawala Pembebasan Agama, Pendidikan Dan Perubahan
Sosial (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hlm. 150-151. 13 Muslih Musa,
Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1991), hlm. 10. 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen Serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 76. 22
Disisi lain, dalam pasal 31 UUD 1945 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran maupun pendidikan. Dalam ayat (4) juga
disebutkan bahwa Negara memprioritaskan anggaran pendidikan skurang-kurangnya
dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. 15 Tetapi pada kenyataannya pendidikan nasional untuk saat
ini sepertinya semakin jauh dari visi kerakyatan. Bahkan dengan gerakan otonomi
sekolahsekolah tinggi semakin jelas menunjukkan gejala kapitalisme pendidikan.
Saat ini pengajaran maupun pendidikan dikelola dengan menggunakan manajemen
bisnis yang kemudian menghasilkan biaya yang melangit. Biaya pendidikan makin
mahal, bahkan terkesan telah menjadi komoditas bisnis bagi kaum pemilik modal
(kapitalis). 16 Dengan menggunakan label "sekolah unggulan",
"sekolah favorit", sekolah panutan dan sebagainya biaya pendidikan
semakin mencekik "wong cilik". Pendidikan kita semakin menindas
terhadap kaum marginal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Rakyat lemah tidak lagi mampu
mengenyam pengajaran maupun pendidikan bermutu akibat mahal-nya biaya
pendidikan itu. Kita tentunya masih ingat dengan kasus Haryanto, seorang murid
Sekolah Dasar Muara Sanding VI Garut yang putus asa lalu bunuh diri dengan
menggantung diri akibat tidak mampu membayar biaya kegiatan ekstrakurikuler.
Orang tuanya tidak mampu memberikan biaya kegiatan yang hanya sebesar dua 15
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Dan Amandemennya (Bandung: Fokus Media,
2004), hlm. 23. 16 Mu'arif, Wacana Pendidikan Kritis Menelanjangi Problematika,
Meretas Masa Depan Pendidikan Kita (Jogjakarta: IRCISOD, 2005), hlm. 115. 23
ribu lima ratus rupiah. Ia kemudian putus asa lalu menggantung diri. Inilah
salah satu dari sekian potret kaum marginal yang serba dalam kesulitan. 17
Akibat eksklusivitas pengajaran maupun pendidikan tersebut, masyarakat miskin
pun menjadi sulit untuk mengubah kehidupannya. Mereka pun akhirnya sering
diidentikkan dengan kebodohan. Parahnya, sifat fatalistik yang begitu kuat
melekat pada masyarakat kita menyebabkan kemiskinan dianggap sebagai nasib atau
takdir yang harus diterima. Masyarakat miskin dengan tabah menjalani nasibnya,
tanpa ada perlawanan terhadap sistem yang telah membuat mereka miskin.
Seharusnya kondisi ini tidak terjadi, jika masyarakat kita sadar bahwa
kemiskinan itu bisa dicegah melalui proses pengajaran maupun pendidikan.yang
dibangun dari komunitasnya sendiri. pengajaran maupun pendidikan seharusnya
menjadi alat perlawanan bagi kaum tertindas untuk melawan kemiskinan dan
kesewenang-wenangan dari penguasa yang tidak berpihak pada rakyat jelata.
Menurut aktivis pendidikan Boy Fidro, pengajaran maupun pendidikan seharusnya
menjadi alat untuk membangun kesadaran yang kritis, sehingga dia menjadi
individu yang begitu peka terhadap lingkungannya. Jika masyarakat kita sudah
mencapai kesadaran maka mereka tidak akan lagi memposisikan kemiskinan sebagai
sesuatu yang harus diterima apa adanya. Mereka akan mempertanyakan mengapa
kemiskinan tersebut terjadi pada mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Jika sikap Jika ditarik kebelakang, kondisi yang terjadi
di atas juga memiliki beberapa kesamaan dalam beberapa hal pada masa Al-Ghazali
dan John dewey. Pada masa Al-Ghazali terdapat gerakan ilmiah yang sangat
radikal dan berkelanjutan. Proses pengajaran maupun pendidikan mengacu
capaian-capaian kebendaan, hedonis, materialistik 19 , dan terjadinya kerusakan
moral. 20 Dalam situasi kekacauan seperti ini, Al-Ghazali terdorong oleh rasa
tanggung jawabnya untuk memperbaiki kekacauan pikiran dan perbuatan yang
menggoncangkan kehidupan, sehingga pemikiran Al-Ghazali tentang Proses
pengajaran maupun pendidikan secara makro merupakan koreksi terhadap sistem
pengajaran maupun pendidikan output yang dihasilkan. Sebenarnya Al-Ghazali
telah menyusun konsep pengajaran maupun pendidikan yang ideal dan lengkap untuk
mendidik manusia secara utuh. Kesamaan pada masa John dewey, ia mengubah
sekolah tradisional yang dianggapnya sudah tidak layak untuk dijalankan, karena
dalam sekolah tradisional terdapat kekacauan dan kesalahan, diantaranya:
pertama, ia membrantas dengan keras kesalahan sekolah tradisional dan
memasukkan “kerja” dalam ruangan sekolah; kedua, dalam sekolah lama jarak
antara pengajaran dan penghidupan anak sangat jauh. Dialah yang mendekatkan
kehidupan anak di sekolah dengan 18 Pikiran Rakyat, Saatnya Siswa Menjadi
Subyek Pendidikan, Opini (Http: Www. Yahoo. Com, Diakses 7 April 2006) 19
Sulaiman Dunya, Al-Haqiqat Pandangan Hidup Imam Al-Ghazali (Surabaya: Pustaka
Himah Perdana, 2002), hlm. 29. 20 Ali Al-Jumbulati dan A. Futuh At-Tuwanisi,
Perbandingan Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 128. 25
kehidupan masyarakat. Ia mengubah sekolah kuno yang pasif mati itu menjadi
sekolah baru, yang aktif hidup, hingga anak dapat menambah pengetahuan dan
kecakapannya serta menemukan skill dan bakatnya dengan baik. Ketiga, di sekolah
kuno pelajaran tiap tahun selalu berlangsung sama, tetapi pengajaran proyek
mengubah keadaan yang statis itu menjadi dinamis, tiap tahun pengajaran maupun
pendidikan berganti sesuai dengan masalah yang diambil dari masyarakat yang
selalu hidup dan berubah, dan sesuai dengan perkembangan perhatian anak.
Keempat, anak dilatih belajar sungguh-sungguh dan bekerja sama, tidak seperti
di sekolah kuno. Di sekolah tradisional anak hanya mengahafal dan berbuat untuk
kepentingan diri saja. 21 Untuk dapat menguasai dunia sekitarnya, manusia
memerlukan alat berupa pengetahuan dan tekhnologi. Selain menguasai dunia
sekitarnya, ia perlu mengetahui dirinya sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pengetahuan akan diri sendiri,
kemampuan dan keterbatasan diri merupakan syarat untuk mengetahui dan
mengeksploitasi dunia sekitar. Pengembangan potensi diri ini merupakan salah
satu proses penting menuju terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya. Subyek
yang menjadi pusat lingkungan bukanlah berdiri di ruangan kosong. Dia berada
dalam lingkungan hidup bersama yang berbudaya dengan konfigurasi nilai-nilai.
Dia adalah produk, pendukung, sekaligus penggerak kebudayaan dan nilai-nilai
yang di kandungnya. 22 21 Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif: Menimbang
Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta, Safiria Insani Press,
2004) hlm. 63-64. 22 HR. Tilaar, Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Menyongsong Abad XXI (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 71. 26 Seorang
pemikir Islam Al-Jundi, sebagaimana dikutip Mohammad Arkoun mengatakan, manusia
bebas atau kebebasan manusia merupakan satu diantara ciri khas Islam, karena
Islam adalah agama yang pertama kali menganjurkan kebebasan manusia. 23 Menurut
Islam kebebasan merupakan sikap dasar manusia dan salah satu wujud jati diri
manusia yang sebenarnya jika dibandingkan dengan makhluk lain. Jati diri inilah
yang manusia seutuhnya, berkarakter dan mandiri. Sebenarnya untuk mewujudkan
fungsi dari Proses pengajaran maupun pendidikan harus berusaha mengembangkan
potensi yang telah ada pada diri manusia, yang dibawanya sejak menghirup udara
kehidupan di dunia ini, agar manusia benar-benar menjadi manusia. Sebab tanpa
adanya usaha stimulatif yang bersifat eksternal terhadap perkembangan potensi
tersebut, manusia sulit dan jauh untuk menjadi manusia yang sempurna. 24 Bagi
Al-Ghazali, pengembangan potensi diri (fitrah) manusia tersebut harus dilakukan
dan menjadi keharusan dari pengajaran dan pendidikan. Menurutnya, sasaran
pengajaran dan pendidikan. menurut Al-Ghazali adalah kesempurnaan insani
didunia dan akhirat. Dan manusia akan sampai pada kesempurnaan hanya dengan
melalui sifat keutamaan melalui jalur ilmu, sehingga menjadi bahagia dunia dan
akhirat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Menurut konsep ini, dapat dinyatakan bahwa
semakin lama seseorang duduk di bangku pendidikan atau mendapatkan pengajaran,
semakin bertambah ilmu pengetahuannya, maka semakin dekat kepada Allah. Tentu
saja, untuk mewujudkan hal itu bukanlah sistem pengajaran maupun pendidikan dan
pendidikan sekuler yang memisahkan ilmu-ilmu keduniaan dari nilai-nilai kebenaran
dan sikap religius, juga bukan pengajaran maupun pendidikan Islam tradisional
yang konservatif. Tetapi sistem Proses pengajaran maupun pendidikan yang
memadukan keduanya secara integral. Sistem inilah yang dapat membentuk manusia
mampu melaksanakan tugas-tugas kekhalifahannya. Bahkan lebih jauh, hakekat ilmu
menurut Al-Ghazali mengandung makna menghilangkan pengertian ilmu secara
terpisah. Karena sentralisasi ilmu ada pada Tuhan sebagai pemiliknya dan
manusia (hanya) sebagai pengembangannya. Sehingga jelas tercipta hubungan satu
arah yakni ilmu untuk Allah dan ilmu untuk manusia oleh manusia yang berporos
kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 32 : (. .ÃÞ
Â) . Ô ü Æ ¾È û ¾ ¾ û ÔÂã ¾ Artinya: “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha bijaksana“. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ide luhur ini akan memberikan
tetesan-tetesan kebawah (Trickle down effects) apabila Proses pengajaran maupun
pendidikan sebagai proses pendewasaan sosial manusia menuju tataran ideal
tersebut dibangun melalui pola 28 ignasian, cara seorang pendidik dalam
mendampingi para pelajar dengan mengenalkan refleksi sebagai unsur essensial.
26 Munculnya Ide cemerlang “Paedagogi of the Oppresed“ 1978, merupakan angin
segar bagi perkembangan teori pengajaran maupun pendidikan, dan secara politis
memberikan alternatif solusi yang ‘bersemangat‘ atas kebuntuan yang melanda
praktek pengajaran maupun pendidikan di seantero dunia. Democration,
Conscientizacao dan Humanism adalah asumsi dasar yang digunakan oleh John dewey
“pendidik revolusioner” dalam mega proyek pemberantasan sekolah tradisional di
negaranya (Amerika). Apa yang telah digagas oleh John Dewey bukan semata-mata
sebatas wacana Proses pengajaran maupun pendidikan saja. Namun lebih jauh John
dewey telah menggunakan pendekatan filosofis yang kemudian membangun paradigma
konsep pengajaran dan pendidikan yang pragmatis dan progresiv. Setiap Proses
pengajaran maupun pendidikan, baginya merupakan proses masyarakat mengenal
diri. Dengan perkataan lain, pengajaran maupun pendidikan adalah proses agar
masyarakat menjadi hidup dan dapat melangsungkan aktivitasnya untuk masa depan.
Dengan demikian, Proses pengajaran dan pendidikan adalah proses pembentukan
impulse (perbuatan yang dilakukan atas desakan hati). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> pengajaran maupun pendidikan pragmatisme John
Dewey lebih menekankan pada futuralistik (sebuah pendidikan yang berwawasan
masa depan). Karena sifatnya yang future oriented, pragmatisme menolak model
pengajaran maupun pendidikan yang ingin kembali ke masa lampau. Dari karakter
yang demikian, maka pengajaran maupun pendidikan pragmatisme sering disebut
sebagai pengajaran maupun pendidikan modern. pengajaran maupun pendidikan modern
menganjurkan agar yang berbuat, yang menghasilkan, dan yang mengajar adalah
peserta didik sendiri. Sedangkan peran pendidik lebih berfungsi sebagai
fasilitator dan pembimbing. 28 Hakekat pengajaran maupun pendidikan. menurut
pragmatisme adalah menyiapkan anak didik dengan membekali seperangkat keahlian
dan ketrampilan teknis agar mampu hidup di dunia yang selalu berubah dan
berkembang. pengajaran maupun pendidikan diyakini mampu merubah kebudayaan baru
dan dapat menyelamatkan masa depan manusia yang semakin kompleks dan menantang.
pengajaran maupun pendidikan adalah tempat pembinaan manusia untuk survive
menyesuaikan diri dengan perubahan cultural dan tantangan zaman. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pragmatisme berkeyakinan bahwa
pengajaran maupun pendidikan dapat menolong manusia menghadapi periode transisi
antara pola pikir tradisonal dengan pola pikir progresif (modern) yang selalu
berubah. Fase ini merupakan permulaan bagi periode revolusi menuju tata hidup
sosial, teknologi, dan moral yang semakin modern. 30 Konsep pengajaran maupun
pendidikan Dewey yang 28 Hasan Langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam:
Suatu Analisa Sosio-Psikologis, (Grafindo: Jakarta, 1985), hlm. 28. 29 Ali
Maksum Dan Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal Di Era Modern
Dan Post-Modern. ( IRCISOD: Yogyakarta, 2004), hlm. 259. 30 Mohammd Noor Syam,.
Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. (Usaha Nasional:
Surabaya, 1988), hlm. 228. 30 berlandaskan pada filsafat pragmatisme, menilai
suatu pengetahuan dalam masyarakat. Yang diajarkan adalah pengetahuan yang
segera dapat dipakai dalam penghidupan masyarakat sehari-hari. 31 Dari latar
belakang di atas, terdapat dua konsep pengajaran yang berbeda antara Al-Ghazali
dan John dewey. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan
sosio kultural yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk
mengkaji kedua tokoh tersebut dengan judul “Komparasi Konsep Pengajaran Antara
Al-Ghazali Dan John Dewey" agar menemukan titik relevansinya sebagai
kajian yang aktual dalam moment inovasi yang terjadi di negara ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">B.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Bertitik tolak dari deskripsi di atas, penulis
merumuskan masalahnya sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> 1. Bagaimanakah konsep pengajaran Al-Ghazali?
2. Bagaimanakah konsep pengajaran John Dewey? 3. Bagaimanakah komparasi konsep
pengajaran antara al-Ghazali dan John Dewey? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Dalam pembahasan ini penulis mempunyai tujuan
sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">1. Untuk mendiskripsikan konsep
pengajaran Al-Ghazali 2. Untuk mendiskripsikan konsep pengajaran John Dewey 3.
Untuk mengetahui komparasi konsep pengajaran Al-Ghazali dan John Dewey. Dari
proses penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada peneliti secara pribadi
dan manfaat bagi semua pihak, antara lain: 1. Bagi penulis Penelitian ini
sebagai suatu wacana untuk memperluas cakrawala pemikiran tentang konsep atau
teori pengajaran. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">2. Bagi khalayak umum Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sebuah informasi dan memperkaya khasanah keilmuan yang
dapat dibaca, dikonsumsi dan dikaji oleh khalayak umum, khususnya para kaum
terpelajar yang ingin mengetahui tentang konsep pengajaran Al-Ghazali dan John
dewey. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">3. Bagi pengembangan ilmu pendidikan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan nuansa baru bagi proses perkembangan
keilmuan pendidikan, sekaligus menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan, terutama dalam dunia pendidikan di Indonesia. </span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Pendidikan Agama Islam" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Komparasi konsep pengajaran antara Al-Ghazali dan John Dewey</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-26858148491399039422017-08-19T21:34:00.000-07:002017-08-19T21:34:26.968-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Pendidikan Agama Islam :Upaya kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Sampai saat ini pendidikan Islam di madrasah sering dipandang sebagai pendidikan “kelas dua”. Pengelola madrasah dituntut lebih peduli dalam meningkatkan profesionalitas, mutu madrasah dan mutu pendidikan secara terus menerus, agar madrasah memberikan andil dalam peran pendidikan Islam di abad 21. Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas ringan, karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat rumit dan komplek, baik yang menyangkut perencanaan, pendanaan maupun efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya Kepala Madrasah sebagai pemimpin madrasah tersebut. Kepala Madrasah dalam mengelola lembaganya telah banyak memberi kontribusi yang positif bagi perkembangan dan kemajuan madrasah di kemudian hari.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diangkat peneliti yaitu Bagaimana proses Kepala Madrasah mengidentifikasi masalah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah, Prasyarat apa yang dibutuhkan oleh MTs Al-Hidayah dalam meningkatkan mutu pendidikan, Bagaimana Kepala Madrasah merencanakan peningkatan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah, Bagaimana implementasi peningkatan mutu pendidikan di MTs Al-Hidayah dan Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari Uapaya Kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya studi kasus di MTs Al-Hidayah. Dengan tujuan dapat memberikan diskripsi yang padat serta mengenal subyek secara pribadi dan lebih dekat. Karena dengan adanya pelibatan langsung dengan subyek di lingkungan subyek. Pelibatanini akan dapat mengeskplorasi situasi, kondisi peristiwa secara langsung.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Data yang dihimpun peneliti adalah melalui tiga metode yaitu (1) Metode Wawancara (depth interveuw). (2) Metode Observasi, dan (3) Metode Dokumentasi. Agar hasil penelitian tersusun sistematis maka langkah-langkah peneliti dalam menganalisa data adalah pengumpulan data, reduksi data merupakan proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan menyerdehanakan data sejak awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan, sedangkan penyajian data dilakukan dengan cara menganalisis data hasil reduksi dalam bentuk naratif yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan dan penarikan kesimpulan.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dengan rancangan penelitian seperti yang dijelaskan di atas, peneliti memperoleh hasil bahwa proses Kepala Madrasah dalam mengidentifikasi masalah pada MTs Al Hidayah Donowarih tertuju pada 9 unsur program Madrasah Education Developing Projetc (MEDP) yaitu (1) Kurikulum dan pembelajaran, (2) Administrasi dan manajemen, (3) Organisasi kelembagaanm (4) Sarana dan prasarana, (5) Ketenagaan, (6) Pembiayaan dan pendanaan, (7) Peserta didik, (8) Peran serta masyarakat dan (9) Lingkungan dan budaya sekolah. Sedangkan Prasyarat dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu Membuat Program Perencanaan Pengembangan Madrasah MEDP-MDP, Memiliki sembilan (9) komponen serta angket Evaluasi Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah, Memiliki dokumen kurikulum standart nasional secara lengkap, Menggunakan kurikulum nasional dalam pembelajaran, Memiliki perencanaan program pembelajaran tahunan dan semesteran, Melaksanakan praktik untuk mata pelajaran Pendidikan Agama seperti : praktik Bimbingan Baca Qur’an (BBQ), Wudlu, Sholat wajib yang benar, Sholat sunnah yang benar dan praktik Sholat jenazah, Madrasah memiliki visi misi yang jelas dalam peningkatan mutu PMB dan Madrasah juga memiliki rencana pengembangan jangka pendek, menengah dan jangka panjang/tahunan. Upaya Kepala Sekolah dalam mengimplementasi peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu (1) Mutu masukan dimana perlunya pembenahan mutu SDM diantaranya administrasi siswa, pegawai, guru, staf tata usaha melalui pelatihan dan penataran. (2) Mutu Proses dimana proses pembelajaran yang dilakukan guru apakah sudah memenuhi proses 6 M, yaitu: mendidik, mengajar membimbing, melatih, mengarahkan, dan menggerakkan. Dan (3) Mutu Hasil, mengingat siswa Madrasah Tsanawiyah Al- Hidayah pada umumnya meneruskan ke Aliyah atau setara maka diperlukan NUN tinggi yang tinggi untuk bersaing mendapatkan SMU/ MA yang terakreditasi. Dan dampak yang ditimbulkan dari Upaya Kepala Madrasah dalam meningkatkan Mutu Pendidikan pada MTs Al-Hidayah Donowarih Kec. Karang Ploso Kab. Malang terdiri dari segi positif terdiri (1) Adanya kebersamaan dalam pengelolaan kurikulum dan proses belajar mengajar, (2) Adanya semangat juang guru dan pegawai, (3) Sarana dan Prasarana lebih meningkat, (4) Peran serta masyarakat yang positif. Sedangkan dari segi negatif dimana Kemampuan dan jiwa psikologi siswa berbeda-beda.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Posisi Kepala Madrasah sebagai pemimpin pendidikan di tingkat operasional
memiliki peran sentral dalam membawa keberhasilan lembaga pendidikan. Kepala
Madrasah berperan memandu, membimbing, memberi, membangun dan meningkatkan mutu
pendidikan. Di samping itu, Kepala Madrasah juga berperan dalam mengendalikan
organisasi dan menjalin komunikasi yang baik, memberi supervisi atau pengawasan
yang efisien, dengan ketentuan waktu yang terencana. Kepala Madrasah juga
memiliki kedudukan di masyarakat, adapun kedudukan Kepala Madrasah dalam
masyarakat adalah sebagai pembimbing dan pendorong dalam meningkatkan
pendidikan di masyarakat. Dalam kaitannya dengan peran di masyarakat Kepala
Madrasah juga harus mengenal badan dan lembaga di masyarakat yang dapat
menunjang pendidikan serta mengenal perubahan sosial, ekonomi dan politik masyarakat.
Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Madrasah bertanggung jawab dalam
pertumbuhan guru secara kontinyu. Melalui praktek yang demokrasi Kepala
Madrasah harus mampu membantu guru berkaitan dengan kebutuhan masyarakat
sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai. Pendidikan merupakan kunci kemajuan,
semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu
masyarakat/bangsa, maka akan 2 diikuti dengan semakin banyaknya kualitas
masyarakat/bangsa tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengembalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Mutu
pendidikan yang rendah terletak pada unsur-unsur dari sistem pendidikan
sendiri, yakni pada faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal
terdiri dari sumber daya ketenagaan sarana dan fasilitas, manajemen sekolah
serta pembiayaan pendidikan dan kepemimpinan. Disamping itu, faktor eksternal
berupa partisipasi politik rendah, ekonomi tak berpihak terhadap pendidikan,
sosial budaya, rendahnya pemanfaatan sains dan teknologi juga mempengaruhi mutu
pendidikan.2 Pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dan sekaligus merupakan
sumber daya yang sangat penting khususnya bagi Negara yang sedang berkembang.
Uraian di atas maka sebagai salah satu jalan keluar yang paling baik untuk
mengatasi hal tersebut adalah melalui jalur pendidikan karena pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Pendidikan akan membantu membentuk kepribadian di masa yang akan datang dan
sekaligus juga mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional. 1 Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas (Bandung, Citra Umbara, 2006) Hlm 72 2 Syarifuddin, Manajemen Mutu
terpadu Dalam Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi : (Jakarta, Grasindo.
2002) Hlm 7 3 Sebagaimana dikemukakan dalam pembukaan UUD 1945, dan juga yang
terdapat dalam UUSPN 2003 Bab II pasal 2 dan 3 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pasal 2 : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pasal 3 : Pendidikan Nasional berbunyi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik akan menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan serta bertanggung
jawab. 3 Madrasah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat
kompleks, karena madrasah sebagai organisasi didalamnya terdapat berbagai
dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan
sifat unik, menunjukkan bahwa madrasah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri
tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang
menempatkan madrasah yang memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses
belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.4
Karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, maka madrasah sebagai organisasi
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan madrasah adalah
keberhasilan Kepala Madrasah. Kepala Madrasah yang berhasil apabila mereka
memahami keberadaan madrasah sebagai organisasi yang komplek dan unik, serta
mampu melaksanakan peranan Kepala 3 Undang-undang : Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Delpin, Bandung, 2003) Hlm 8-9 4 Wahjosumijo. Kepemimpinan Kepala
Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. (Jakarta, Raja Grafindo
Persada. 2002) Hlm 81 4 Madrasah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab
untuk memimpin madrasah. Sampai saat ini pendidikan Islam di madrasah sering
dipandang sebagai pendidikan “kelas dua”. Pengelola madrasah dituntut lebih
peduli dalam meningkatkan profesionalitas, mutu madrasah dan mutu pendidikan
secara terus menerus, agar madrasah memberikan andil dalam peran pendidikan
Islam di abad 21. Hal ini dapat dilakukan kalau tenaga kependidikan di madrasah
memiliki visi secara terpadu tentang mutu dan tujuan madrasah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas ringan, karena tidak
hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan
yang sangat rumit dan komplek, baik yang menyangkut perencanaan, pendanaan
maupun efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem sekolah. Peningkatan
kualitas pendidikan juga menuntut mutu pendidikan yang lebih baik.5 Salah satu
cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
Nasional tingkat madrasah adalah dengan cara membenahi sistem pengelolaan
madrasah, administrasi madrasah, kedisiplinan, peningkatan kemampuan guru dalam
mengajar, kerjasama antara sekolah dan masyarakat. Mutu pendidikan senantiasa
perlu di tingkatkan agar selalu dapat mengikuti perkembangan dunia ilmu
pengetahuan atau bahkan dapat mewarnai dinamika masyarakat untuk mewujudkan
cita-cita idealisme 5 Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Remaja
Rosdakarya. 2004) Hlm 21 5 tersebut maka pembangunan Indonesia secara formal
telah menggariskan beberapa kebijaksanaan pembangunan dalam sektor pendidikan
sebagaimana telah dijelaskan dalam GBHN yang salah satu tujuannya adalah untuk
memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi
perkembangan. Salah satu bukti perhatian pemerintah dalam mewujudkan pembinaan
terhadap madrasah-madrasah yaitu dengan dikeluarkannya Surat Keputusan bersama
tiga Menteri yang dikenal dengan sebutan SKB3M. adapun yang dimaksud dengan
SKB3M yaitu keputusan bersama antara Menteri agama, Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan SK No.6 Tahun 1975 tertanggal 24 Maret
1975 tentang peningkatan mutu pendidikan. Pada SKB3M dibentuk peraturan bahwa
yang dimaksud dengan madrasah adalah lembaga pendidikan yang dijadikan mata
pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran yang diberikan sekurang-kurangnya
30 % di samping juga pelajaran umum.6 Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah merupakan
suatu lembaga pendidikan swasta di bawah naungan Yayasan Al Ma’arif terletak di
desa Donowarih Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Madrasah Tsanawiyah
tersebut, mempunyai tempat yang strategis, jauh dari keramaian kota, berada di
lingkungan pesantren, Kyai Isma’il sebagai tokoh agama di lingkungan masyarakat
tersebut, beliau yang mempunyai tempat serta sebagai pendukung atas berdirinya
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah tersebut dan 6 H.A. Timur Djainil, Peningkatan
Mutu Pendidikan Agama, (Jakarta, Dermaga 1983) Hlm 72. 6 lingkungannya cukup
mendukung. Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah tepatnya berada di Jalan Raya Batu
Utara, sebelah utara Masjid Jami’ Karangan, 2 km dari Kecamatan Karangploso ke
arah barat, dan ±15 km ke arah barat laut dari kota Malang. Berkat dorongan
masyarakat yang penuh semangat perjuangan terhadap agama, maka pada tahun 1983
didirikan Madrasah Tsanawiyah AlHidayah. termasuk sangat signifikan dalam waktu
25 tahun setelah didirikan. Sekolah ini telah berani menunjukkan kebesaran
dirinya melalui ekstrakurikuler sebagai sarana pengembangan diri siswa. Ada 12
kegiatan ekstra tersebut yakni OSIS, pramuka, baca tulis Al-Qur’an atau BBQ,
PMR, Club Komputer, Club Bahasa Arab, Club Bahasa Inggris, drumband, PASKIBRA,
Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Olah Raga Prestasi dan Bina Vokal atau Musik.
Adapun 2 diantaranya menjadi unggulan yaitu drumband dan musik. Kini dalam
perkembangannya MTs Al-Hidayah juga sering mendapatkan berbagai kejuaraan dan
terus melakukan berbagai perbaikan baik sarana prasarana maupun kualitas
pendidikannya. Adapun visi MTs Al-Hidayah Karang Ploso Malang sebagai lembaga
yang BERPRESTASI DALAM IPTEK UNGGUL DALAM IMTAQ. Sedangkan misinya adalah melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif, kreatif sehingga siswa berkembang
secara optimal, memahami nilainilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak sesuai dengan potensi yang dimiliki, menumbuhkan semangat belajar
seluruh siswa yang berorientasi pada hasil, menekankan pemahaman, penghayatan
secara 7 komprehensif dalam berfikir dan bertindak sebagai dampak dari
pengalaman, dan penghayatan pengetahuan serta ketrampilan, membantu guru dalam
meningkatkan pengembangan kurikulum berorientasi pada proses pembelajaran yang
dinamis, dan kondusif bagi pembentukan serta pencapaian kompetensi siswa,
menumbuhkan ketaatan siswa terhadap ajaran agama yang dianut sebagai kunci
dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan serta moral budi pekerti yang luhur,
membekali siswa dengan ketrampilan hidup yang mengarah pada penguasaan tenik
budidaya tanaman hias ruang sekaligus teknik pemasarannya dan menumbuhkan
semangat kekeluargaan pada warga sekolah serta pendekatan menyeluruh dan
kemitraan terhadap seluruh komponen sosial masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sedangkan tujuan MTs Al-Hidayah Karang Ploso Malang adalah
mewujudkan silabus dan perangkat pembelajaran untuk tiap mata pelajaran,
mewujudkan metode dan strategi pembelajaran untuk tiap mata pelajaran,
mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, mewujudkan peningkatan
kegiatan ketrampilan /life skill, mewujudkan tercapainya standart nilai ujian
akhir nasional, mewujudkan siswa memiliki Akhlaq Mulia, mewujudkan siswa
memiliki kemantapan aqidah dan kedalaman spiritual, mewujudkan lingkungan
belajar yang kondusif, mewujudkan peningkatan sumber daya kependidikan yang
profesional, mewujudkan siswa unggul prestasi akademik dan non akademik,
mewujudkan siswa mandiri, kreatif dan terampil, mewujudkan kelembagaan dan manajemen
yang berkualitas, 8 mewujudkan peningkatan perangkat penilaian pendidikan, dan
mewujudkan persiapan siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
MTs Al-Hidayah memiliki Akta Pendirian kelembagaan madrasah dengan nomor
Lm/3/354/B/1985 9-Jan-85. Struktur organisasi MTs AlHidayah terdiri dari Kepala
Madrasah, Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Madrasah Bidang
Kesiswaan. MTs Al-Hidayah memiliki gedung sendiri tetapi sangat kurang yang
terdiri dari 3 ruang kelas. Sedangkan untuk ruang Kepala Madrasah, ruang wakil
Kepala Madrasah, ruang guru dengan ruang Tata Usaha.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Disamping itu, untuk
menunjang prestasi akademik MTs Al-Hidayah mempunyai perpustakaan meskipun
koleksi buku pelajaran dan referensi masih kurang memadai. Dalam perkembangan
teknologi MTs Al-Hidayah juga membekali siswa-siswinya dengan adanya
laboratorium komputer meskipun belum tersedia jaringan internet. Sedangkan
untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa MTs Al-Hidayah juga menyediakan
sarana peribadatan. MTs Al-Hidayah mempunyai prestasi akademik dan non
akademik, terbukti setiap tahunnya para siswa dapat lulus dengan hasil
memuaskan dan dapat diterima di sekolah-sekolah negeri yang favorit. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Oleh karena itu, setiap tahunnya jumlah siswa semakin meningkat
karena kualitas pendidikan yang dimiliki, sehingga para orang tua berharap agar
anaknya dapat diterima di sekolah tersebut. Perkembangan dan kemajuan yang
dicapai MTs Al-Hidayah selama ini tidak lepas dari upaya Kepala Madrasah
sebagai pemimpin madrasah 9 tersebut. Kepala Madrasah dalam mengelola
lembaganya telah banyak memberi kontribusi yang positif bagi perkembangan dan
kemajuan madrasah di kemudian hari. Bertolak uraian di atas, maka peneliti
terdorong untuk membahas dalam penelitiannya dengan judul :“UPAYA KEPALA
MADRASAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PADA MADRASAH TSANAWIYAH AL-HIDAYAH
KEC. DONOWARIH KAB. MALANG”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Fokus
Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses Kepala Madrasah mengidentifikasi
masalah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah? 2. Prasyarat
apa yang dibutuhkan oleh MTs Al-Hidayah dalam meningkatkan mutu pendidikan? 3.
Bagaimana Kepala Madrasah merencanakan peningkatan mutu pendidikan pada MTs
Al-Hidayah? 4. Bagaimana implementasi peningkatan mutu pendidikan di MTs
AlHidayah? 5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh upaya Kepala Madrasah
dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tujuan
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dalam skripsi ini bertujuan
untuk:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Mendeskripsikan proses
identifikasi masalah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah 2.
Mendeskripsikan prasyarat dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs
Al-Hidayah 3. Mendeskripsikan proses perencanaan Kepala Madrasah dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah 4. Mendeskripsikan
implementasi Kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs
Al-Hidayah 5. Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan Kepala Madrasah dalam
meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Manfaat praktis meliputi
: a. Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang upaya yang
dicapai Kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di lembaga tersebut
b. Untuk Kepala Madrasah Sebagai pemimpin lembaga dapat digunakan sebagai
masukan dan pertimbangan untuk meninjau kembali dan memperhatikan 11 lembaganya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama para peserta didik. c. Untuk
Jurusan PAI Sebagai Evaluasi pada jurusan PAI dan dapat mengidentifikasi
masalah dalam peningkatan mutu pendidikan d. Untuk Universitas Islam Negeri
Malang Sebagai bahan kajian untuk melenkapi perpustakaan dan bahan dokumentasi.
<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2.
Manfaat teoritis Menambah perluasan khasanah ilmu pengetahuan khususnya
pendidikan Agama Islam </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-size: 16.0pt; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Pendidikan Agama Islam" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Upaya kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada MTs Al-Hidayah Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-23849230514011034562017-08-19T21:24:00.001-07:002017-08-19T21:37:57.015-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Pengaruh intensitas wiridan terhadap self-efficacy santri mahasiswa putri dalam menghadapi persoalan kuliah dan pesantren di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Santri Mahasiswa, santri yang berstatus ganda sebagai mahasiswa, tentunya memiliki keyakinan diri (Self-Efficacy) yang tinggi dalam menghadapi suatu masalah karena status dan tanggung jawab mereka lebih besar. Santri putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang 95% adalah mahasiswa di berbagai universitas. Berkenaan dengan hal tersebut, Self-Efficacy santri mahasiswa menjadi sangat menarik untuk dikaji, dihubungkan dengan intensitas wiridan. Bagi santri, wiridan diyakini menjadi sumber ketenangan psikis pembangkit emosi positif. Maka, rumusan masalahnya 1) bagaimana tingkat intensitas wiridan santri mahasiswa putri, 2) bagaimana tingkat Self-Efficacy santri mahasiswa putri, dan 3) adakah pengaruh intensitas wiridan terhadap Self-Efficacy santri mahasiswa putri.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tingkat intensitas wiridan santri mahasiswa putri, 2) mengetahui tingkat Self-Efficacy santri mahasiswa putri, serta 3) membuktikan adakah pengaruh dari intensitas wiridan terhadap self- efficacy santri mahasiswa putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif deskfiptif. Teknik pengambilan datanya menggunakan skala likert, dengan rincian instrumen Intensitas Wiridan (variable independen) 34 item pernyataan dan Self-Efficacy (variabel dependen) sebanyak 36 item pernyataan. Instrument ini disebarkan kepada 86 responden yang dipilih menggunakan kuota sampling dan simple random sampling dari jumlah populasi sebesar 215 orang santri. Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif, tabulasi silang, korelasi Product Moment dan uji regresi linier sederhana sebagai uji hipotesis (Uji F).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 69% santri mahasiswa putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang memiliki tingkat intensitas wiridan yang tinggi dengan skor mean 131,42, dalam kisaran antara skor minimum 99 dan skor maximum 161. Begitu pula dengan tingkat Self-Efficacy, 65% santri berada pada kategori tinggi dengan skor mean 137,62, dalam kisaran antara skor minimum 104 dan skor maximum 177. Selanjutnya dari hasil analisis tabulasi silang, hanya 7% yang memiliki intensitas wiridan dan Self-Efficacy sangat tinggi, sedangkan sebanyak 6% memiliki intensitas wiridan dan self-efficacy sedang. Kemudian dari analisis korelasi Product Moment menghasilkan rhit=0,395 dan rtabel=0,213, karena rhit>rtabel, maka kedua variabel ini dinyatakan memiliki korelasi yang positif. Sedangakan dari uji regresi diperoleh Rsquare=0,156, Fhit=15,558 dan Ftabel=3,954 (α = 0,05), karena Fhit >Ftabel dan α=0,05>Sig.F=0,000, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya bahwa intensitas wiridan memiliki pengaruh secara signifikan dengan tingkat kekuatan sebesar 15,6% terhadap Self-Efficacy santri mahasiswa.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Islamic boarding house female students (santri), who deal with double status as a university student also, definitely havehigh self-efficacyof facing a problem because of their status and their bigger responsibility. Female students at Islamic Boarding House of Sabilurrosyad Malang 95% are university students. In this regard, self-efficacy of the students is very interesting to be examined, moreover to be related to the intensity of wiridan. Wiridan-to the students, is believed as the supply of psychological tranquility generating positive emotions. Accordingly, The research questions are 1) how is the level of wiridan intensit y offemale students at Islamic Boarding House, 2) how is the level of student self- efficacy, and 3) is there any influence on the wiridan intensity to female student self-efficacy at Islamic Boarding House.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study aims to 1) determine the level of wiridan intensity offemale students at Islamic Boarding House, 2) determine the level of student self- efficacy, and 3) prove there any influence on the wiridan intensity to female student self-efficacy at Islamic Boarding House of Sabilurrosyad Malang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Methodologically, the researcher exerts descriptive quantitative methods approach. The data retrieval technique using a likert scale, by instrument detail Wiridan Intensity (independent variable) 34 items of statements and Self-Efficac y (dependent variable) 36 items of statements. This instrument distributed to 86 selected respondents using quota sampling and simple random sampling. The Data were analyzed using descriptive analysis, cross tabulation, Product Moment correlation and simple linear regression test as hypothesis testing (Test F).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study showed some facts that 69% of female students at Islamic Boarding House of Sabilurrosyad Malang have high intensity level of wiridan and high level of self-efficacy as well. Their high intensity level of wiridan within mean score 131,42, turning between minimum score 99 and maximum score 161. Besides, the high level of self efficacy also, 65% of Islamic Boarding House students are in high category within mean score 137,62, turning between minimum score 104 and maximum score 177. Subsequently, from the result of cross tabulation analysis, only 7% who have wiridan intensity and high self- efficacy, whereas 6% have wiridan intensity and medium self-efficacy. Furthermore, from the analysis of Product Moment correlation creates rhit=0,395>rtabel=0,213, because of rhit>rtabel, so these both variable are declared that they have positive correlation. Whereas from the regression test acquires Rsquare=0,156, Fhit=15,558 and ftabel=3,954 (a = 0,05), because of Fhit>ftabel and a=0,05>Sig.F=0,000, so Ha is accepted and Ho is rejected. Means that the wiridan intensity significantly have influence in the level strength of 15,6% to the students self-efficacy.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">A.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Hakikatnya setiap manusia akan diuji dengan masalah. Masalah yang
datang pun beragam, ada masalah sepele sampai masalah yang bertubi-tubi dan
rumit untuk diselesaikan. Contohnya, banyak mahasiswa mengalami permasalahan
atas perubahan sistem belajar mengajar, serta tuntutan tugas yang lebih sulit,
semenjak mereka masuk bangku perkuliahan dibandingkan pada masa SMA. Mereka
dituntut untuk dapat menyelasaikan tugas makalah dengan batas waktu yang lebih
sempit berikut bahan presentasinya baik secara individu maupun kelompok,
melaksanakan penlitian-penelitian, praktikum-praktikum yang prosesnya lebih
rumit berikut laporannya yang terkadang harus ditulis tangan. Pagi berangkat
kuliahnya, mengumpulkan makalah, presentasi, kumpul kelompok penelitian, siang
ke perpustakaan mencari bahan makalah dan presentasi, sore hingga larut malam
mulai mengerjakan tugas, terkadang jika mahasiswa mengikuti organisasi
intra/ekstra kampus mereka masih harus menyelesaikan dan mengerjakan
tugas-tugas dari organisasi. Dari fenomena tersebut, ternyata mahasiswa
benar-benar memiliki waktu yang sangat sempit, waktu mereka terforsir untuk dapat
menyelesaikan kesemuanya itu. Di sini, mereka sebagai mahasiswa yang baik dan
patuh peraturan membutuhkan kesiapan diri untuk penyesuaian diri agar
benar-benar mampu mengukuti perkuliahan serta 2 menyelesaikan tugas-tugas
tersebut dalam waktu yang dimiliki. Wijaya dan Pratitis (2012) dalam
penelitiannya menemukan fakta bahwa efikasi diri memberikan pengaruh yang cukup
dominan pada penyesuaian diri dalam persoalan tersebut.1 Sebagai seorang
individu yang baru memiliki satu status sebagai mahasiswa saja, mereka
seolah-olah sudah hampir kehabisan waktu. Sama halnya dengan seorang yang
berstatus sebagai santri saja disebuah pondok pesantren. Sebagai santri,
seorang juga mengalami perubahan pola kehidupan serta perubahan sistem
pembelajaran yang jauh berbeda dengan sebelumnya dia menyandang status santri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Di pondok pesantren santri dituntut untuk mampu beradaptasi dengan
kegiatan-kegiatan yang harus dijalani oleh santri, ketatnya peraturan yang
harus dipatuhi oleh santri, jam keluar yang dibatasi serta padatnya kegiatan
mengaji pada setiap harinya. Setiap harinya kegiatan santri dimulai dari
sebelum subuh hingga tidur lagi di malam hari, santri diwajibkan untuk
mengikuti pengajian diniyah (sekolah salaf), pengajian wetonan, sorogan,
lalaran, sholat berjama’ah lima waktu serta berbagai macam piket. Seperti
halnya di Pondok Pesantren Salafiyah Nurudh Dholam Bangil, santri diwajibkan
bangun sebelum subuh agar dapat melaksanakan sholat malam, berjama’ah sholat
Subuh dan dilanjutkan tadarus Al-Qur’an hingga sekitar waktu dhuha awal.
Kemudian santri melaksanakan piket kebersihan hingga waktu jam ngaji diniyah
(sekolah salaf) dimulai. Dilanjutkan sholat jama’ah Dzuhur dan istirahat hingga
waktu ‘Ashar, kecuali 1 Intan P Wijaya & Niken Titi Pratitis, Efikasi Diri
Akademik, Dukungan Sosial Orang Tua dan Penyesuaian diri Mahasiswa dalam
Perkuliahan, Jurnal Psikologi Persona Vol.1 No.1(Kediri: Universitas Nusantara
PGRI Kediri, 2012) 3 santri yang mempunyai tanggungan setoran hapalan Al-Qur’an
pada pengasuh. Piket kebersiahan dilanjut kembali setelah jama’ah ‘Ashar hingga
menjelang persiapan jama’ah sholat Maghrib. Kemudian ngaji bandongan dengan
pengasuh hingga jama’ah ‘Isya dilanjutkan ngaji bandongan kembali dengan kitab
yang berbeda hingga sekitar pukul 10.00-11.00 WIB, baru setah itu bisa santri
kembali istrirahat.2 Padatnya kegiatan mahasiswa dan santri ini tentunya
memunculkan permasalahan dalam setiap penyelesaiannya. Seperti masih adanya
beberapa mahasiswa yang terlambat datang kuliah dan terlambat mengumpulksn tugas,
atau bahkan ada beberapa yang tidak mampu mengerjakan tugas yang mengakibatkan
mahasiswa tersebut mendapatkan nilai rendah atau bahkan harus mengulang mata
kuliah. Ada juga mahasiswa yang terlena dengan organisasi hingga menunda-nunda
kelulusannya serta kurangnya kepercayaan diri yang mempengaruhi keaktifannya di
perkuiahan. Dalam dunia pesantren juga banyak ditemukan permasalahapermasalaha,
seperti banyaknya santri yang membolos ngaji diniyah karena belum hapal lalaran
yang harus disetorkan yang mengakibatkan santri tersebut akan menerima ta’ziran
(hukuman). Kemudian banyaknya santri yang harus melaksanakan ro’an ta’ziaran
kaeran tidak mengikuti jama’ah dan ngaji bandongan. Ada juga santri yang tidak
naik kelas diniyah karena tidak mampu mengikuti pengajian yang diberikan.
Bahkan ada santri yang mencoba melarikan diri atau ingin boyong karena merasa
tidak mampu 2 Pengalamana Peneliti ketika mengikuti mondok kilatan di Pondok
Pesantren Salafiyah Nurudh Dholam Bangil tahun 2011. 4 beradaptasi dan merasa
tertekan dengan peraturan-peraturan yang ada di pondok. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Bagaimana jika masalah itu muncul di depan seorang yang memiliki
kedua status tersebut, yaitu tidak hanya berstatus mahasiswa saja tapi juga
berstatus santri? Atau istilahnya memiliki status ganda? Pondok Pesantren
Sabilurrosyad Malang adalah pondok pesantren yang mayoritas santrinya berstatus
ganda, yaitu sebagai santri dan mahasiswa. Permasalahan silih berganti muncul
di hadapan para santri ini. Di satu sisi, sebagai seorang santri mereka harus
tetap taat pada peraturan pondok, mengikuti pengajian wetonan dan diniyah,
kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwalkan, sholat jama’ah di masjid, melaksakan
segala macam piket kebersiahan dan keamanan, memiliki jam malam, meminta izin
ketika keluar masuk pondok. Sedangkan di sisi lain, sebagai seorang mahasiswa,
santri tersebut juga memiliki tanggungjawab akan studinya, menyelesaikan
seluruh tugas kuliahnya, memahami dan mempelajari setiap materi mata kuliah
yang diambil, mengikuti seluruh rangkaian kuliah yang terkadang memakan waktu
satu hari dari pagi hingga malam hari, mengikuti UKM, mengukuti kegiatan
kampus, jauhnya jarak antara kampus dengan asrama/pondok. Hal itu semua harus
dilakukan seorang santri mahasiswa secara beriringan demi mencapai sebuah
keberhasilan dan kesuksesan hidup. Lalu apakah semuanya bisa berjalan seimbang?
Berdasarkan statement beberapa santri putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad
Malang, sebagian darinya 5 menyatakan sikap untuk lebih mengutamakan kuliah dan
menomorduakan pesantren. Seperti keberhasilan yang diraih oleh salah satu
wisudawati dengan IPK tertinggi 3,95 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun
2010 dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Dengan IPK yang hampir mendekati
sempurna (4.00) tersebut membuktikan bahwa mahasiswa tersebut mampu mengerjakan
tanggung jawab studinya dengan sangat baik, dapat melaksanakan tugas-tugas
dengan sempurna sehingga dapat menyelesaikan studi tepat waktu. Setelah kita
menengok latar belakang mahasiswi tersebut, ternyata dia adalah salah seorang
santri di sebuah pondok pesantren dekat kampus UIN. Sayangnya sebagai seorang
lulusan terbaik pada waktu itu, di pesantren dia termasuk santri yang sedikit
mengenyampingkan kewajibannya sebagai santri. Dia sering tidak mengikuti
jama’ah sholat subuh dan pengajian wetonan ba’da subuh dengan alasan masih
harus mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Karena dia merasa tidak yakin mampu
menyelesaikan tugas tepat waktu jika dia masih harus mengikuti pengajian itu.
Sebagian lagi menyatakan sikap untuk mengutamakan pesantren dan menomorduakan
kuliah. Seperti sikap yang diambil seorang alumni santri Pondok Pesantren
Sabilurrosayad Malang mantan ketua panitia Halal Bi Halal tahun 2010. Dia
merupakan mahasiswa jurusan Matematika Fakultas Saintek UIN Maliki Malang
angkatan 2006. Demi kesuksesan acara pengajian tahunan di pondok tersebut, dia
menomorduakan studinya yang seharusnya dapat diselesaikan pada tahun 2010
tersebut, akan tetapi dia justru mengambil sikap untuk menunda kelulusannya
satu semester setelahnya, Mei 6 2011. Hal ini juga dirasakan oleh ketua Halal
Bi Halal tahun 2015 ini. Dia seorang mahasiswa jurusan PAI UIN Maliki Malang
angkatan 2011. Seharusnya dia mampu menyelesaikan studinya pada semester 8
tahun 2015 in, akan tetapi dengan beban tanggung jawab yang sedang dipikulnya
ini, dia merasa tidak yakin dapat mengerjakan tugas akhir dengan maksimal.
Hingga akhirnya dia mengambil sikap untuk menunda kelulusannya di semester
berikutnya. Selain itu ada beberapa santri di pondok di luar Malang, tepatnya
di Kota Kediri yang tertunda kelulusan sarjananya hingga lebih dari semester
14, dia merupakan salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi islam
setempat. Dan setelah ditengok kebelakang, ternyata santri tersebut adalah
santri yang mengabdikan dirinya di ndalem (mengurusi rumah kiai) secara total.
Mereka beranggapan bahwa patuh dan ta’dzim akan kyai, dan melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh kyai adalah yang utama, karena pasti akan membawa barokah
dan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan dunia dan akheratnya. Oleh karena
itu, dia akan melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh kyai meskipun
pada waktu itu dia memiliki jadwal kuliah maupun tugas presentasi. Pernah suatu
hari ketika dia akan berangkat kuliah, tiba-tiba sang kyai memerintahkan dia
untuk membenarkan saluran air yang rusak di ndalem kyai, maka seketika itu dia
kembali ke kamar menanggalkan sepatu dan pakaian kuliahnya berganti dengan
sarung dan kaos oblong, kemudian berangkat membenarkan saluran air yang rusak
tersebut. 7 Dan sebagian yang lain memilih untuk menjalani keduanya secara
seimbang. Dan ternyata ada beberapa santri yang mampu menyelesaikan studi tepat
waktu dengan tidak meninggalkan seluruh kegiatan pesantren. Seperti yang
terjadi pada wisudawan termuda pascasarjana UIN Malang periode Oktober 2013. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dia adalah seorang santri putra Pondok Pesantren Sabilurrosyad
Malang berasal dari Lampung. Di satu sisi, sebagai seorang santri dia sangat
patuh akan peraturan pondok, seperti tertib mengikuti jam’ah sholat di masjid,
tidak pernah bolos pengajian wetonan dan diniyah kecuali jika sedang pulang ke
rumah, rajin melaksanakan Sholat Dhuha dan berwirid setiap setelah sholat,
berpakaian sopan, dan berperilaku baik. Di sisi lain, sebagai mahasiswa
pascasarjana UIN Maliki Malang yang memilki tingkat kesulitan yang lebih tinggi
daripada mahasiswa strata I, dia mampu menyelesaikan studinya tepat waktu dan
pada umur yang bisa dibilang muda. Bahkan kini dia meneruskan studi doktoralnya
juga di UIN Maliki Malang dan tetap nyantri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad.
Selain itu ada santri putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad yang juga menjalani
kedua status ini dengan seimbang, santri ini menyelesaikan studi sarjananya di
UIN Maliki Malang tepat 8 semester dan mengikuti wisuda pada periode Mei 2011
dengan kategori IPK sangat baik dan menjadi meraih gelar masternya di almamater
yang sama pada Oktober 2013 dengan IPK sangat baik juga. Sebagai santri, dia
tidak hanya patuh dan rajin, tapi dia sangat giat dalam melasanakan
kegiatan-kegiatan pondok, dia juga mengabdikan diri di ndalem kyai. Santri ini
pernah dibebani tanggung jawab 8 sebagai Ketua Pondok Putri periode September
2009 s/d Maret 2011, dan kini menjadi Dewan Pembina Putri mulai periode Maret
2011 s/d sekarang(2015). Bahkan dengan statusnya sebagai dosen di almamaternya,
dia masih tetap mampu melaksanakan segala kegiatan pondok dengan baik. Melihat
fenomena di atas tentunya seorang santri mahasiswa harus lebih bijak dalam
menghadapi persoalan yang muncul akibat status ganda yang disadangnya tersebut.
Sebagiman firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 26: üw $oY /uë 3 ÙMt6|°tF¯.$#
$tB $pkˆén=t„ur ÙMt6|°x. $tB $ygs9 4 $ygyËÛô„r ûwŒ) $²°¯ˇtR ™ !$# fl#œk=s3„É üw
ín?t„ ºÁmtF˘=yJym $yJx. #\ çÙ¹Œ) !$uZ¯än=t„ ˆ@œJÛss? üwur $oY /uë 4
$tR˘'s‹˜zr& ˜rr& !$uZäÅ°Æ S bŒ) !$tRıãœ{#xsË? $oYs9 ˆçœˇ¯Ó$#ur $® Yt„
fl#Ù„$#ur ( æœmŒ/ $oYs9 sps%$s¤ üw $tB $oY˘=œdJysË? üwur $uZ /uë 4 $uZŒ=ˆ6s%
`œB ö˙Ôœ% © !$# «À—œ» ö˙ÔÕçœˇªx6¯9$# œQˆqs)¯9$# ín?t„ $tRˆç›£R$$s˘ $uZ9s9ˆqtB
|MRr& 4 !$uZÙJymˆë$#ur Artiny: Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."(Q.S.
Al-Baqarah: 286)3 Dalam ayat di atas, sudah tertulis dengan jelas bahwa “Laa
yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa” yang artinya “Allah SWT tidak membebani
seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya”. Jadi 3 Departement Agama
RI, Al-Hikmah Al-Qur’an Terjemah, (Cet. 6; Bandung: Diponegoro, 2007), h. 49. 9
Allah SWT tidak akan membebani hamba-hamba-Nya diluar batas kekuatan dan
kemampuannya. Atau dengan kata lain bahwa beban yang diberikan Allah kepada
santri yang berstatus ganda tersebut bukanlah suatu hal yang tidak disengaja
(di luar kuasa Allah), akan tetapi merupakan suatu ujian yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh santri untuk senantiasa ingat kepada Allah. Dengan
mengingat dan memohon pertolongan kepada-Nya, maka InsyaAllah Allah akan
memudahkan dalam menghadapi persoalan tersebut. Dan pada akhirnya, santri lebih
memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan segala persoalan.
Kuatnya keyakinan akan kemampuan diri tersebut, menurut Zulfa menyebabkan
seseorang untuk terus berusaha sekuat tenaga dalam memecahkan segala
problematika kehidupan guna mencapai tujuan hidupnya, dan akan berlaku
sebaliknya, jika keyakinan akan kemampuan diri itu rendah, akan melemahkan dan
mengurangi usaha sesorang apabila dihadapkan dalam suatu permasalahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Bandura dalam Alwisol (2009) menyebut keyakinan diri ini sebagai
Self-Efficacy, yakni keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan
mempengaruhi cara individu ini dalam bereaksi terhadap situasi dan kondisi
tertentu.5 Berdasarkan konsep tersebut, maka keyakinan santri terhadap
kemapuannya akan sangat berpengaruh terhadap cara santri dalam mengahadapi
situasi dan kondisinya di lingkungan pesantren dan kampus. 4 Layina Tanal
Zulfa, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Self Efficacy dalam Menghapal
Al-Qur’an pada Santri Komplek Aisyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Prodi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), h. 1.
5 Alwisol, Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi, (Malang: UMM Press, 2009), h.
10 Bagaimana keyakinan diri tersebut dapat diperoleh? Bandura mengemukakan
bahwa keyakinan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan, atau diturunkan
melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber, yakni pengalaman akan
kesuksesan, pengalaman dari individu lain, persuasi sosial, dan pembangkit
emosi atau keadaan emosinya.6 Disini dapat dipahami bahwa keadaan emosi yang
mengikuti suatu masalah akan mempengaruhi efikasi seseorang pada masalah
tersebut. Emosi negatif yang kuat seperti takut, cemas, stress dapat menurunkan
tingkat efikasi diri. Sebaliknya emosi positif yang kuat seperti semangat,
ketenangan, percaya diri akan meningkatkan tingkat efikasi diri seseorang.
Ketenangan sendiri merupakan perkembangan ruhaniah manusia yang paling tinggi,
disamping kebahagiaan. Terjadinya entitas, yaitu keutuhan laku, dan tercapainya
integritas kepribadian, yaitu keserasian dimensi fisik, mental dan spiritual
manusia. Ketimpangan salah satu dari hal tersebut akan menimbulkan masalah,
seperti kekecewaan, kegetiran, sampai kepahitan dalam hidup. Meskipun begitu,
selagi aspek spiritual manusia dapat menerimanya, maka masalah akan dapat
diurai dan kebahagiaan akan dapat dicapai.7 Sebagaimana Allah berfirman dalam
Al-Qur’an: æœ&Œ#ãŒ6yô íŒ˚ (#rflâŒgªy_ur s's#ãÅôuq¯9$# œm¯ãs9Œ)
(#˛q‰ÛtGˆ/$#ur © !$# (#q‡) Æ ?$# (#q„ZtB#u‰ ö˙Ôœ% © !$# $yg ï Ér'تtÉ «ÃŒ»
öcqflsŒ=¯ˇË? ˆN‡6 Ø =yËs9 6 Albert Bandura, Sosial Foundation of though and
actin: Asocial Cognitive Theory, (Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1986), h. 7
Drs. H. Mohammad Bisri, M.Si., “Zikir dan Implikasinya bagi Perkembangan
Ruhaniah Manusia”, Buletin Ar-Raudhah, Edisi 27/II, September 2014, h. 1 11
Artinya: Hai orang - orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya
kamu mendapat keberuntungan. (QS. al-Maa'idah; 35).8 Ada banyak cara yang digunakan
untuk memperoleh ketenangan, seperti meditasi, yoga, relaksasi dialam terbuka,
dan sebagainya. Namun tidak ada yang menyamai keefektifan dan kecepatan dzikir
dalam mencapai ketenangan batin. Bahkan Allah sendiri menegaskan bahwa zikir
adalah cara yang sangat efektif untuk menuju ketenangan batin9 . Sebagaiman
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an: Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’du: 28)10 Adapun dzikir
yang efektif adalah yang dilakukan dalam jumlah banyak, sebagaimana yang
dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an:. Artinya: “Apabila Telah ditunaikan shalat,
Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Berdasarkan firman Allah SWT
tersebut dapat diambil pemahaman bahwa dengan banyak berzikir (mengingat Allah)
seseorang akan menjadi lebih tenang. 12 Semua dzikir (mengingat Allah) adalah
berisi kebaikan. Dalam pelaksanaannya, dzikir lebih afdhol jika dilaksanakan
secara istiqomah atau continue. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Ahqof
ayat 13-14: « û öcqÁRtì¯tsÜ ˆNËd üwur ÛOŒg¯än=tÊ Ï$ˆqyz üxs˘ (#qflJªs)tFÛô$# ß
NËO ™ !$# $oY ö /zí (#q‰9$s% t˚Ôœ% © !$# ® bŒ) « Õ» tbqË=yJ˜ËtÉ (#qÁR%x. $yJŒ/
L‰!#tìy_ $pkéœ˘ t˚Ôœ$Œ#ªyz œp ® Ypg¯:$# ‹=ªptıær& y7եتs9'rÈ& Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah",
Kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka Itulah penghuni-penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang Telah mereka kerjakan.
(Q.S. Al-Ahqof ayat 13-14) 13 Berdasarkan dalil tersebut, jelas bahwa untuk
memperoleh ketenangan jiwa diperlukan amal shaleh yang dilakukan secara
istiqomah atau kontinue (terus-menerus). Dalam dunia pesantren pada khususnya,
dan masyarakat Jawa pada umumnya, dzikir juga dikenal dengan istilah wiridan.
Berkenaan dengan penelitian ini, bagi seorang santri tentunya wiridan bukanlah
suatu hal yang 12 Drs. H. Mohammad Bisri, M.Si., “Zikir dan Implikasinya bagi
Perkembangan Ruhaniah Manusia”, Buletin Ar-Raudhah, Edisi 27/II, September
2014, h. 2 13 Departement Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an Terjemah, (Cet. 6;
Bandung: Diponegoro, 2007), h. 503. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> asing lagi. Bahkan dalam
sebuah maqalah (ungkapan) dalam kitab Kifayatul Atqiya’ halaman 47 disebutkan
bahwa14 : “monyet seperti dia maka wirid tidak yang siapa barang “<span dir="RTL" lang="AR-SA">رْدٌ قِ هُوَ فـَ رْدٌوِ هُ لَسَ يْلَ مَنْ </span>Artinya,
barang siapa orang yang tidak mengamalkan wirid dia termasuk orang yang lalai
kepada Tuhannya. Sehingga untuk seorang santri, mengamalkan wirid adalah suatu
hal yang diharuskan. Apalagi untuk santri yang juga menyandang ststus
mahasiswa, yang mana mereka akan menemukan berbagai permasalahan yang lebih
sulit diantara keduanya senhingga akan lebih membutuhkan ketenangan batin dalam
rangka pengambilan keputusan guna menghadapi permasalahan tersebut. Menurut
peneliti, kebiasaan wiridan di dunia pesantren yang dilakukan oleh santri ini,
menarik untuk dikaji sebab diperkirakan ada hubungan erat antara
wiridan(dzikir) dengan tingkat self-efficacy santri dalam menyikapi
permasalahannya, khususnya para santri mahasiswa yang dalam hal ini memiliki
status ganda yaitu sebagai seorang santri pondok dan juga sebagai seorang
mahasiswi. Kita ketahui bahwasannya sebagai seseorang yang berstatus ganda,
dalam melaksanakan kewajiban keduanya banyak terjadi benturan-benturan yang
menjadi masalah. Untuk itu perlu adanya efikasi diri seseorang untuk menjalani
kedua. Untuk membahas fenomena ini, peneliti mengambil subjek penelitian santri
mahasiswa putri Pondok 14 Abu Bakar Al-Ma’ruf, Kitab Kifayatul Atqiya’ Wa
Minhajul Ashfiya’, h. 47. (www.nu.or.id. 1 maret 2013) 14 Pesantren
Sabilurrosyad Malang, yang dalam hal ini mereka memiliki status ganda sebagai
seorang santri sekaligus mahasiswa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">B.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dari pemaparan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat Intensitas wiridan santri mahasiswa putri
di Pondok Pesantren Sabilurrosyad? 2. Bagaimana tingkat Self Efficacy santri
mahasiswa putri di Pondok Pesantren Sabilurrosyad? 3. Adakah pengaruh wiridan
terhadap Self Efficacy santri mahasiswa putri Pondok Pesantren Sabiurrosyad
Malang, dalam mengahadapi persoalan kuliah serta pesantren. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">C.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tujuan
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat Intensitas wiridan santri
mahasiswa putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad. 2. Untuk mengetahui tingkat
Self Efficacy santri mahasiswa putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad. 3. Untuk
membuktikn hasil uji regresi sederhana terkait pengaruh wiridan terhadap Self
Efficacy santri mahasiswa putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang dalam
menghadapi persoalan kuliah dan pesantren.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"> D. Manfaat Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada upaya pengembangan Ilmu Psikologi khususnya
Psikologi Islam, terutama pada pemahaman psikospiritual serta tugas dan fungsi
Psikologi Islam, guna mewujudkan individu yang lebih berkualitas dari segi
spiritual, sehat emosional dan loyal dalam sosial. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">2.
Manfaat Praktis Signifikansi praktis, yaitu membantu memecahkan masalah
terhadap subjek yang diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan, sumbangan pemikiran, dan informasi yang bermanfaat bagi para santri
mahasiswa putri Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang khususnya dan mahasiswa
pada umumnya agar lebih bertaqorrub ilallah dan yakin akan kemampuan diri baik
dari segi spiritual, intelektual, emosional serta sosialnya.</span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Pengaruh intensitas wiridan terhadap self-efficacy santri mahasiswa putri dalam menghadapi persoalan kuliah dan pesantren di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-22065504445691023892017-08-19T21:22:00.000-07:002017-08-19T21:22:27.280-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Peran kepercayaan organisasi (trust organizational) terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pada Karyawan PT. PLN (Persero) area Malang<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Sumber daya manusia merupakan aset utama untuk menjalankan roda organisasi. Karena sumber daya manusia adalah penggerak sumber daya lainnya. Dalam upaya memajukan organisasi, dibutuhkan kinerja sumber daya manusia yang produktif, progresif dan inovatif. Oleh sebab itu, suatu organisasi harus memiliki strategi-strategi khusus dalam lingkungan kerja. Salah satu perilaku yang dapat memaksimalkan pelaksanaan strategi yaitu organizational citizenship behavior. OCB dapat meningkatkan efektifitas organisasi, kinerja dan produktivitas manajerial. Kinerja yang baik menuntut “perilaku sesuai” karyawan yang diharapkan oleh organisasi. Sedangkan apabila organizational citizenship behavior tidak terwujud dalam perusahaan, maka akibat yang muncul adalah ketika perusahaan memerlukan tenaga dan pikiran karyawan di luar perannya, perusahaan akan menemui kesulitan, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan tidak dapat dicapai dengan semestinya. OCB sangat dibutuhkan organisasi, salah satu yang dapat mempengaruhi munculnya OCB adalah kepercayaan organisasi. Kepercayaan organisasi bagian terpenting untuk interaksi organisasi yang sukses dengan melibatkan seluruh sumber daya manusia yang ada, agar dapat membangun hubungan kerja yang saling percaya satu sama lain.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Malang, dengan tujuan untuk mengetahui peran Kepercayaan organisasi terhadap organizational citizenship behavior di PT. PLN (Persero) Area Malang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 51 responden yang dipilih dengan menggunakan metode Random Sampling. Dalam pengumpulan data, menggunakan metode angket berupa skala psikologi. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi dengan menggunakan bantuan sotfwere SPSS 16,0 for windows.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa (1) tingkat kepercayaaan organisasi di PT. PLN (Persero) Area Malang mayoritas berada pada kategori sedang dengan prosentasi 43,13%, (2) sedangkan tingkat organizational citizenship behavior di PT. PLN (Persero) Area Malang mayoritas berada pada kategori sedang dengan prosentase 45,09%. (3) adanya hubungan yang signifikan kepercayaan organisasi terhadap organizational citizenship behavior di PT. PLN (Persero) Area Malang didapatkan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,750 dengan p=0,000 dan dinyatakan hipotesis diterima.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Human resources is a major asset to run the organization. Because of human resources is the driving other resources. In an effort to promote organizational, human resource performance needed productive, progressive and innovative. Therefore, an organization must have specific strategies in the work environment. One of the behaviors that can maximize the implementation of strategies that organizational citizenship behavior. OCB can enhance organizational effectiveness, performance and productivity of managerial. Good performance requires "appropriate behavior" employees expected by the organization. Whereas if organizational citizenship behavior is not manifested in the company, he result that appears is when the company needs to hire employees and mind beyond its role, companies will find it difficult, so in the end the company's goals can not be achieved with proper. OCB is needed organization, one that can affect the appearance of the OCB is trust organization. Confidence organizations most important part for a successful organization interactions involving all the existing human resources, in order to build a trusting working relationship with each other.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research was conducted in PT. PLN (Persero) Malang Area, with the aim to determine the role of organizational trust on organizational citizenship behavior in PT. PLN (Persero) Malang Area. This study uses quantitative methods. Subjects of this study amounted to 51 respondents who selected using random sampling methods. In collecting the data, using a scale of psychological questionnaire method. Analysis of the data in this study using correlation techniques with the help softwere SPSS 16.0 for windows.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The results of the research conducted, it is known that (1) level of confidence in the organization of the PT. PLN (Persero) Malang majority areas in middle category with a percentage of 43.13%, (2) whereas the level of organizational citizenship behavior in PT.PLN (Persero) Malang Area the majority are in the medium category with a percentage of 45.09%. (3) significant relationship to the organization of trust in organizational citizenship behavior PT.PLN (Persero) Malang Area obtained correlation coefficient (rxy) of 0.750 with p = 0.000 and stated hypothesis is accepted.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB 1<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Sumber daya manusia merupakan hal yang paling
vital dalam lingkup organisasi. Sebagai penggerak utama untuk menentukan
perkembangan organisasi menuju pencapaian tuntutan ekonomi dan misi bersama.
Salah satu tuntutan tersebut adalah organisasi bisa secara responsif menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan eksternal semestinya juga diikuti
oleh perubahan internal organisasi, agar dapat beradaptasi terhadap
lingkungannya. Ulrich (1998, dalam Putriani 2010) mengatakan bahwa kunci sukses
sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen
perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya yang secara bersama
meningkatkan kemampuan perubahan organisasi. Usaha perubahan organisasi yang
membutuhkan patisipasi dari semua karyawan itu akan tercapai bila juga ada
kemauan dari masing-masing individu karyawan untuk berperan sebagai agen
perubahan, tidak hanya sekedar mengandalkan kemampuan saja. Kemampuan tanpa
didukung kemauan, tidak akan menghasilkan peningkatan apapun. Kemauan karyawan
untuk berpartisipasi dalam perusahaan, biasanya tergantung pada tujuan apa yang
ingin diraihnya dengan bergabung dalam perusahaan bersangkutan. Perusahaan di
abad 21 seperti saat ini dituntut untuk mempunyai keunggulan bersaing baik
dalam hal kualitas produk, servis, biaya maupun sumber daya 2 manusia yang profesional.
Keberhasilan dalam pelaksanaan kinerja setiap individu berbeda secara kualitas
dan kuantitas. Hal ini dikarenakan beberapa faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi subjek. Sehingga suatu nilai dalam perusahaaan menjadi sangat
penting sebagai pedoman sumber daya manusia untuk usaha penyesuaian integrasi
kinerja dalam perusahaan tersebut . Perusahaan merupakan suatu bentuk
organisasi profit yang dalam pengelolaannya sangat bergantung pada
produktivitas kerja karyawan dengan menghasilkan harga yang kompetitif sehingga
lebih dimungkinkan untuk dapat mencapai sasaran strategis perusahaan yaitu
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan usaha. Kontribusi karyawan
terhadap perusahaan akan semakin tinggi bila perusahaan dapat memberikan apa
yang menjadi keinginan karyawan untuk memberikan sumbangan kepada tempat
kerjanya sangat dipengaruhi oleh kemampuan organisasi dalam memenuhi tujuan dan
harapanharapan karyawannya. Organisasi pada umumnya percaya bahwa untuk
mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individual yang
setinggi-tingginya, karena pada dasarnya kinerja individual mempengaruhi
kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja
organisasi secara keseluruhan. Kinerja yang baik menuntut “perilaku sesuai” karyawan
yang diharapkan oleh organisasi. Perilaku yang menjadi tuntutan organisasi saat
ini adalah tidak hanya perilaku in-role, tetapi juga perilaku extra-role ini
disebut juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">OCB merupakan istilah yang digunakan
untuk mengidentifikasi perilaku karyawan sehingga dia dapat disebut sebagai
“anggota yang baik” (Sloat, 1999, dalam Novliadi 2006). OCB mendapatkan arti
pentingnya dari landasan pemikiran bahwa OCB menunjukkan kontribusi yang tidak
dapat dipisahkan dari suatu peran formal kewajiban. OCB menunjukkan perilaku
diatas dan diluar gambaran formal suatu peran organisasi, melalui kebebasan
menentukan secara alamiah, yang secara tidak langsung atau dengan tegas
menghargai struktur penghargaan formal organisasi, dan hal tersebut penting
bagi keefektifan dan kesuksesan fungsi dari suatu organisasi (Kim, 2006).
Perilaku OCB tidak terdapat pada job description karyawan, namun sangat
diharapkan karena mendukung peningkatan efektivitas dan kelangsungan hidup organisasi,
khususnya dalam lingkungan bisnis yang persaingannya semakin tajam (Budiharjo,
2004, dalam Indi Djastuti et.al 2008). Jika karyawan dalam organisasi memiliki
OCB, maka usaha untuk mengendalikan karyawan menurun karena karyawan dapat
mengendalikan perilakunya sendiri atau mampu memilih perilaku terbaik untuk
kepentingan organisasinya. Kurangnya perilaku OCB ini sangat mempengaruhi
efektivitas kinerja organisasi. Hal ini sebagaimana kasus yang terjadi di
Surabaya. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menegaskan, ganti rugi dan
kompensasi kepada para penumpang yang mengalami delay, telah diberikan sesuai
Peraturan Menteri Perhubungan No.77/2011.Edward pun membantah keterlambatan
sejumlah penerbangan itu disebabkan adanya aksi unjuk rasa dan mogok kerja sejumlah
pegawai. 4 “Jadi sekali lagi tidak benar kalau ada yang menyebutkan bahwa ini
terjadi karena demo pegawai yang mempermasalahkan gaji. Itu sama sekali tidak
ada urusannya karena soal gaji pegawai tidak ada masalah sama sekali,” kata
Edward kepada Surya Online, Rabu (3/9/2013). Disebutkan, keterlambatan sejumlah
penerbangan di beberapa bandara ini terjadi karena adanya 15 ground staff
(pegawai yang bertugas di darat) di Bandara Ngurah Rai, Denpasar yang absen di
saat bersamaan. (http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/03/lion-air-bantah-ada-demo-pegawai)
Perilaku tersebut tidak sesuai dengan tata tertib dari instansi pemerintahan
karena terdapat beberapa pegawai yang tidak dapat mengendalikan perilakunya
sendiri untuk kebaikan dan kelancaran kinerja instansi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Selain itu juga di Jatinegara, Camat
Syofian Taher mengatakan, dari 20 stafnya, ada tiga orang yang terlambat.
Pihaknya pun akan memberikan sanksi kepada pegawai yang terlambat. "Ada
tiga orang yang terlambat datang, memang ibu-ibu, mungkin karena malamnya
menyiapkan santap sahur untuk keluarganya.Tapi, untuk pegawai yang terlambat
tetap akan kami kenakan sanksi," kata Syofian, Rabu (10/7/2013).Jam kerja
PNS saat Bulan Ramadan, dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.
Sedangkan, jam kerja pada hari biasa pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
(Sumber : Tribun News, 11 Juli 2013) Bekerja secara profesional berarti dapat
membedakan antara urusan pribadi dan pekerjaan. Sehingga, tidak tumpang tindih
antara keduanya dengan mengatasnamakan emansipasi. Namun kasus diatas merupakan
indisipliner pegawai yang diluar job description dan seharusnya ditaati oleh
pegawai. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa pegawai yang kurang
memiliki OCB. OCB mampu mempengaruhi keefektifan organisasi dikarenakan berbagai
hal seperti diungkapkan oleh Pareke (2004), yaitu organizational citizenship
behavior bisa 5 meningkatkan produktivitas rekan kerja, meningkatkan
produktivitas manajerial, efisiensi penggunaan sumber daya organisasional,
meningkatkan stabilitas kinerja organisasi, meningkatkan kemampuan organisasi
untuk beradaptasi terhadap lingkungan bisnis dan menjadi dasar efektif untuk
aktivitas koordinasi antara anggota tim dan antar kelompok kerja. Sedangkan
apabila organizational citizenship behavior tidak terwujud dalam perusahaan,
maka akibat yang muncul adalah ketika perusahaan memerlukan tenaga dan pikiran
karyawan di luar perannya, perusahaan akan menemui kesulitan, sehingga pada
akhirnya tujuan perusahaan tidak dapat dicapai dengan semestinya. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur’aini (2012) tentang Pengaruh
Budaya Organisasi dan Persepsi Dukungan Organisasi terhadap Kinerja Pelayanan
Melalui Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan PT Telkom Area
Jember, menunjukkan hasil bahwa organizational citizenship behavior (OCB)
memiliki pengaruh terhadap kinerja pelayanan, hal ini dapat dilihat dari hasil
analisa regresi sebesar (F = 77,30, p < 0,000). Organizational citizenship
behavior (OCB) merupakan perilaku kerja yang di munculkan karyawan, perilaku
ini dilakukan secara sukarela dan melebihi tuntutan peran dari perusahaan.
Perilaku OCB ini memberikan keuntungan pada organisasi, dan tidak berkaitan
secara langsung dengan sistem reward. Borman dan Motowidlo (1993, dalam Novliadi
2007) mengatakan bahwa OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi
(organizational performance) karena perilaku ini merupakan “pelumas” dari mesin
sosial dalam organisasi, dengan kata lain dengan adanya perilaku ini maka
interaksi sosial pada anggota-anggota 6 organisasi menjadi lancar, mengurangi
terjadinya perselisihan, dan meningkatkan efisiensi. Perilaku ini muncul karena
perasaan sebagai “anggota” organisasi dan merasa puas apabila dapat melakukan
“suatu yang lebih” kepada organisasi hal ini akan terjadi jika karyawan
memililki persepsi yang positif terhadap organisasinya. Eisenberger (1990,
dalam Novliadi 2007) mengungkapkan bahwa perilaku ini berkembang sejalan dengan
seberapa besar perhatian organisasi pada tingkat kesejahteraan karyawan dan
penghragaan organisasi terhadap kontribusi mereka. Dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Fatdina (tanpa tahun) tentang Peran Dukungan Organisasi yang
dirasakan Karyawan sebagai Mediator Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap
Perilaku Kewarganegaraan Organisasi. Menunjukkan hasil bahwa keadilan
prosedural berpengaruh positif secara sangat signifikan terhadap dukungan
organisasi yang dirasakan karyawan sebesar 0,44 (44 %). Dukungan organisasi
yang dirasakan karyawan ternyata berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan
terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pengaruh secara tidak langsung lebih
besar daripada pengaruh keadilan prosedural secara langsung terhadap perilaku
kewarganegaraan organisasi yang hanya sebesar </span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin;">‐</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">0,03
(3%). Keadilan prosedural berpengaruh positif yang sangat signifikan terhadap
dukungan organisasi yang dirasakan karyawan yang berarti semakin tinggi
keadilan prosedural maka akan semakin tinggipula dukungan organisasi yang
dirasakan karyawan. Selain itu juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh
Ferry Novliadi (2006) tentang OCB karyawan ditinjau dari persepsi terhadap
kualitas interaksi atasan-bawahan dan persepsi terhadap dukungan
organisasional. Menunjukkan 7 hasil bahwa terdapat hubungan antara persepsi
terhadap kualitas interaksi atasanbawahan dan persepsi terhadap dukugan
organisasional secara bersama-sama dengan OCB karyawan. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Andi Sularso (2012) tentang analisis faktor yang
mempengaruhi komitmen organisasional dan organizational citizenship behavior
karyawan pada PT. Bank Mandiri Tbk. Jember. Menunjukkan bahwa kepercayaan
organisasi dan OCB berkorelasi positif dan memiliki hubungan yang signifikan.
Semakin tinggi tingkat kepercayaan organisasi maka semakin tinggi pula OCB
karyawan. Kepercayaan merupakan bagian terpenting untuk interaksi organisasi
yang sukses dengan melibatkan seluruh sumber daya manusia yang ada, agar dapat
membangun hubungan kerja yang saling percaya satu sama lain. Menururt Altuntas
dan Baykal (2010) Kepercayaan organisasi memiliki dampak positif pada
peningkatan motivasi, Organizational Citizenship Behavior, komitmen organisasi
dan kepuasan kerja. Hubungan kerja dengan kepercayaan yang tinggi dan konsisten
akan merangsang loyalitas dari masing-masing pihak untuk berkontribusi dengan
sepenuh hati demi kepentingan oganisasi. Hal inilah yang akan meningkatkan
komitmen pada diri karyawan. Komitmen yang pada akhirnya akan mendorong
karyawan untuk berusaha membantu organisasi mencapai tujuannya, dan
meningkatkan harapan bahwa performa kerja akan diperhatikan serta dihargai oleh
organisasi (Rhoades &Eisenberger, 2002). Seperti kasus yang terjadi di PT.
Sucofindo (Persero) Sekitar 100 orang pengurus dan anggota Serikat Pekerja Para
Profesional Sucofindo (SP3-SCI) 8 melakukan unjuk rasa pada tanggal 21 dan 22
Januari 2013 lalu di halaman kantor PT. Sucofindo (Persero). Mereka menuntut
perbaikan system kepegawaian, percepatan merger serta transparansi THT dan JHT
pegawai PT. Sucofindo (Persero). Mereka menilai pihak Direksi dan Management PT.
Sucofindo (Persero) banyak melakukan akalakalan dengan menerapkan
kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan akal sehat engan alasan ingin
memperbaiki kondisi perusahaan. “Sejak dilaksanakan Program Transformasi Bisnis
hingga Program Reformulasi Bisnis, direksi dan manajement sudah melakukan
kebijakan akalakalan terhadap pegawai” ujar Ketua umum SP3-SCI, Bernhard A.Y.S
dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Kamis (24/1/2013). Selain
soal sistem kepegawaian, SP3-SCI juga menuntut transparansi dalam hal THT dan
JHT pegawai, yang selama ini oleh perusahaan diserahkan kepada pihak ketiga.
Menurutnya, seharusnya manfaat pengembangan THT dan JHT itu sepenuhnya menjadi
hak pekerja. Ia juga menambahkan, aksi ini dilakukan setelah surat permintaan berunding
dengan direksi diabaikan.
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/01/24/karyawan-sucofindo-gelar-aksituntut-transparansi-manajemen
Munculnya konflik manajemen berpengaruh pada kinerja perusahaan, apalagi
permasalahan tersebut berakar dari tuntutan karyawan Sucofindo terkait
transparansi dana THT dan JHT serta ketidakpercayaan karyawan terhadap kinerja
Direktur Utama dalam mangelola perusahaan karena dirasa tidak adanya
transparansi mengenai mekanisme test dan spesifikasi strata pendidikan yang jelas
untuk menduduki suatu jabatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Interaksi atasan tidak hanya dilakukan secara
bottom up tetapi juga top down, sehingga komunikasi bisa dirasakan secara
merata oleh karyawan. Komunikasi merupakan langkah awal yang dilakukan oleh
pemimpin perusahaan untuk menjalankan strategi organisasi, karena hal tersebut
dapat membentuk kepercayaan karyawan kepada organisasi. Ketika kepercayaan
hadir dalam organisasi, tingkat kepuasan kerja dan produktivitas akan cenderung
lebih meningkat diantara karyawan, sementara team building terbukti akan
menjadi lebih efektif (Communication World, 2003, dalam Vineburg, 2010, dalam
Faza,2013). Kasus lainnya, seratusan karyawan Rumah Sakit Ahmad Yani Metro
berunjukrasa, Kamis (19-9), menuntut transparansi insentif jasa pelayanan medis
yang diberikan melalui jasa pelayanan Jamkesmas. Para perawat dan bidan
mengancam tidak memberikan pelayanan kepada pasien selama belum ada tanggapan
manajemen. Dalam aksinya, para bidan dan perawat itu mengaku ada
ketidaktransparan dan ketidakjelasan menyoal pembagian jasa Jamkesmas. Selain
itu selama 5 bulan-sejak Maret-- hak jasa jamkesmas mereka tidak dibayar. “Kami
merasakan manajemen rumah sakit ini sudah tidak transparan dalam memberikan
jasa medis jamkesmas maupun jamkesta yang menjadi hak kami, ”ujar Koordinator
Unra Insani. Senada dengan hal tersebut, perawat lain juga berkomentar “Kami
menginginkan transparansi, karena kami merasa diperlakukan tidak adil oleh
rumah sakit,”ujar Sutanto perawat di IGD Keluhan para perawat dan bidan
disambut Sekda Ishak. Ia menjanjikan dead line satu minggu untuk menyelesaikan
masalah tuntutan yang menjadi keluhan 10 para perawat dan bidan RSU.A,Yani.
http://lampost.co/berita/karyawan-rs-ahmadyani-metro-demo-tuntut-transparansi-insentif
Berbagai macam ketidakpercayaan karyawan setiap organisasi termanifestsikan
dalam bentuk yang berbeda-beda. Permasalahan diatas menunjukkan bahwa peran
pemimpin sangat penting yang memiliki local wisdom pada perusahaan tertentu
dengan melibatkan karyawan. Pemimpin melakukan interaksi bukan hanya pada tim
manajerial saja, namun juga pada karyawan lainnya. Karyawan sebagai pendorong
dalam mencapai tujuan perusahaan perlu untuk berpartisipasi dan menangani
strategi perusahaan, selain itu juga bekerjasama untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan dengan penuh tanggung jawab dan loyalitas demi terwujudnya
perusahaan yang produktif dan progresif. Dengan kerjasama yang baik antar
karyawan dan perusahaan akan lebih siap membangun keunggulan bersaing serta
memiliki kompetensi yang tinggi. Sehingga karyawan merasa dibutuhkan oleh
perusahaan secara eksistensinya dan cenderung intensi turnover rendah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dyah ayu Puri Palupi (2011) tentang Memprediksi Turnover
pada Karyawan Perusahaan Garmen (Pengaruh Praktek Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Kepercayaan Terhadap Organisasi). Menunjukkan bahwa dalam kemajuan
karir, hasil penelitian menunjukkan bahwa jika karyawan perusahaan garmen
merasakan prospek yang lebih baik terhadap promosi internal, kriteria promosi
yang objektif, 11 dan ketersediaan kemajuan karir dalam organisasinya, mereka
cenderung merasakan kepercayaan terhadap organisasi yang lebih tinggi. Selain
itu kepercayaan terhadap organisasi juga memiliki pengaruh yang signifikan dan
negatif terhadap intensi turnover. Penelitian juga menghasilkan bahwa level
kepercayaan organisasi yang lebih tinggi akan dialami hanya jika karyawan
merasakan kemajuan karir dalam organisasi, dan hal tersebut akan membuat mereka
berkurang keinginannya untuk meninggalkan organisasi. Konteks kepercayaan
melibatkan rasa kepercayaan kelompok bahwa organisasi mereka berniat untuk
memperlakukan karyawan secara wajar dan dengan rasa hormat. Niat ini adalah
sangat penting sebab interaksi tersebut membantu karyawan meramalkan interaksi
dengan pemimpin di masa depan. Jika karyawan percaya bahwa pemimpin berlaku
adil dan akan seperti itu selanjutnya, mereka akan mengembangkan komitmen
jangka panjang kepada kelompok kerja dan organisasi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">. Menurut penelitian Debora (2006)
yang mengemukakan bahwa kepercayaan organisasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap efektivitas organisasi. Kepercayaan karyawan dalam
organisasi terus memenuhi harapan karyawan dalam menciptakan hubungan timbal
balik antara kepercayaan dan keadilan organisasi. Bagi karyawan, organisasi
merupakan sumber penting bagi kebutuhan sosioemosional mereka seperti respect
(penghargaan), caring (kepedulian), dan tangible benefit seperti gaji dan
tunjangan kesehatan. Perasaan dihargai oleh organisasi membantu mempertemukan
kebutuhan karyawan terhadap approval 12 (persetujuan), esteem (penghargaan) dan
affiliation (keanggotaan), (Eisenberger & Rhoades, 2002). Lanjut
Eisenberger dan Rhoades (2002), penilaian positif dari organisasi juga
meningkatkan kepercayaan bahwa peningkatan usaha dalam bekerja akan dihargai.
Oleh karena itu karyawan akan memberikan perhatian yang lebih atas penghargaan
yang mereka terima dari atasan mereka. Peningkatan kepercayaan tersebut juga
perlu dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dalam suatu team building. Karena ketika
kepercayaan hadir dalam organisasi, tingkat kepuasan kerja dan produktivitas
akan cenderung lebih meningkat diantara karyawan, sementara tim building
terbukti akan menjadi lebih efektif (Communication World, 2003, dalam
Vineburgh, 2010, dalam Faza 2013). PT. PLN (Persero) merupakan industri listrik
di Indonesia yang bertujuan untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum dan sekaligus akumulasi profit berdasarkan prinsip pengelola perusahaan.
PT. PLN (persero) didukung dengan jumlah karyawan mencapai 4010 orang pegawai
PLN Distribusi dan 14 area Pelayanan yang disertai kemampuan dan pengalaman
yang berbeda-beda. PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dibagi menjadi
beberapa daerah Pelayanan yang melayani wilayah administrasi propinsi Jawa
Timur. Setiap daerah pelayanan memiliki struktur organisasi yang masing-masing
terbagi menjadi beberapa devisi atau unit kerja. Perusahaan PT. PLN (Persero)
Area Malang memiliki 11 unit kerja yang memiliki job description meliputi
penanganan administrasi, operasional, pelayanan pelanggan, transaksi energi,
jaringan, konstruksi, keuangan, kebutuhan devisi dan fungsional ahli. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan kinerja pegawai dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, kepercayaan organisasi merupakan
sebuah fondasi penting. Tanpa adanya kepercayaan organisasi, karyawan akan
berfokus pada self protection yang akan melemahkan keinginan untuk menjadi
koopertif dan kolaboratif, merusak motivasi dan menggagalkan produktivitas dan
inovasi dalam bekerja. Sehingga antar devisi bisa bekerjasama secara ideal. PT.
PLN (Persero) Area Malang terdiri dari devisi-devisi yang saling menunjang
kualitas kelistrikan. Setiap devisi atau unit kerja memiliki 3-5 orang
tergantung pada jumlah team member pada devisi tersebut. Namun setiap devisi
atau unit kerja tertentu terkadang mengerjakan pekerjaan diluar job
descriptionnya, hal tersebut dilakukan karena mereka merasa job characteristics
yang dimiliki dapat mendukung pekerjaan atau tugas tersebut (walaupun tidak ada
di job descriptionnya) maka ia akan melakukannya, dan hal yang dilakukan ini
mencerminkan perilaku ekstra (extra-role) atau lebih dikenal dengan
organizational citizenship behavior. OCB mampu memfasilitasi tercapainya
efektifitas, efisiensi dan kesuksesan organisasi karena beberapa perilaku OCB
mampu menghemat sumber daya yang langka, memungkinkan manajer untuk
menghabiskan waktunya pada aktivitas yang lebih produktif dan meningkatkan
produktivitas organisasi (Organ, dkk, 2006). Jika perusahaan mampu menumbuhkembangkan
perilaku tersebut, maka akan dapat menjadi suatu kekuatan internal yang besar,
sebagai modal untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih berkelanjutan.
OCB secara tidak langsung atau secara eksplisit diakui sistem penghargaan
formal atas kontribusi karyawan. 14 Menurut Rhoades dan Eisenberger (2002),
walaupun organisasi menghargai kontribusi dan peduli terhadap kesejahteraan
karyawan adalah hal yang penting, organisasi harus tetap memperhatikan bahwa
karyawan akan tetap menggabungkan dukungan nyata yang ditunjukkan oleh
organisasi dengan persepsi individual yang mereka miliki. Para karyawan yakin
bahwa organisasi mempunyai tujuan dan orientasi, baik positif maupun negatif
terhadap mereka, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penghargaan akan
kontribusi dan kesejahteraan karyawan tersebut. Berdasarkan sejumlah hasil
penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diketahui
penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki perbedaan pada segi variabel,
baik terikat dan bebas. Teknik pengambilan sampel dan penentuan subjek
penelitian sampai teknik analisa data. Sedangkan penelitian yang hendak
dilakukan peneliti dan membedakannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah variebel bebas kepercayaan organisasi (X), serta variabel terikat
orgnizational citizenship behavior (Y) serta lokasi penelitian. Dengan latar
belakang perusahaan yang singkat tersebut dapat diketahui PT. PLN (Persero)
memiliki sumber daya yang baik. Salah satunya dalam penerapan job
characteristic dalam pekerjaan karyawan dan juga memperhatikan perilaku
karyawan yang dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Untuk itu peneliti
perlu melakukan penelitian tentang peran kepercayaan organisasi terhadap
organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan PT. PLN (Persero) Area
Malang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah : <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Apakah ada peran kepercayaan
organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan PT.
PLN (Persero) Area Malang? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Untuk mendeskripsikan peran kepercayaan
organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan PT.
PLN (Persero) Area Malang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Hasil penelitian ini diharapkan akan
memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis :
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas
dunia ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi. Khususnya psikologi
industri dan organisasi. 2. Manfaat Praktis : diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi instansi pemerintahan, perusahaan,
organisasi non profit dan instansi</span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Peran kepercayaan organisasi (trust organizational) terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pada Karyawan PT. PLN (Persero) area Malang</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-55474444168160718552017-08-19T21:16:00.002-07:002017-08-19T21:16:32.453-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Studi kasus penerimaan diri remaja yang memiliki keluarga tiri di Desa Banjarsari Kabupaten Tulungagung<br />
<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penerimaan diri memiliki pengaruh penting dalam kesehatan psikologis seseorang. Penerimaan diri adalah ketika seseorang mampu menerima segala aspek tentang dirinya tanpa membenci dirinya sendiri. Penerimaan diri menjadi sangat sulit di masa-masa remaja, remaja membutuhkan dukungan dari keluarga dalam hal pembentukan penerimaan diri, namun pembentukan keluarga baru dapat membuat remaja mengalami kesulitan yang lebih dalam memunculkan penerimaan dirinya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerimaan diri remaja yang memiliki keluarga tiri serta mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri remaja yang memiliki keluarga tiri.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus dimana pengambilan data yang digunakan berupa observasi partisipan dan juga wawancara mandalam. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan yang memiliki keluarga tiri.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek yang memiliki keluarga tiri memiliki penerimaan diri yang berbeda meskipun keduanya sama-sama mendapatkan penolakan dari keluarga tirinya. Salah satu subjek memiliki penerimaan diri yang baik sementara itu subjek lainnya kurang memiliki penerimaan diri. Perbedaan penerimaan diri dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin subjek. Sementara faktor yang mempengaruhi pencapaian penerimaan diri kedua subjek pun tidak sama dan beragam. Faktor yang paling berpengaruh dalam penerimaan dirinya adalah dukungan sosial, berfikir positif, wawasan sosial, pemahaman diri, konsep diri stabil, keberhasilan, harapan realistis, serta tidak memiliki stress yang berat.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Self-acceptance has an important influence in forming a healthy of human’s psychology. Self –acceptance is a condition where someone is able to accept all aspects of him/her without hating him/herself. Self-acceptance becomes very difficult during adolescence, they need the support of their family in the formation of her self-acceptance. By having a new family, which is usually said as stepfamily, teenagers have to adapt with a new conditions. And of course, it can influence their self-acceptance.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research aimed to describe a teenager-self acceptance who stays together with his or her step family and to knowing the factors that influenced his or her self-acceptance.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study applied a qualitative method by applying a study case, which used a participant’s observation and deep interview as a data. Then, the subjects of this study are including of boy and girl-teenagers who have a step family.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The result of this study showed that booth subjects that have a step family have a different self-acceptance although they also have a same refusing from their step family, One of the subjects has a good self-acceptance .In the other side, other subject has not good enough of his self-acceptance .The different of self-acceptance is influenced by two factors. Those are age and gender. Besides, there are several factors that influence the achievement of self-acceptance of each subject. Those are social support, think positively, social insight, self-comprehension, the stable of self-concept, success, realistic hope, and having no stressful.</div>
<br />
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Studi kasus penerimaan diri remaja yang memiliki keluarga tiri di Desa Banjarsari Kabupaten Tulungagung</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-7232567647477008612017-08-19T21:15:00.001-07:002017-08-19T21:15:51.389-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap empati siswa siswi SMP Negeri 7 Jember<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dari beberapa peristiwa dan referensi yang ada, tidak dipungkiri lagi kenakalan remaja seperti tawuran dan tindakan bullying menjadi PR besar bagi dunia pendidikan khususnya sekolah untuk membuat siswa-siswinya memiliki rasa cinta kasih dan emapati terhadap sesama. Dalam bukunya Hurlock (1999 : 118) mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Kemampuan untuk empati ini mulai dapat dimiliki seseorang ketika menduduki masa akhir kanak-kanak awal (6 tahun), dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua individu memiliki dasar kemampuan untuk dapat berempati dan hanya berbeda tingkat kedalaman dan cara mengaktualisasikannya. Penanaman rasa cinta kasih dan empati ini bisa dilakukan dalam proses belajar sehari-hari di dalam kelas maupun di luar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti ekstrakurikuler, salah satunya ekstrakurikuler pramuka.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Jember dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap empati siswa siswi kelas VII SMP Negeri 7 Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian studi hubungan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 48 orang peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik komunikasi tidak langsung dengan alat pengumpul data berupa Angket. Adapun pengolahan data menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan komputer SPSS versi 16.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kegiatan pendidikan kepramukaan terhadap empati siswa siswi sebesar 57,3 %. Tingkat kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 7 Jember berada pada dalam kategori sedang yakni 67 % atau 32 orang. Sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi yakni 19,5% atau 10 orang, dan kategori rendah sebesar 13,5 % atau 6 orang. Sedangkan pada Tingkat empati siswa siswi di SMP Negeri 7 Jember berada pada kategori sedang yaitu 67% atau 32 orang. Sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi sebesar 19% atau 9 orang, dan kategori rendah yaitu 14 % atau 7 orang. Terdapat hubungan positif dan pengaruh yang signifikan antara ekstrakurikuler pramuka dengan empati siswa siswi. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien r yang positif sebesar 0.763 dengan p (0,000) < 0.05. Hal ini berarti hipotesis diterima.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Comes from some events and existing references, no doubt that juvenile delinquency and bullying be a great “Homework” in education sector, especially for school to make the students having a sense of love and empathy for others. Hurlock says in his book (1999: 118), that empathy is the ability to understand other people's feelings and emotions and the ability to imagine their self in the perspective of other people. This empathy ability can be have when occupying the end of early childhood (6 years), then, it can be said that all individuals have the basic ability to be able to empathize, in different levels of depth and how to actualize. Making a sense of compassion and empathy can be done in daily learning process in the classroom and outside the classroom such as extracurricular, one of it is extracurricular scout.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research was conducted in SMP 7 Jember in order to determine the Influence of Scout toward Student’s Empathy of Junior High School 7 Jember. The method that used in this research is descriptive method with the form of research studies in the form of relationship. Participant for this research are 48 students. The data collection techniques that used by researchers is the technique of indirect communication with a data collection tool in the form of Questionnaire. The collecting data processing is using Simple Linear Regression Analysis with the help of SPSS version 16.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
From the results of this research note that the results of the analysis of the data showed that there is influence between empathy educational activities scouting for students of 57.3%. The level of scouting activities in SMP 7 Jember is at the middle category of 67% or 32 people. Whereas the rest of the students are in the high category of 19.5% or 10 people, and low categories of 13.5% or 6 people. While the level of student’s emphaty in Junior High School 7 Jember in middle category is 67% or 32 people. Whereas the rest of the students are in the high category by 19% or 9 people, and low categories, namely 14% or 7 people. There is a positive relationship and significant relationship between extracurricular scout with student’s emphaty. This is indicated by a positive coefficient r of 0763 with p (0.000) <0.05. This means that the hypothesis is accepted.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Di zaman yang serba maju dan
keras ini konflik sudah jadi bagian dari hidup yang tidak mungkin dihindari
lagi oleh seluruh lapisan masyarakat. Konflik menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat termasuk bagi kalangan remaja dan pelajar. Salah satu konflik
dikalangan remaja dan pelajar yang menjadi perhatian semua golongan adalah
tingkat kekerasan dan kenakalan di kalangan pelajar. Meningkatnya tindak
kekerasan oleh pelajar baik terhadap teman sebayanya di lingkungan sekolahnya
maupun antar pelajar di luar lingkungan sekolah begitu menunjukkan betapa
kurangnya penanaman nilai-nilai dan norma-norma tentang empati terhadap sesama
dan kasih sayang antar teman sebaya. Banyaknya kasus perkelahian antar pelajar
dan tindakan bullying di lingkungan sekolah menjadi bukti bahwa tingkat
agresifitas pelajar semakin meningkat dan rasa empati terhadap sesama semakin
memudar. Di Indonesia sendiri, hasil penelitian Sejiwa tahun 2008 terhadap
sekitar 1.200 orang pelajar di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya menunjukkan
angka kejadian bullying di SMA sebesar 67,9% dan SMP sebesar 66,1%
(Sejiwa,2010). Sementara itu Olweus (2003) mengungkapkan beberapa karakteristik
pelaku bullying, diantaranya adalah memiliki sikap positif terhadap kekerasan,
impilsif, ingin mendominasi orang lain dan kurang memiliki rasa empati. Hal
yang serupa juga diungkapkan 2 oleh lickona (2004) yang menyatakan bahwa
perilaku bullying dapat timbul akibat dari kurangnya rasa hormat dan empati di
antara sesama. Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa kurangnya
empati menjadi salah satu penyebab utama dari munculnya tindakan bullying di
kalangan pelajar. Batson dan Coke (Brigham, 1991) sendiri mendefinisikan empati
sebagai suatu keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan
apa yang dirasakan oleh orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kemampuan merasakan perasaan ini membuat seorang yang empati seolah
mengalami sendiri peristiwa yang dialami orang lain (Eisenberg dan Fabes,
1989). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Koestner dan Franz (1990) yang
mengartikan empati sebagai kemampuan untuk menempatkan diri dalam perasaan atau
pikiran orang lain tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan atau
tanggapan orang tersebut. Banyak sekali contoh bentuk empati dalam kehidupan
sehari-hari kita, contohnya memberikan masukan positif, memberikan pelayanan /
memudahkan orang lain, mengembangkan orang lain, menjaga kesopanan dalam
pergaulan, memahami aturan main yang berlaku, baik yang tertulis atau yang
tidak tertulis, dan lain-lain. Dalam Al-Quran, bentuk empati ini seperti
dilukiskan dalam surat Al-Maidah: 02 : <span dir="RTL" lang="AR-SA">وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>”Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." 3 Dari
beberapa referensi yang ada, tidak dipungkiri lagi dua perkara dan di atas
merupakan PR besar bagi dunia pendidikan khususnya sekolah untuk membuat
siswa-siswinya memiliki rasa cinta kasih dan emapati terhadap sesama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Penanaman rasa cinta kasih dan empati ini bisa dilakukan dalam
proses belajar sehari-hari di dalam kelas maupun di luar kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas seperti ekstrakurikuler. Banyak sekali bentuk
ekstrakurikuler di sekolah yang bisa menjadi wadah bagi para siswa-siswi untuk
berkreasi dan menyalurkan bakat minatnya. Tapi dari begitu banyaknya ekstrakurikuler
yang ada, tidak semuanya menonjolkan sisi penanaman nilai-nilai luhur tentang
kasih sayang dan empati terhadap sesama. Terlepas dari begitu banyaknya
kegiatan ekstrakurikuler, ada satu kegiatan ekstrakurikuler yang sedang menjadi
perhatian khusus dunia pendidikan indonesia yaitu kegiatan ekstrakurikuler
pramuka. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dijadikan kegiatan ekstrakurikuler
wajib dalam kurikulum baru 2013. Pramuka diwajibkan melalui peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan No.81 A tahun 2013 atau yang diperbarui tentang
kurikulum yang menyebutkan bahwa kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler wajib di pendidikan dasar, pendidikan menengah. Keputusan ini
tidak lain dan tidak bukan karena pramuka memliki tujuan untuk mendidik anak-anak
dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa
dan masyarakat Indonesia dan diharapkan mampu memberikan yang terbaik dalam
rangka pemberian karakter bangsa dan 4 penanaman nilai-nilai luhur kepada
siswa-siswi peserta didik, seperti rasa cinta kasih dan empati terhadap sesama.
Hal ini terbukti pada penelitian Anggriani (2013) yang meniliti tentang
pengaruh kegiatan kependidikan kepramukaan terhadap perilaku siswa, dimana
peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan anket pada 72 responden yaitu
siswa SMAN 1 Sungai Kakap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara kegiatan pendidikan kepramukaan terhadap perilaku peserta didik sebesar
41,4%. Contoh perilaku yang baik serta penanaman nilai-nilai luhur seperti
empati terhadap sesama inilah yang juga ingin ditanamkan pada siswa siswi di
SMP Negeri 7 Jember, dimana permasalahan tentang kenakalan remaja seperti
perkelahian antar pelajar dan tindakan bullying menjadi suatu hal yang tak bisa
dihindari lagi. Kasus perkelahian antar teman maupun dengan pelajar dari
sekolah lain juga sudah beberapa kali terjadi di SMP Negeri 7 Jember. Oleh
karena itu permasalahan ini juga menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua
pihak yang ada dilingkungan SMP Negeri 7 Jember. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hal ini dikarenakan sudah menjadi tugas sekolah mencari pemecahan
masalah dan membantu siswa siswi menjadi pribadi yang lebih baik. Pada dasarnya
sekolah tak hanya sebagai tempat mencari ilmu, tapi juga tempat bagi siswa
siswi untuk mengembangkan diri mereka menjadi pribadi yang luhur dan lebih
baik. Berangkat dari pemikiran-pemikiran diatas serta keputusan baru tentang
pembatalan kurikulum 2013 oleh menteri pendidikan dan kebudayan yang baru, maka
penilitian tentang “Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Empati
Siswa-siswi SMP Negeri 7 Jember” dirasa perlu dilakukan. Hal ini 5 sebagai
salah satu bentuk pencarian problem solving atas segala permasalahan kenakalan
remaja yang terjadi di SMP Negeri 7 Jember, seperti perkelahian antar pelajar
dan tindakan bullying. Selain sebagai problem solving, penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk nantinya bisa
memutuskan untuk tidak mewajibkan atau mewajibkan kembali kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMP Negeri 7 Jember. Pihak sekolah sepatutnya
mempertimbangkan kembali keputusan pembatalan kurikulum 2013 oleh menteri
pendidikan, dimana kegiatan ekstrakulikuler pramuka tidak menjadi
ekstrakulikuler wajib lagi di sebagian besar sekolah menengah pertama di
indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dari identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan yang muncul
sekarang adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana kegiatan pramuka di SMP Negeri 7 Jember? 2. Bagaimana
empati siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember? 3. Bagaimana pengaruh kegiatan
Pramuka terhadap empati siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> C. Tujuan Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan Pramuka di SMP Negeri 7
Jember 2. Untuk mengetahui bagaimana empati siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember
6 3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh kegiatan Pramuka terhadap empati
siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian
ini bagi sekolah adalah sebagai bahan masukan dalam bidang pendidikan khususnya
menyangkut perkembangan rasa empati siswa dan sebagai bahan pertimbangan bagi
sekolah dalam memahami peran kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka dan
sebagainnya dalam membentuk karakter siswa dan menjadikan siswa menjadi pribadi
yang berempati terhadap sesama.<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Siswa siswi
dapat belajar tentang artinya kebersamaan dan berempati terhadap orang lain
sehingga tindakan kekerasan pelajar bisa diminimalisir dan dicegah. b) Bagi
Guru Guru dapat membimbing siswanya dalam berempati terhadap sesama, baik
terhadap teman sebaya, orang tua, keluarga dan orang-orang di sekitarnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-size: 14.0pt; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Pengaruh pemahaman dampak buruk rokok terhadap empati perokok</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-54885342773979676072017-08-19T21:10:00.000-07:002017-08-19T21:10:43.146-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas VI di MI Darusalam Kolomayan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Pencapaian hasil belajar yang berkualitas merupakan salah satu tujuan pembelajaran dalam berbagai bidang mata pelajaran. Dalam penelitian ini khususnya pada mata pelajaran matematika.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar, tingkat hasil belajar, serta hubungan motivasi belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI di MI Darussalam Kolomayan Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini dilakukan di MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 22 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil uji validitas skala motivasi belajar dari 42 item terdapat 27 item yang valid sedangkan hasil uji reliabilitas skala motivasi belajar memperoleh skor α = 0.913. Analisis data menggunakan korelasi product moment dan perhitungannya menggunakan komputer dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat motivasi belajar dalam kategori sedang dengan taraf prosentase 59.09% dan tingkat hasil belajar matematika termasuk dalam kategori sedang dengan taraf prosentase 50%. Hasil analisis korelasi product moment diperoleh tingkat koefisien korelasi sebesar 0.039<0.050 dengan taraf signifikan 0.442.Ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dan cukup signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI. Jadi, semakin tinggi tingkat motivasi belajar akan diikuti peningkatan hasil belajar demikian juga sebaliknya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Achievement of quality learning is one of the goals of learning in various subject fields. In this research focus on mathematics subject.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The objectives of this study is to determine the level of learning motivation, the level of learning outcomes, as well as the relationship between learning motivation and learning outcomes in mathematics, sixth grade students in MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research was conducted in MI Darussalam Kolomayan Wonodadi Blitar. The sample in this research is class VI totaling 22 students. Methods of data collection using questionnaires, observation, interviews, and documentation. The validity test results of learning motivation scale of 42 items, there are 27 valid items, while the reliability test results of learning motivation scale scored α = 0913. Data analysis using product moment correlation and calculation using a computer with SPSS 16.0 for Windows.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The results showed that the level of learning motivation in the medium category with a percentage 59.09% level and the level mathematics learning outcomes included in the medium category with a level percentage 50%. Results of correlation analysis product moment correlation coefficient obtained level 0.039 <0.050 with a significance level 0.442. It means that there is a positive and significant between learning motivation and learning outcomes in mathematics student sixth grade. So, the higher level of learning motivation will be followed by improvement of learning outcomes and vice versa.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pendidikan memegang peranan penting untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), sehingga pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya
disertai dukungan dari guru, orang tua murid dan masyarakat yang turut serta dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan maka
tak lepas dari proses belajar mengajar. Secara formal, kegiatan belajar
mengajar berlangsung di sekolah dan setiap siswa diberikan materi sesuai dengan
tingkat usia, lingkungan sosial budaya, serta kegiatan pemerintah (Andartari
dkk, 2013: 2). Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal mempunyai
misi dan tugas yang berat, juga bisa dikatakan bahwa sekolah berperan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan
mengembangkan nilai-nilai budaya yang mencangkup etika, logis dan praktis,
sehingga tercipta manusia yang utuh dan berakar pada budaya bangsa
(Wahjosumidjo, 2010: 173) Tidaklah mudah untuk mengetahui tinggi rendahnya
kualitas hasil belajar siswa, termasuk untuk menentukan kualitas mata pelajaran
matematika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Matematika merupakan mata
pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa mulai dari SD hingga SLTA dan bahkan
sampai di perguruan tinggi. Ada 2 banyak alasan tentang perlunya matematika
diajarkan kepada siswa. Cornelius (1982, dalam Abdurrahman, 2003: 253)
mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika
merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk
meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Materi mata pelajaran
matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika,
aljabar, dan geometri (Abdurrahman, 2003: 253) Semua materi yang diajarkan
tersebut membutuhkan daya ingat dan nalar yang cukup tinggi, sehingga tidak
jarang siswa mengalami kesulitan dalm memahami materi pelajaran. Pencapaian
hasil belajar yang berkualitas merupakan salah satu tujuan pembelajaran
berbagai bidang mata pelajaran. Demikian pula pada mata pelajaran matematika
yang merupakan pokok bahasan dalam peneltian ini. Hasil belajar pada mata
pelajaran matematika yang optimal merupakan tolak ukur keberhasilan siswa dalam
belajar mata pelajaran matematika. Akan tetapi, fakta lapangan berdasarkan
hasil wawancara dengan guru matematika kelas VI pada tanggal 26 November 2014
jam 08:00 WIB bahwa pada saat ini di MI Darussalam Kolomayan siswa kelas VI hasil
belajar pada mata pelajaran matematika masih banyak yang kurang optimal,
sebagian siswa kelas VI belum bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditentukan. Diduga karena kurangnya motivasi belajar, baik dari guru
maupun 3 dari siswa. Hal tersebut terbukti dengan hasil observasi peneliti pada
saat siswa mengikuti mata pelajaran matematika pada tanggal 27 November 2014
jam 09.00 WIB bahwa kurangnya peran guru matematika dalam menciptakan suasana
kegiatan belajar mengajar matematika kelas VI, sehingga mengakibatkan masih
adanya siswa kurang memperhatikan guru, malas belajar di kelas, malas mengulas
pelajaran di rumah, dan kurang terampil mengerjakan soal yang diberikan guru.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, salah satunya
terdapat faktor motivasi belajar. Menurut Winkle motivasi belajar (1996, dalam
Suwarni, 2012: 4) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi
belajar di sekolah menurut Tadjab (1994: 103) secara garis besar ada dua yakni
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar (Uno, 2013: 23) Motivasi dalam diri siswa (intrinsik) merupakan faktor
penenentu keberhasilan pembelajaran karena menurut Suprihatiningrum (2013: 86)
Motivasi instrinsik ini akan menimbulkan minat dan ingin keikutsertaan dalam
belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat timbul salah satunya dengan peran
guru sebagai fasilitator yakni memberikan kemudahan dalam proses 4 belajar
mengajar. Misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar
mengajar akan berlangsung secara efektif (Sardiman, 2011: 146) Karena motivasi
ektrinsik secara kontinyu dari seorang guru kepada siswa itu sangatlah penting,
sebagai penunjang keberhasilan proses belajar siswa. Selain motivasi belajar
dari seorang guru, siswa akan giat meningkatkan proses belajarnya ketika siswa
tersebut telah mengetahui hasil belajar yang dicapainya. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Wasty Soemanto (2003, dalam Hamdu & Agustina, 2011: 82)
menyebutkan bahwa pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting,
karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih
berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Hal di atas dilatar belakangi oleh
penelitian (Pratuti & Koeswanti, 2013) dengan judul hubungan motivasi
belajar dengan hasil belajar pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kranggan
Temanggun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Metode penelitian ini menggunakan penelitian korelasional. Analisis
korelasi dalam penelitian ini menggunakan analisis product moment dari person
dengan bantuan program perhitungan statistik SPSS 20.0 for windows. Peneliti
menggunakan motivasi belajar sebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar
sebagaai variabel terikat (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
positif signifikan antara motivasi dan hasil belajar mata pelajaran PKN pada
siswa kelas VII Negeri 1 Kranggan di Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung
Semester I tahun ajaran 2012/2013. 5 Penelitian ini juga dilatar belakangi
penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2007) mengenai pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar kelas VII SMP 13 Semarang. Metode penelitian ini
menggunakan angket (kuesioner), dokumentasi dan observasi. Peneliti menggunakan
motivasi belajar sebagai variable bebas (X) dan hasil belajar sebagai variabel
terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar pada siswa kelas
VII SMPN 13 Semarang dalam kategori cukup. Hasil belajar yang dicapai siswa
kurang memuaskan, terlihat dari hasil analisis angket yang disebar. Dari
indikator yang dijadikan parameter analisis penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa hasil belajar siswa sebagian besar memperoleh nilai ratarata dibawah
angka 7 untuk semua mata pelajaran. Terdapat juga penelitian yang dilakukan
oleh Hamdu dan Agustina (2011) dengan judul pengaruh motivasi belajar siswa
terhadap pestasi belajar IPA di sekolah dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas
IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya). Dengan menggunakan
metode korelasi. Korelasi deskriptif ini dilakukan sebagai studi kasus terhadap
siswa kelas empat Sekolah Dasar. Data-data dikumpulkan melalui questionare
instrument dari variable motivasi belajar dan juga hasil test siswa sebagai
variable rata-rata pencapaian siswa. Hasil dari data-data diproses melalui
perhitungan statistik dan korelasi rata-rata, didapat melalui penggunaan SPSS
16.0. Hasil penelitian ini juga menginformasikan terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti
bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka prestasi belajarnya 6
pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk
dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk (rendah).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Kemudian penelitian yang
telah dilakukan oleh Widayani (2011) dengan judul hubungan antara persepsi
peserta didik pada mata pelajaran matematika dengan hasil belajar matematika
kelas X MA NU Nurul Huda Mangkang. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi
antara dua variabel. Sampel penelitian sebanyak 40 responden, menggunakan
teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen
angket untuk menjaring data persepsi peserta didik (X) dan soal tes untuk
menjaring data hasil belajar (Y). Instrumen soal sebelum digunakan untuk
mendapat data yang objektif terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda. Data penelitian terkumpul
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian
hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan persepsi peserta didik
pada mata pelajaran Matematika dengan hasil belajar matematika, ditunjukkan
oleh koefisien korelasi (r) 0,712 pada taraf signifikan alpha = 0.05 . (2)
Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi peserta
didik pada mata pelajaran matematika dengan hasil belajar matematika searah.
Hal ini berarti ada hubungan yang positif antara persepsi peserta didik pada
mata pelajaran matematika dengan hasil belajar matematika yang signifikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Besarnya hubungan antara persepsi peserta didik dengan hasil
belajar adalah 0,712. Melihat dari besarnya hubungan tersebut, bisa dikatakan
hubungan persepsi peserta didik dengan hasil belajar matematika kuat.
Berdasarkan hasil 7 penelitian ini diharapkan akan menjadi informasi dan
masukan bagi para sivitas akademika, para mahasiswa, para tenaga pengajar mata
kuliah jurusan dan program studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
agar bisa membuat matematika menjadi mata pelajaran yang disenangi, supaya
peserta didik memiliki pandangan atau persepsi yang lebih baik lagi terhadap
matematika, sehingga akan mendorong peserta didik untuk lebih semangat dan
termotivasi dalam belajar. Sehingga hasil belajar Matematika menjadi lebih baik
lagi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VI di MI Darusalam
Kolomayan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar Tahun ajaran 2014/2015<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">RUMUSAN
MASALAH <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana tingkat motivasi belajar pada mata pelajaran
matematika siswa kelas VI di MI Darusalam Kolomayan Tahun ajaran 2014/2015? 2.
Bagaimana tingkat hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI
di MI Darusalam Kolomayan Tahun ajaran 2014/2015? 3. Adakah hubungan motivasi
belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI di
MI Darusalam Kolomayan Tahun ajaran 2014/2015? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. TUJUAN PENELITIAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Tujuan dari penelitian ini
adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada mata pelajaran
matematika siswa kelas VI di MI Darusalam Kolomayan Tahun ajaran 2014/2015? 2.
Untuk mengetahui tingkat hasil belajar pada mata pelajaran matematika semester
1 siswa kelas VI di MI Darusalam Kolomayan Tahun ajaran 2014/2015? 3. Untuk
mengetahui hubungan motivasi belajar terhadap hasil belajar pada mata pelajaran
matematika semester 1 siswa kelas VI di MI Darusalam Kolomayan Tahun ajaran
2014/2015? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. MANFAAT PENELITIAN <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi khazanah keilmuan psikologi dan pengembangan khazanah
keilmuan psikologi, khususnya psikologi pendidikan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Manfaat secara praktis a. Penelitian ini dapat berguna sebagai
masukan bagi guru kelas VI MI Darussalam Kolomayan Kec. Wonodadi Kab. Blitar
untuk meningkatkan hasil belajar siswanya terutama pada mata pelajaran
matematika b. Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam penanganan
masalah motivasi belajar terhadap hasil belajar terutama pada mata 9 pelajaran
matematika di MI Darussalam Kolomayan Kec. Wonodadi Kab. Blitar pada masa yang
akan datang. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas VI di MI Darusalam Kolomayan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-19084594009942765592017-08-19T21:09:00.000-07:002017-08-19T21:09:23.198-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Pengambilan keputusan kredit orang tua ditinjau dari harapan akan keberhasilan study anak konsumen di Koperasi Putra Adi Pratama<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang pengambilan keputusan kredit orang tua ditinjau dari harapan akan keberhasilan study anak Konsumen di koperasi. pengambilan keputusan adalah suatu tindakan untuk menentukan pilihan sebagai seleksi terhadap dua pilihan alternatif yang dilakukan secara konsisten dan bijaksana untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan harapan merupakan salah satu penggerak yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Karena dengan adanya usaha yang keras tersebut, maka hasil yang didapat akan sesuai dengan tujuan. Jadi individu akan bertingkah laku tertentu dikarenakan adanya motif dan adanya rangsangan untuk memenuhi kebutuhan serta mendapatkan tujuan yang diinginkan. Harapan akan keberhasilan anak adalah salah satu faktor orang tua melakukan kredit uang di koperasi guna memenuhi kebutuhan berprestasi anak.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini mengambil subjek dari anggota koperasi Putra Adi Pratama yang memiliki anak. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah pegawai sejumlah 43 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala pengambilan keputusan dan kebutuhan berprestasi, yang masing-masing terdiri dari 24 item. Teknik analisa data dengan menggunakan analisa regresi linier sederhana.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian ditemukan bahwa 40 anggota memiliki tingkat pengambilan keputusan yang tinggi yaitu sebesar 93,1% dan 3 anggota memiliki tingkat pengambilan keputusan yang sedang yaitu sebesar 6,9 % . Sedangkan pada tingkat harapan orang tua ditemukan bahwa 43 anggota memiliki tingkat harapan yang tinggi yaitu sebesar 100%. Jadi pengambilan keputusan kredit memiliki hubungan positif terhadap harapan akan keberhasilan study anak konsumen di Koperasi Putra Adi Pratama, hal ini ditunjukkan dengan nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi. Nilai korelasi adalah 0,809. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori kuat. Kemudian diperoleh nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang menunjukkan bahwa variabel X (pengambilan keputusan) memiliki pengaruh kontribusi karena mempunyai nilai 65,5 % terhadap variabel Y (harapan) dan 34,5% lainnya bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel X.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This researchaims to describe about the decision-making credit parents in terms of the expectation of the success of the study, consumers in the cooperative. Decision-making is an act to determine the choice of two as alternative choice selection , who carried out consistently and wise to meet the needs. While the expectation is an one of the driving behind someone to perform an act. By the presence of the work that the hard then the result obtained will be consistent with the objectives of. So individuals will be acting and behaving particular due to the motive and the existence of the stimulation to meet the needs as well as to receive a desired goal. The expectation of a success a child , is one of the parents factors to do money credit in the cooperative to meet requirement to children achievement.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research take the subject of the member “Putra Adi Pratama” cooperatives who has children. This research uses a quantitative studies. The number of respondents in this research is 43 employees. Data collection method uses the scale of the decision-making and needs of achievement, each consisting of 24 items. While data analysis technique, by using linear regression analysis simple.</div>
<br />
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<br />
<div align="justify" class="ep_field_para" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: verdana; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
The research found that the 40 members have a decision making of high level is as much as 93,1 %; and 3 members have decision-making of medium levels is as much as 6,9 %. While in the level of the parent expectation found that 43 member hopes of having a high level is as much as 100%. So decision making credit having a positive relationship against hope of the child studies success, consumers in a Putra Adi Pratama cooperative. This is indicated by the value "R" which is a symbol of the value of the correlation coefficient. The correlation valueis0.809. This value can be interpreted that the two variable research are in the strong category. Then obtained a “R” Square or Coefficient Determination (KD) that indicates that the “X” variable (decision making) having influence of the contribution because it has value 65,5 % on Y variables ( expectations) and 34,5 % others can influenced by factors beyond other X variables.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: verdana; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dewasa ini kehidupan koperasi telah menjadi
kebutuhan masyarakat, sebab bagi masyarakat Indonesia hidup berkoperasi berarti
membangun perekonomiannya. Pemerintah merupakan pemrakarsa ekonomi memiliki
misi untuk memajukan koperasi sesuai dengan apa yang dikehendaki atas dasar
Undang–Undang Dasar 1945, yaitu membangun koperasi sehingga mempunyai kemampuan
untuk dapat dipergunakan sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. Atas
dasar itu maka koperasi sebagai organisasi ekonomi dan sosial yang mampu
memberikan pelayanan terus menerus dan meningkat pada anggotanya serta
masyarakat sekitarnya, selain itu juga akan memberikan sumbangan mendasar
kepada pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi. Hal ini juga sama dengan
Negara-negara sedang berkembang. Negara sedang berkembang lembaga finansial
tersegmentasi kedalam dua sektor, yaitu sektor financial formal dan informal. Sektor
finansial formal terdiri dari bank, koperasi, dan lembaga-lembaga kredit yang
lain. Sektor finansial formal memiliki skala usaha besar seperti penyediaan
pelayanan jasa finansial yang tidak jarang menembus batas-batas geografis
bahkan Negara sekaligus (Heru Nugroho, 2001). 2 Dengan berkembangnya sektor
financial dibarengi oleh kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup yang sangat
beragam, kompleks dan berjenjang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia
bekerja untuk menghasilkan sejumlah uang sebagai pendapatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Namun terkadang pendapatan yang
mereka terima terbatas karena adanya kebutuhan yang yang harus di penuhi secara
bersama-sama. Misalnya harapan orang tua yang juga sebagai konsumen koperasi
dalam pemenuhan kebutuhan berprestasi untuk anak-anak konsumen. Karena harapan
orang tua tersebut ingin agar anaknya berhasil dalam pendidikannya, orang tua
berupaya agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Orang tua biasanya memiliki
keinginan agar anaknya itu bisa lebih baik dari pada orang tuanya, apalagi orang
tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi biasanya memiliki cita-cita
yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan agar
pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau setidaknya sama dengan orang tua
mereka. Cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan keberhasilan
anak-anaknya di Sekolah. Keinginan orang tua yang dimaksud dengan harapan orang
tua agar anak-anaknya lebih berhasil dalam masa depannya. Keluarga yang
memiliki anak merupakan suatu kebahagian tersendiri bagi ayah dan ibu. Harapan
keluarga dan tujuan akhir dari pernikahan telah terpenuhi. Berbagai harapan dan
cita-cita telah dinantikan oleh ayah dan ibu dalam mendampingi, merawat,
mendidik sang buah hati. Agar kelak memiliki kepribadian yang baik pada waktu
besar atau dewasa nanti. Orang tua mengharapkan agar anak yang 3 dilahirkan
akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat, cerdas serta berbudi
pekerti yang baik. Victor Vroom (dalam buku Stephen Robbins, 2007) menjelaskan
bahwa harapan adalah suatu kesempatan untuk dapat menghasilkan sesuatu. Harapan
merupakan salah satu penggerak yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu
tindakan. Karena dengan adanya usaha yang keras tersebut, maka hasil yang
didapat akan sesuai dengan tujuan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam hal ini harapan mengarah pada
orang tua dalam peranan sebagai pemberi dukungan sosial ataupun dukungan materi
agar anaknya berhasil sehingga mendorong orang tua untuk melakukan sesuatu agar
dapat memenuhi kebutuhan anaknya. McClelland (dalam Djiwandono, 2002) mengemukakan
bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya sering sekali dipengaruhi
oleh berbagai motif. Motif tersebut berkaitan dengan keberadaan dirinya sebagai
mahluk biologis dan mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan lingkungannya.
Motif yang dikemukakan oleh McClelland salah satunya yaitu motivasi untuk
berprestasi. Dengan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan..
Anak manusia lahir dengan bermacam-macam potensi. Agar potensi sebagai modal
dasar dapat berkembang maka perlu bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari
orang-orang yang bertanggungjawab. Dengan demikian pihak 4 yang utama yang
membantu sesorang agar dapat mendapatkan pendidikan yang layak adalah orang
tua. Banyak ahli menyatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang pertama dan
utama. Menurut Drost (1998:58), pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua,
masyarakat, dan sekolah. Orang tua yang paling bertanggung jawab terhadap
pendidikan. Dengan demikian orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama.
Berikutnya menurut Idris (1992: 34-35), orang dewasa yang mempunyai tanggung
jawab terhadap anak adalah orang tua. Peran orang tua sebagai pendidik antara
lain diwujudkan dalam mencintai dan mendorong anak. Selanjutnya menurut
Suharyono (2001: 3) berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah
ada pada orang tua. McClelland (dalam Djiwandono, 2002) bahwa Orangtua yang
mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan
mendorong anak tersebut untuk bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian
prestasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dari penilaian diperoleh bahwa
orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap
anaknya. Setiap orangtua mempunyai harapan ideal agar keturunannya nanti tumbuh
dan berkembang menjadi seorang manusia yang baik, berpengetahuan baik,
mempunyai keunggulan tertentu dibandingkan dengan teman sebayanya, berakhlak
serta bermoral yang baik. Tetapi harapan ideal ini harus dicapai melalui suatu
proses yang panjang. Anak-anak mungkin tidak akan mampu untuk segera memenuhi
harapan orangtuanya. Mereka masih membutuhkan pengarahan yang benar dari
orangtuanya. Setiap orangtua mengharapkan 5 anaknya bahagia, meraih prestasi
yang tinggi dan sukses dalam kehidupannya kelak. Tak dapat disangkal harapan
orangtua membawa pengaruh pada keinginan berprestasi anak. Anak dengan motif
berprestasi tinggi biasanya datang dari keluarga yang mempunyai harapan tinggi
pada mereka. Tetapi harapan orangtua tersebut tidak akan membawa dampak apapun
kecuali jika dikomunikasikan pada anak. Harapan dan tuntutan menjadi tidak
berarti bila tidak ditunjang dengan teladan orang tua yang mencerminkan
pentingnya belajar (Shapiro,1997). Prinsipnya orang tua mempunyai andil dalam
memberikan persiapan yang baik untuk anak-anak mereka demi keberhasilan
pendidikan yang dijalani dan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu
faktor ekonomi keluarga juga menentukan hasil belajar anak. (Gerungan, 2004)
menyebutkan bahwa keadaan sosio – ekonomi keluarga tentulah berpengaruh
terhadap perkembangan anak-anak. Dengan adanya perekonomian yang cukup,
lingkungan material yang dihadapi anak maka ia mendapat kesempatan yang lebih
luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan
apabila tidak ada prasarananya. Dengan adanya fenomena seperti itu dalam
harapan akan orang tua ang ingin anaknya berhasil harus dapat melakukan
pemenuhan kebutuhan, manusia menggunakan berbagai cara untuk memenuhinya baik
itu kebutuhan primer maupun sekunder, masyarakat melakukan kredit dalam
pemenuhan kebutuhannya. Salah satunya kredit yang dilakukan pada koperasi.
Seperti hasil wawancara pada pihak koperasi pada tanggal 14 november 2014.
Menurut 6 Agnes kepala bagian operasional koperasi Putra Pratama menjelaskan
bahwa para konsumen koperasi banyak meminjam uang atau melakukan kredit pada
tahun ajaran baru. hal ini karena dipengaruhi oleh desakan kebutuhan yang
banyak sehingga konsumen harus meminjam uang pada koperasi. Hakekatnya koperasi
merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat diperlukan dan penting untuk
diperhatikan sebab koperasi merupakan suatu alat bagi orang-orang yang ingin
meningkatkan taraf hidupnya. Dasar kegiatan koperasi adalah kerjasama yang
dianggap sebagai cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi
masing-masing, oleh sebab itu sudah selayaknyalah apabila koperasi menduduki
yang penting dalam sistem perekonomian suatu Negara disamping sector
perekonomian lainnya. Setiap lembaga ekonomi apapun bentuknya (perusahaan),
termasuk perusahaan koperasi menghendaki diperolehnya keuntungan laba yang
wajar. Bahkan apabila lebih besar keuntungan laba itu diperoleh, akan dirasakan
lebih memuaskan para pemilik modal. Seperti diketahui koperasi dikelola oleh
pengurus yang dipilih oleh rapat anggota, oleh karena itu pengurus bertanggung
jawab kepada rapat anggota adapun tugas dan pekerjaan pengurus yang harus
mendapat pertimbangan dan pengesahan oleh rapat anggota seperti perolehan
pendapatan dan biaya operasi serta hal-hal lainnya yang dipandang perlu untuk
operasional koperasi. Menurut parjimin dalam Anoraga (1999: 23) koperasi simpan
pinjam (KSP) merupakam salah satu jenis koperasi yang paling banyak ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Koperasi ini berfungsi sebagai lembaga perkreditan,
7 yang tugasnya adalah menghimpun dana dari para anggota, dan mendistribusikan
dana tersebut pada anggota nasabah. Dalam kegiatan usaha jasanya memberikan
layanan pengajuan kredit bagi debitur (anggota) dan calon debitur (calon
anggota). Persepsi terhadap, factor-faktor pengajuan kredit akan menjadi sector
penting didunia perkoperasian Indonesia, sejalan dengan meningkatnya persaingan
dibidang koperasi, hanya koperasi yang memperhatikan kepuasan debitur dan calon
debiturlah yang mampu bertahan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kondisi ini menyebabkan pihak
koperasi harus mempunyai perencanaan dengan pengendalian diperlukan
teknik-teknik pemasaran baik kualitas, pelaksaan promosi maupun penyaluran
teknik-teknik pemasaran baik kualitas, pelaksana promosi, maupun penyaluran
distribusi, selain itu ditunjang dengan memberikan pelayanan, fasilitas, dan
prosedur yang baik guna menarik konsumen atau calon konsumen untuk membeli atau
menggunakan produk yang ditawarkan guna memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Ratna Haryani (2014), menjelaskan bahwa ada faktor ekstrinsik serta
ekstrinsik yang berpengaruh dalam motivasi berprestasi pada mahasiswa tidak
mampu secara ekonomi. Faktor awal yang mempengaruhi adalah faktor eksternal,
yaitu keluarga atau pihak sekolah. Dengan keberhasilan yang mereka peroleh
setelah proses awal tersebut mulai muncul faktor intrinsik dalam diri mereka,
yaitu kemungkinan untuk sukses yang ingin mereka raih selanjutnya. Seiring
dengan pendidikan mereka yang lebih lanjut faktor sekolah, keluarga dan
lingkungan (teman) memberikan pengaruh yang lebih besar. Terutama kondisi
ekonomi keluarga mereka yang berasal 8 dari keluarga tidak mampu secara
ekonomi, membuat mereka ingin berhasil dan pada akhirnya mampu memperbaiki
kondisi ekonomi keluarga. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Faktor-faktor eksternal lain yang
juga berpengaruh pada motivasi berprestasi mereka adalah pengalaman yang
dimiliki serta orang lain yang lebih dulu sukses. Bagi mereka orang yang telah
lebih dulu sukses serta nasehat yang diberikan oleh teman serta guru dan dosen
dapat mengubah cara pandang individu terhadap prestasi dan mempengaruhi
perilaku mereka terhadap pencapaian prestasi mereka selanjutnya. Harapan karena
adanya keinginan untuk keberhasilan anak yang dirasakan oleh konsumen.
Keinginan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of
tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
Keinginan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Koperasi Putra Adi Pratama yang terletak di Jl.
Perusahaan No.18 B Losawi Karanglo adalah koperasi yang bergerak dalam bidang
koperasi serba usaha unit simpan pinjam, jadi koperasi ini menawarkan kepada
nasabah yang ingin membuka usaha agar bisa meminjam atau kredit kepada koperasi
ini. Selain anggota yang bisa melakukan kredit koperasi ini juga memberikan
kemudahan kepada non anggota untuk dapat kredit dengan syarat yang telah
disepakati. Oleh sebab itu selain anggota koperasi banyak non anggota yang
memilih kredit pada koperasi ini. 9 Dewasa ini banyak koperasi yang menawarkan
produk-produk yang baru dengan kualitas pelayanan yang prima dan mengutamakan
kepuasan anggota. Hal ini juga dilakukan oleh Koperasi Putra Adi Pratama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ini sematamata bertujuan untuk
menarik anggota agar tetap bertahan dan percaya pada kinerja koperasi.
Sebagaimana tersebut di atas bahwa anggota mempunyai posisi penting dalam
keberhasilan dan tumbuh kembangnya usaha koperasi. Oleh sebab itu peningktan
kualitas layanan dan kepuasan anggota sangat diutamakan demi konsumen koperasi.
Berdasarkan uraian di atas tentang adanya kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai
orang tua maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Pengambilan Keputusan Kredit Orang Tua ditinjau dari harapan akan keberhasilan
study Anak Konsumen Di Koperasi Putra Adi Pratama, Karanglo Malang”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan latar belakang yang penulis
uraikan diatas maka ada rumusan masalah yang penulis ungkapkan sebagai pangkal
pikir pada pembahasan selanjutnya, yaitu : <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana tingkat Pengambilan
Keputusan Kredit orang tua/ konsumen di Koperasi Putra Adi Pratama, Karanglo
Malang? 2. Bagaimana tingkat harapan orang tua akan keberhasilan anak? 3.
Apakah terdapat hubungan antara Pengambilan Keputusan kredit orang tua ditinjau
dari kebutuhan berprestasi anak Konsumen di Koperasi Putra Adi Pratama,
Karanglo Malang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dari rumusan masalah diatas penulis mempunyai
tujuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Dapat mengetahui tingkat Pengambilan
Keputusan Kredit orang tua/ konsumen di Koperasi Putra Adi Pratama, Karanglo
Malang 2. Dapat mengetahui tingkat harapan orang tua akan keberhasilan anak 3.
Dapat mengetahui hubungan antara Pengambilan Keputusan kredit orang tua
ditinjau dari kebutuhan berprestasi anak Konsumen di Koperasi Putra Adi
Pratama, Karanglo Malang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Manfaat
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Bagi Responden Hasil dari penelitian dapat menjadi masukan
pada koperasi untuk lebih memahami peranan pengambilan keputusan kredit terhadap
harapan orang tua akan keberhasilan anak. Dan diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan Nasabah kepada koperasi, karena koperasi dijalankan sesuai dengan
peraturan dan kualitas pelayanan koperasi, sehingga partisipasi anggota juga
dapat meningkat. 11 2. Bagi Peneliti Bagi peneliti sendiri, penelitian ini akan
memberikan pengalaman baru bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu di
masyarakat terutama dalam bidang psikologi. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Pengambilan keputusan kredit orang tua ditinjau dari harapan akan keberhasilan study anak konsumen di Koperasi Putra Adi Pratama</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-60631273491551961432017-08-19T21:04:00.000-07:002017-08-19T21:04:56.659-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Analisis komunikasi pada brand community Sophie Paris dalam media sosial Facebook.<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Komunikasi sangatlah penting dalam suatu komunitas merek, karena faktor utama dalam brand community adalah pembentukan komunikasi. Hubungan komunikasi tersebut tidak perlu aktif, tetapi paling tidak keberadaannya dapat ditentukan. Hal ini berarti bahwa komunikasi yang terjadi dapat melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi dalam media sosial Facebook pada brand community Sophie Paris dan mengetahui komponen brand community apa saja yang muncul dalam komunikasi pada media sosial Facebook brand community Sophie Paris.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis paradigma struktural fungsional.Sumber data dari penelitian ini berupa postingan (dari Sophie Paris) dan teks-teks percakapan (antar member Sophie Paris dan dengan Sophie Paris sebagai gatekeeper) yang terdapat dalam media sosial Facebook, khususnya yang memuat tentang hal-hal yang berhubungan dengan komponen-komponen brand community, yakni Consciousness of Kind yang memiliki elemen legitimacy dan oppotional brand loyality, Rituals and Tradition, yang di dalamnya terdapat celebrating the history of the brand (merayakan sejarah merek), dan sharing brand stories(berbagi cerita merek), kemudian komponen yang terakhir Moral Responsibilitypada brand community Sophie Paris dalam kurun waktu dimulai dari tanggal 1 sampai dengan 28 Maret 2015.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi dalam media sosial Facebook pada brand community Sophie Paris adalah komunikasi massa,dengan temuan sebagai berikut; terdapat model komunikasi massa, yakni model penerimaan, terdapat ciri-ciri komunikasi massa, yakni anonimitas audience sertapenggunaan peralatan modern oleh komunikator (dalam hal ini adalah web) dan adanya ketidaksesuaian antara hal yang terdapat dalam teori yang menyebutkan bahwa komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung satu arah, sedangkan dalam beberpa data ditemukan komunikasi dua arah.Adapun komponen brand community yang muncul dalam penelitian ini adalah Consciousness of Kind (kesadaran bersama) dengan indikator legitimacy serta Ritual and Tradition (ritual dan tradisi),yakni sharing brand stories, yang mana berbagi cerita pengalaman menggunakan produk adalah hal penting untuk menciptakan dan menjaga komunitas.Anonimitasaudience dalam komunikasi massa dapat masuk ke dalam dua komponen brand community yang muncul dalam penelitian ini, yakni Consciousness of KinddaRitual and Tradition disebabkan ketika berbagi cerita atau pengalaman menggunakan merek antar member maupun antara Sophie Paris dengan member tidak saling mengenal satu sama lain.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Communication is very important in a community brand, due to a main factor in the brand community is the establishment of communication. The relation of communication is not necessarily to be active, but at least its existence can be determined. This means that communication can occur through social media. This study aims to analyze communication on brand community of Sophie Paris in social media Facebook and know the components of brand community that appear in the communication on brand communityofSophie Paris insocial media Facebook.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The method used in this study is a qualitative method by using Critical Discourse Analysis approach in structural-functional paradigm. The data source from this study in the form of posts (Sophie Paris) and the texts of conversations (between the members and the Sophie Paris Sophie Paris as a gatekeeper) contained in the social media Facebook, especially that contains about matters related to the components of brand community, those are Consciousness of Kind that has elements of legitimacy and oppotional brand loyalty, Rituals and Tradition, in which there celebrating the history of the brand (celebrating the history of the brand), and sharing brand stories (share brand), then the last component is Moral Responsibility to the brand community of Sophie Paris starting from 1 to 28 March 2015.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The results of the study indicates that the communication occured on brand communityof Sophie Paris in the social media Facebook is mass communication, with the findings followed; there are models of mass communication, the acceptance model, there are characteristics of mass communication, the anonymity of the audience as well as the use of modern equipment by the communicator (web) and the discrepancy between the terms involved in the theory that communication in mass communication is one direction, whereas in some data has found two direction communication. The components of brand community that emerged in this study is the Consciousness of Kind (collective consciousness) with the indicator of legitimacy and Ritual and Tradition (ritual and tradition), those aresharing brand stories, which share the experience of using the product is important to create and maintain the community. Anonymity of audience in mass communication can be included into two components of brand community that emerged in this study, thoseare Consciousness of Kind and Ritual and Tradition caused when sharing a story or experience by using members of mere kantar nor between Sophie Paris and the members who do not know each other.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Pada abad 21, teknologi komunikasi telah
memasuki era yang begitu dahsyat. Media sosial ataupun Jejaring sosial (social
networking) menjadi fenomena yang cukup menarik untuk diteliti, karena dengan
seiring perkembangannya segala macam aktifitas dan kegiatan dapat diterapkan,
salah satunya sebagai media berkumpul dengan orang-orang yang memiliki hobby,
kesukaan, bahkan visi dan misi yang sama. Intrenet sudah menjadi alat
berkomunikasi dan berbagi informasi. Adanya jejaring sosial di internet, lalu
lintas informasi menjadi tidak hanya satu arah tapi juga multiarah. Banyak
sekali “percakapan” yang terjadi. Memasuki jejaring media sosial, berarti
berkesempatan untuk terlibat dalam percakapan tadi, minimal mengetahui apa yang
sedang dipercakapkan (Puspitasari, 2010:16). Media sosial dipahami sebagai
sebuah bentuk baru berkomunikasi, merupakan sarana percakapan yang terjadi di
internet dan ditopang oleh alat berupa aplikasi atau software. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tidak seperti komunikasi di internet
pada masa sebelumnya yang cenderung searah, komunikasi di media sosial kini
bersifat interaktif, terbuka dan memungkinkan setiap orang untuk ikut
berpartisipasi di dalamnya. Beberapa situs media sosial yang populer sekarang
ini antara lain: blog, twitter, facebook, wikipedia, dan youtube. Jumlah
pengguna media 2 sosial di Indonesia meningkat tajam dalam setahun ini. Hingga
Maret 2010 dilaporkan jumlah pengguna Twitter di Indonesia mencapai lima juta
akun. Saat ini, Indonesia pun merupakan negara dengan jumlah pengguna Facebook
dan Twitter tertinggi di Asia (Puspitasari, 2010:4). Berbagai penelitian
mengenai jejaring sosialpun telah banyak yang dilakukan, seperti halnya penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Niranti (2013) tentang Pola Perilaku Pengguna
Facebook, yang merupakan sebuah studi deskriptif kualitatif tentang motivasi
pengguna facebook dan dampaknya bagi kepribadian pengguna facebook di kalangan
pelajar Sekolah Menengah Atas dalam komunitas facebook Tawangmangu Adem.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Ia lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Motivasi dalam menggunakan facebook dari masing masing individu pastilah
berbeda. Mereka memiliki dorongan berbeda dalam mengambil keputusan penggunaan
facebook. Facebook sebagai jejaring sosial memang tujuan utamanya adalah untuk
bersosialisasi dan menambah teman. Interaksi dengan teman dan guru selama ini
dibatasi oleh waktu. Pelajar dan para remaja bisa mempunyai lebih anyak waktu
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman mereka. Dari hasil penelitian
yang peneliti peroleh dapat diimpulkan bahwa facebook memanglah berguna untuk
media komunikasi jarak jauh yang ampuh, karena tidak harus bertemu muka kita
dapat berkomunikasi dengan orang yang kita inginkan. Pola perilaku remaja
penggunanya masih nampak biasa saja seperti remaja pada umumnya. (2) Dampak
yang ditimbulkan dalam penggunaan 3 facebook sangatlah beragam ada yang positif
dan negatif seperti: a. Tidak dapat bersosialisasi dengan baik. Orang yang
bermain facebook akan terfokus ke satu titik dan tidak dapat bermain dengan
teman temanya, orang yang bermain Facebook akan terlalu asik bergabung dalam
dunianya. b. Menambah teman, Facebook sebagai jejaring sosial memang tujuan
utamanya adalah untuk bersosialisasi dan menambah teman. Adapun yang dimaksud
dengan komunikasi massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa
(communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan
menggunakan sarana media. Istilah massa dalam komunikasi massa berkaitan dengan
media massa, kemudian pertanyaan yang muncul adalah media massa apa yang
terdapat dalam komunikasi massa? Terdapat banyak versi tentang bentuk dari
media massa dalam komunikasi massa, namun dari sekian banyak versi tersebut
dapat dikatakan media massa bentuknya antara lain media elektronik (televise,
radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam
perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada
perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya internet. Akan tetapi,
belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk media dari definisi
komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media massa. Padahal, jika
ditinjau dari fungsi, dan elemennya, internet jelas masuk dalam bentuk
komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa bisa ditambah dengan
internet (Nurudin, 2007: 5). 4 Pekembangan teknologi komunikasi yang semakin
canggih tidak dapat dipungkiri membawa pengaruh terhadap segala jenis
perubahan. Sebagai contoh misalnya terdapat ungkapan yang meneyebutkan bahwa
kecanggihan teknologi “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Pun
demikian halnya dengan perilaku para pengguna media sosial, yang mana pada awalnya
media sosial hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, kini telah banyak
digunakan dan dimanfaatkan untuk keperluan yang lain seperti berbisnis ataupun
sebagai media penyatu bagi komunitas berbagai hal, salah satunya brand
community. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Istilah “brand community” pertama
dikemukakan oleh Muniz & O‟Guinn (1995) dalam Association for Consumer
Research Annual Conference in Minneapolis. Pada tahun 2001 artikel berjudul
“brand community”dipublikasikan dalam jurnal penelitian konsumen (SSCI), mereka
menjelaskan konsep brand community sebagai “suatu bentuk komunitas yang
terspesialisasi, komunitas yang memiliki ikatan yang tidak berbasis pada ikatan
secara geografis, namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan
sosial di antara penggemar merek tertentu”. Sophie Paris merupakan salah satu
perusahaan fashion di Indonesia yang berbasis network marketing yang saat ini
sudah merambah ke mancanegara. Sebagai perusahaan yang mengklaim sebagai
perusahaan fashion no.1 di Indonesia, Sophie Paris tentunya memiliki berbagai
sarana komunikasi yang dapat mempermudah konsumennya dalam mendapatkan
informasi tentang berbagai produk mereka. Semua informasi tentang Sophie 5
Paris dapat diakses melalui melalui Sophie Mobile, website www.sopieparis.com,
Facebook www.facebook.com/sophieparisindonesia, dan Twitter @sophie_paris.
Berbagai media sosial tersebut memudahkan para konsumen Sophie Paris untuk
mendapatkan informasi tentang produk dan berkomunikasi antar member ataupun
anatar konsumen (Sophie, 2014). Hubungan antara komunitas dan kebutuhan
konsumen dapat terpenuhi dalam sebuah komunitas melalui banyak hal, salah
satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan bukti nyata dari sebuah
komunitas pada setiap anggotanya. Berbagai aktivitas dapat menjadi sangat
bernilai bagi konsumen dan di dalam aktivitas tersebut terjalin komunikasi
antar konsumen. Komunikasi dapat menjadi media informasi bagi konsumen untuk
mengetahui lebih banyak tentang produk. Sebuah komunitas merek, di dalamnya
terdapat dimensi atau komponen-komponen brand community, diantaranya
consciousness of kind, ritual and tradition, dan moral responsibility. Ritual
dan tradisi juga nyata adanya dalam komunitas merek. Ritual dan tradisi
mewakili proses sosial yang penting dimana arti dari komunitas itu adalah mengembangkan
dan menyalurkan dalam komunitas. Beberapa diantaranya berkembang dan dimengerti
oleh seluruh anggota komunitas, sementara yang lain lebih diterjemahkan dalam
asal usulnya dan diaplikasikan. Ritual dan tradisi ini dipusatkan pada
pengalaman dalam menggunakan merek dan berbagi cerita pada seluruh anggota
komunitas. Seluruh komunitas merek bertemu dalam suatu proyek dimana dalam
proyek ini ada beberapa bentuk upacara atau 6 tradisi. Ritual dan tradisi dalam
komunitas merek ini berfungsi untuk mempertahankan tradisi budaya komunitas.
Ritual dan tradisi yang dilakukan salah satunya adalah Sharing Brand Stories
(berbagi cerita merek). Berbagi cerita pengalaman menggunakan produk merek
adalah hal yang penting untuk menciptakan dan menjaga komunitas. Cerita berdasarkan
pengalaman memberi arti khusus antar anggota komunitas, hal ini akan
menimbulkan hubungan kedekatan dan rasa solidaritas antar anggota. Secara
mendasar, komunitas menciptakan dan menceritakan kembali mitos tentang
pengalaman apa yang dialaminya pada komunitas. Berbagi cerita merek adalah hal
yang penting karena proses ini mengukuhkan kesadaran yang baik antara anggota
dan merek yang memberikan kontribusi pada komunitas. Hal ini juga membantu
dalam pembelajaran nilai-nilai umum. Lebih lanjut, dengan berbagai komentar
dengan anggota komunitas lainnya, maka salah satu anggota akan merasa lebih
aman didalamnya, pemahaman bahwa ada banyak anggota yang juga
merasakanpengalaman yang sama. Ini adalah keuntungan utama dalam komunitas. Hal
ini juga membantu melestarikan warisan sehingga merek tetap hidup dari budaya
dan komunitas mereka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam semua komunitas, teks dan
simbol yang kuat adalah yang mewakili budaya kelompok. Teks dan simbol
sejatinya merupakan esensi terpenting dalam sebuah komunikasi. Dengan
berkomunikasi maka sebenarnya kita melakukan pertukaran simbol, maupun budaya
(Muniz & Guin, 2001). Penelitian terdahulu tetang Brand Community salah
satunya seperti yang dilakukan oleh Palupi (2003) tentang Analisis Interaksi
Brand 7 Community Sgloverz Yogyakarta Dengan PO. Sumber Group. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa: (1) hubungan yang terjalin antar anggota brand community
SGLoverz Yogyakarta adalah hubungan yang berdasarkan kebersamaan dan
kekeluargaan, (2) hubungan yang terjalin antar anggota brand community SGLoverz
secara menyeluruh jugamerupakan hubungan yang berdasarkan kebersamaan dan
kekeluargaan, (3) hubungan yang terjalinantara SGLoverzsebagai brand community
dengan PO. Sumber Group sebagai perusahaan pemilik mereka adalah hubungan dua arah,
di mana keduabelahpihak saling menerima dan saling mendukung. Penelitian ini
juga dapat membuktikan bahwa brand community tidak hanya dapat digunakan
sebagai media promosi suatu merek tetapi dapat pula digunakan sebagai media
untuk mengubah citra merek (brand image). Dalam era modern seperti sekarang
ini, manusia seperti bergerak sangat cepat. Bukan manusianya yang bergerak
sebenarnya, akan tetapi komunikasinya. Di zaman dahulu komunikasi membutuhkan
waktu yang cukup lama atau terhambat, contohnya saja ketika berkirim surat,
perlu beberapa hari untuk surat sampai ke tangan orang yang kita kirimi surat,
juga butuh beberapa hari lagi untuk menerima balasannya. Perkembangan teknologi
seolah membuat komunikasi bisa tersampaikan bahkan dalam hitungan detik, maka
dari itu sangat efisien dari segi hal pengiriman, dan tentunya juga efektif.
Media komunikasi juga sangat berperan dalam komunikasi yang efisien, karena
menjadi medium yang memproduksi maupun mendistribusikan informasi. Media
komunikasi menjadi 8 perpanjangan ekstensi manusia untuk mengadakan komunikasi
guna berhubungan dengan lingkungannya. Facebook, merupakan salah satu media
komunikasi yang sangat popular dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Menurut www.checkfacebook.com pada awal tahun 2011 Indonesia masuk dalam 3
negara pengguna Facebook terbesar di dunia, yaitu 32.129.460 pengguna. Posisi
tersebut berada di bawah urutan pertama negara pembuatnya yaitu Amerika Serikat
yang memiliki 146.805.000 pengguna. Ini berarti Indonesia melewati Inggris yang
sebelumnya berada di atas Indonesia dengan memiliki 28.661.600 pengguna
(Puspitasari, 2010:16). Hampir seluruh lapisan masyarakat pada saat ini
mengetahui, dan menggunakan akun media sosial yang satu ini. Tak heran jika
kepopularan Facebook membuat banyak penulis menjadikannya sebagai bahan utama
untuk yang kemudian disajikan menjadi sebuah buku dan bahan bacaan yang
menarik. Salah satu penulis yang menjadikan Facebook sebagai tema besar dalam
sebuah bukunya adalah Nurudin. Melalui bukunya yang berjudul Tuhan Baru
Masyarakat Cyber di Era Digital, Nurudin menyampaikan tentang kilas balik
kehidupan media massa dengan beberapa contoh kasus yang disertakannya. Pembaca
seolah dibuat penasaran dengan istilah „Tuhan Baru” dalam judul besar bukunya.
Penulis mengakronimkan Facebook sebagai Tuhan Baru masyarakat cyber. Seolah
berkaca dengan perkembangan zaman yang serba canggih seperti saat ini,
masyarakat yang terhipnotis dengan dunia maya menganggap bahwa Facebook adalah
Tuhannya. Tempat 9 mengadu dan bercerita. Namun, penulis mengharapkan kita
(pengguna sosial media terutama Facebook) untuk menggunakan Facebook sewajarnya
saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Jadi, manfaat dan tidak manfaat Facebook
sangat bergantung dengan si pengguna. Penulis juga menyebutkan bahwa perilaku
pengguna Facebook seperti menulis dan memberitahu bahwa dirinya melakukan
hal-hal yang dianggap keren, meng-upload foto dengan gaya narsis di
tempat-tempat yang mereka anggap cool atau bergengsi untuk menumbuhkan sebuah
citra tertentu merupakan salah satu perilaku braggadocian behavior (braggart
berarti pembual atau penyombong). Diakui atau tidak, media sosial telah
mengubah, memandu, memilihkan apa yang harus dilakukan manusia dan apa yang
tidak. Tak heran jika kita tengah menumbuhkan Tuhan baru dalam diri sendiri. Buku
Tuhan Baru Masyarakat Cyber adalah kumpulan tulisan tentang media massa yang
dimuat di koran, blog, atau tulisan lepas saya dalam beberapa tahun terakhir.
Semua orang tahu media massa ialah alat penghubung antara masyarakat satu
dengan masyarakat lain melalui penyampaian informasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dengan media massa lah, seseorang
dapat mengetahui informasi sekalipun itu dalam lingkup wilayah yang kecil. Di
zaman yang serba canggih ini, media massa sudah tidak asing lagi di telinga
kita . Bahkan peran media massa yang semula hanya penyampaian informasi kini
menjadi multifungsi. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
komunikasi dalam media massa tentang analisis wacana salah satunya seperti pada
penelitian Khurivati (2013) yang berjudul Analisis Wacana Pada Teks Berita 10
Tuntutan Pembubaran FPI Pada SKH Kompas Edisi Februari 2012. Hasil dari
penelitian tersebut bahwa Kompas terkesan berhati-hati dalam setiap berita yang
dipublikasikannya. Pemarjinalan berita yang terjadi pada Kompas tidak secara
langsung memojokkan FPI. Strategi eksklusi tidak terlalu digunakan, hal ini
menunjukkkan bahwa kompas cederung tidak mengeluakan aktor yang bersangkutan
(FPI). Pemberitaan pada Kompas, sering menggunakan strategi inklusi dimana FPI
hanya ditampilkan sebagai ormas yang bertindak anarkis dalam melakukan aksinya.
Kompas tidak menyebutkan kegiatan FPI yang bersifat positif seperti kegiatan
sosial. Dalam pemberitan ini, Kompas cenderung menyoroti sikap aparat yang
bertindak aktif dan sigap. Shafer dalam Muniz, Guinn (2001) menyebutkan bahwa
faktor utama dalam brand community adalah pembentuk komunikasi. Hubungan
komunikasi tersebut tidaklah perlu aktif tetapi paling tidak keberadaannya
dapat ditemukan. Hal ini berarti bahwa komunikasi yang terjadi salah satunya
dapat melalui media sosial. Melihat pentingnya komunikasi dalam sebuah
komunitas merek salah satunya melalui media sosial Facebook, menarik perhatian
peneliti untuk mengetahui dan menganalisa tentang komunikasi yang terjadi dalam
media sosial Facebook pada brand community Sophie Paris. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian brand community sebelumnya dari Palupi (2003), yang mana hal
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah komunikasi, sedangkan dalam
penelitian terhadulu hal yang dianalisis adalah bentuk interaksi. Perbedaan
lain adalah subjek atau sumber data dalam penelitian ini adalah postingan (dari
Sophie Paris) dan teks-teks percakapan 11 (antar member Sophie Paris dan dengan
Sophie Paris sebagai gatekeeper) yang terdapat dalam media sosial Facebook,
bukan dari sebuah komunitas merek yang berada pada suatu daerah tertentu
seperti pada penelitian sebelumnya. Hal ini juga yang menjadi pembeda antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya tentang analisis wacana dari
Khurivati (2012), yang mana suber data dalam penelitian terdahulu berasal dari
media massa Kompas (surat kabar), sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
media sosial Facebook yang digunakan sebagai sarana komunikasi antar member
atau anggota brand community. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B. Rumusan Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Bagaimana komunikasi dalam media sosial
Facebook pada brand community Sophie Paris?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Komponen brand community apa saja yang
muncul dalam komunikasi pada media sosial Facebook brand community Sophie
Paris?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Adapun tujuan penelitian ini adalah menjawab
rumusan masalah yakni : <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Mengetahui komunikasi dalam media
sosial Facebook pada brand community Sophie Paris 2. Mengetahui komponen brand
community yang muncul dalam komunikasi pada media sosial Facebook brand
community Sophie Paris <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Manfaat teoritis Penelitian ini
diharapkan mampu melihat bagaimana pola komunikasi para anggota brand community
(Sophie Paris) yang terjadi dalam media sosial Facebook serta mengetahui
komponen brand community apa saja yang muncul dalam komunikasi pada media
sosial Facebook brand community tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Manfaat praktis Diharapkan
nantinya penelitian ini mampu dijadikan bahan pertimbangan atau masukan bagi
perusahaan dalam menetapkan strategi di bidang pemasaran untuk mengembangkan
usaha bisnis mereka khususnya melalui media sosial, dan diharapkan dapat
menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Analisis komunikasi pada brand community Sophie Paris dalam media sosial Facebook.</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-90196467379446676712017-08-19T21:03:00.001-07:002017-08-19T21:03:35.548-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Post power syndrome pada mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Post power syndrome pada umumnya dialami oleh orang-orang yang tadinya memiliki kekuasaan atau memangku jabatan, dan setelah tidak menjabat lagi mengalami gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang tidak stabil dan bersifat negatif. Rumusan dari penelitian ini adalah bagaimana bentuk post power syndrome yang ditunjukkan oleh mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus, bagaimana pemahaman mantan pemimpin tentang post power syndrome, dan bagaimana mantan pemimpin menyikapi post power syndromenya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi post power syndrome mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus. Post power syndrome yang dimaksud adalah adanya sikap masih berkuasa meskipun sudah tidak menjabat sebagai pemimpin lagi. Secara fisik individu yang mengalami post power syndrome akan tampak lebih lesu, malas, dan lemas. Dari segi emosi individu akan merasakan putus asa, kecewa, dan perasaan negatif lainnya. Secara perilaku individu akan lebih sering bercerita tentang masa kepemimpinannya dan membanding-bandingkan dengan pemimpin yang baru dan lebih sering marah.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini mengambil subyek mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus UIN Maliki Ibrahim Malang. Penelitin ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan data observasi partisipan dan wawancara mendalam.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Berdasarkan hasil penelitian dikatehui bentuk post power syndrome pada diri subyek yaitu, dari segi fisik terihat lebih lesu, lemas, dan malas. Dari segi emosi subyek merasa kosong, kecewa, dan kesal, sedangkan dari segi perilaku subyek suka mengkritik, kesal ketika nasihatnya diabaikan, dan suka bercerita tentang masa kepemimpinannya dan membandingkan dengan kepemimpinan yang baru. Subyek mengetahui bahwa telah terjadi perubahan secara fisik, emosi, dan perilaku pada dirinya setelah tidak menjabat lagi sebagai pemimpin. Secara fisik lebih malas, dan santai, secara emosi ada perasaan kosong, juga perasaan kecewa dan kesal terhadap kepemimpinan yang baru, sedangkan perubahan perilakunya yaitu suka memberikan nasihat dan kesal apabila diabaikan nasihatnya, dan senang menceritakan masa lalunya ketika menjadi pemimpin dan membandingkan dengan kepemimpinan yang baru. Dalam menyikapi perubahan yang telah terjadi tersebut, subyek membiarkannya saja karena subyek memiliki keyakinan bahwa perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Post power syndrome is generally experienced by people who previously had the power or taking office, and after serving no longer experiencing symptoms of mental or emotional instability and negative. The formulation of this research is how to shape a post power syndrome demonstrated by the former leader of intra-campus student organizations, how understanding the former leader of the post-power syndrome, and how the former leader addressing post power syndrome.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study aims to explore the post-power syndrome former leader of intra-campus student organizations. Post power syndrome in question is the attitude still ruling even though it was not served as a leader again. Physically, individuals who experience post power syndrome appears more lethargic, lazy, and weak. In terms of individual emotions will feel despair, disappointment, and other negative feelings. In the behavior of individuals will more often talked about his tenure and to compare with the new leaders and more often angry.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study takes the subject of the former leader of intra-campus student organizations UIN Maliki Ibrahim Malang. This research is conducted using a qualitative approach to data collection methods of participant observation and in-depth interviews.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Based on the research results form of post-power syndrome on the subjects themselves that, in terms of physical more lethargic, weak and lazy. The subject felt emotionally empty, frustrated, and annoyed, while in terms of the behavior of the subjects love to criticize, annoyed when his advice is ignored, and likes to tell of his tenure and compare with the new leadership. The subjects know that there has been a change in the physical, emotional, and behavioral after they no longer hold himself as a leader. Physically more lazy, and relaxing, there is a feeling emotionally empty, also feeling disappointed and upset to the new leadership, while the change in behavior that is like giving advice and upset when ignored his advice, and glad to tell his past when a ruler and comparing with leadership new. In addressing the changes that have occurred, let alone the subject because the subject has confidence that these feelings will disappear by it self.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Penelitian Seorang pemimpin sebuah organisasi atau perusahaan
memiliki potensi yang besar untuk mengalami post power syndrome ketika telah
usai masa baktinya atau pensiun. Dinsi& Yuliasai (2006) menjelaskan,
“individu yang pensiun dari pekerjaan rutinnyamerasakanketakutanterhadapapa
yang akandilakukannya, danketakutanini yang membuatindividumengalamisindrompascakekuasaanataupost
power syndrome” (h. 78).Hal ini diperkuat oleh Helmi (2000), yang menjelaskan
“bentuk dari reaksi negatif pensiun adalah merasa tidak berdaya, minder, bahkan
muncul gejala stress seperti mudah marah, susah tidur, malas bekerja, sering
pusing, atau muncul kecemasan bahkan berbagai penyakit dan tidak jarang pula
individu merasa powerless dan muncul sindrom pasca kekuasaan” (h. 42). Pada
dasarnya post power syndrome bukan muncul dengan tanpa faktor atau sebab.
Turner & Helms (1983: 109) menjelaskan, bahwa terdapat 5 faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi individu untuk mengalami post power syndrome, yaitu;
kehilangan jabatan, kehilangan hubungan dengan kelompok eksklusif, kehilangan
kewibawaan, kehilangan kontak sosial, dan kehilangan sebagian sumber
penghasilan. Hal itu diakui oleh „A‟ salah seorang pemimpin Organisasi Intra
Kampus (OMIK) jika dirinya merasa tidak berwibawa lagi setelah turun dari
jabatan pemimpinnya.Dia bercerita ketika masih menjadi pemimpin banyak orang
yang 2 menghormati dan menyanjungnya, tetapi ketika tidak lagi menjabat tidak
ada lagi yang menyanjung dan menghormatinya.Bahkan „A‟ mengaku ketika masih
menjabat sebagai pemimpin, banyak dicari oleh orang sehingga dirinya merasa
mejadi orang penting (wawancara: 2014).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Elia (2005),
menjelaskan“post power syndrome umumnya dialami oleh orangorang yang tadinya
memiliki kekuasaan atau memangku jabatan, setelah tidak menjabat lagi mengalami
gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang tidak stabil dan bersifat negatif”.
Spesialis kesehatan mental, Dadang Hawari dalam Media IndonesiaKesra (2014),
mengatakan bahwa orang yang terkena post power syndrome meningkat sekitar 25%
dari tahun 1999-2000. Menurutnya, meskipun kelainan psikis ini bersifat ringan
namun akan menjadi berat karena menjalar kepenyakit-penyakit fisik. Bahkan
dikatakan pula bahwa post power syndrome berpotensi menyebabkan kematian
(sudden death syndrome). Beberapa kasus post power syndrome yang berat diikuti
oleh gangguan jiwa, seperti tidak bisA berfikir rasional dalam jangka waktu
tertentu, depresi berat, atau pada pribadi-pribadi introvert terjadi
psikosomatik yang parah. Kondisi kejiwaan seperti itu apabila tidak segera
ditangani akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik, seperti mudah capai, yang
mengakibatkan daya tahan tubuh mulai menurun. Satu persatu penyakit akan mulai
bermunculan, seperti asmatik, merasa pegal-pegal di semua persendian,
kesemutan, jantungan, pusing-pusing dan sebagainya. Namun kalau diperiksa
secara medis ternyata tidak ada gejala yang menunjukkan adanya penyakit
tersebut. Kondisi seperti ini disebut psychosomatic yaitu suatu jenis 3
penyakit yang disebabkan beban emosi kejiwaan yang tidak tersalurkan. Apabila
hal ini tidak segera diwaspadai akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik,
kekecewaan yang mendalam mengakibatkan hilangnya nafsu makan, emosional,
pusing-pusing, gangguan tekanan darah tidak stabil, komplikasi penyakit yang
semua itu akan merupakan penderitaan bagi yang bersangkutan (Rini,2001). Post
power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam
bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, katampanannya,
kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang
realita yang ada saat ini. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post
power syndrome, pensiun dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila
individu tersebut memiliki jabatan, kekuasaan dan pengaruh yang cukup basar di
masa kerjanya, ketika memasuki pensiun semua itu tidak dimilikinya, sehingga
timbullah berbagai gangguan psikis yang semestinya tidak perlu. Hal ini
berdampak negatif terhadap dirinya, mereka mendadak menjadi sangat sensitif dan
merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena masa kejayaannya telah
berlalu. Kondisi mental dan tipe kepribadian juga sangat menentukan mekanisme
reaktif seseorang dalam menanggapi masa pensiunnya (Kartono, 1997: 67). Jabatan
sebagai pemimpin organisasi mahasiswa membuat seorang individu memiliki
pengaruh di kalangan civitas akademika. Dengan jabatannya tersebut individu
akan lebih dihormati, disegani, dan dianggap orang yang berpengaruh. Hal itu
terjadi karena mmenjadi seorang pemimpin mahasiswa menjanjikan seorang individu
lebih prestise, dan status yang tinggi di kalagan mahsiswa. Namun, ketika 4 jabatan
pemimpin tersebut tiba-tiba hilang dari diri seorang individu, maka dengan
sendirinya pengaruh, prestise, status tinggi tersebut juga akan hilang
(Prawitasari, 1989). Menjadi seorang mantan pemimpin terkadang membuat seorang
individu mengalami goncangan dalam beradabtasi dengan lingkungan barunya.
Ngoncangan tersebut berupa gangguan perilaku dan emosi yang ketika masih
menjabat sebagai pemimpin dulu tidak ada.Misalnya, ketika masih menjadi
pemimpin dalam suatu organisasi dulu dia jarang marah setelah tidak menjabat
sebagai pemimpin lag dia mulai sering marah, cepat tersinggung, dan sering
mengkritik (Hawari, 1995). Pada umumnya banyak perguruan tinggi yang tidak
hanya mendidik mahasiswanya dengan hanya mengandalkan perkuliahan di dalam
kelas.Banyak perguruan tinggi yang mewadahi bakat dan minat mahasiswanya di
luar kelas dengan membentuk unit-unit organisasi.Tujuan dari terbentuknya
organisasi tersebut agar mahasiswa juga dapat mengembangkan skill nya di luar
kelas.Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang adalah salah
satu perguruan tinggi yang memiliki banyak organisasi yang dikhususkan untuk
mahasiswanya.Secara global organisas itu terbagi menjadi organisasi intra
kampus dan organsiasi ekstra kampus.Dalam setiap organisasi baik intra maupun
ekstra selalu ada seorang pemimpin guna menjadi leader bagi organisasinya.Masa
kepemimpinan rata-rata dalam setiap unit organisasi di bawah naungan organisasi
intra dan ekstra rata-rata 1 tahun. Setelah lengser dari jabatan pemimpin ini
terkadang ada perubahan-perubahan yang terjadi pad adiri individu yang pada
mulanya menjadi seorang pemimpin. 5 „S‟ dan „A‟ yang merupakan mantan pemimpin
OMIK juga mengalami gejala yang ditunjukkan oleh penderita post power syndrome,
seperti mudah tersinggung, marah, dan merasa masih memiliki jabatan pemimpin.
Hal itu ditunjukkan dengan sikapnya yang memberikan keputusan terhadap suatu
permasalahan padahal seharusnya itu hak seorang pemimpin, sedangkan „S‟ dan „A‟
sudah tidak lagi menjabat sebagai pemimpin.Sikap seperti itu diakui oleh „S‟
dan „A‟ timbul tanpa disadari atau terjadi secara spontan dan baru sadar
setelah terucap atau setelah ada anggota organisasi yang mengingatkan.Setelah
kejadian seperti itu, „S‟ dan „A‟ lantas meminta maaf atau terkadang langsung bercerita
tentang masa kepemimpinannya ketika dirinya mengambil keputusan final
(wawancara: 2014 ). Hal itu diperkuat oleh Agustina (2008) yang memberikan
ciri-ciri orang yang rentan mengalami post power syndrome, yaitu: 1)
orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain. 2) orang-orang
yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri,
sehingga jika individu tersebut memiliki jabatan dia merasa diakui orang lain.
3)orang-orang yang manaruh arti hidupnya pada prestasi jabatan dan pada
kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain.
Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau merupakan
hal yang sangat berarti dalam hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa seorang
mantan pemimpin memiliki kecenderungan untuk mengalami post power
syndrome.Prawitasari (1989),menambahkan bahwa,“post power syndrome biasanya
dialami oleh pejabat- 6 pejabat atau pegawai pemerintah. Lebih lanjut dia
berpendapat bahwa pada umumnya individu yang mengalami post power syndrome
adalah pejabat-pejabat yang memiliki kekuasaan yang berlebih yang biasa
disanjung oleh anak buah atau orang lain yang mempunyai kepentingan dengannya”
(h. 3).Munandar (1991), menjelaskan bahwa“post power syndrome adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan munculnya ciri atau perilaku yang merupakan
ungkapan dari kekuasaan yangmelekatpadajabatan pimpinan yang dialami individu
yang tidak lagi memegang jabatan pimpinan (h. 5)”. Memang dikatakan bahwa post
power syndrome banyak dialami oleh orangorang yang telah turun dari jabatannya
terutama lansia. Namun, pada faktanya gejalagejala yang serupa ditemukan dalam
observasi yang dilakukan terhadap mantan pemimpin OMIK.Hal itu tampak dari
perilaku yang ditunjukkan oleh „A‟ yang sering kali marah untuk perkara-perkara
yang sepele. “dia sering kali marah hanya karena Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
kotor dan berantakan, atau karena buletin yang seharusnya terbit minggu ini
tidak jadi terbit (wawancara:2014). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Orang yang mempunyai jabatan adalah orang yang mempunyai kekuasaan,
wewenang dan kekuatan (power).Orang yang kehilangan jabatan berarti orang yang
kehilangan kekuasaan dan kekuatan (powerless) artinya sesuatu yang dimiliki dan
dicintai kini telah tiada (loss of love object). Dampak dari loss of love
object ini adalah terganggunya keseimbangan (equilibrum) mental-emosional
dengan manifestasi berbagai keluhan fisik, kecemasan dan terlebih-lebih lagi
depresi. Keluhan-keluhan tersebut di atas disertai dengan perubahan sikap dan
perilaku, merupakan kumpulan gejala yang disebut sindrom pasca kuasa (post
power 7 syndrome).Perubahan sikap dan perilaku tersebut merupakan dampak atau
keluhan psikososial dari orang yang baru kehilangan jabatan/ kekuasaan (Hawari,
1995: 59). Lebih jauh Wardhani (2006),menjelaskan bahwapost power syndrome
hampir selalu dialami oleh orang yang pensiun terutama lansia, hanya saja ada
yang melaluinya dengan cepat dan segera dapat menerima kondisi barunya dengan
lapang dada dan ikhlas. Namun, pada kasus-kasus tertentu individu tidak mampu
menerima kenyataan yang ada terutama jika pensiun itu dipaksakan dan bukan
karena kesadaran harus pensiun maka resiko post power syndrome yang berat
semakin besar. Rini (2001), mengungkapkan bahwa pada awalnya, post power
syndrome adalah isu penyakit yang menyerang individu ketika berusia lanjut,
namun pada perkembangannya mengalami perluasan kajian.Dalam lingkup lembaga
kemahasiswaan, post power syndrome dapat diartikan sebagai keadaan dimana
individu merasa masih mempunyai atribut kekuasaan, hak, dan wewenang seperti
pada saat menjabat.Perilaku yang ditampilkan individu yang mengalami post power
syndrome, antara lain berusaha sebisa mungkin untuk dapat mempertahankan
sisasisa pengaruhnya selama mungkin. Untuk mempertahankan pengaruhnya ini,
terkadang individu yang mengalami post power syndrome melakukan intervensi
terhadap pihak-pihak terkait tentang kebijakan-kebijakan yang seharusnya
diambil. Selain dari itu individu juga suka sekali bercerita tentang masa-masa
kepemimpinannya, dan membanggakannya. Secara emosi, individu akan cepat marah
atau tersinggung apabila nasihat atau intervensinya tidak diacuhkan. Dengan
adanya sikap yang dimiliki penderita post power syndrome tersebut, lama-kelamaan
8 berdampak pada banyak teman yang merasa bosan, enggan bergaul dengannya dan
semakin menjauh, dan akhirnya yang bersangkutan akan merasakan kesepian dan
perasaan yang sangat bosan. Dalam konteks lembaga kemahasiswaan, peneliti
mencoba untuk melakukan penelitian terhadap mantan pemimpin OMIK yang telah
usai masa jabatannya di organisasi mahasiswa intra kampus. Pengambilan subyek
ini tidak lepas dari kemungkinan bahwa mantan pemimpin OMIK dapat mengalami
post power syndrome. Hal ini dikarenakan menjadi seorang pemimpin OMIK
memberikan banyak keuntungan dan kemudahan karena seseorang mempunyai kuasa
(power). Posisi ini menunjukkan eksistensi, menjanjikan status sosial, gengsi,
pengaruh, kolega, dan fasilitas. Lebih jauh lagi menjadi pemimpin dapat memberikan
nilai kebanggaan pada diri sendiri karena dapat berprestasi dalam menuangkan
kreativitas. Menjadi seorang pemimpin dapat menjadi orang yang selalu
diperlukan dan dikenal banyak orang. Menjadi orang penting, demikian mahasiswa
menyebutnya. Bahkan menjadi pemimpinsalah satuOMIK dapat memberikan fasilitas
beasiswa secara khusus.Karena perlakuan-perlakuan khusus tersebutlah sehingga
terdapat orang yang berlomba-lomba untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu
organisasi. Menurut Elia (2005),gejala post power syndromedapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu: gejala fisik, gejala emosi, dan gejala perilaku. Dilihat
dari segi fisik, orangorang yang mengalami post power syndrometerkadang tampak
lebih cepat tua dibanding ketika masih menjabat sebagai pemimpin. Tiba-tiba
rambutnya menjadi putih semua, keriput, menjadi pemurung, dan mungkin sering
sakit-sakitan. Secara 9 emosi, terkadang seseorang menjadi lebih cepat
tersinggung, merasa tidak berharga, dan keinginan untuk menarik diri dari
lingkungan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Perilaku orang yang mengalami post power syndrome terkadang lebih
cepat untuk melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan di rumah
atau di muka umum. Rini (2001), menguraikan, “ciri-ciri individu yang mengalami
post power syndromeditandai dengan wajah yang tampak jauh lebih tua, pemurung,
sakit-sakitan, lemah dan mudah tersinggung, merasa tidak berharga, dan
melakukan pola-pola kekerasan yang menunjukkan kemarahan baik di muka umum
maupun di tempat lain”. Hal itu sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh ‟S‟
yang merupakan mantan pemimpin salah satu Organisasi Mahasiswa Intra Kampus
(OMIK) dalam wawancara pada 28 Desember 2013, bahwa dirinya seringkali kesal
terhadap pemimpin baru organisasinya dan juga para pengurusnya karena
dianggapnya tidak mumpuni dalam membawa organisasinya menuju arah yang lebih
baik dan kekecewaan tersebut diwujudkan dengan kemarahan. ‟S‟ pun mengaku
dirinya sering kali marah di kantor organisasinya atau terkadang dia memarahi
seorang individu organisasi tersebut melalui pesan singkat handphone celluler.
Hawari, menyebutkan beberapa ciri khas dari orang yang mengalami post power
syndrome, yaitu; mengelak dari tanggung jawab dari yang semula penuh tanggung
jawab, bersikap atau bereaksi berlebihan dalam menghadapi hal-hal yang kecil, berat
badan tiba-tiba bertambah atau bahkan sebaliknya merosot, mudah 10 tersinggung
dan marah padahal sebelumnya ia seorang eksekutif yang ramah dan menyenangkan
(1995: 61). Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh ‟S‟,
bahwa dirinya terkadang menjadi mudah marah dan tersinggung oleh perkara yang
kecil seperti keputusan organisasi yang tidak melibatkan dirinya, atau ketika
ada yang mencela masa kepemimpinan dia. Selain itu, individu disekeliling ‟S‟
juga mulai merasakan perbedaan sikap ‟S‟ yang lebih sering marah dan tidak
ramah lagi seperti sediakala (wawancara: 2013). Pada umumnya, perbuatan kita
sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu yaitu perasaaan senang
atau tidak senang. Perasaan atau emosi timbul sebagai akibat atau reaksi
terhadap stimulus yang mengenai individu, namun adakalanya selain tergantung
pada stimulus yang datang dari luar juga tergantung pada; keadaan jasmani
individu, keadaan dasar individu, dan keadaan individu pada satu waktu (Shaleh,
2008: 154). Hal ini dipertegas oleh Sarwono (2010) yang mengatakan bahwa,
”sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai
pada tujuannya. Dengan demikian ketegangan (stress) yang terjadi dalam
aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan
ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah” (h. 135).
Dengan kata lain, orang yang mengalami post power syndrome mengalami
keteganganm (stress) yang mengakibatkan dirinya tidak dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan yang ada. Ketegangan ini diungkapkan dengan kemarahan pada 11
perkara-perkara kecil yang membuatnya semakin tegang (stress) di mana hal itu
tampak dari pengakuan ‟S‟. Pada dasarnya gejala post power syndromeakan sangat
tampak pada orangorang yang mendasarkan dirinya pada kekuasaan dan jabatan.
Sedangkan untuk orang-orang yang harga dirinya tidak mendasarkan pada kekuasaan
dan jabatan, gejala post power syndrome tidak akan tampak menonjol. Terkadang
pada hari-hari setelah individu tersebut turun dari jabatan pemimpinnya,
gejala-gejala tersebut tidak terlalu tampak. Namun, seiring waktu gejala-gejala
post power syndrome akan mulai tampak, terlebih bagi individu yang tidak
memiliki kegiatan lain di luar kegiatan organisasi tersebut. Berdasarkan
penuturan mantan pemimpin salah satu OMIK kepada peneliti, diketahui bahwa
individu tersebut merasa kesepian karena seperti orang yang menganggur dan
tidak punya kegiatan karena bagaimanapun dirinya sudah bukan pemimpin lagi dan
tidak mungkin terlibat aktif dalam organisasi, seperti memberikan pengarahan,
dan aktif dalam menyukseskan acara organisasi. Selain itu, dia juga merasa
tidak dibutuhkan lagi oleh organisasi dan anggota organisasi lainnya.Namun,
ketika peneliti menanyakan mengapa dia masih aktif di organisasi meskipun merasa
sudah tidak diperlukan lagi, individu menjawab bahwa dirinya tidak tahan
melihat anggota organisasi dengan pemimpinnya yang baru tidak memiliki greget
dalam kegiatannya. Dia mencontohkan; tidak memiliki ide baru untuk melakukan
perekrutan anggota baru, model acara yang hanya mencotek kepengurusan
sebelumnya, atau penggarapan buletin yang asal-asalan yang mana kesemua hal itu
membuatnya kesal dan ingin turun tangan membantu. 12 Pada umumnya orang yang
mengalami post power syndrome akan diliputi rasa kecewa, bingung, kesepian,
ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, kekosongan, dan kerinduan terhadap
pekerjaan yang sudah ditinggalkannya. Selain itu, harga dirinya juga menurun,
merasa tidak dihormati lagi dan terpisah dari kelompok. Semua ini biasanya tidak
disadari oleh yang bersangkutan. Post power syndrome banyak dialami oleh
orang-orang yang secara formal berhenti dari tugasnya selama ini, dimana itu
merupakan pilihan atau keharusan. Karena ketidaktahuan individu yang mengalami
post power syndrome terhadap sakitnya itulah, maka dibutuhkan orang lain untuk
mengingatkan. Dalam hal ini keberadaan orang-orang terdekat akan sangat
membantu individu sehingga individu mampu terbebas dari post power syndromenya
dan mampu melewati masa post power syndromenya dengan cepat. Menurut Hawari
(1995) kehilangan jabatan/ kekuasaan berarti perubahan posisi, yang dahulu
merasa kuat kini merasa lemah.Perubahan posisi ini mengakibatkan perubahan
dalam alam fikir (rasio) dan alam perasaan (afektif) pada diri yang
bersangkutan. Kalau keluhan-keluhan yang bersifat fisik (somatik) pada kejiwaan
(kecemasan/depresi) itu sifatnya ke dalam, tertutup dan tidak terbuka; maka
keluhan-keluhan psikososial inilah yang sering menampakkan diri dalam bentuk
ucapan maupun sikap dan perilaku, misalnya: suka mengkritik, merasa dirinya
benar, prasangka buruk, curiga, mencela, skeptis, merasa diperlakukan tidak
adil, kecewa, tidak puas, perasaan tertekan, suka ngomel, ngedumel, uneg-uneg
dan sebangsanya yang biasa dilakukan/ diucapkan berulang-ulang itu-itu juga.
Keluhan-keluhan psikososial tersebut terjadi disebabkan karena perubahan posisi
yang mengakibatkan 13 perubahan persepsi dari diri yang bersangkutan terhadap
kondisi psikososial di luar dirinya. Guna menghindari rasa kecewa dan tidak
senang itu, orang menggunakan mekanisme defensif antara lain berupa mekanisme
proyeksi dan rasionalisasi itulah, maka terjadi perubahan persepsi seseorang
terhadap kondisi psikososial sekelilingnya. Perubahan-perubahan dalam perilaku,
seringkali menunjukkan bahwa seseorang eksekutif sedang dalam keadaan stress
misalnya keadaan cemas dan depresi.Dalam salah satu seminar tentang Penyesuaian
Diri Manusia Dalam Pergaulan Modern oleh seorang psikiater, O, Connor,
mengemukakan perubahanperubahan yang dapat terjadi secara tiba-tiba yang
seringkali tanpa disadari oleh eksekutif yang bersangkutan (h. 59-60). Dalam
kajian psikologi abnormal, post power syndrome dipandang sebagai bentuk
„salahsuai‟ atau maladjustment yaitu ketidakefektifan individu dalam
menghadapi, menanggapi atau melaksanakan tuntutan-tuntutan dari lingkungan
fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari kebutuhannya sendiri (Ardani,
2007: 19- 20).Atau dalam pandangan Maslow dalam Schultz (1991: 96-97) disebut
metapatologi, yaituSuatuperasaantidakenak yang agaktidakterbentuk;
merasasendirian, takberdaya, takberarti, tertekan, danputusasa.Metapatologi
merupakan pengurangan atau hambatan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
penuh.Adanya metapalogi tersebut menghalangi individu untuk sepenuhnya
mengungkapkan, menggunakan, dan memenuhi potensi dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Metapatologi ini merupakan dampak dari individu yang tidak
terpuaskan metakebutuhannya atau gagal dalam aktualisasi dirinya. 14 Menurut
Karl Menninger dalam Lukluka (2010: 56),“sehat mental adalah penyesuaian manusia
terhadap lingkungannya dan orang-orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan
yang optimal.Dalam mental yang sehat terdapat kemampuan untuk memelihara
intelegensi yang siap digunakan.Perilaku yang dipertimbangkan secara sosial,
dan disposisi yang bahagia”.Hal tersebut diperkuat oleh Killander dalam Lukluka
(2010: 57), yang menjelaskan bahwa, orang yang sehat mentalnya adalah
orang-orang yang memperlihatkan kematangan emosional; seseorang yang memiliki
disiplin diri dan dapat mengatur diri, hidup teratur, mentaati peraturan dan
hukum. Kamampuan menerima realita; orang yang mempunyai kemampuan realitas
antara lain mampu memecahkan masalah dengan segera dan menerima tanggung jawab,
kesenangan hidup bersama orang lain, dan memiliki filsafat/ pegangan hidup;
memiliki pegangan hidup yang dapat senantiasa membimbingnya untuk berada di
jalan yang benar. Dilihat dari penjelasan itu, sudah sewajarnya apabila
individu yang memiliki pandangan hidup seperti pegangan agama yang kuat dapat
terhindar dari post power syndrome karena mereka memiliki pagangan hidup yang
dapat membimbing jalannya menuju jalan yang benar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hal ini diperkuat oleh Larson dalam Lukluka (2010: 248), dalam
penelitiannya bahwa,“komitmen agama mempunyai hubungan signifikan dan positif
dengan “clinical benefit”, dapat mencegah dan melindungi seseorang dari
penyakit, mempercepat pemulihan penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi
penyakit, dan agama lebih bersifat protektif daripada “problem producing”. 15
Namun, faktanya masih terdapat individu yang mengalami post power syndrome
meskipun sehat secara mental karena memiliki pandangan hidup yang bagus. Apa
yang membuat mereka mengalami post power syndrome dan apa sebabnya sedangkan
mereka memiliki pegangan hidup yang cukup bagus, terlebih lagi mendapat pendidikan
agama di bangku perkuliahan. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui
secara spesifik sebab mantan pemimpin OMIK mengalami post power syndrome.
Seperti apa bentuk-bentuk post power syndrome pada mantan pemimpin OMIK, dan
bagaimana mereka dapat mengalami post power syndrome. Sasaran penelitian ini
adalah mantan pemimpin OMIK Universitas Islam Negeri Malang yang pada umumnya
sudah memiliki pandangan hidup yang cukup bagus. Untuk itu penelitian ini
diberi judul ”Post Power Syndrome pada Mantan Pemimpin Organisasi Mahasiswa
Intra Kampus (OMIK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B. RumusanPenelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana bentuk post power syndrome yang ditunjukkan oleh
mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus? 2. Bagaimana pemahaman
pemimpin organisasi intra kampus tentang post power syndrome? 3. Bagaimana
penyikapanmantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus terhadappost power
syndromenya? 16 C. TujuanPenelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Untuk mendiskripsikan
bentuk post power syndromepada mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra
kampus. 2. Untuk mendiskripsikan pemahaman mantan pemimpin organisasi mahasiswa
intra kampus tentang post power syndome. 3. Untuk mendiskripsikan penyikapan
mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus terhadappost power
syndromenya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Secara teoritis penelitian ini memberikan pemahaman baru
terhadap isu post power syndrome yang selama ini selalu dikaitkan dengan
lansia. Penelitian ini menunjukkan bahwa post power syndrome juga dapat dialami
oleh selain lansia, yaitu dialami oleh mantan pemimpin organisasi intra kampus
yang relatif masih dalam tahap dewasa.<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: .75in; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Secara praktis penelitian ini dapat
membantu seorang individu dalam memahami post power syndrome pada mantan
pemimpin, sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan yang tepat sebelum terjadi
post power syndrome tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Post power syndrome pada mantan pemimpin organisasi mahasiswa intra kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-18507223312290761172017-08-19T20:57:00.000-07:002017-08-19T20:57:34.558-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Psychological well-being pada caregiver penyakit terminal di Kota Malang<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Kesejahteraan psikologis menekankan pentingnya perkembangan potensi nyata seseorang. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesejahteraan psikologis para caregiver penyakit terminal. Caregiver penyakit terminal dipilih karena tugas perkembangannya terhambat oleh permasalahan menjadi caregiver penyakit terminal sehingga mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Penyakit terminal sendiri tak lain merupakan penyakit kategori kronis ataupun akut yang tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Lewat paradigma kualitatif dengan pendekatan case study, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Informan penelitian merupakan caregiver wanita berusia 25 sampai 65 tahun, sudah menikah dan masih memiliki anak. Penelitian ini menggunakan analisis tematik. Dan analisa dikuatkan dengan triangulasi data dan triangulasi pengamat.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki keinginan untuk kesembuhan anggota keluarga mereka, walaupun mereka belum menerima sepenuhnya akan penyakit yang diderita saudara mereka maupun tugas tambahan yang menempel pada diri mereka. Mereka belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan lingkungan tapi mereka bisa mengelola aktivitas sehari-hari, tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain walaupun intensitasnya tidak sebanyak ketika belum menjadi caregiver. Ketiga informan dapat menentukan secara mandiri beberapa hal yang terkait dengan diri mereka, pengambilan keputusan akan pasien yang membutuhkan perawatan darurat, namun disisi lain mereka juga meminta pertimbangan keluarga terutama hal-hal yang terkait dengan keuangan keluarga. Dimensi yang cukup dominan berperan dalam diri informan adalah pencapaian tujuan (orientasi hidup) yang dengan tonggak itu dapat menguatkan pengembangan pribadi informan juga dalam menjalani kehidupan. Secara umum kesejahteraan psikologis caregiver penyakit terminal dipengaruhi oleh usia, pengalaman hidup, tingkat pendidikan, status ekonomi, dukungan sosial dan budaya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Stressed the importance of the development of psychological wellbeing person's real potential. This study aims to describe the psychological well-being of the caregiver terminal illness. Caregiver terminal illness been hampered by problems of development tasks become a caregiver terminal illness that affects their psychological well-being. Terminal illness itself is nothing but a category of chronic or acute diseases that are not only subjected to various physical problems such as pain, shortness of breath, weight loss, interruption of activity but also the psychosocial and spiritual disorders that affect the quality of life of patients and their families.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Through the paradigm of qualitative case study approach, the researchers used data collection techniques such as observation, interviews, field notes and documentation. Informants research is caregiver women aged 25 to 65 years old, is married and still have children. This study using thematic analysis. And analysis corroborated with data triangulation and triangulation observer.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The results showed that the three informants have a desire to cure their family members, even if they have not received will fully their brother's illness and additional duties attached to them. They have yet to fully adapt to the environment but they can manage their daily activities, keep good relations with others even though its intensity was not as much as when it has not become a caregiver. Third informants could determine independently a few things associated with them, decisions will be patients who need emergency care, but on the other hand they also requested consideration of the family, especially matters related to family finances. The dimensions are quite dominant role in self informant is the achievement of objectives (life orientation) are the milestones that can strengthen personal development informant also in life. In general psychological wellbeing caregiver terminal illness is influenced by age, life experience, education level, economic status, social support and culture.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">LATAR
BELAKANG <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tak ada seorang pun manusia di dunia
yang menginginkan dirinya jatuh sakit, ketidakberfungsian fisik ataupun mental
akan sangat mengganggu diri ataupun lingkungan disekitar pasien. Oleh karenanya
terkadang pasien yang divonis menderita penyakit kronis atau akut dan
kemungkinan kecil dapat disembuhkan mengalami pukulan psikis yang semakin besar
manakala tak hanya mengingat penderitaan yang dialami dirinya, namun juga
penderitaan yang akan dialami pula oleh orang lain. Pada stadium lanjut, pasien
dengan penyakit akut dan kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik
seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas
hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan
dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif (Doyle
& Mac. Donald, 2003: 5). Menjaga kesehatan di tengah gempuran beragam
produk instan serta ketahanan kesehatan baik fisik maupun mental di tengah
persaingan kehidupan yang semakin ketat menjadi tugas yang harus selalu diingat
dan dipelihara dengan baik oleh masing-masing individu. Kesehatan fisik oleh
makanan dan olah raga ataupun kesehatan mental oleh hati dan fikiran. Karena
penyakit tidak selalu disebabkan oleh sakitnya fisik saja, akan tetapi 2
disertai dengan proses pikir yang tidak seimbang atau sakitnya mental dapat
mempengaruhi kesehatan fisik pula. Seperti ungkapan Slamet Imam Santoso pendiri
Psikologi di Indonesia, Penyakit tidak bisa dimengerti tanpa mengerti
orang/jiwanya) (Maramis, 1980). Patricia dalam bukunya The Art of Dying
mengungkapkan semakin banyak penyakit yang diderita pasien yang pengobatan
terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi. Misalnya di Amerika, setiap tahun
lebih dari 250.000 pasien menerima diagnosis penyakit Terminal (Weenolsen,
2005: 41). Dengan kata lain, sudah tidak memungkinkan bagi suatu penyakit untuk
dihilangkan, kondisi tersebut membutuhkan perawatan terminal bagi pasien dengan
stadium akhir. Berikut beberapa penyakit/kondisi yang bisa masuk dalam kategori
penyakit terminal; Diabetes militus, Penyakit Kanker, Congestik renal falure,
Stroke, AIDS, Gagal ginjal kronik dan akibat kecelakaan fatal (Kircher, 2003).
Estimasi global menyebutkan pada tahun 2020 akan mengalami peningkatan menjadi
157 juta orang yang menderita penyakit kronis yang juga termasuk dalam kategori
penyakit terminal (Partnership for solutions, 2004, dalam Lubkin dan Larsen,
2006). Keluarga sebagai orang yang sangat dekat dengan pasien sangat berperan
dalam memberikan perawatan lanjutan dan memenuhi kebutuhan perawatan diri
pasien yang tidak dapat dilakukan sendiri olehnya. Fungsi perawatan kesehatan
ini adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga (Friedman,
1998). Sedangkan Suprajitno (2004), menyatakan satu dari lima tugas pokok
keluarga dibidang kesehatan yaitu merawat keluarga yang mengalami gangguan 3
kesehatan. Bila peran tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan
mengalami gangguan, hal tersebut dapat memicu stressor yang berkepanjangan
dalam keluarga. Selain itu dalam kondisi stress yang berkepanjangan yang
dialami oleh keluarga yang merawat, maka salah satu hal yang menarik untuk
diteliti adalah bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis dari keluarga
khususnya caregiver yang merawat penuh pasien. Kesejahteraan psikologis sendiri
menurut Ryff yaitu suatu keadaan dimana individu dapat menerima kekuatan dan
kelemahan diri sebagaimana adanya dalam kondisi tersulitpun ketika mendampingi
pasien kronis/akut sebagai caregiver, tetap memiliki hubungan positif dengan
orang lain, mampu mengarahkan perilakunya sendiri, mampu mengembangkan potensi
diri secara berkelanjutan, mampu menguasai lingkungan, serta memiliki tujuan
dalam hidupnya. Dengan well-being, diharapkan caregiver dapat meningkatkan
kualitas hidupnya, memberikan dukungan sosial pada pasien penyakit terminal
yang mengancam jiwa (Oppen, 1993; 53). Penelitian ini teramat penting
mengetahui bagaimana kesejahteraan psikologis dari caregiver karena menurut
Kusuma (2013) Caregiver adalah orang yang melakukan perawatan. Sedangkan
Oyebode (2003) mendefinisikan caregiver sebagai seseorang yang memberikan
perawatan untuk orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Perawatan tersebut diberikan kepada
orang lain yang membutuhkan pertolongan bahkan dapat dikatakan orang tersebut
bergantung kepada caregiver-nya. Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial
Amerika Serikat mendefinisikan seorang caregiver sebagai berikut; 4 “Help to
another person in need. Usually, the person receiving care has a condition such
as dementia, cancer, or brain injury and needs help with basic daily tasks.
People who are not paid to provide care are known as informal caregivers or
family caregivers. The most common type of informal caregiving relationship is
an adult child caring for an elderly parent. Caregivers help with many things
such as: grocery shopping, house cleaning, cooking, shopping, paying bills,
giving medicine, bathing, using the toilet, dressing, and eating”
(U.S.Department of Health and Human Services. 2007, National Cancer Institute)
Kusuma (2013) juga menjelaskan caregiver sebagai orang yang memberikan
perawatan atau caregiving kepada individu yang tidak mandiri, memiliki
keterbatasan fisik, mental, ekonomi atau terganggu kesehatannya karena penyakit
dan usia tua. Jadi, seorang informal caregiver biasanya seorang wanita dewasa
madya, bisa istri pasien ataupun dari anak pasien penyakit terminal tersebut.
Namun, caregiver di luar negeri sudah lebih tersistem dan bersifat profesional
dengan pembayaran (www.Aupair.com) karena ciri khas antara dunia barat dan
timur berbeda, dari yang individualis di dunia barat dan dunia timur yang lebih
komunal dan menjunjung tinggi nilai, moral serta kekeluargaaan. Berikut
misalnya ketika seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit yang tergolong
berat dan berstadium lanjut dimana pengobatan medis sudah tidak mungkin
diterimakan kepada si pasien, maka kondisi pasien tersebut akan mengalami
sebuah goncangan yang hebat. Kematian adalah salah satu jawaban pasti bagi para
pasien terminal illness. Berjalannya waktu baik itu pendek atau panjang, bagi
para pasien terminal illness adalah hari-hari yang sangat menyiksa karena
mereka harus menantikan kematian sebagai jawaban pasti dengan penderitaan rasa
nyeri yang sangat hebat (Megawe; 1998). Seperti terungkap dalam preliminary
study: 5 “Nangkleti mbak, seumpomo aku raono, mengko samean rabi neh po yo
opo?,kan kulo nangis ta mbak, ngomong ngono kui aku susah, mbok ojo ngomong
aneh-aneh, istighfar seng akeh”. (S3.2b.23/04/2014) Bahwa kondisi terminal
seringkali membuat pasien berfikir macam-macam dan banyak hal. Kerap kali
sebagai caregiver tidak siap untuk menerima keadaan tersebut. Berbagai macam
peran hidup yang dijalani selama ini pasti akan menghadapi kendala baik itu
disebabkan karena kendala fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Demikian
pula, prognosis akan kematian pada para pasien terminal illness akan lebih
memberikan dampak konflik psikologis, sosial, kultural maupun spiritual yang
unik. Pasien-pasien dengan penyakit terminal memerlukan perawatan paliatif.
Fauzi (2014) mengatakan bahwa tujuan perawatan paliatif adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup yang seoptimal mungkin bagi penderita dan
keluarganya. Pola dasar pemikiran perawatan paliatif adalah meningkatkan
kualitas hidup dan menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal, serta
tidak mempercepat atau menunda kematian. Selain itu, dalam perawatan paliatif
juga diperhatikan bagaimana menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
pasien, serta berusaha agar pasien tetap aktif hingga akhir hayatnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007
tantangan yang dihadapi pada di hari-hari kemudian nyata sangat besar.
Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik
pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit
paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung
/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS yang
memerlukan perawatan paliatif. Karena pada 6 dasarnya pasien-pasien dengan
penyakit diatas ataupun masyarakat luas memerlukan disamping kegiatan promotif,
preventif, dan kuratif, juga rehabilitatif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Namun saat ini, pelayanan kesehatan di
Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit
disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan
tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup
yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. “Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar
Malang yang banyak mendapat rujukan dari daerah Blitar, Kediri, Pasuruan, Batu,
lumajang, Probolinggo sampai hari ini belum memiliki perawatan khusus Paliatif,
pasien dengan penyakit terminal pada hakikatnya sangat membutuhkan perawatan
tersebut untuk memantau perkembangan penyakit, pengetahuan perawatan oleh
keluarga, dan juga pendampingan psikologis yang penting untuk dapat meingkatkan
imunitasnya”. (Ob, NW, 25/06/2014) “Untuk menyiasati pasien-pasien dengan
penyakit stadium terminal sebenarnya RSUD Saiful Anwar sudah melakukan upaya
seperti memberikan pelatihan pada keluarga pasien sambil menunggu pasien yang
diperiksa, namun sejauh ini belum maksimal karena waktu dan materi yang
terbatas”. (Ww, CI, 20/11/2014). Perawatan paliatif di Indonesia sendiri sudah
dimulai sejak dibukanya poliklinik Perawatan Paliatif & Bebas Nyeri RSUD
Dr. Soetomo pada 19 Februari 1992, namun sampai tahun 2014 ini baru di lima
kota besar Rumah sakit yang menyedikan perawatan paliatif, diantaranya RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, RS Dr. Moewardi Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan RS
Kanker Dharmais Jakarta. Ditinjau dari besarnya kebutuhan dari pasien, jumlah
dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif juga masih terbatas.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata
sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu,
komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di
Indonesia yang 7 memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif (Kepmenkes RI Nomor: 812, 2007).
Selain masih langkanya rumah sakit yang memiliki perawatan paliatif, tenaga
kesehatan memadai dan biaya perawatan menjadi beban sendiri bagi masyarakat
untuk memilih perawatan tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Akhirnya, banyak keluarga pasien yang lebih
memilih merawat sendiri pasien di rumah masing-masing. Dari sanalah caregiver
informal mulai membantu pasien dalam keseharian. Caregiver merupakan istilah
yang biasa digunakan dalam bidang perawatan dan pelayanan. Oyebode (2003dalam
Losada, 2005) mendefinisikan caregiver sebagai seseorang yang memberikan
perawatan untuk orang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Perawatan tersebut diberikan kepada orang lain
yang membutuhkan pertolongan bahkan dapat dikatakan orang tersebut bergantung
kepada caregiver-nya. Data di Poli Perawatan Paliatif RSUD DR. Soetomo Surabaya
menyebutkan bahwa pasien di Poli Perawatan Paliatif RSUD DR. Soetomo Surabaya
ini semakin hari jumlahnya semakin bertambah dari 3.962 pasien di tahun 1993
menjadi sekitar 4.298 di tahun 2001, meningkat 11,34%. Sekitar 26,14% pasien
berusia 45-54 tahun dan 13,56% berusia 30-44 tahun, jadi sekitar 39,7% pasien Poli
Perawatan Paliatif RSUD DR. Soetomo adalah orang-orang yang berada pada usia
produktif. Dampak lanjutan adalah stress yang dapat muncul baik pada pasien
maupun anggota keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Steiner, dkk (2008)
mengenai dukungan emosional, bantuan fisik dan kesehatan keluarga pasien,
mereka menyimpulkan bahwa tanpa adanya dukungan, keluarga dari pasien
kemungkinan akan menjadi 8 “pasien kedua dalam keluarga”. Beberapa studi telah
dilakukan lebih dari dua dekade untuk rentang stress pada caregiver, yang
dikenal dengan tekanan hati dan beban (strain & burden) serta kelelahan dan
menyerah (burned out & giving up) pada caregiver. Caregiver mengalami
perubahan pola dalam kehidupan yang berlangsung lama dan berujung pada
munculnya gejala depresi (Lubkin & Larsen, 2006). Caregiver seringkali
adalah seorang wanita (Stuart, 2009). Wanita sendiri menurut Stuart (2009)
menyatakan bahwa ia lebih sering terpapar stress dengan jangka panjang, seperti
dalam perawatan pasien terminal ini. Peran wanita yang begitu kompleks baik
sebagai caregiver bagi anak-anaknya, pasangannya, maupun orang tuanya membuat
seorang wanita cenderung mengalami ketegangan peran saat dihadapkan pada
situasi yang penuh tekanan. Kasuya, Polgar – Bailey dan Takeuchi (dalam Yamada,
1997) menyatakan seringkali caregiver menghabiskan sumber daya emosional, fisik
dan finansial secara tidak seimbang. Moryz (1980) mengatakan bahwa tekanan
sebagai caregiver dapat disebabkan oelh konflik peran dan kelebihan peran yang
diemban. Climo (1999) menambahkan tekanan sebagai caregiver juga termasuk
tekanan ekonomi dan keterbatasan dalam kegaiatan sosial dan rekreasional.
Caregiver informal seringkali terpilih karena suatu “keterpaksaan” untuk
memikul tanggung jawab sebagai caregiver, yaitu memberikan dukungan fisik,
emosional dan finansial kepada anggota keluarga yang tingkat ketergantungannya
semakin tinggi akibat suatu penyakit (Yamada, 1997). 9 Pada tahun 2007, sekitar
34 juta orang menjadi perawat bagi keluarga mereka pada satu hari, dan sekitar 52
juta menyediakan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit sampai pada
beberapa tahun. Estimasi nilai ekonomi yang telah terbayarkan sekitar 375
milyar dolar di tahun 2007 dan 350 milyar dolar pada tahun 2006 dalam proses
perawatan tersebut. 75 % diantara perawat tersebut adalah wanita. Mereka
menghabiskan waktu rata-rata 50 % jam lebih setiap minggunya untuk merawat
anggota keluarga tersebut (Mandell, 2010). Dari riset Stuart (2009) juga
mengemukakan bahwa mereka yang melakukan perawatan kepada orang tua dengan usia
65 tahun atau lebih tua dari itu, melaporkan mayoritas mengalami depresi. Dua
dari tiga caregiver informal dalam gangguan kesehatan, seperti ungkapan dan
asumsi yang sudah lama bertahan di Indonesia, bahwa orang yang merawat anggota
keluarga yang sakit, nanti juga akan sakit. Survey pada tahun 2009 yang
dilakukan oleh Natinal Alliance for Caregiving pada 1005 caregiver menemukan
satu dari 6 diantara mereka telah kehilangan pekerjaan tetapnya, 21 persen
mengatakan mereka tidak bisa menabung hasil kerjanya. Juga dikutip, mereka
mengatakan, “For People who quit to take care of their parents, there’s no
stimulus plan for us” (Mandell, 2010). Beberapa caregiver berfikir bahwa mereka
harus memberikan semua perawatan kepada pasien tanpa meminta bantuan ke yang
lain. Alasan yang mereka kemukakakan antara lain tidak ingin mengganggu saudara
yang lain, mereka tidak ingin memberitahukan perkembangan perawatan pasien
kepada saudara yang lain, dan tidak ingin merubah model perawatan yang selama
ini telah diberikan. Kebiasaan ini mempengaruhi fakta bahwa 90 persen mereka
melakukan hal tersebut karena 10 pertimbangan bahwa merekalah yang harus
bertanggung jawab untuk semuanya (Inserso, 1995). Seperti yang tampak dari
penggalian data berikut; “Yah, otomatis lah mbak, semuanya berubah. Gimana ya
mbak ya, kan juga sudah kewajiban, bapak itu kan saya harus mendampingi full,
merawat, di rumah terus, siaga, dari bangun sampai tidur lagi,”.
(S1.126.21/12/2014) Riset yang berbeda diungkapkan oleh Biegel (1999, dalam
Stuart 2003), bahwa perilaku caregiver tersebut memang sengaja mereka lakukan
sebagai wujud hormat dan tanggung jawab dalam merawat keluarga. Banyak
caregiver, yang meskipun mereka berada di level yang signifikan dalam
distressnya, dan terindikasikan mereka juga membutuhkan pertolongan namun
mereka tetap bersikeras semua baik saja, karena mereka berfikir hanya merekalah
yang dapat melakukan perawatan terbaik untuk pasien (Arai, Sugiura, Miura,
Washio, & Kudo, 2000 dalam Yamada 1997). Alasan lain bahwa saudara, anak,
ataupun teman telah sibuk dengan kehidupan mereka, dan dia tidak bisa
menganggunya. Pikiran-pikiran tersebut telah menjadi keyakinan dan terkadang
mereka merasakan perasaan marah, lelah, dan keraguan (Gruetxner, 1992). Sejalan
dengan penelitian yang disampaikan oleh Gruetxner (1992), Berikut preliminary
study yang dilakukan peneliti terhadap caregiver informal pasien Kanker usus
stadium IV di Malang. Dengan kondisi pasien berusia 35 tahun dan memiliki 2
anak laki-laki (kelas 3 SMP dan 2 SD). “Buat njaga mas mbak, saya keluar dari
Pabrik, saya coba-coba buka laundry, saya sudah nggak bisa ninggal-ninggal
lagi, setelah operasi yang kedua kemarin tidak bisa karena ususnya sudah
nempel. Jadi ya dari nyuapin makanan yang halus-halus, buang kotoran, nganter
terapi ke Lawang, dan setiap ada yang nyarankan alternatif apapun langsung saya
datengin mbak, pokoke usaha maksimal. Gusti Allah mboten merem mbak, njagi
setiap 11 makhlukke, tinggal ingkang diuji kiat nunopo mboten”. (Ww. BN,
14/04/14) Paparan di atas menggambarkan bagaiman perjuangan caregiver dari
pengambilan keputusannya ketika akhirnya berhenti bekerja di pabrik sampai pada
mendirikan laundry.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Prose perawatan kesehatan harian oleh
caregiver juga sangat berpengaruh dalam perubahan fisik, psikologis, finansial,
spiritual caregiver itu sendiri. Bahwa di akhir kalimat caregiver dapat
mengambil kesimpulan bahwa apa yang dilakukannya dengan tulus ikhlas pasti akan
diberikan yang terbaik olehNya, karena Gusti Allah mboten sare. Proses
penerimaan menghadapi penyakit hampir sama dengan proses penerimaan dalam
menghadapi kematian, karena sakit adalah kematian kecil dari salah satu atau
beberapa organ yang ada dalam tubuh setiap individu. Berdasarkan Kubler Ross
(1969) dalam Yosep Iyus (2007, 175) ada beberapa tahapan reaksi pasien ataupun
keluarga ketika mendengar penyakit yang diderita yaitu Denial (Pasien menolak
keadaan), Anger (Pasien tidak dapat mengontrol kondisi emosinya), Bargaining
(Pasien mulai mencoba berdialog dengan perasaannya), Depression (Pasien sudah
mulai dapat beradaptasi tetapi belum cukup motivasi sehingga masuk fase sense
of hopelessness) dan Acceptance (Pasien menerima kenyataan dan patuh terhadap
rencana tindak lanjut). Menurut Frankl makna hidup hanya ada satu di dalam
setiap situasi. Individu akan dipandu oleh suara hati secara intuisi untuk
menemukan makna hidup sebenarnya. Keadaan mendesak secara kuat mempengaruhi
dalam mencapai makna hidup sebagian besar bergantung pada sikap individu
terhadap keadaan mereka. Selaras dengan Kubler Ross tentang tahapan 12 menerima
sakit yang diderita pasien ataupun tanggapan dari keluarga begitupulalah
menurut Bastaman (1996) dalam proses keberhasilan mencapai makna hidup adalah
urutan pengalaman dan tahap-tahap kegiatan seseorang dalam mengubah penghayatan
hidup tak bermakna menjadi bermakna. Tahap-tahap penemuan makna hidup oleh
Bastaman (1996) dikategorikan atas lima yaitu Tahap derita (peristiwa tragis,
penghayatan tanpa makna) Individu berada dalam kondisi hidup tidak bermakna.
Berlanjut pada tahap penerimaan diri (pemahaman diri, pengubahan sikap) ketika
muncul kesadaran diri untuk mengubah kondisi diri menjadi lebih baik lagi.
Biasanya muncul kesadaran diri ini disebabkan banyak hal, misalnya perenungan
diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa
dan ibadah, belajar dari pengalaman orang lain atau peritiwaperistiwa tertentu.
Selanjutnya didapatlah tahap penemuan makna hidup (penemuan makna) dengan
semakin menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-hal yang sangat penting
dalam hidup, yang kemudian ditetapkan atau mengubah arah tujuan hidup.
Dilanjutkan tahap realisasi makna (keikatan diri, kegiatan terarah dan penemuan
makna hidup) Semangat hidup dan gairah hidup kerja meningkat, kemudian secara
sadar membuat komitmen diri untuk melakukan berbagai kegiatan nyata yang lebih
terarah. Kegiatan ini biasanya berupa pengembangan bakat, kemampuan dan
ketrampilan. Klimaksnya ketika telah mencapai tahap kehidupan bermakna
(penghayatan bermakna, kebahagiaan). “Iya, baru pertama ini. Dulu kan ndak
pernah sakit bapak itu. Ya baru kali pertama sakit, eh langsung diberi sakit
yang berat gini, Saya kan dulunya memang sering pingsan, dulu itu bapak sebelum
13 sakit itu saya yang lebih sering sakit diobatkan kesana kemari,” (S1.9.12/12/2014),
(S1.112. 21/12/2014) “Selama di RS saya kan di support terus, ya sama temen,
sodara, mereka yang besuk itu kan nyupport trus selama disana sama budhenya
anak-anak sama anak saya, akhirnya ya saya memang harus pasrah ya gitu, mungkin
sekitar 5 hari itu, sebelumnya ya sempet pingsan mbak” (S1.124a.10/01/2015)
Terlihat bahwa proses penerimaan sakit pasien oleh caregiver bukanlah hal yang
mudah, pertama bahwa caregiver akan menolak keadaan. Penelitian sebelumnya
tentang psychological well-being pada caregiver penyakit terminal belum banyak
dijumpai di Indonesia. Konsep riset yang dilakukan mayoritas tentang dukungan
keluarga terhadap pasien penyakit terminal, dan kualitas hidup pasien dengan
penyakit terminal, namun belum sampai bagaimana mengetahui kondisi
kesejahteraan psikologis orang yang merawat (caregiver). Berikut penelitian
sebelumnya dari Amerika yang melihat distress caregiver dari ranah kognitifnya
dan hasil riset tersebut menunjukkan bahwa caregiver-caregiver tersebut juga
memiliki pikiran-pikiran negatif yang otomatis ketika menghadapi pasien, yang
mana dari pikiran tersebut dapat berpengaruh pada respon afektif dan tingkah
laku individu ketika memberikan perawatan kepada pasien (Losada, 2006; 116). Mc
Naughton, (1995 dalam Losada 2005) mempelajari hubungan antara stres, depresi,
kesehatan fisik dan keyakinan irasional dalam pengasuh Alzheimer. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Mereka menemukan bahwa keyakinan
irasional terkait pasien yang menyebabkan depresi, dan akhirnya berpengaruh
pada locus of control eksternal dan kesehatan yang lebih buruk pada caregiver.
Hipotesis peneliti dari 6 bulan follow-up mengungkapkan bahwa kepatuhan dan
keyakinan mempengaruhi kesehatan 14 pengasuh dalam menghadapi situasi stres,
meningkatkan kemungkinan bahwa pengasuh akan mengalami dampak negatif dan
perubahan fisiologis yang mempengaruhi mereka pada kesehatan fisik dan mental
yang lebih buruk seiring waktu (Gonorazky, 2011; 2). Riset lain yang dilakukan
oleh Caregiver UI Jantung, Wijayati (2012) dalam Tesisnya yang berjudul
Pengaruh Terapi kognitif dan latihan asertif terhadap depresi dan kemampuan
mengubah persepsi diri caregiver penyakit Jantung di RS Jantung harapan kita
Jakarta didapatkan hasil bahwa ternyata caregiver yang mendapatkan terapi
kognitif menunjukkan penurunan depresi dibandingkan caregiver yang mendapatkan
terapi kognitif dan latihan asertif lebih tinggi dibandingkan caregiver yang
mendapatkan terapi kognitif saja. Mazidah (2012) dalam risetnya yang berjudul
kesejahteraan Psikologis Tunanetra Dewasa Dini (Studi Fenomenologi pada
mahasiswa tunanetra buta total di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) didapatkan
bahwa faktor paling penting yang harus ada untuk membentuk kesejahteraan
psikologis menurut informan VD adalah cinta dan keimanan, informan SF adalah
adanya cinta dan kasih sayang yang tidak membedabedakan difabel dan bukan dan
informan DN berpendapat yang terpenting adalah pengakuan terhadap kondisi
ketunanetraan dari ayahnya. Faktor kelengkapan fasilitas perkuliahan juga
dianggap penting oleh mereka untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
psikologisnya dalam menjalani perkuliahan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Selain itu, dalam Tesis Prasetyo (2014) yang berjudul Program Intervensi Narima
Ing Pandum; Upaya Peningkatan Kesejahteraan Psikologis family caregiver 15
orang dengan skizofrenia, dalam riset terbitan Fakultas Psikologi UGM dibawah
bimbingan Prof. Subandi tersebut yang ditemukan hasil bahwa program tersebut
mampu mempertahankan perilaku sabar dan narima sampai intervensi berakhir
dikarenakan munculnya makna hidup dalam proses pencapaiannya (Prasetyo, 2014).
Maka berdasar uraian diatas, menjadi menarik untuk mengetahui lebih dalam
bagaimana caregiver dalam mencoba mewujudkan kesejahteraan psikologisnya
apalagi dalam menanggung beban yang ditimpakan padanya dalam proses
pendampingan merawat pasien dengan kondisi penyakit berada di stadium terminal.
Oleh karenanya, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul
“Psychological Well-Being pada Caregiver Penyakit Terminal”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">RUMUSAN
MASALAH<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran
Psychological well-being pada Caregiver Penyakit Terminal?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">TUJUAN
PENELITIAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
lebih dalam dan memahami bagaimana gambaran Psychological well-being pada
Caregiver Penyakit Terminal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">MANFAAT
PENELITIAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Manfaat dari penelitian ini adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 57.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Manfaat
Teoritis <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 57.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
mengenai kebermaknaan hidup bagi pengembangan disiplin ilmu Psikologi pada
umumnya 16 dan Psikologi sosial serta klinis pada khususnya. Serta Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran psychological
well-being pada caregiver penyakit terminal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 57.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Manfaat
Praktis <o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 57.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: Pembaca, guna memberi
pengalaman dan pelajaran berharga untuk menjalani kehidupan serta mampu
meningkatkan kualitas pribadi dengan lebih memahami makna hidup. Selain itu,
diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai proses pencapaian
kebermaknaan hidup meskipun dalam situasi yang tidak biasa, atau dalam kondisi
kurang sempurna/tidak sehat. Subjek, Memberi motivasi bagi caregiver dan pasien
agar tetap mengupayakan memiliki kesejahteraan psikologis dalam hidupnya.
Sehingga bagi pasien mampu menjalani kehidupan terakhirnya dengan lebih baik
dan bermakna. Begitu pula pada caregivernya, melalui pendampingan penderitaan
yang dialami pasien selama menjalani sakitnya mampu untuk lebih menemukan makna
hidupa dalam proses upaya mencapai kesejahteraan psikologis. Pada Rumah Sakit,
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien dengan pemberian
treatmen/pelatihan pada caregiver agar lebih mampu mengoptimalkan diri dalam
proses pendampingan pada pasien sehingga dapat diraih kesejahteraan bagi
caregiver maupun pasien dalam proses menjalani fase terberat dalam
kehidupannya. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Psychological well-being pada caregiver penyakit terminal di Kota Malang</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-5207591978676070882017-08-19T20:55:00.000-07:002017-08-19T20:55:55.624-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Pengaruh antara dukungan sosial orang tua dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan kelas XI di SMA Negeri 1 Kademangan<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dukungan sosial yang diberikan orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam membantu perkembangan pola berfikir anak di sekolah. Dalam mendapatkan prestasi belajar juga di perlukan motivasi berprestasi, karena motivasi merupakan salah satu instrumen yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini sebanyak 474 siswa dengan sampel 78 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan metode skala psikologi, dan dokumentasi nilai raport. Data penelitian dianalisis dengan bantuan kompuer SPSS.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian dukungan sosial orang tua pada kategori tinggi sebesar 80,77% , motivasi berprestasi 79,5% dan untuk prestasi belajar di kategorikan sesuai dengan kebijakan sekolah dengan prosentase 91,03%. Dukungan sosial orang tua tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar berdasarkan tingkat signifikansi pada taraf (0,641>0,05) dengan prosentase pengaruh 0,3 %. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar tidak signifikan terhadap prestasi belajar pada siswa berdasarkan signifikansi berada pada taraf (0,124>0,05) dengan prosentase mempengaruhi 15%. Dukungan sosial orang tua dan motivasi berprestasi tidak mempunyai pengaruh, yang signifikan terhadap prestasi belajar pada taraf (0,515 <0,05). dengan prosentase mempengaruhi 18% sedangakan 82% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel dalam penelitian ini. Faktor tersebut bisa dari faktor internal maupun faktor eksternal yang berasal dari masing-masing individu tersebut.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Social support given by parents is one important factor in helping the development of children in the school of thought patterns. In acquiring learning achievement is also in need of achievement motivation, because motivation is one instrument that can affect student achievement.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research is a quantitative research techniques simple linear regression analysis. The population of this study were 474 students with a sample of 78 respondents. Data collection techniques using psychological scale, and documentation of the value of report cards. Data were analyzed with SPSS kompuer assistance.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Results of the study of social support parents in the high category at 80.77%, 79.5% and achievement motivation for learning achievement categorized in accordance with school policy with a percentage of 91.03%. Social support of parents do not have a significant impact on learning achievement based on the level of significance at the level (0.641> 0.05) with the percentage of influence 0.3%. The influence of achievement motivation on learning achievement is not significant to the students' learning achievement based on the level of significance was (0.124> 0.05) with the percentage affects 15%. Social support of parents and achievement motivation have no effect, significantly to the achievement of learning at the level (0.515 <0.05). with 18% while the percentage affects 82% influenced by other variables outside the variable in this study. These factors can be of internal factors and external factors that come from each individual.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">`Pada dasarnya pendidikan merupakan jendela kehidupan, dimana
pendidikan secara tidak disadari dapat merubah perkembangan jasmaniyah dan
rohaniyah ke arah kedewasaan. Jika pada tahun 2015 pendidikan semakin di
kembangkan dengan beberapa metode pengajaran dan penilaian dalam hasil akhir
belajar, tentunya indonesia dapat mengalami peningkatan ke peringkat yang lebih
baik. Namun saat ini mutu pendidikan di indonesia masih di peringkat yang
rendah dari pada negara Brunei Darussalam dan Malaysia (Iksan, 2013). Kondisi
pendidikan setiap tahunnya selalu meningkat seperti fasilitas dan sarana dalam
belajar yang setiap tahunnya anggaran di perbanyak demi memperbaiki kualitas
pendidikan pendidikan. Pencapaian pendidikan ini juga tidak lepas dari beberapa
aspek pendukung, salah satunya adalah dukungan dari keluarga yang dapat
mensukseskan dan melancarkan masa depan seorang anak. Karena di dalam keluarga
anak akan di asuh dan dibesarkan terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan
(Dalyono, 2005 : 130). Keluarga terutama orang tua berpengaruh dalam
mengembangkan masa pertumbuhan dan perkembangan. Apabila salah dukungan dari
orang tua tidak ada maka anak tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Karena dari pendidikan dapat dilihat seberapa besar kemampuan anak dalam 1 2
memahami pengetahuan dan mempelajari lingkungan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pada dasarnya permasalahan yang sering terjadi di dalam keluarga
adalah komunikasi antara anak dan orang tua, karena orang tua yang sibuk dengan
segala urusanyya, sedangkan anak di telantarkan begitu saja, sehingga dapat
mempengaruhi proses belajar terutama di sekolah (Drajat,1993 : 21). Menurut
House dan kahn (dalam Iksan, 2013 : 3) dukungan sosial orang tua adalah sebagai
tindakan yang bersifat membantu dalam melibatkan emosi, pemberian informasi, bantuan
instrumental dan penilaian positif pada individu dalam menghadapai
permasalahanya. Dengan demikian dukungan sosial orang tua sangat penting dan
berpengaruh bagi anak dalam mengembangkan segala aspek dan kemampuan yang
dimiliki anak, sehingga dalam mendukung peserta didik dalam mengembangkan
kognitif dan sosial-emosional. Jika peran dukungan sosial orang tua tidak
berjalan dengan maksimal dalam mendukung proses perkembangan dan pembelajaran,
tentunya anak tidak dapat berkembang dalam berperilaku, dalam proses
pemikiranya pun akan terhambat. Sehingga akibat dari dukungan sosial ini anak
akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sedangkan
tingkat pendidikan orang tua berpengaruh pada perkembangan rohaniah anak
terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya (Dalyono, 2005 : 130). Dalam
proses pendidikan dan pengajaran di setiap jenjang pendidikan tentunya siswa
menjadi subyek pertama dalam proses pendidikan. Ketika siswa memiliki IQ dan
semangat yang tinggi dalam belajar maka akan 3 memudahkan guru dalam memberikan
materi. Apalagi siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi, rajin di kelas
pastinya siswa tersebut dapat menjadi murid kesayangan guru di kelas. Apalagi
jika siswa tersebut dapat ringking di kelasnya, tentunya akan membanggakan guru
selaku yang mengajar di kelas, teman dekat dan orang tua yang telah memberi
semangat dan dukungan dalam belajar. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh
Safitri diperoleh Hasil penelitian analisis ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa dengan nilai signifikansi atau p
(0,000 < 0,05) dan ada pengaruh dukungan keluarga terhadap prestasi belajar
mahasiswa dengan nilai signifikansi atau p (0,000 < 0,05). Hal ini di
sebabkan pada mahasiwa tingkat II Prodi D-III kebidanan STIKes Ubudiyah Banda
Aceh memiliki tingkat motivasi dan dukungan keluarga yang tinggi. Dari
penelitian di atas dapat dilihat bahwa dukungan sosial merupakan salah satu
faktor dalam mengembangkan kemampuan anak dalam belajar dan berprestasi. Selain
itu Usaha orang tua dalam menyukupi keperluan anak baik dari segi sarana dan
prasarana dalam menunjang belajar juga sangat penting, karena dari hal tersebut
anak dapat mengeksplorasikan bakat dan minat yang di miliki sehingga dapat
unggul dan berprestasi di sekolah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dari belajar di sekolah
inilah dapat terlihat hasil dan proses dalam belajar sehingga dapat terlihat
pada prestasi yang dicapai di sekolah (Muhibbinsyah, 2013 : 87). 4 Selain itu
menurut sardiman (2012 : 91) dalam kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah
peranan motivasi sangatlah penting, karena dari motivasi ini peserta didik
dapat belajar, dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan dan
memelihara dalam melakukan kegitan belajar. Dan salah satu faktor yang penting
dalam motivasi dan prestasi siswa adalah persepsi mereka tentang hubungan yang
positif pada guru dan orang tua (Santrock, 2009 : 202). Motivasi menurut
Fredrick dan Meyer adalah sesuatu yang menghidupkan (enegrize), mengarahkan dan
mempertahankan perilaku. Sehingga motivasi ini membuat siswa agar bergerak,
menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus
bergerak (Ormrod, 2009: 58). Motivasi berprestasi menurut MCClelland adalah
kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat
di dalam diri siswa yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan yang diinginkan (Djaali, 2012 : 103). David McClenlland
(1961) mengemukakan bahwa negara-negara yang perekonomianya maju, masyarakatnya
pada umumnya memiliki dorongan berprestasi yang tinggi. Artinya sumber daya
yang ada dan dimiliki dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat (Gunarsa Singgih, 2004: 140). Begitu pula dengan indonesia,
seharusnya memiliki motivasi berprestasi untuk bersaing dalam memajukan
pendidikan dan perekonomian bangsa. Sementara itu pada kenyataanya seperti ini,
5 semangat untuk belajar dan berprestasi di sekolah semakin menurun. Ada
beberapa faktor yang membuat siswa mengalami penurunan dalam belajar di sekolah
salah satunya karena motivasi berprestasi dan prestasi belajar di sekolah yang
rendah. Selain itu bisa di sebabkan dari kurangnya dukungan sosial keluarga
terutama orang tua, kurangnya kepercayaan pada diri sendiri, bahkan fasilitas
yang ada disekolah pun juga dapat menjadi salah satu faktor siswa mengalami
kemalasan dalam belajar. Jika beberapa faktor diatas tidak dapat di imbangi
dengan baik maka akan menimbulkan lemahnya dalam prestasi belajar siswa. Selain
itu kualitas belajar pun harus bertambah sesuai dengan kebutuhan, minat dan
kemampuan secara ekonomi (Muhibbin, 2013 : 94). Selanjutnya dalam persepektif
keagamaan, terutama agama Islam. Belajar merupakan kewajiban bagi umat muslim
dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya
meningkat. Dan hal ini didukung dalam surat Al-Mujadallah ayat 11: <span dir="RTL" lang="AR-SA">ِ َ ْف َسح ْ َس ُحوا ي َاف َم َج ِال ِس ف ْ ِي ال َ َّس ُحوا
ف َ ُكْم تَف ِ َ يل ل َا ق ِذ ُوا إ آمن َِّذ َ ين َ ُّ َها ال ُ َي َا أ َّ اہلل
ي َا ِذ ُ َ ُكْم َوإ ِ ل َّ اہلل َع َ ْرف َ ْان ُش ُزوا ي ِ َ يل ِذ َ ين ْان ُش
ُزوا ف َّ ق َ ال ْم ْ ِعل ُوا ال ُوت َِّذ َ ين أ ُوا ِمْن ُكْم َوال آمن َ ِ َما
ُ ب ِ ٌير َر َج ٍ ات َو َّ اہلل َ َون َخب ُ د تَ ْعَمل </span>Yang artinya: Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan (Mufida, 2012:33). 6 Dari ayat diatas jelas bahwa allah akan
meninggikan derajat umatnya yang sedang menempuh pendidikan. Baik dalam
belajar, motivasi, sikap, dan segala perilaku yang baik dan positif, Allah SWT
akan selalu meberikan kecukupan dan pahala yang melimpah bagi yang
menjalankannya. Penelitian di lakukan oleh Walen, R . H dari San Diego State
University dan Lachman,E.M Brandeis University (2002:24) menyatakan bahwa
dukungan dari pasangan, keluarga terutama orang tua, dan teman sebaya merupakan
kunci utama dalam kesuksesan laki-laki dan perempuan. Karena dukungan dari
pasangan, orang tua, dan teman dapat menjauhkan dari setres, dan depresi.
Selain itu kepuasan hidup (well-being) dapat terpenuhi dengan maksimal,
sehingga dari penelitian tersebut dapat dismpulkan bahwa kesehatan psikologis
dan kepuasan di dukung dengan dukungan sosial. Dan beberapa teori yang ada,
dukungan sosial orang tua atau keluarg, pasangan, dan teman merupakan kunci
kesuksesan seorang anak laki-laki maupun perempuan, karena anak dapat
mengungkapkan segala masalah yang sedang dialaminya, dan dapat meningkatkan
kepekaan terhadap masalah-masalah yang telah menimpanya. Penelitian lainnya
dari Munich, Thompson Rivers University (2014:1) dengan judul dukungan sosial
terhadap pembelajaran online, memiliki hubungan yang sangat positif. Di dalam
penelitian ini yang digunakan indikatornya dari dukungan sosial adalah dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan
penilian. Sedangkan pembelajaran melalui online ini dengan metode
mengeksploitasi atau 7 mengungkapkan segala kemampuan yang telah dimiliki, dan
anak cenderung menurut sesuai intruksi yang diberikan dan sesuai dengan
pelajaran yang dikehendaki. Namun akhir-akhir ini pendidikan dan dukungan yang
diberikan oleh orang tua disalah pergunakan oleh anak-anak. Ketika orang tua
memenuhi kebutuhan untuk sekolah seperti uang saku, atribut sekolah, buku LKS
maupun buku-buku tambahan lainnya yang dapat menambah materi dalam mata
pelajaran dan pengetahuan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Malah salah pergunakan oleh anak-anak, salah satunya adalah ketika
disaat membayar SPP atau iuran satu bulan sekali dalam menunjang model
pembelajaran di kelas. Seharusnya uang itu untuk dibayarkan kesekolah, tertanya
dengan si anak uang tersebut digunakan untuk membeli sesuatu yang diinginkan
dan sisa uang itu digunakan untuk bermain Playstasion dan membeli rokok. Hal
ini di buktikan dari wawancara di sekolah : Guru Bk “ siswa-siwi di SMA ini ada
saja ulahnya, setiap hari selalu ada orang tua yang ke sekolah, yang tanya
anaknya hari ini sekolah atau tidak. Biasanya orang tua datang ke sekolah ya
gara-gara anaknya sering membolos di saat jam pelajaran, bahkan saya (guru BK)
pernah melihat siswaku belok arah ke warnet atau playstaion”. Bahkan ada orang
tua yang cerita kalau anaknya minta uang buat bayar spp, namun setelah beberapa
bulan kemudian ada panggailan dari sekolah kalau anaknya selama ini tidak bayar
spp”. (tanggal 24 april 2015, pukul 11.15). Selain dari permasalahan diatas ada
beberapa peserta didik terutama siswa putra yang sering membolos di saat jam
pelajaran berlangsung. Mereka menghabiskan waktu di kantin sekolah dan ke kamar
mandi entah apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Apalagi di saat guru belum
8 masuk kelas, mereka masih bersantai-santai di depan kelas, di kantin, di
lapangan basket, ataupun bermain remi atau kartu dan ada pula yang menonton
film dengan teman dekatnya. Siswa kelas XI (R) “ Dek napa sering membolos, alah
mbak males sekolah aku, apa lagi kalau gurunya membosankan, tak tinggal ke
kamar mandi cangkrukan, kalau gak gitu ya tak tinggal ke kelas yang kosong
terus ngobrol sama teman-teman. Padahal pamitku kadangkadang ke UKS auapun ke
giatan ekstra (ujar salah satu siswa kelas XI) ( pada tanggal 25 april, pukul
11.45). Hal ini juga di dukung dalam observasi pada tanggal 26 april 2015,” di
saat guru memasuki kelas dan memulai mata pelajaran ada beberapa siswa yang
tidak fokus dengan pelajaran. Ada yang bermainan hanpone, mengobrol dengan cara
berbisik-bisik. Dan ada pula yang izin ke toilet mapun ke UKS dan ternyata
tidak kembali lagi kekelas. Disisi lain ketika ada info perlombaan sepertinya
para peserta didik tidak memiliki motivasi untuk mengikuti perlombaan seperti
lomba LKTI, lomba yang berifen kabupaten ataupun provinsi seperti olahraga,
karate, teater, seni tari, gus jeng, dan lain sebagainya. Mungkin ada beberapa
yang minat, namun yang berminat hanya sedikit sekali. Kegiatan tahunan seperti
baris bakung ludoyo dan penerimaan tamu ambalan yang merupakan acara tahunan
tidak di ikuti oleh siswa kelas X. Apalagi saingan dalam prestasi di kelas,
yang memiliki peringkat atau nilai yang paling tinggi adalah ya siswa yang
itu-itu saja. Bagaimana peran peserta didik yang lainya. Seolah-olah yang
pintar dan beruntung hanya satu, dua dan tiga orang saja di setiap kelas karena
tidak ada persaingan antara satu dengan yang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bagaimana dengan peran orang tua dalam mendukung proses belajar,
berdasarkan observasi yang telah di lakukan di sekolah (28 april 2015 pukul
11.00) ada beberapa peserta didik dari keluarga yang mampu secara finensial
(ekonomi) namun peserta didik ini tidak begitu memiliki motivasi berprestasi di
sekolah karena ada beberapa penyebab yang tidak bisa di jelaskan dikarenakan
seringnya tidak masuk kelas ataupun tidak masuk sekolah. 9 Beberapa subyek yang
telah di amati, siswa yang keseharinya di sekolah sering membolos atau tidak
masuk sekolah adalah siswa yang kurang kasih sayang dari orang tuanya, sehingga
menyebabkan membolos di saat jam pelajaran berlangsung. Dan hal ini juga di
dukung dari wawancara : Ada beberapa siswa yang ditinggal orang tuanya pergi
keluar Negeri menjadi TKI, di tinggal kerja orang tua dinas di luar kabupaten,
maupun dinas di luar jawa. Sehingga mereka jarang berkomunikasi secara
langsung, namun ada beberapa siswa yang satu minggu sekali di televon orang
tuanya. Dan peneliti mengangkat sample dari beberapa siswa yang sering membolos
disaat jam pelajaran. Siswa ini merasa bahwa dirumah maupun disekolah sama
saja, karena mereka merasa tidak ada perhatian dari orang tua ataupun guru.
Tapi ada yang mengaku bahwa lebih suka sekolah dari pada dirumah, karena di
sekolah ada teman yang banyak dan dapat uang saku untuk membeli jajan. Ketika ada
siswa yang sudah benar-benar sering membolos sekolah, maka BK memanggil orang
tua siswa untuk di ajak bermusyawarah untuk menyelesaikan permasalahan dari
siswa yang bermasalah. Dan dalam bebarapa bulan kemudian orang tua yang sering
dipanggil oleh BK maupun badan penertiban siswa, tak segansegan ada beberapa
orang tua dari salah satu murid, yang setiap bulannya ke sekolah untuk
mengontrol anaknya, apakah sekolah atau membolos lagi ataupun komunikasi dengan
guru BK maupun guru wali kelas (10 Mei 2015 pukul 10.00 (jam istirahat)). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam permasalahan diatas berdasarkan observasi dan wawancara,
penelitian lebih cenderung meneliti pengaruh antara dukungan sosial orang tua
dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar. Untuk mendapatkan prestasi
yang baik, tentunya memerlukan dukungan sosial orang tua, dan motivasi
berprestasi karena dari kedua variabel ini menurut peneliti perlu di analisa
secara kuantitatif supaya jelas variabel mana yang dapat 10 berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Individu tersebut tentunya perlu motivasi yang
tinggi dan dukungan sosial orang tua yang juga tinggi. Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini dianggap bahwa siswa-siwi di SMA Negeri 1 Kademangan
ini memiliki dukungan sosial dari orang tua yang tinggi, karena rata-rata
siswa-siswi ini kebutuhannya selalu di beri, baik kebutuhan dalam belajar,
kebutuhan di rumah juga di cukupi. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Kademangan, dimana sekolahan tersebut merupakan sekolahan pilihan
menurut peneliti yang pantas untuk di teleti, dari pada sekolahan-sekolahan
lain yang ada di sekitar SMA Negeri 1 Kademangan ini. Dalam penelitian ini
subyek penelitian yaitu kelas X dan kelas XI di karenakan pada masa ini
merupakan masa yang sangat rentan dalam perkembangan sosial, emosional dan masa
perkembangan mencapaian kematangan fisik. Masa remaja biasanya mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian (Ali & Asroni,
2006). Dalam penelitian ini populasi 474, dengan jumlah sampel 78 siswa kelas X
dan kelas XI. Jumlah siswa kelas X sebanyak 38 dengan jumlah laki-laki 17,
perempuan 23, sedangkan pada kelas XI sebanyak 40 dengan laki-laki 22,
perempuan 18. Dilihat dari segi geografis SMA Negeri 1 Kademangan merupakan
sekolah yang berada ditengah-tengah Kabupaten Blitar. Tepatnya SMA Negeri 1
Kademangan ini berada di wilayah kecamatan Kademangan, dijalan kresna No 29
kecamatan kademangan kabupaten Blitar. Selain itu SMA ini memiliki
ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan minat dan 11 bakat siswa. SMA Negeri 1
kademangan ini juga memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai baik ruang
kelas, laboratorium dan ruangan lainya. Sekolahan ini berada di wiliyah
kompleks lembaga pendidikan salah satunya bersebelahan langsung dengan sekolah
dasar (SD) 1 kademangan, MTS darusalam, SD 3 kademangan, dan Unit pendidikan
tingkat daerah (UPTD). SMA Negeri 1 Kademangan ini senantiasa memperhatikan
lingkungan keluarga, dan dukungan sosial dalam rangka mempertimbangkan
penerimaan peserta didik dan melaksanakan proses pembelajaran. Kondisi keluarga
yang kurang baik akan berdampak kurang baik terhadap motivasi berprestasi dan
prestasi belajar di sekolah. Karena ketika peserta didik melakukan pelanggaran
yang di analisis terutama adalah dari keluarga, baik dari orang tua ataupun nenek
dan kakek yang tinggal serumah denganya hal ini di lakukan supaya memudahkan
memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik dan untuk menjalin
komunikasi antara sekolah dan orang tua. Motivasi berprestasi siswa juga di
pengaruhi oleh dukungan keluarga. Rata-rata lingkungan keluarga siswa di SMA
Negeri 1 Kademangan ini adalah dari lingkungan yang beragama dan dilihat dari
segi perekonomian rata-rata orang tua siswa bekerja menjadi buruh atau kuli,
baik buruh rumah tangga di sekitar kabupaten blitar, buruh di pabrik, buruh di
toko, buruh tani, buruh dinegeri tetangga atau sering disebut TKI ( Tenaga
kerja indonesia) atau TKW (Tenaga kerja wanita), wiraswasta dan PNS ( pegawai
negeri sipil). Data pekerjaan tersebut ada di waka kemahasiswaan, Tu dan guru
BK (29 April 2015, pukul 12.25) 12 Maka dari itu dalam meningkatkan hasil
belajar diperlukan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua
siswa. Dalam hal pengawasan terhadap peserta didik di sekolah merupakan tugas
bagi seorang guru atau tenaga pendidik. Sedangkan pengawasan di rumah yaitu
harus dilakukan oleh orang tua dan didukung oleh lingkungan keluarga tersebut.
Namun kenyataan yang ada sekarang ini adalah orang tua cenderung menyerahkan
proses pembelajaran siswa sepenuhnya kepada sekolah, orang tua lebih sibuk
bekerja sehingga melupakan proses perkembangan anak yang diakibatkan oleh orang
tua yang acuh terhadap kegiatan anak. Padahal secara jelas sekolah adalah
pendidikan formal dan pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan didalam
keluarga. Karena keluarga ini berperan sebagai pengembangan dan memiliki fungsi
diantaranya fungsi biologis, fungsi edukatif, fungsi religius, fungsi
protektif, fungsi sosialisasi, fungsi rekreatif dan memiliki fungsi ekonomis
(Mufidah, 2012: 43). Jika orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya maka akan
menimbulkan pemikiran negatif dari anak, karena anak merasakan kurangnya
perhatian dari orang tua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Maka dari itu hubungan
antara dukungan sosial orang tua dan motivasi beprestasi terhadap prestasi
belajar sangatlah penting untuk di teliti. Maka dari hal diatas diperlukanya
penelitian tentang hubungan antara dukungan sosial orang tua dan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar siswa di SMA 1 kademangan kabupaten
Blitar, sehingga dari penelitian ini diharapkan terdapah hasil yang sesuai
dengan harapan peneliti dan sekolah maupun orang tua siswa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara dukungan
sosial orang tua dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa di
SMA 1 kademangan kabupaten Blitar. 1. Bagaimana tingkat dukungan sosial orang
tua di SMA Negeri 1 Kademangan ? 2. Bagaimana tingkat motivasi berprestasi
siswa di SMA Negeri 1 Kademangan ? 3. Adakah pengaruh dukungan sosial orang tua
terhadap prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 kademangan ? 4. Adakah
pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada siswa di SMA
Negeri 1 Kademangan ? 5. Bagaimana pengaruh dukungan sosial orang tua dan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Kademangan ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Untuk mengetahui
bagaimana tingkat dukungan sosial orang tua di SMA Negeri 1 Kademangan. 2.
Untuk mengetahui bagaimana tingkat motivasi berprestasi siswa di SMA Negeri 1
Kademangan. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh dukungan sosial orang tua
terhadap prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 1 kademangan. 4. Untuk
mengetahui adakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap 14 prestasi belajar
pada siswa di SMA Negeri 1 Kademangan. 5. Untuk mengetahui pengaruh dukungan
sosial orang tua dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa SMA
Negeri 1 Kademangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Hasil penelitian ini diharapkan akan
memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis :
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas
dunia ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi. Khususnya dalam psikologi
pendidikan, psikologi sekolah, dan psikologi sosial. Selain itu dapat
memperluas dalam metode penelitian kuantitatif. 2. Manfaat Praktis : Diharapkan
hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk melihat bagaimana lingkungan
keluarga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam belajar disekolah. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Pengaruh antara dukungan sosial orang tua dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa kelas X dan kelas XI di SMA Negeri 1 Kademangan</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-76741223800909421422017-08-19T19:52:00.001-07:002017-08-19T19:52:45.245-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme mahasiswa psikologi dalam menyelesaikan skripsi<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar di jenjang lembaga perguruan tinggi, dimana tugas mereka yang paling utama yaitu dituntut untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas akademik yang telah ditetapkan, guna mencapai kompetensi kelulusan yang di harapkan oleh almamaternya. Tugas akademik mahasiswa diantaranya adalah tugas mata kuliah yang harus diselesaikan tepat waktu, pencapaian beban studi, praktikum, PKLI dan skripsi. Proses penyelesaian skripsi tidaklah mudah, tentu banyak kendala yang akan dihadapi. Mulai dari penentuan judul, pembuatan proposal sampai pada akhirnya nanti penyelesaian penulisan skripsi. Kendala-kendala yang dihadapi saat mengerjakan skripsi akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa merasa stres, pesimis, mereka tidak yakin dengan dirinya sendiri. Karena pada kenyataannya mahasiswa seringkali dihantui pikiran-pikiran negatif mengenai skripsi. Kebanyakan mahasiswa hanya menimbun pikiran-pikiran negatif tersebut tanpa berusaha untuk mencari jalan keluar.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat dukungan sosial mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menyelesaikan skripsi, (2) untuk mengetahui tingkat optimisme mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menyelesaikan skripsi, (3) untuk mengetahui adakah hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme pada mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Irahim Malang dalam menyelesaikan skripsi.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan yaitu skala dukungan sosial dan skala optimisme yang disebaran kepada 93 subjek penelitian. Skala dukungan sosial terdiri dari 34 aitem dan skala optimisme terdiri dari 26 aitem. Analisa data yang digunakan adalah korelasi product moment.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial diperoleh presentase tinggi 16,1%, sedang 63,4%, dan rendah 20,4%. Untuk optimisme diperoleh hasil presentase tinggi 22,6%, sedang 59,1% dan rendah 18,3%. Hasil kolerasi variabel adalah 0,769 p = 0,000, yang artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima. Terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan optimisme. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima mahasiswa semakin tinggi pula optimismenya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diterima mahasiswa semakin rendah optimismenya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
College students are thosewhoare registered in the universities, their main duty is to have an autonomous and responsible attitude in finishing their academic assignments in order to achieve graduation competency. The students’ academic assignments are lecture tasks which have to be finished punctually, the achievement of study responsibility, practical work, integrative field work practice (PKLI), and thesis. The difficulties may be faced in the process of deciding the title of the thesis, arranging proposal, and finishing the thesis itself. Those difficulties may cause stress and pessimistic. In reality, the students oftentimes shaded by negative thoughts toward the thesis. Most of them only bury the thoughts without try to look for the solution.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The aims of this research are (1) to know the level of social support of the students of Psychology Faculty of UIN Malang in finishing the thesis, (2) to reveal the correlation between the social support and optimism of the students of Psychology Faculty of UIN Malang in finishing the thesis, (3) to know the correlation between social support and optimism of the students of Psychology Faculty of UIN Malang in finishing the thesis.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
It employs qualitative approach. Moreover, the instrument of this research is the social support and optimism scale which are given to 93 subjects of the research. Specifically, the social support scale consists of 34 items ant optimism scale consists of 26 items. The data analysis used is product moment of correlation.</div>
<br />
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<br />
<div align="justify" class="ep_field_para" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: verdana; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
The result of this study shows that a high percentage obtained for social support is 16,1%, the medium percentage is 63,4%, and the low percentage is 20,4%. While, the high percentage obtained for optimism is 22,6%, the medium percentage is 59,1% and the low percentage is 18,3%. The result of the correlation between variables is 0,769 p = 0,000, it shows that the hypothesis of this this research is accepted. In other words, there is positive correlation between social support and optimism. The higher social supports which are received by the students, the more optimism they have. Vice versa, the lower of social support received, the lower optimism that students have.</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Mahasiswa adalah peserta
didik yang terdaftar di jenjang lembaga perguruan tinggi, dimana tugas mereka
yang paling utama yaitu dituntut untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab
untuk menyelesaikan tugas akademik yang telah ditetapkan, guna mencapai
kompetensi kelulusan yang di harapkan oleh almamaternya. Tugas akademik
mahasiswa diantaranya adalah tugas mata kuliah yang harus diselesaikan tepat
waktu, pencapaian beban studi, praktikum, PKLI dan skripsi. Namun, dalam proses
penyelesaikan tugas-tugas akademiknya mahasiswa akan dihadapkan oleh
kendala-kendala yang bervariasi. Kendala-kendala tersebut akan semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya tingkat perkuliahan yang dicapainya.
Begitu juga pada mahasiswa tingkat akhir, dimana pada tingkat ini mahasiswa
dihadapkan pada suatu tugas akhir yakni skripsi guna menuntaskan perkuliahan
dan memperoleh gelar sarjana S-1 dari almamater yang menaunginya. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh
mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya.
Sedangkan menurut Darmono & Hasan (dalam Fatma, 2013:161) skripsi merupakan
karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana pada akhir studinya berdasarkan
hasil penelitian, atau kajian kepustakaan, atau pengembangan terhadap suatu 2
masalah yang dilakukan secara seksama. Selain itu di fakultas psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, skripsi merupakan mata
kuliah yang memiliki bobot 6 SKS sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan
dalam meraih gelar sarjana S-1 dalam suatu jejang pendidikan perguruan tinggi,
dengan mata kuliah skripsi ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan penelitian
berdasarkan ilmu yang didapatnya dan membuat laporannya dalam bentuk karya
ilmiah, serta dalam pelaksanaannya akan dibimbing oleh seorang pembimbing yang
sesuai dengan minatnya (Fakultas Psikologi, 2011:83).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Proses penyelesaian skripsi
tidaklah mudah, menurut Mage & Priyowidodo (dalam Akbar, 2013:1) menyusun
skripsi bagi sebagian mahasiswa merupakan hal yang menakutkan yang mau tidak
mau wajib dijalani, karena bagi sebagian orang menyusun skripsi dianggap
pekerjaan yang sangat berat. Hasil penelitian dari Fadillah (2013) menemukan
bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi termasuk pada kategori stres
tingkat tinggi. Hal ini disebabkan berbagai hambatan seperti sulitnya bertemu
dosen pembimbing, sulitnya mencari literatur referensi buku, lingkungan yang
kurang kondusif dan adanya rasa lelah saat menyusun skripsi dikarenakan terlalu
lama menyusun skripsi. Serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujiyah dkk
(dalam Akbar, 2013:1) diperoleh hasil bahwa kendala-kendala yang biasa dihadapi
mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi adalah meliputi: bingung dalam
mengembangkan teori (3,3%), kurangnya pengetahuan tentang metodoogi (10%),
kesulitan menyusun pembahasan (10%), kesulitan menguraikan hasil penelitian 3
(13,3%), kesulitan menentukan judul (13,3%). Persepsi misalnya: takut bertemu
dengan dosen pembimbing (6,7%), malas (40%), motivasi rendah (26,7%), dosen
terlalu sibuk (13,3%), dosen pembimbing sulit ditemui (36,7%), minimnya waktu
bimbingan (23,3%), kurangnya koordinasi dan kesamaan persepsi antara dosen
pembimbing I dan pembimbing ii (23,3%), kurangnya buku-buku referensi yang
fokus pada permasalahan penelitian (53,3%), referensi yang ada merupakan
buku-buku lama (6,7%). Kendala-kendala yang dihadapi saat mengerjakan skripsi,
menurut Mu’tadin (dalam Akbar, 2013:2) dapat mengakibatkan gangguan psikologis
seperti stress, rendah diri, frustasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan
skripsi, hingga ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Keilmuan psikologi telah mengidentifikasi sumber daya personal yang
dapat membantu meningkatkan kemampuan coping stres salah satunya optimisme.
Optimisme adalah keyakinan umum bahwa hasil yang baik akan terjadi dalam
kehidupan (Taylor, 2009:554). Menurut Seligman (1991) Optimisme adalah suatu
pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah
memberikan makna bagi diri (dalam Ghufron, 2011:96), Seligman (2005:115) juga
berpendapat individu-individu yang memiliki sifat optimis akan terlihat pada
aspek-aspek optimisme yaitu permanence, pervasive, dan personalization. Akan
tetapi pada kenyataannya mahasiswa seringkali dihantui pikiran-pikiran negatif
mengenai skripsi. Kebanyakan mahasiswa hanya menimbun pikiran-pikiran negatif
tersebut tanpa berusaha untuk mencari jalan keluar. Kurangnya optimisme membuat
mahasiswa merasa 4 ragu akan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik (Observasi pada mahasiswa psikologi angkatan
2011). Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa
psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2011 yang sedang
menyelesaikan skripsi, menyatakan bahwa mahasiswa merasa sendirian saat
menyelesaikan skripsi, ini karena merasa perhatian baik dari orang tua, teman,
teman dekat, dosen pembimbing kurang. Sehingga mereka merasa berat dalam
menyelesaikan skripsi bahkan merasa tidak sanggup lagi untuk menyelesaikannya.
Mahasiswa beranggapan untuk apa menyelesaikan kalau tidak ada yang mendukung
atau memotivasi, serta merasa tidak ada yang diperjuangkan. Selain itu
mahasiswa juga ada yang merasa bahwa dipersulit dalam mengurus administrasi
penelitian sehingga merasa sudah menyerah dan bahkan sampai berpikir untuk
berhenti saja (Wawancara pada mahasiswa psikologi angkatan 2011). Penjelasan di
atas menunjukkan bahwa dukungan sosial juga memegang peran yang tidak kalah
penting saat mahasiswa sedang menyusun skripsi. Sarason dalam Kuntjoro (2002)
mengatakan dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita (dalam Kumalasari
& Lathifa, 2012:25). Rook dalam Smet (1994) mengatakan dukungan sosial
merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal.
Ikatan dan persahabatan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang
memberikan kepuasan secara emosional dalam kehidupan 5 individu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka segalanya akan terasa
lebih mudah (dalam Kumalasari & Lathifa, 2012:25). Sebagai mahasiswa,
mereka dapat mendapatkan dukungan sosial dari berbagai sumber, baik itu dari
orang tua, keluarga, teman dekat, dosen pembimbing, dan lain sebagainya.
Dukungan sosial yang didapatkannya dapat berupa dukungan emosional,
penghargaan, instrumental, dan informasi (dalam Kumalasari & Lathifa,
2012:26). Mahasiswa yang mengalami kendalakendala dalam menyelesaikan skripsi
akan terasa lebih mudah jika orangorang disekitarnya memberikan perhatian,
kepedulian yang dapat diandalkan. Disamping itu dengan adanya dukungan sosial
maka mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi akan lebih bersemangat, mereka
merasa tidak berjuang sendiri dan menekankan dalam diri mereka pada hal-hal
yang positif, sehingga mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dengan
baik dan mampu menyelesaikan tugas akhirnya dengan penuh keyakinan dari dalam
diri mereka. Ini diperkuat oleh penelitian terdahulu tentang optimisme dan
coping stres pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi (Ningrum, 2011:44)
menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kecenderungan optimisme rendah dan coping
stress yang rendah pula. Artinya mahasiswa yang sedang menyusun skripsi
tersebut tidak dapat melihat dengan cara pandang yang positif dari masalah atau
kesulitan yang mereka hadapi dalam menyusun skripsi didominasi oleh perasaan
yang negatif dan mahasiswa tersebut merasa tidak ada yang memberikan dukungan
serta tidak mau bergerak atau memotivasi dirinya sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Menurut Vinacle (dalam Nurtjahjanti & Ika, 2011:126) bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi optimisme adalah etnosentris yaitu
keluarga, status sosial, agama, dan kebudayaan. Disamping itu menurut McGinnis
(1995:133) menyatakan bahwa orang yang optimis akan mampu memberikan
kalimat-kalimat yang positif terhadap orang lain yang mengalami permasalahan.
Oleh karena itu dukungan sosial sangat diperlukan agar mereka tetap optimis dan
yakin dalam mengerjakan skripsi serta mampu mengumpulkan tingkah laku yang akan
mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan. Dukungan sosial yang minim dapat
mempengaruhi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi mereka hal-hal seperti ini
yang membuat mahasiswa menjadi putus asa dan malas dalam menyelesaikan skripsi.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, fenomena tersebut terlihat
pada mahasiswa psikologi semester akhir khususnya angkatan 2011 di UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, mereka cenderung mengalami kendala dalam mengerjakan
tugas akhirnya yakni kebanyakan mengalami kesulitan dalam menentukan judul, ada
tugas organisasi yang masih harus diselesaikan, sulit membagi waktu dipondok,
tidak akan mengerjakan jika tidak ada dorongan dari teman, mencari literartur
referensi, dan lain-lain bahkan ada beberapa mahasiwa yang mengatakan bahwa
kata “skripsi” adalah kata-kata “jorok” untuk diucapkan. Sehingga merasa berat
untuk mengerjakan, dan mereka merasa memerlukan dorongan semangat dari
orang-orang terdekat mereka untuk tetap dapat menyelesaikannya (Wawancara awal
pada mahasiswa psikologi angkatan 2011). 7 Paparan di atas juga diperkuat oleh
beberapa kutipan dari hasil wawancara (11-14 September 2014) kepada beberapa
mahasiwa psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang
sedang menyelesaikan skripsi, sebagai berikut: “Skripsi itu buatku pemikiran
yang ekstra fokus, jadi apa ya... bagiku tidak semangat untuk ngerjain kalau
gak ada yang nyemangatin. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rasanya masuk semester akhir ini malas banget... dan sering
berfikir sanggup gak ya... menyelesaikan tugas akhir satu ini...” “Senang masuk
semester akhir ini, tapi terkadang galau gara-gara kepikiran skripsi. Kalau
kepikiran itu bikin galau” “Masalah terbesar semester akhir ini adalah skripsi.
Rasanya kalau dengar kata itu langsung bad mood, tapi kalau lihat teman-teman
yang ngerjain itu rasanya pengen cepet selesai. Meskipun masih banyak sekali
tanggungan di organisasi juga jadi bingung” “Tidak suka.... mumet sampek kudu
muntah..... awak remuk kabeh, karena di semester ini terasa cemas menghadapi
proposal menuju skripsi dan kerja lebih ekstra. Susah nyari referensi atau
teori, membagi waktu buat tugas kuliah dan pondok, soalnya kulianya memerlukan
waktu yang ekstra bertambah banyak”. Disamping itu berdasarkan hasil observasi
kepada sebagian mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang mengalami kecemasan dan stres ketika dihadapkan dengan skripsi
yang dianggap sangat sulit dan berat sehingga mereka kebanyakan mengeluh bahkan
pesimis terhadap dirinya sendiri. Ini dilihat dari statusstatus mereka di dunia
maya mulai dari facebook, WhatsApp sampai BlackBerry Messenger, selain itu dari
pembicaraan mereka saat berkumpul dengan teman baik di dalam atau di luar
kelas, bahkan saat mereka bersamasama keperpustakaan untuk mencari literatur
buku. 8 Paparan data di atas juga diperkuat oleh kutipan dari hasil observasi
status-status baik dari BlackBerry Messenger, facebook dan WhatsApp (03- 10
September 2014) dari beberapa mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, sebagai berikut: “Edisi
galau semester tua” “Jadi Psikosomatis mikir SKRIPSI” “Penelitian eksperimen?
Mampu gak ya.....? #butuh sosial support. “Mana yang paling menakutkan antara
judul, konsul, proposal, revisian, skripsi dan wisuda?” “Sedikit tertekan kalau
denger kata konsul, proposal, judul, skripsi. #sindrom apa rek ini namanya??”
“Skripsi oh skripsi.... jangan tampil menakutkan dihadapanku </span><span style="font-family: Symbol; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Symbol;">L</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “
“gak dapat i sejenak lupa skripsi.... ada aja yg ngingetin..... biarpun hanya
status kegalauan anak” misal @maylana” Melihat fenomena di atas peneliti
menemukan pertanyaan adakah hubungan dukungan sosial terhadap optimisme
mahasiswa psikologi dalam menyelesaiakan tugas akhir. Guna menjawab pertanyaan
tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian di fakultas Psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul “hubungan antara dukungan sosial
dengan optimisme mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam
menyelesaikan skripsi”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana tingkat dukungan sosial mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang dalam menyelesaikan skripsi? 2. Bagaimana tingkat optimisme mahasiwa
psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menyelesaikan skripsi? 3.
Bagaimana hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme mahasiswa psikologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menyelesaikan skripsi?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial mahasiswa psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menyelesaikan skripsi. 2. Untuk mengetahui
tingkat optimisme mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam
menyelesaikan skripi. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan dukungan sosial
dengan optimisme mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam
menyelesaikan skripsi. D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Setiap yang dilakukan oleh
manusia pasti memiliki nilai baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Begitu
pula dengan penelitian ini ingin mengungkapkan beberapa manfaat penelitian. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Secara Teoritis Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan
dapat menambah jumlah penelitian tentang dukungan sosial dengan optimisme.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya
10 psikologi pendidikan dan psikologi positif serta memberikan informasi
tentang keterkaitan antara dukungan sosial dengan optimisme. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2.
Secara Praktis Dari segi praktis diharapkan dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa yang dapat dipahami sebagai pembelajaran bahwa dukungan sosial
memiliki peran penting dalam menumbuhkan rasa optimisme untuk mampu menampilkan
tingkah laku yang akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkan. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme mahasiswa psikologi dalam menyelesaikan skripsi</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-42911906765174794632017-08-19T19:49:00.001-07:002017-08-19T19:49:43.401-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Pengaruh culture shock terhadap kemampuan adaptasi mahasantri ditinjau dari regional (Jawa dan non Jawa) di Ma'had Sunan Ampel al-Aly' Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2014<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Perpindahan dari daerah asal ke lingkungan universitas yang dialami oleh mahasiswa baru UIN Malang 2014, memunculkan pemahaman tentang Culture Shock. Furnham dan Bochner (dalam Dayakisni, 2008:187) mengatakan bahwa Culture Shock adalah ketika seseorang tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan itu. Mode culture learning, mereka mengemukakan bahwa individu hanya memerlukan untuk belajar dan beradaptasi terhadap sifat-sifat pokok dari masyarakat. Penelitian ini tentang hubungan pengaruh culture shock terhadap kemampuan mahasantri di tinjau dari regional (Jawa dan non Jawa) tahun akademik 2014/2015 UIN Malang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan Culture Shock mahasantri UIN Malang 2014, (2) mendeskripsikan kemampuan adaptasi yang di alami oleh mahasantri UIN Malang 2014, (3) Untuk mengetahui hubungan pengaruh antara Culture Shock dengan kemampuan mahasantri di tinjau dari perbedaan regional (Jawa dan non Jawa).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini adalah kuantitatif, populasi penelitian ini adalah 2700 mahasantri UIN Malang 2014. Menggunakan cluster sampling, yaitu subkelompok pertama mahasantri (Jawa) populasinya 2338 sample 10%=234 , subkelompok kedua mahasantri (non Jawa) jumlah populasinya sebanyak 362 sampel 10%=36 mahasantri (non Jawa). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan skala likert. Skala yang digunakan yaitu skala culture shock dan skala kemampuan adaptasi.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Berdasarkan hasil penelitian (1) Culture Shock mahasantri UIN Malang 2014 dikategori sedang, dengan jumlah 146 (62,39%) mahasantri (Jawa) dan 21 (58,33%) mahasantri (non Jawa). (2) Mahasantri UIN Malang 2014 memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang tinggi, pada mahasantri (Jawa) didapati 157 (67,09%), mahasantri (non Jawa) didapati 20 (55,55%) pada kategori tinggi. (3) Dari uji korelasi Pearson menghasilkan r=- ,354** , 0,000<0,05 dan uji regresi linier sederhana menghasilkan Sig 0,000<0,05 Ho ditolak yaitu tidak ada hubungan pengaruh Culture Shock dengan kemampuan adaptasi Mahasantri (Jawa), nilai R square 0,126=12,6% pengaruh variable Culture Shock dengan kemampuan adaptasi (Jawa). Uji korelasi Pearson menghasilkan r=-,357* dan 0,05>0,033 dan uji regresi linier sederhana menghasilkan sig 0,033>0,05, Ho penelitian diterima yaitu ada hubungan pengaruh Culture Shock dengan kemampuan adaptasi mahasantri (non Jawa). Nilai R square 0,127=12,7% pengaruh variable Culture Shock dengan kemampuan adaptasi mahasantri (non Jawa). Pada uji-t sig P=0,000<0,05, ada perbedaan regional yang mempengaruhi tingkat culture shock. Sig P=0,000<0,05, ada perbedaan regional yang mempengaruhi tingkat kemampuan adaptasi. Culture Shock mahasantri (Jawa) 74,10 memiliki tingkat lebih tinggi dari pada culture shock mahasantri (non Jawa) 64, 28. Kemampuan adaptasi mahasantri (non Jawa) 120,53 lebih tinggi dari pada kemampuan adaptasi mahasantri (Jawa) 110,81.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The movement from the originating place to the university whom experienced by new student of UIN Malang 2014 can cause the problems because there are many different people in one place. It causes Culture Shock. Furnham and Bochner ( Dayakisni, 2008:187) said Culture Shock is when someone doesn’t know new habit from the environment or he can’t apply that roles. Its problem rises culture learning mode, they said that someone just needs to study and adapt the main traits. On this research, the examiner wants to correlate the influence of culture shock to the student’s ability based on region (Java and no Java) 2014/2015 UIN Malang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The purposes on this research are (1) describing Culture Shock to the students in UIN Malang 2014, (2) describing the adaptation ability experienced by the students of UIN Malang 2014, (3) Knowing how to correlate the influence of culture shock to the student’s ability based on the difference region (Java and no Java).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research is quantitative, amount of the population in UIN Malang 2014 is 2700 students. By using cluster sampling that makes two types of group, the first is Java Student that has 2338 students, the second is no java student that has 362 students, total of sample that the examiner wants is 10% of population, they are 234 students of Java and 36 students of no Java. The way to get data by using interview, observation, and Likert scale. The scale that used to get data are culture shock scale and adaptation ability scale.</div>
<br />
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<br />
<div align="justify" class="ep_field_para" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: verdana; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Based on the research shows (1) The Student’s culture shock of UIN Malang is normal, 146 students of Java (62,39%) and 21 students of no Java (58,33%). (2) The students of UIN Malang 2014 have high ability of adaptation, 157 students (67,09%) from java student and 20 students (55,55%) from no java students. (3) Based on Pearson Correlation results r= -,354** , 0,000<0,05 and simple linear regression test results Sig 0,000<0,05, it causes Ha accepted (no correlation the influence culture shock to the student’s adaptation ability (Java)), R square 0,126=12,6% means percentage of variable culture shock influence with adaptation ability (Java), remains depend on the other variable. Pearson correlation results r=-,357* and 0,05>0,033 and simple linear regression test results sig 0,033>0,05, it means Ho accepted (the influence of culture shock to the student’s adaptation ability (no Java) is available). R square 0,127=12,7 % means percentage of variable culture shock influence with adaptation ability (Java), remains depend on the other variable. On T-test results sig P=0,000<0,05 , means there is the difference region that influences culture shock level. Sig P=0,000<0,05 , means there is the difference region that influences adaptation ability. Culture shock on java students (74,10) has higher level than Culture shock on no Java students (64, 28). The adaptation ability of no java students (120,53) has higher level than the adaptation ability of java students (110,81).</div>
<br />
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Pengaruh culture shock terhadap kemampuan adaptasi mahasantri ditinjau dari regional (Jawa dan non Jawa) di Ma'had Sunan Ampel al-Aly' Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2014</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-21118005369969558892017-08-19T19:46:00.000-07:002017-08-19T19:46:29.267-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Kebahagiaan pada Orang Dengan Epilepsi (ODE)<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Epilepsi atau orang Indonesia menyebutnya “Ayan” adalah salah satu penyakit yang banyak berada di Negara Berkembang salah satunya adalah Indonesia. Beberapa persen dari penderita tidak mendapatkan tritmen sama sekali. Serangan yang datang tiba-tiba tidak mengenal waktu dan tempat selain memberikan dampak medis, juga memberikan dampak psikologis bagi penderita. Banyak penderita merasa depresi, mengucilkan diri. Ditambah oleh stigma yang melekat pada masyarakat Indonesia saat ini yang keliru mengenai epilepsi bahwa epilepsi bukan penyakit tetapi akibat dari kekuatan gaib, kutukan, kesurupan bahkan sering dikaitkan dengan penyakit jiwa atau keadaan dengan intelegensi rendah hal tersebut membuat penderita mengalami isolasi sosial sehingga dampak dari semua itu membuat penderita terganggu kebahagiaannya. Padahal, pada dasarnya kebahagiaan mempunyai peran yang penting bagi orang-orang sakit, yakni memberikan umur panjang dan mencegah datangnya penyakit lain.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memahami kebahagiaan pada Orang Dengan Epilepsi (ODE) dan mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada Orang Dengan Epilepsi (ODE).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua orang yang mempunyai sakit epilepsi dan keunikan tersendiri. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara semi terstruktur tipe wawancara mendalam dan observasi. Hasil wawancara mendalam kemudian dibuat dalam bentuk transkip, dikoding dan dianalisis sehingga ditemui poin-poin kebahagiaan dan faktor yang mempengaruhinya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan makna kebahagiaan yang dirasakan oleh kedua partisipan, walaupun pada dasarnya kedua partisipan merasakan kebahagiaan melalui kepuasan terhadap masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang dan optimism terhadap masa depan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dimiliki, sepeti dukungan social, emosi, karakter, pola pikir dan sebagainya. Faktor-faktor kebahagiaan yang merujuk pada Teori Seligman semua dirasakan oleh partisipan, kecuali pendidikan, iklim, ras dan jenis kelamin bagi partisipan pertama tidak mempengaruhi kebahagiaan karena kebahagiaan pada dasarnya bergantung pada diri sendiri. Faktor lain keluar dari teori Seligman adalah keluarga, pekerjaan, impian, komunitas dan bahan bacaan. Dalam meraih kebahagiaan, kedua partisipan melalui beberapa tahap, denial, kemarahan, penawaran, depresi, penerimaan dan rekonstruksi kebahagiaan. Bagi partisipan untuk terus memberikan energi positif dan sebagai model bagi semua orang khususnya ODE lain.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Epilepsy or Indonesian people call it “Ayan” is one of many diseases in developing countries such as Indonesia. A few percent of patients do not get any treatment at all. The attacks which come suddenly and do not recognize time and place provide medical and psychological impact for the patient. Many sufferers feel depressed and isolate themselves. Coupled by the stigma attached to the current Indonesian people is mistaken about epilepsy that epilepsy is not a disease, but it is the results of supernatural power, curse, possessed, moreover often associated with mental illness or a condition with the low intellegence makes the sufferers experience social isolation with the result that all those impacts make them disturb their happiness. In fact, happiness essentially have an important role for the sick, which provide long life and prevent the arrival of other diseases.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Based on this background, this study aims to understand the happiness on People With Epilepsy (ODE) and find out what are the factors that affect the happiness on People With Epilepsy (ODE).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study uses a qualitative case study approach. Participants in this study are two people who have epileptic and uniqueness. The method used in the data collection is the semi-structured interviews type of in-depth interviews and observation. The results in-depth interviews are then made in the form of transcripts, coded and analyzed, so that encountered the points of happiness and the factors influencing it.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The result showed differences in the meaning of happiness felt by both participants, althoung basically two participants feel happiness trhough the satisfication with the past, happiness in the present and optimism for the future. It is influenced by various factors, like a social support, emotional, character, mind set and so on. Factors that refer to Seligman’s theory had been felt by all participants, with the exception of education, climate, race and gender. For the first participant did not affect the happiness because it basically depends on themselves. Other factors out of Seligman's theory were for the first participant’s factors came from family and occupation, whilst the second participant’s factors were dream, community and reading materials. In happiness reach, both participants through several stages, it is denial, anger, bargaining, depression, acceptance and reconstruction of happiness. For ODE participants preferably continue to provide positive energy and as a model for all people, especially other ODE</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Epilepsi atau orang
Indonesia sering menyebutnya ayan adalah salah satu penyakit yang dapat
menyerang siapapun, tidak melihat wanita atau pria, anakanak atau dewasa. Pada
dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi karena setiap orang memiliki
otak dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan
terhadap munculnya bangkitan (Hantoro, 2013: 7). Kata “epilepsi” berasal dari
kata Yunani “epilambanein” yang berarti serangan dan menunjukkan bahwa “sesuatu
dari luar badan seseorang meninmpanya, sehingga ia jatuh”. Epilepsi tidak
dianggap sebagai suatu penyait, akan tetapi sebabnya diduga sesuatu dari luar
badan si penderita, biasanya dianggap sebagai kutukan roh jahat atau akibat
kekuatan gaib yang menimpa seseorang (Harsono, 2005: 119). Sedangkan salah satu
majalah yang ditulis oleh Margaretha (2010: 1) menyatakan bahwa epilepsi
dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai nama seperti penyakit ayan, sawan,
celeng dll. Namun sering kali masyarakat menganggap epilepsi bukan sebagai
penyakit tapi akibat kekuatan gaib, kutukan, kesurupan bahan sering dikaitkan
dengan penyakit jiwa atau keadaan dengan intelegensi rendah. Berdasarkan hasil
statistik kasus Epilepsi menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) (dalam
Prilipko, 2005: 3) epilepsi menyerang 1 persen penduduk 2 dunia, yang juga
mempengaruhi 50 juta orang di seluruh dunia. Dan 80% penderita epilepsi berada
di Negara berkembang, dimana beberapa daerah 80-90 % tidak menerima tritmen
sama sekali. WHO juga menyatakan (dalam Kartika, 2013: 1) Prevalensi epilepsi
rata-rata mencapai 8,2 per 1000 penduduk. Sementara kasus baru epilepsi lebih
banyak terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia yang rata-rata
diperkirakan mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pada negara maju kasus baru terjadi rata-rata 50 per 100.000
penduduk per tahun. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus baru epilepsi terus
bertambah seiring pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang meningkat, Dari
data Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2012 (dalam
Kartika, 2013: 1) menyebutkan perkiraan penderita epilepsi aktif saat ini
mencapai 1,8 juta per 220 juta penduduk. Sedangkan perkiraan penderita epilepsi
baru yakni mencapai 250 ribu penderita pada tahun 2012. Data lain yang
menyebutkan penyakit epilepsi di beberapa rumah sakit di Indonesia yakni, pada
penelitian terdahulu yang berjudul “Prevalensi Epilepsi di Poliklinik Saraf
RSUP Fatmawati Jakarta pada Tahun 2004 – 2008” ditulis oleh Putri (2009: 47)
data di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2004-2008 lima tahun yaitu dari tahun 2004
sampai tahun 2008 adalah sebanyak 1959 kasus. Jumlah kasus epilepsi tiap
tahunnya berbeda-beda, terjadi baik peningkatan maupun penurunan. Pada tahun
2004 jumlah kasus epilepsi sebanyak 2809, pada tahun- 3 tahun berikutnya terjadi
penurunan dan peningkatan sehingga pada tahun 2008 penderita epilepsi menjadi
2294. Pada penelitian yang ditulis oleh Putri (2009: 54) juga dapat dilihat
frekuensi maupun persentase kasus baru epilepsi berdasarkan usia selama lima
tahun. Dari jumlah keseluruhan pasien epilepsi selama lima tahun yaitu sebesar
1959, kasus terbesar adalah pada usia 5 - 14 tahun dengan frekuensi sebanyak
588 dan urutan kedua terbanyak adalah pada umur 15-24 tahun dengan frekuensi
sebanyak 517. Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tjandradjani
dkk (2012: 143) di RS. Anak Bunda Harapan Kita tahun 2008-2010 Dijumpai 141
pasien anak dengan data riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan EEG lengkap.
Didapatkan 54,6% pasien adalah laki-laki, dan 38,3% mengalami kejang pertama
pada usia lebih dari satu bulan. Pada pemeriksaan EEG 82,3% tidak normal.
Sedangkan 53,1% pasien termasuk kelompok sindrom idiopatik epilepsi umum.
Stigma dan mitos yang berkembang di masyarakat Indonesia membuat kesalahpahaman
bahwa epilepsi bukan sebuah penyakit melainkan kekuatan gaib, kutukan,
kesurupan dan bahkan sering dikatakan sebagai peyakit jiwa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam hal ini Gunawan dkk (Harsono, 2007: 119) memberikan
konfirmasi bahwa epilepsi merupakan salah satu penyakit tertua di dunia (2000
tahun SM) dan menempati urutan kedua dari penyakit saraf setelah gangguan
peredaran darah otak. Epilepsi awal dikenal di China, namun Hipocrates-lah
orang pertama yang mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit dan serangan
epilepsi adalah akibat suatu 4 penyakit otak yang disebabkan oleh keadaan yang
dapat difahami dan bukan akibat kekuatan gaib. Epilepsi menurut World Health
Organization (WHO) (Dalam Gofir dan Wibowo, 2006: 3) merupakan gangguan kronik
otak yang menunjukkan gejalagejala berupa serangan-serangan yang berulang-ulang
yang terjadi akibat adanya ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau
seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf) peka
rangsang yang berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik,
otonom atau psikis yang timbul tibatiba dan sesaat disebabkan lepasnya muatan
listrik abnormal sel-sel otak. Epilepsi merupakan penyakit yang kompleks,
karena tidak hanya cedera medis yang dirasakan penderita, tetapi juga adanya
stigma dan dampak psikososial dialami oleh penderita epilepsi, seperti yang
dinyatakan oleh Ketua Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi di Indonesia Jakarta
(dalam, Robiawan, 2013: 1) bahwa sebagian besar masyarakat masih melihat
epilepsi sebagai penyakit kutukan, itu sebabnya, banyak penderita epilepsi yang
lebih bungkam mengungkapkan statusnya karena takut dianggap aib dalam
masyarakat. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat, sedikit banyak
memberikan dampak kepada pederita epilepsi, dimana penderita menjadi
mengucilkan diri dan dikucilkan saat serangan epilepsi datang. Permasalahan
psikososial yang dirasakan oleh penderita epilepsi menjadi lebih besar
dirasakan karena ketika serangan medis datang hal yang berbekas dalam psikis
penderita epilepsi yakni lebih pada rasa malu, takut untuk 5 melakukan sesuatu
dan merasa hidupnya banyak mempunyai masalah dan akhirnya merasa depresi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Merpaung dalam penelitiannya bahwa penderita
epilepsi mempunyai depresi yang cukup berat, pada beberapa tipe epilepsi,
epilepsi dengan kejang tonik klonik tingkat keparahan depresinya berat. Kejang
tonik klonik adalah serangan epilepsi yang tiba-tiba dan tidak mengenal waktu
karena banyak penderita epilepsi mengalami ketakutan dalam beberapa hal seperti
mengendarai motor. Penelitian lain menunjukkan (dalam Loney, 2008: 237) bahwa
ada hubungan kuat antara depresi dengan gangguan kecemasan dan epilepsi,
sekitar setengah dari semua orang dewasa yang mengalami epilepsi mereka
mengalami depresi. Dampak-dampak yang dirasakan oleh penderita epilepsi seperti
isolasi sosial, stigmatisasi atau ketidakmampuan memberikan efek juga bagi
perkembangan psikologisnya dan kesejahteraan sosial. (Hantoro, 2013: 11).
Seperti halnya kebahagiaan yang terganggu dilihat dari kualitas hidup penderita
epilepsi. Mustamira Sofa Salsabila (2012: 170) menulis penelitian tentang
“Kualitas Hidup Pada Pasien Epilepsi”, dinyatakan bahwa kualtas hidup pada
penderita epilepsi di usia dewasa awal mengalami perubahan, yang di dalamnya
juga melibatkan adaptasi diri dan penerimaan diri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pada pasien epilepsi yakni mencakup keadaan
keluarga, faktor ekonomi, kesempatan kerja, kecemasan, dan stigmatisasi. Dalam
6 penelitian ini, kecemasan merupakan faktor paling besar yang menentukan
kualitas hidup pasien penderita epilepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari
pada tahun 2005 untuk menilai kualitas hidup penderita epilepsi dengan judul
“Penilaian Kualitas Hidup Penderita Epilepsi dengan Instrumen Quality of Life
in Epilepsy (QOLIE)-31)” hasil menunjukkan ternyata dari 145 reponden mempunyai
kualitas hidup yang rendah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hawari menyatakan bahwa tingkat pendidikan berhubungan kuat dengan
kekhawatiran dan kecemasan akan datangnya serangan epilepsi, faktor lain yang
berhubungan kuat dengan seringnya serangan epilepsi datang (Hawari, 2010: 1).
Pada pasien epilepsi dengan status lama menderita epilepsi dengan durasi lebih
dari 10 bulan mempunyai kualitas hidup yang buruk, karena dengan rentang waktu
yang lama penderita epilepsi memiliki trauma fisik dan emosional yang
signifikan yang telah membatasi kegiatan sehari-hari mereka dengan kurang
perhatian. Penderita juga mengalami khawatir akan kejang, kelelahan, gangguan
memori dan keputusasaan kesehatan (Isti’rafat, 2014: 7). Penderita epilepsi
cenderung merasa bosan dan khawatir adanya efek dari pengobatan yang terus
dijalani, selain itu penderita epilepsi juga merasa tidak berguna bagi
masyarakat sekitar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Baker juga
mengungkapkan bahwa beberapa responden yang mempunyai frekuensi kejang yang
sering, merasakan pengaruh yang disebabkan oleh epilepsi di berbagai aspek
kehidupannya (Baker, 1997: 357). Penelitian Baker 7 menyimpulkan bahwa
mengontrol kejang dan mengurangi efek samping dari kejang tersebut bisa melalui
meningkatkan kualitas hidup (Baker, 1997: 357). Kualitas hidup adalah penilaian
individu sejauh mana hidup berisi hal-hal yang memuaskan dan berarti.
Csikzentmihaly (dalam Salsabila, 2012: 171) menemukan bahwa kualitas hidup
seseorang dipengaruhi oleh kebahagiaan yang dirasakan individu ketika terlibat
dalam aktivitas positif yang disukai dan menghabiskan waktu luangnya dengan
aktivitas tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melihat kualitas
hidup maka terlihat juga bagaimana kebahagiaan pada individu. Kebahagiaan
sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang
membuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap,
maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti
absorbs dan keterlibatan (Seligman, 2005: 45). Seligman juga menyatakan bahwa
kebahagiaan memiliki beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain uang,
status pernikahan, kehidupan sosial, usia, kesehatan, emosi negatif,
pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin, serta agama atau tingkat
religiusitas seseorang (Seligman, 2005: 140). Kesehatan menjadi salah satu hal
yang mempengaruhi kebahagiaan. Setiap individu pada dasarnya menginginkan
kesehatan dalam hidupnya, karena jika kesehatan sudah terganggu, maka segala
aktivitas yang dijalani seseorang pun akan menjadi terganggu. Begitu juga
dengan kesehatan fisik, kesehatan fisik dan kesehatan mental keduanya saling
berkaitan. Ketika sakitnya mempengaruhi 8 kehidupan sehari hari, menimbulkan
rasa kekhawatiran, cemas bahkan rasa malu tidak dipungkiri juga bahwa ada
beberapa orang yang menjadi sulit dalam beradaptasi mengenai kesehatannya
(Seligman, 2005: 168). Setiap individu juga mempunyai prioritas sendiri dalam
kehidupannya, tujuan hidup dan unsurunsur/nilai-nilai kehidupan dan tentu
berbeda pada masing-masing individu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Melalui hal ini, dapat disimpulkan bahwa setiap individu
menginginkan kebahagaiaan dalam hidupnya sesuai dengan tujuan hidup dan
nilai-nilai yang dimiliki oleh individu. Pada orang yang sehat dan dapat
beraktivitas secara normal tanpa hambatan pencapaian kebahagiaan dapat ditempuh
dengan mudah, tetapi berbeda pada orang yang mempunyai sakit menahun dan
mempunyai status yang tidak bisa dipastikan kesembuhannya yakni orang dengan
epilepsi (ODE) dan penyakit lain yang serupa. Pencapaian kebahagiaan orang
dengan epilepsi (ODE) tentunya membutuhkan tenaga dan usaha yang benyak
melibatkan emosi, selain itu dalam meraih kebahagiaan penderita epilepsi
melalui beberapa proses dan tahapan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
Arriza bahwa orang yang mempunyai sakit menahun melalui beberapa tahapan meraih
kebahagiaan yakni adanya krisis, isolasi, kemarahan, titik balik, rekonstruksi,
depresi sementara dan baru kemudian pembaharuan kehidupan (Arriza, 2011: 115).
Berdasarkan pemaparan gambaran konsep si atas sesuai dengan wawancara awal yang
peneliti lakukan dengan DO yang bertempat tinggal di Perumahan Akasia Permai
B21 Gadang Malang pada tanggal 01 Januari 2015 9 ditanggapi dengan baik dengan
DO, sudah banyak yang DO alami selama ini, seperti hampir jatuh dari motor dan
kemudian tidur di pinggri jalan, kejang di kantor, di kamar mandi, hingga
terdapat 27 sariawan di mulut karena kejang. Dampak yang diberikan oleh
epilepsi juga membuat DO tidak berani mengendarai motor. Sama hal nya yang
dirasakan oleh partisipan kedua Banyak prestasi yang DM punya, ia tidak luput
dari pengalaman yang pahit, DM pernah merasakan patah jari tengah tangan
kanannya, pernah merasa malu karena sakitnya, dan sakit-sakit lain yang membuat
DM menjadi bangkit. “Pernah saking hebatnya kejang dan membentur tembok
sehingga menyebabkan jari tengah tangan kanan patah sehingga tidak bisa
digunakan untuk beraktifitas” (DM. LS1. P8b). “ALLAH memberi UJIAN tambahan,
Tiba-tiba keluar bintik-bintik merah di seluruh tubuh seperti pada anak-anak
yang terkena "Tampek"(DM. LS2. P2a) “Dari hasil cek lab SGOT, SGPT 30
X nilai normal dan USG abdomen tampak pembengkakan pada lever” (DM. LS2. P3a)
“Dari hasil lab, saya terkena sakit typus. Setelah Ujian sakit epilepsi berulang,
tampek, pembengkakan lever kini diuji dengan sakit typus dengan suhu tubuh
mencapai 41 C serta terkena diare dihari ke 7-8 (S.d 14 kali BAB)” (DM. LS2.
P5a), (DM. LS2. P5b). Tidak hanya dampak medis yang dirasakan kedua partisipan,
dampak psikososial juga ikut dirasakan oleh kedua partisipan. Meskipun
mengalami efek psikologis maupun medis seperti rasa takut, cemas, dan malu
seiring dengan penerimaan dan penyesuaian yang dilakukan, kedua partisipan
dapat merasakan kebahagiaan. 10 Kebahagiaan juga merupakan konsep yang
subjektif, setiap individu mengartikan kebahagiaan dengan berbeda-beda dan
dengan tolak ukur yang berbeda-beda. Pun setiap orang memiliki faktor-faktor
yang berbeda sehingga dalam dirinya merasakan kebahagiaan (Seligman, 2005: 24).
Misalnya seseorang memandang kebahagiaan ketika orang tersebut ikut terlibat
aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, lain lagi dengan orang lain yang mungkin
memandang kebahagiaan ketika banyak uang Kebahagiaan yang diraskaan oleh kedua
partisipan ini berupa rasa bersyukur, Saat DO menerima sakitnya, terkadang rasa
jengkelnya memang ada, tetapi DO bersyukur karena saat kejang DO tidak
membahayakan orang lain, DO bahagia ketika DO kejang dan tidak membahayakan
orang lain. “untungnya yaa bersyukurnya itu jatuhnya itu engga, engga apa ya..
engga sampe yang membahayakan. Takut, terus sama orang gitu, kaya naik motor
jatuh, kecelakaan gitu kan ga bagus ya.. ya untungnya engga gitu hehe” (DO. W1.
53b). Selain rasa syukurnya itu, DO juga tidak menyalahkan dirinya atas sakit
yang diderita, dan DO menerima sakitnya dengan yakin bahwa apa yang Allah
berikan adalah hal yang baik. “Iya, gitu aja sih.. engga lah mbak, engga mau
terlalu nyalahin diri sendiri juga, engga mau.. wis engga penting lah kayaknya
kaya gitu.. hehehe, ntar jadi stress sendiri hehehe” (DO. W1. 54). 11 “Ya..
menerima vi, aku yakin apa-apa yang diberi Allah kan baik” (DO. W2. 80).
Seligman (2005: 177) juga menyatakan bahwa kebahagiaan dapat dicapai ketika
individu mengalami emosi positif terhadap masa lalu, pada masa kini, dan
terhadap masa depannya, memperoleh banyak bersyukur dan menggunakan kekuatan
dalam diri untuk mendapatkan sesuatu yang penting untuk memaknai hidup. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Untuk memahami kebahagiaan, perlu juga memahami kekuatan dan
kebajikan personal. Ketika kebahagiaan berasal dari keterlibatan kekuatan dan
kebijakan, hidup akan terisi dengan auntensitas. Kekuatan dan kebajikan adalah
karakteristik positif yang menimbulkan perasaan senang dan gratifikasi. Para
ilmuwan di Mayo Clinic, Rochester, Minnesota, meneliti pasien yang meminta
layanan kesehatan, mereka menjalani serangkaian tes psikologi dan fisik, salah
satunya adalah tes optimisme. Dari pasien-pasien tersebut, mereka yang optimis
lebih panjang umurnya 19% dalam konteks perkiraan jangka usia mereka dari pada
pasien yang pesimis (Seligman, 2005: 71). Dalam hal ini DM mempunyai kekuatan
untuk bangkit, kekuatan itu berasal dari anak-anak dan keluarganya. DM juga
telah mampu mengubah sakit epilepsi menjadi sesuatu yang baru dan tidak
menakutkan. Selain itu DM banyak bersyukur mempunyai istri yang penyabar dan
penuh semangat, dan juga DM 12 bersyukur terhadap apa yang Allah berikan kepada
DM, ikhlas, pasrah dan tetap berjuang. Optimis dan motivasi yang telah
dibangunnya sehingga sampai saat ini dilakukan dengan berbagai cara, dengan
keterlibatannya bersama orang-orang yang berhubungan dengan epilepsi, pemuka
agama, psikolog dan sebagainya. “Setiap ada kesempatan pergi ke toko buku,
explore di internet, dialog dengan keluarga, teman-teman, dokter, psikolog, motivator,
pemuka agama, akupunturis & herbalist” (DM. LS3. P2a). Selain itu DM juga
melakukan self terapi kepada dirinya sendiri, dan tidak lupa dengan keyakinan
religius yang dimiliki. Bentuk self terapi yang DM lakukan adalah dengan
membaca kisah, menonton hal tentang motivasi, memodel perjuangan dan semangat
orang lain, melakukan pengulangan kata-kata positif, hal yang dilakukan ini
membuat ghati lebih ikhlas dan menerima.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Beberapa tehnik SELF TERAPI
yang dilakukan adalah: Membaca kisah, menonton klip orang-orang yang diuji
namun masih tetap berprestasi” (DM. LS3. P5a) “Memodel perjuangan dan antusias
mereka” (DM. LS3. P5b) “Melakukan pengulangan kata-kata positif” (DM. LS3. P5c)
Orang yang berbahagia tidak saja lebih mampu menanggung rasa sakit dan melakukan
langkah-langkah pencegahan masalah kesehatan dan keamanan, tetapi emosi positif
juga menetralkan emosi negative (Seligman, 2005: 136). Saat ini DM dan istrinya
bertekad untuk menyebar dan membangkitkan motivasi kepada orang yang
membutuhkan. Ini adalah salah satu bentuk aktivitas disengaja yang dalam Linley (2004: 131) masuk
dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Dikatakan bahwa aktivitas
disengaja adalah aktivitas yang disengaja dan latihan usaha, seperti
latihan-latihan kognitif (mengadopsi sikap optimis atau positif). Kebahagiaan
yang diraskan oleh individu dapat berpengaruh juga terhadap kesehatannya dan
panjang umur, ketika individu merasakan kebahagiaan maka kesehatan semakin baik
dan pada akhirnya memperpanjang umur individu tersebut, hal ini dibuktikan pada
penelitian yang dilakukan oleh Veenhoven (2008: 449) beberapa studi menyatakan
bahwa kesehatan dapat meningkatkan kebahagiaan, tetapi pada penelitiannya yang
berjudul “Healthy happiness: effects of happiness on physical health and the
consequences for preventive health care” menemukan bahwa kebahagiaan juga
justru membuat kehidupan jauh lebih baik dan menjadikan panjang umur, dan
dikatakan bahwa kebahagiaan bukan menyembuhkan penyakit yang telah ada, tetapi
kebahagiaan adalah hal yang dapat melindungi atau mencegah penyakit-penyakit
yang kemungkinan akan datang. Dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh
Elliott dkk (2015: 32) dalam studi korelasi menemukan bajwa orang yang tidak
berbahagia mengalami lebih banyak serangan epilepsi sedangkan orang yang
berbahagia hanya 4% mengalami serangan epielpsi, dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pada dasarnya kebahagiaan dan kesehatan saling berkaitan.
Kebahagiaan dapat 14 mencegah terjadinya penyakit lain yang mungkin dapat
muncul seperti kejang, dan dapat memperpanjang umur. Kebahagiaan mempunyai
status menjadi lebih penting untuk individu yang mempunyai penyakit karena
dapat membuatnya terlindungi dari sakit-sakit lain yang akan muncul dikemudian
hari. Mendukung dari penelitian sebelumnya Primadi (2010: 128) menyatakan bahwa
penderita epilepsi membutuhkan hal positif sebagai usaha untuk menguasai,
mengurangi, ataupun usaha yang memungkinkan individu untuk bertoleransi dan
beradaptasi terhadap masalah yang muncul dalam hidupnya, sehingga penderita
epilepsi mampu menjalankan aktivitas sesuai dengan fungsinya, dengan kata lain
penderita epilepsi mampu menjalani hidup normal dan bahagia. Berdasarkan
paparan di atas, peneliti tertarik untuk melihat gambaran kebahagiaan pada
oranng dengan epilepsi, hal unik yang ada pada partisipan I dan partisipan II
juga menambahkan ketertarikan untuk mengkaji lebih dalam bagaimana kebahagiaan
pada penderita epilepsi. Penelitian ini dilakukan mengingat pentingnya
mengetahui kebahagiaan pada orang dengan epilepsi guna memberikan informasi dan
sebagai model. Menggali kebajikan-kebajikan positif yang ada dalam kebahagiaan
dapat membuat orang epilepsi lebih memiliki kualitas hidup yang baik dan
bahagia. Maka deskripsi di atas menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Kebahagiaan Pada Orang Dengan Epilepsi (ODE)”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, maka rumusan masalahnya adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana kebahagiaan pada Orang Dengan Epilepsi (ODE)?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan menurut perspektif Seligman pada orang dengan epilepsi
(ODE)? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dari rumusan amasalah yang ada, tujuan penelitian adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Mendeskripsikan
kebahagiaan pada orang dengan epilepsi (ODE) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada
orang dengan epilepsi (ODE) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Fokus Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Berdasarkan latar belakang penelitian dan gambaran data awal yang
sudah dipaparkan di atas, maka fokus utama penelitian ini adalah kebahagiaan pada
penderita epilepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">E. Manfaat Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Manfaat Teoritis a. Pengembangan penggunaan dari sumber kajian
teori kebahagiaan psikologis bagi disiplin ilmu psikologi terutama dalam bidang
klinis b. Pengembangan penggunaan dari sumber kajian teori kebahagiaan
psikologis bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai
kebahagiaan psikologis pada penderita epilepsi 16 c. Pengembangan literatur
psikologi klinis dalam konteks kebahagiaan psikologis <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2.
Manfaat Praktis a. Sebagai model untuk penderita epilepsi agar dapat menjalani
kehidupan lebih baik dan layak b. Sebagai informasi untuk orangtua ataupun
orang disekitar penderita epilepsi untuk dapat melayani dan memberi dukungan
positif kepada penderita epilepsi <o:p></o:p></span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Kebahagiaan pada Orang Dengan Epilepsi (ODE)</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-17083401639719963512017-08-19T19:43:00.005-07:002017-08-19T19:43:43.767-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian produk motor merk Yamaha di Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Motivasi konsumen adalah salah satu faktor psikologis penyebab terjadinya suatu keputusan pembelian. Fenomena yang muncul saat ini adalah banyaknya penggunaan motor. Semakin banyaknya jenis motor yang ada maka perusahaan motor harus mampu bersaing bagaimana menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan kepuasan bagi pengguna motor itu sendiri. Oleh sebab itu, perusahaan motor tersebut juga harus memberikan keunggulan-keunggulan pada produknya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian pengguna motor merek Yamaha pada masyarakat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan pada pembeli produk motor merek Yamaha di kecamatan tanggulangin, sidoarjo. Dengan jumlah sampel pada subjek penelitian adalah sebanyak 144 responden.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian diketahui bahwa motivasi konsumen berada di tinggkat yang tinggi dengan prosentase 97%, sedangkan keputusan pembelian berada pada kategori tinggi juga dengan prosentase 99%. Berdasarkan output software SPSS 17.0, diperoleh hasil bahwa antara motivasi konsumen dengan keputusan pembelian pengguna motoe merek Yamaha terjadi korelasi yang signifikan rxy = 0,932 ; sig = 0.000 < 0,05. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi konsumen maka semakin tinggi pula tingkat keputusan pembelian terhadap produk merek<br />tersebut.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Consumers motivation is one of the psychological factors that trigger a purchasing decision. A phenomenon that recently arises is the use of motorcycle. A growing variety of motorcycle encourages motorcycle companies to be able to compete in creating new innovations that can provide satisfaction to motorcycle users. Therefore, the motorcycle company must also incorporate excellence in its products.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study aims to determine the relation of consumers motivation and the purchasing decisions of “Yamaha” motorcycles brand users among the society of Tanggulangin District, Sidoarjo.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study employs quantitative methods. The study is conducted on the buyers of “Yamaha” motorcycles brand in Tanggulangin district, Sidoarjo. The number of samples are 144 respondents.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The result of the study reveals that the consumers motivation and purchasing decision are classified into the high category with the percentage of, respectively, 97% and 99%. Based on the output of SPSS 17.0 software, there is a significant correlation of rxy = 0.932; sig = 0.000 < 0.05 between the consumers motivation and purchasing decisions of “Yamaha” Motorcycle brand. In other words, if the consumers motivation is higher, the level of the purchasing decisions towards the brand also becomes higher.</div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian produk motor merk Yamaha di Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-52205948597329063102017-08-19T19:42:00.000-07:002017-08-19T19:42:16.734-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian produk motor merek Yamaha di Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Motivasi konsumen adalah salah satu faktor psikologis penyebab terjadinya suatu keputusan pembelian. Fenomena yang muncul saat ini adalah banyaknya penggunaan motor. Semakin banyaknya jenis motor yang ada maka perusahaan motor harus mampu bersaing bagaimana menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan kepuasan bagi pengguna motor itu sendiri. Oleh sebab itu, perusahaan motor tersebut juga harus memberikan keunggulan-keunggulan pada produknya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian pengguna motor merek Yamaha pada masyarakat Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan pada pembeli produk motor merek Yamaha di kecamatan tanggulangin, sidoarjo. Dengan jumlah sampel pada subjek penelitian adalah sebanyak 144 responden.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian diketahui bahwa motivasi konsumen berada di tinggkat yang tinggi dengan prosentase 97%, sedangkan keputusan pembelian berada pada kategori tinggi juga dengan prosentase 99%. Berdasarkan output software SPSS 17.0, diperoleh hasil bahwa antara motivasi konsumen dengan keputusan pembelian pengguna motoe merek Yamaha terjadi korelasi yang signifikan rxy =0,932 ; sig = 0.000 < 0,05. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi konsumen maka semakin tinggi pula tingkat keputusan pembelian terhadap produk merek<br />tersebut.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Consumers motivation is one of the psychological factors that trigger a purchasing decision. A phenomenon that recently arises is the use of motorcycle. A growing variety of motorcycle encourages motorcycle companies to be able to compete in creating new innovations that can provide satisfaction to motorcycle users. Therefore, the motorcycle company must also incorporate excellence in its products.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study aims to determine the relation of consumers motivation and the purchasing decisions of “Yamaha” motorcycles brand users among the society of Tanggulangin District, Sidoarjo. This study employs quantitative methods. The study is conducted on the buyers of “Yamaha” motorcycles brand in Tanggulangin district, Sidoarjo. The number of samples are 144 respondents.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The result of the study reveals that the consumers motivation and purchasing decision are classified into the high category with the percentage of, respectively, 97% and 99%. Based on the output of SPSS 17.0 software, there is a significant correlation of rxy = 0.932; sig = 0.000 < 0.05 between the consumers motivation and purchasing decisions of “Yamaha” Motorcycle brand. In other words, if the consumers motivation is higher, the level of the purchasing decisions towards the brand also becomes higher.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Memasuki era globalisasi
pada saat ini, dimana arus teknologi pada sarana transportasi yang masuk di
negara kita semakin terasa kemajuannya. Meningkatnya laju pembangunan di negara
kita mengakibatkan aktivitas usaha semakin hari semakin terasa kemajuannya.
Begitupun dengan aktivitas perorangan pada negara kita yang semakin sibuk
mengejar waktu. Oleh sebab itu, teknologi pada sarana transportasi berkembang
semakin pesat sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Peradaban modern
merambah ke seluruh pelosok negara dan tuntutan zaman serta kehidupan
masyarakat yang semakin maju dengan segala kebutuhan dan kesibukan yang ada.
Begitupun dari segi perubahan pandangan hidup, gaya hidup dan nilai-nilai yang
dianut pada setiap individu. Banyak perusahaan yang berorientasi pada sarana
transportasi tersebut. Salah satunya adalah perusahaan motor. Saat ini motor
adalah sarana transportasi yang mudah, praktis dan efisien dalam menghubungkan
jarak satu tempat dengan tempat lainnya yang disesuaikan dengan lamanya waktu
yang ditempuh. Agar setiap individu dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai suatu
tempat yang dituju dengan cepat. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam
mengatahui dan memahami kondisi pasar yang suatu saat dapat berubah dan
berkembang sesuai kemajuan zaman dan kebutuhan manusia. Salah satunya adalah
dengan mengadakan 2 penelitian pasar, sehingga dapat meniai, mengukur kemampuan
dan menginterpretasikan keinginan dan perilakunya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Perusahaan akan mengetahui sejauhmana mereka telah memberikan
pelayanan terhadap pelanggan, dengan demikian diharapkan di dalam aktivitas
pemasaran, departemen pemasaran dan departemen produksi dapat meningkatkan
pelayanan dan mutu produksinya dengan segala kelebihan dan keunggulan guna
mempertahankan konsumennya. Bagi penduduk kota Sidoarjo produk motor sudah
bukan merupakan barang baru karena produk ini sudah lama hadir dan setiap
individu sudah memiliki dan menggunakan jasanya. Berbagai jenis merek dan
desain motor serta keunggulan-keunggulannya yang terdapat di pasaran akan
mengakibatkan kebingungan bagi para konsumen untuk memilih jenis produk motor
apa yang akan mereka pilih. Tentunya sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen. Semakin banyaknya jenis motor yang ada maka perusaahaan motor harus
mampu bersaing bagaimana menciptakan sebuah inovasi baru yang dapat memberikan
kepuasan bagi pemakai motor itu sendiri baik dari segi pengoperasian, kualitas,
dan desain sehingga dengan demikian konsumen dapat menentukan pilihannya yang
tepat. Oleh sebab itu, perusahaan motor tersebut juga harus memberikan
keunggulan-keunggulan pada produknya. Pada era globalisasi ini banyak sekali
jenis motor yang beredar di pasaran. Mulai dari produk lokal sampai produk
luar. Mulai dari motor yang merknya sudah ada pada zaman dulu sampai merk motor
baru yang belum pernah dikenal masyarakat. Misalnya saja motor yang merknya
sudah ada lama seperti Yamaha, 3 Honda, Suzuki. Merk ini tentunya sudah dikenal
banyak orang dengan persepsi berbeda-beda menurut pandangan tiap individu.
Misalnya saja pandangan kalau merk-merk tersebut tahan lama pemakaiannya, irit
dan bagus. Namun pada saat ini telah banyak beredar merk motor Cina. Merek
tersebut juga menawarkan keunggulan-keunggulan seperti motor lama. Merek-merek
motor tersebut bersaing guna meningkatkan daya tarik konsumen. Mulai dari
desainnya yang unik dengan warna-warna yang menarik. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Begitupun dengan pengoperasiannya yang di sesuaikan dengan kantong
masyarakat. Bahkan pembeliannya juga dipermudah mulai dari cash sampai kredit.
Motor Yamaha termasuk salah satu jenis motor yang kini banyak diburu oleh
konsumen. Hal ini terkait dengan citra motor ini yang semakin membaik di
kalangan masyarakat. Hal ini didukung dengan iklan yang menyuguhkan beberapa
kecanggihan yang dimilki motor Yamaha ini. Selain melalui iklan, salah satu
penyebab larisnya motor Yamaha di tengah masyarakat adalah produksi motor
Yamaha yang dinilai mampu memenuhi selera kalangan muda. Motor produksi Yamaha
selalu dibuat dengan penampilan yang mengesankan, fituristik sehingga tidak
terlihat ketinggalan jaman. (lifestyle.kompasiana.com, 05:2014) Dewasa ini,
hemat dan ramah lingkungan merupakan isu yang popular di kalangan masyarakat.
Pemanasan global menjadi pemicu utama bagi setiap produsen kendaraan untuk
memproduksi kendaraan yang hemat dan ramah lingkungan. Kali ini Yamaha sebagai
produsen kendaraan bermotor terkemuka telah meluncurkan kreasi baru yaitu motor
berteknologi fuel injection (FI) guna mengontrol percampuran bahan bakar dan
udara yang lebih tepat, baik dalam 4 proporsi dan keseragaman. Selain itu
injeksi bahan bakar dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi
polusi dan juga memberikan tenaga keluaran yang lebih. Sistem ini diberi nama
Yamaha Mixture JET-FI (YMJETFI). (lifestyle.kompasiana.com, 05:2014) Motor
hemat BBM di tahun 2014 yang dimiliki Yamaha, ini ditempati oleh Yamaha GT125.
YIMM menyatakan bahwa GT125 ini memiliki konsumsi bahan bakar hingga
79,98km/liter jika digunakan konstan di kecepatan 40km/jam. (AISI.or.id,09:2014)
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Menurut data yang dimiliki Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia
(AISI) Yamaha merupakan merek motor yang memiliki market share mencapai 32
persen atau telah mendistibusikan 1.685.000 unit sepeda motor Yamaha di
Indonesia di bulan januari sampai dengan agustus tahun 2014, Meski hanya berada
di posisi kedua market share nasional di bawah Honda, justru Yamaha yang
mengalami peningkatan penjualan pada bulan Agustus. Distribusi sepeda motor
Yamaha mencapai 185.129 unit, naik dari 173.977 pada bulan Juli. hal tersebut
tentu saja dipengaruhi oleh peran dari komunikator pemasaran.
(AISI.or.id.09:2014) Konsumen dalam membuat keputusan pembelian cenderung
membutuhkan banyak pertimbangan karena konsumen ingin mengambil keputusan yang
tepat dalam pembelianya, terutama dalam hal pembelian sepeda motor yang
membutuhkan uang relatif banyak. Berdasarkan dunia pemasaran, konsumen yang
merasa kecewa dengan pembelian yang dilakukan sangatlah merugikan, karena
konsumen yang kecewa akan melakukan beberapa tindakan: 5 (1) diam dan kesal dan
menyampaikan kekecewaanya kepada temannya, (2) berkirim surat ke tempat
pembelian atau mendatangi toko untuk mengeluh dan minta ganti rugi, (3)
berkirim surat dan mengeluh kepada surat kabar atau majalah, atau mengeluh
kepada lembaga perlindungan konsumen (Sumarwan, 2002). Pengambilan keputusan
konsumen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, khususnya faktor psikologis
yang salah satunya adalah motivasi. Suatu dorongan di definisikan sebagai
rangsangan internal yang kuat dan mendesak kearah suatu tindakan. Dorongan akan
menjadi motivasi apabila dorongan tersebut diarahkan ke sesuatu objek atau
rangsangan. Motivasi seseorang didalam melakukan pembelian tergantung pada
kekuatan motivasi itu sendiri karena dorongan ini yang menyebabkan mengapa
seseorang itu berusaha menetapkan dan mencapai tujuan untuk melakukan pembelian
produk atau jasa yang diinginkanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Motivasi seseorang menjadi peranan yang sangat penting karena
dengan tingkat motivasi mereka dapat mempengaruhi keputusan pembelian. (hani
handoko, 2001) Penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh motivasi, persepsi,
dan sikap konsumen terhadap keputusan sepeda motor merek Honda di kawasan
Surabaya Barat yang dilakukan oleh Wahyuni (2008). Menyatakan bahwa motivasi
dalam diri akan mempengaruhi seseorang (konsumen) dalam melakukan pembelian
karena didasarkan pada dorongan yang dimiliki misalya penilaian terhadap
kualitas, harga, kenyamanan pemakaian terhadap barang yang dibutuhkan.
Keputusan pembelian akan cepat terlaksana apabila muncul persepsi positif
terhadap barang yang akan dibeli, sikap konsumen dapat dilihat dari
kepercayaan, 6 emosional untuk memiliki suatu barang, dengan sikap yang positif
maka dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2008) mendorong peneliti untuk
melakukan replikasi penelitian dengan melakukan pengurangan variabel yaitu dari
motivasi, persepsi, dan sikap konsumen menjadi motivasi konsumen saja.
Bertujuan untuk agar lebih fokus terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Dari uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
membahas masalah “hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian produk
motor merek Yamaha”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana tingkat motivasi konsumen dalam pembelian produk motor
merek Yamaha? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Bagaimana tingkat keputusan pembelian produk motor merekYamaha? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">3. Apakah ada hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian
produk motor merek Yamaha?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Tujuan penelitian ini
adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Untuk mengetahui tingkat motivasi konsumen dalam pembelian
produk motor merek Yamaha. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Untuk mengetahui tingkat
keputusan pembelian produk motor merek Yamaha. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasi konsumen dengan
keputusan pembelian produk motor merek Yamaha. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi secara teoritis mengenai hubungan motivasi dengan keputusan
pembelian.<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan bahan masukan dalam perusahaan yang terkait agar dapat
mempertahankan kualitas dan kepercayaan terhadap konsumen. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan motivasi konsumen dengan keputusan pembelian produk motor merek Yamaha di Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-8385313846700299822017-08-19T19:40:00.000-07:002017-08-19T19:40:33.635-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Coping remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah: Studi fenomenologi di Desa Tanjungrejo, Bangorejo, Banyuwangi<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor coping remaja putri yang mengalami hamil diluar nikah. Penelitian ini juga meneliti bagaimana Emotional Focused Coping dan Problem Focused Coping yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, subyek yang diteliti adalah remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, sedangkan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh digunakan metode trianggulasi. Hasil penelitian menunjukan temuan bahwa coping remaja putri yang hamil sebelum menikah adalah subyek satu berhenti kuliah karena malu kepada teman-temannya subyek dua membicarakan kehamilannya kepada orangtuanya. Kata Kunci : Coping, Remaja<br />Putri, Hamil, Menikah</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The pregnancy of young woman before married is a kind of juvenile delinquency and is included into deviate action. This research is aimed at identifying the factors of young woman’s “coping” who is pregnant before married. It is also projected to identify Emotional Focused Coping and Problem Focused Coping which is done by young women who get married for being prematurely pregnant. Subjecting young women who get married for being prematurely pregnant, this study employs a qualitative method with phenomenology approach. The data is collected through interview, and triangulation is also employed to make sure that the data is valid. It suggests that the “coping” of young woman who gets married for being prematurely pregnant is telling the pregnancy to her parents and quitting study for being ashamed to her mates. Key words: Coping, Young Woman, Pregnant, Get Married</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Masa remaja merupakan masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun
ternyata tidak mudah dan banyak terdapt rintangan untuk dapat sukses melampaui
masa ini. Problem dalam kehidupan keluarga dapat menjadikan remaja mencari
tempat baru yang mampu menenangkan gundah hatinya. Hubungan pertemanan menjadi
salah satu alternatif remaja untuk menjalani masa sulitnya, sehingga akan mudah
bagi remaja terpengaruh oleh lingkungan pertemanan. Pengaruh yang positif
tentunya menjadi harapan dari orangtua dan keluarga. Sebaliknya pengaruh
negatif dari pertemanan remaja, misalnya dengan pergaulan bebas (free sex)
dapat berdampak pada terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan. Selain
pergaulan bebas, peran media yang sangat mudah diakses oleh setiap orang tidak
terkecuali anak-anak dan remaja. Mereka dapat mengakses situs-situs porno dan
gambar-gambar mesum dengan mudah. Hal ini dapat berpengaruh pada rasa ingin
mencoba-coba atau bahkan dengan sadar ingin mempraktikkan apa yang mereka lihat
dengan alasan ingin memperoleh kenikmatan. Namun, mereka tidak menyadari
perbuatan yang dilakukan dapat menyebabkan kehamilan. Apabila kehamilan terjadi
maka timbul kepanikan, sehingga akhirnya mencari cara termudah untuk
menggugurkan kandungan melalui aborsi. 2 Menurut Boyke (2004), cinta dan seks
merupakan salah satuproblem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang
diinformasikan berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang
cepat. Jika tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin
fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas
atauseks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang
memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,
merekamasih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah. Data dari
BKKBN 2012 yaitu dari 3.600 remaja putri di Jakarta mengalami kehamilan diluar
nikah mencapai 20,9 persen. Mereka adalah para remaja yang usianya antara 17 -
24 tahun. Dan dari BKKBN jateng 2012, mencatat 37 % dari 100 remaja putri
terdapat 51 remaja putri yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Data
pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) dan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai kesehatan Reproduksi yaitu remaja
yang melakukan hubungan seksual dan hamil pranikah masih tinggi. Menurut
catatan PKBI, pada tahun 2010 sebanyak 379 (58%) remaja dari jumlah seluruh
remaja yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang
melakukan hubungan seksual pranikah mencapai 98 (26%), hamil pranikah mencapai
85 (21%). Dan pada tahun 2011 sebanyak 821 (28%) remaja dari jumlah seluruh remaja
yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang melakukan
hubungan seksual pranikah mencapai 193 (20%), hamil pranikah 3 mencapai 79 (9%)
dan sebanyak 52% remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah berkisar usia
15-19 tahun. (PILAR PKBI Jateng, 2012). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia yaitu meningkatnya perilaku pergaulan bebas pada kalangan remaja,
salah satu faktor meningkatnya yaitu angka kelahiran pada remaja. Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. Mencatat setidaknya
setengah dari remaja Indonesia beresiko pernah melakukan hubungan intim. Angka
kehamilan di luar nikah pada remaja 3 usia 15-19 mengalami peningkatan. untuk
tahun 2007 yaitu 35 per 1000 remaja putri hamil di luar nikah dan meningkat
pada tahun 2012 menjadi 48 per 1000 remaja putri yang hamil di luar nikah. Di
Indonesia gejala-gejala yang mengkhawatirkan terkait dengan aborsi, jumlahnya
meningkat secara signifikan. Jumlah secara jelasnya pada pelaku aborsi sulit
untuk didata. Berdasarkan data perhimpunan obsterti dan genekologi (POGI)
menyebutkan, saat ini, setidaknya terdapat dua juta aborsi setiap tahun, di
mana 700.000 diantara adalah pengguguran yang disengaja. Selain aborsi spontan,
banyak aborsi dilakukan dengan cara tidak aman, terutama terhadap kasus-kasus
kehamilan diluar nikah dan akibat rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap
resiko aborsi Beberapa data berikut menunjukkan gambaran fenomena tentang
perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja. Hasil survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, BPS, 2004) menunjukkan bahwa remaja yang
setuju melakukan hubungan seks jika akan menikah mencapai16,2%, saling
mencintai sebanyak 12,0%, dan suka sama suka 12,3%.Meskipun jumlahnya tidak
terlalu besar, 4 namun sikap ’permisif’ ini bisamenjadi faktor pendorong remaja
untuk melakukan hubungan seks pra-nikah(www.bkkbn.com). Beberapa penelitian,
menemukan 21-30% remaja Indonesia di kotabesar seperti Bandung, Jakarta,
Yogyakarta telah melakukan hubungan sekspra-nikah. Ini adalah data yang
terungkap. Beberapa pakar berpendapat bahwaangka yang diperoleh melalui
penelitian itu hanyalah puncak dari sebuahgunung es, yang kakinya masih
terbenam dalam samudera (www.bkkbn.com).Saat ini jumlah remaja berusia 10-19
tahun di Indonesia sekitar22% atau sekitar 44 juta jiwa. Artinya satu dari lima
penduduk Indonesiaberusia remaja. Angka aborsi di kalangan remaja mencapai 700-
800 kasus pertahun. Tingkat kelahiran di kalangan remaja mencapai 11% dari
seluruhkelahiran, hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan
denganbenar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahuitentang
PMS (Baseline Survey, 1999), dan remaja dalam hitungan tahun akanmenjadi orang
tua, pendidik, contoh dan panutan bagi anak-anaknya kelak Masa remaja adalah
usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1998). Remaja dianggap memiliki
otonomi yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak. Mereka mampu mengambil
keputusankeputusan sendiri menyangkut dirinya dibandingkan anak-anak. Demikian
pula dalam menentukan perilakunya, remaja sering kali juga mengambil keputusan
sendiri. Perilaku remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja
seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti
lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana,2004). 5 Sementara itu, ada banyak
lingkungan yang diminati remaja yang dianggap mempunyai ‘daya tarik’. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Salah satu lingkungan tersebut
adalah lingkungan yang beresiko bagi masa depan remaja, yaitu relasi-relasi
seksual tanpa ikatan. Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah
yang semakin hari semakin mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan
hubungan seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar,
melainkan juga di kota-kota kecil. Menurut Subakti (2008), banyak remaja telah
melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan orang tua dan remaja yang
bersangkutan. Mengalami kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti
menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi remaja yang bersangkutan,
tetapi juga bagi seluruh anggota keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil
di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari keluarga untuk menutupi rasa malu
keluarga. Meskipun tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah, namun cara
ini dipandang lebih bijaksana dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi
cemoohan tetangga dan lingkungan. Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa
seorang remaja tidak dapat mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya.
Salah satu dampak negatif dari Ancaman perilaku seks pranikah di kalangan
remaja, khususnya di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Bangorejo, Kab.Banyuwangi dan
sekitarnya berkembang semakin serius dengan makin longgarnya kontrol sosial
yang mereka terima. Jumlah remaja yang mengalami masalah perilaku seks pranikah
terus bertambah akibat pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh
gaya seks bebas yang mereka terima jauh
lebih kuat dari kontrol yang mereka terima daripada pembinaan secara keagamaan
baik dari orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari pengajianpengajian
agama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sementara itu tingkat pengawasan
dari pihak orang tua semakin bertambah longgar sehingga makin banyak remaja
yang terjebak perilaku seks pranikah karena berbagai pengaruh yang mereka
terima, baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
Sekuat-kuatnya mental remaja untuk tak tergoda pada perilaku seks pranikah,
kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari
kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam
itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan
keagamaannya tak begitu kuat. Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah
termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikategorikan sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2005). Perilaku menyimpang
dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Perilaku menyimpang yang terjadi karena kurangnya kesadaran remaja akan
kehidupan mereka kedepan. Terbatasnya perhatian orang tua, pendidikan agama,
pengetahuan norma serta tidak membatasi pergaulan remaja akan meningkatkan
angka kenakalan remaja. Khususnya pada remaja perempuan membutuhkan perhatian
yang lebih dari kedua orang tuanya. Saat ini masalah seksualitas selalu menjadi
topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan
seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia.
Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks mahluk
hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian keturunanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Masalah seksualitas di kalangan
remaja adalah 7 masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Perkembangan seksual
itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang harus dijalani, namun, di sisi
lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya dilakukan dapat
menimbulkan dan berakibat yang serius, seperti kehamilan. Fenomena kehamilan
remaja perempuan saat ini sudah banyak kita jumpai di sekitar kita. Beberapa
faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks pada
masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang tuanya, rendahnya
interaksi ditengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap informasi
seks dan seksualiatas, menabukan masalah seks dan seksualitas, kesibukan orang
tua (Surbakti, 2009). Perilaku coping merupakan upaya atau teknik individu
untuk menghadapi tuntutan internal maupun eksternal, yang dirasa mengancam atau
melebihi kemampuan yang dimilikinya. Perilaku coping dianggap sebagai
penyeimbang yang dapat membantu individu dalam melakukan penyesuaian psikis
maupun sosial (Lazarus dalam Isundariyana, 2005). Seseorang dalam menghadapi
setiap permasalahan mempunyai cara yang berbeda-beda, seperti penuturan Tika
Pratiwi (Program Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta2010) dalam
penilitianya bahwa ketakutan serta bayang-bayang kemarahan orang tua membuat
remaja putri tidak berani mengatakan hal yang sejujurnya pada orangtuanya dan
mencari solusi sendiri untuk mengatasi kehamilan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> menurutnya dengan melakukan aborsi dengan cara
aman tanpa ketahuan orang tuanya adalah solusi terbaik, serta selalu berharap
dukungan dari pasangannya untuk tetap berdiri disampingnya melewati masa-masa
pasca aborsi, sependapat dengan Latifah Husaini (Program Sarjana, Universitas
Gunadarma 2011) ia menuturkan, bila profesi 8 seseorang menjadi satu-satunya
jalan mencari uang untuk kehidupannya yang sudah jauh dari orang tua. Mengalami
hamil berkali-kali kemudian aborsi dilakukan untuk menyelamatkan pekerjaannya,
pilihan aborsi inilah yang dijadikan jalan keluar bagi seseorang untuk
mengatasi permasalahannya. Perbedaan perilaku coping itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kondisi individu, karakteristik kepribadian, hubungan dengan
lingkungan sosial, strategi dalam melakukan coping, dan sosialkognitif<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis
diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana bentuk-bentuk coping
yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi coping pada remaja putri hamil sebelum menikah? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Untuk mengetahui bagaimana
bentuk-bentuk coping yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil
sebelum menikah 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
coping pada remaja putri yang hamil sebelum menikah? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> D. Batasan Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Untuk memperoleh ruang lingkup yang
jelas, mudah dipahami dan terhindar dari persepsi yang salah dalam penulisan
skripsi ini, maka perlu adanya batasan masalah dalam pembahasan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan
penelitian. Adapun batasan masalah sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Obyek penelitian terfokus di desa
Tanjungrejo, kecamatan Bangorejo, kabupaten Banyuwangi <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Parameter yang digunakan obyek
penelitian adalah remaja putri yang menikah pada usia 18-23 3. Karakterisasi
yang digunakan pada obyek penelitian adalah remaja putri yang menikah karena
hamil sebelum menikah 4. Usia pernikahan antara 0-2 Tahun <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">E. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan pengetahuan bagi masyarakata tentang coping remaja putri
yang menikah karena hamil sebelum menikah, dan semoga dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Sosial, Psikologi Remaja dan
Psikologi Perkawinan, terutama yang berkaitan dengan perkawinan yang disebabkan
hamil sebelum nikah. 10 dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat
bagi para remaja mengenai faktor-faktor pendorong yang menimbulkan terjadinya
kehamilan sebelum nikah. Selain itu juga di harapkan dapat memberi manfaat bagi
para orang tua agar dapat lebih mewaspadai dan mengawasi pergaulan anak
remajanya, serta diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat agar
lebih memperhatikan para remaja saat ini, terutama mengenai bahaya seks
pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan pada remaja putri. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Coping remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah: Studi fenomenologi di Desa Tanjungrejo, Bangorejo, Banyuwangi</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-78707357210699636512017-08-19T19:10:00.000-07:002017-08-19T19:10:58.098-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan penerimaan diri dengan kepuasan kerja pegawai di instalasi gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dengan kepuasan kerja pegawai di Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, penerimaan diri adalah suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik pribadinya dan adanya kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut sedangkan kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerimaan diri pegawai, bagaimana kepuasan kerja pegawai, dan apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kepuasan kerja pegawai, sedangkan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui tingkat penerimaan diri,kepuasan kerja,dan apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan kepuasan kerja pegawai di Instalasi Gizi Rumah sakit Saiful anwar malang</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan penerimaan diri sebagai variabel bebas dan kepuasan kerja sebagai variabel terikat,dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, subyek seluruh ahli gizi di Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar malang sejumlah 45 orang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dari hasil analisis penelitian ditemukan hasil signifikansi <0,025 yaitu 0,013 maka hipotesis ada hubungan antara penerimaan diri dengan kepuasan kerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang doterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel yaitu peneriamaan diri dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat penerimaan diri, maka terdapat kecenderungan akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study aimed to determine the relationship between self-acceptance and job satisfaction of employees in the Nutrition installation of Saiful Anwar Hospital, self-acceptance is a level of awareness of individuals about their personal characteristics and their willingness to live with the situation, while job satisfaction is the way of employees feel himself or the work ,</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Formulation of the problem in this research was how the employee self-acceptance, how employee satisfaction, and whether there was a relationship between self-acceptance and job satisfaction of employees, whereas the purpose of<br />the study was to determine the level of self-acceptance, job satisfaction, and whether there was a relationship between self-acceptance and satisfaction of employees in Nutrition Installation of Saiful Anwar Hospital Malang</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The method used quantitative, with self-acceptance as the independent variable and job satisfaction as the dependent variable, and the method of data collection used questionnaires with a sampling technique used purposive sampling method, the entire subject of nutrition at the Nutrition Installation of Saiful Anwar Hospital Malang were 45 people.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
From the analysis of the results of the study found significance <0.025 namely 0.013 hypothesis had a relationship between self-acceptance and job satisfaction in Nutrition Installation of Saiful Anwar Hospital Malang that was received, so that it can be concluded that both variables, self-acceptance and job satisfaction, there was a significant relationship. This indicated that the higher of level of self-acceptance, there was a tendency to be higher of the level of job satisfaction.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB 1<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Seiring dengan berkembangnya perekonomian, teknologi yang terjadi,
maka tekanan dalam perusahaan akan semakin ketat. Semakin besar perusahaan maka
semakin besar pula tantangan yang akan dihadapi, baik itu teknologi,
permodalan, terlebih pengelolaan sumber daya manusia disebuah perusahaan yang
mampu diterima oleh semua anggota organisasi. Dengan demikian akan tercipta
kinerja karyawan yang semakin hari semakin meningkat. Sumber daya manusia harus
dikelola dengan baik, karena masing-masing manusia memiliki kepribadian yang
berbeda-beda antara manusia satu dengan manusia lainnya. Setiap perusahaan akan
berusaha memberikan yang terbaik agar karyawan-karyawannya bisa bertahan
bekerja dalam organisasi. Banyak masalah di dunia industri yang terjadi. Salah
satu yang menjadi permasalahan di dunia kerja adalah kepuasan kerja.
Berdasarkan pendapat Keith Davis, Wexley, dan Yuki (dalam Mangkunegara, 2005), kepuasan
kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai
yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan
yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji
yang diterima, kesempatan, pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya,
penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan, sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain
umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek
pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek
tersebut tidak menyokong pegawai akan merasa tidak puas. Kepuasan kerja
merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pengelola
organisasi. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya, yang sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku
pada setiap individu. Kepuasan kerja tersebut dapat dilihat dari jumlah pegawai
yang keluar masuk instansi, kondisi kerja yang mendukung, keamanan pekerjaan,
pekerjaannya menarik atau tidak, fasilitas yang diberikan instansi. Setiap
instansi harus bisa berusaha mengurangi permasalahan yang sering terjadi, hal
ini juga terjadi pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Pelayanan
Gizi Rumah Sakit merupakan pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizinya, pengaruh tersebut diakibatkan karena tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Terapi gizi
yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus
diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring
dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan, dengan kata lain
pemberian diet harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan
klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2005). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pelayanan gizi di Rumah Sakit merupakan dasar dan sarana yang amat
penting untuk memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin, dengan memberikan
diet yang memadai tetapi cukup efektif, sehingga dapat dihasilkan pelayanan
dietetik yang tepat dan dapat diterima oleh penderita. (Depkes, 1998). Menurut
hasil observasi yang sudah dilakukan pada penelitian terdahulu, melihat
kebanyakan pegawai yang bekerja dengan wajah muram, bersungut-sungut, tidak
bersemangat. Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa penerimaan diri individu
berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai. Maka akan dilakukan penelitian ini
untuk melihat apakah ada hubungan penerimaan diri terhadap kepuasan kerja
pegawai (Ellisabeth, 2012). Menurut Maslow (dalam George, 2007) mengatakan
bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri,
individu dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan
dan kekurangannya. Terbebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri
karena keterbatasan diri serta kebebasan dan kecemasan akan adanya penilaian
dari orang lain terhadap keadaan dirinya. Sikap penerimaan diri ditunjukkan
oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihankelebihannya sekaligus menerima
kelemahan-kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan
terus menerus untuk mengembangkan diri. Penerimaan diri merupakan suatu hal
yang tidak mudah bagi para pegawai perusahaan. Penerimaan diri berkaitan dengan
perubahan peran yang mungkin dulunya subyek belum pernah bekerja, sekarang
harus menjadi pegawai, disinilah pegawai membutuhkan penerimaan diri yang cukup
agar bisa puas dalam melakukan pekerjaannya, atau yang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">sebelumnya sudah pernah bekerja di tempat lain, dan pekerjaannya
sekarang hanya menjadi pegawai biasa, hal ini juga membutuhkan penerimaan diri
yang cukup baik. Penerimaan diri yang bagus, terlihat dari individu yang mampu
menerima keadaan yang sesungguhnya sudah terjadi, sehingga penerimaan diri
inilah yang nantinya akan berpengaruh pada kepuasan kerja pegawai. Diharapkan
jika penerimaan diri pegawai bagus akan dan mempengaruhi kepuasan kerja yang
baik. (Ellisabeth, 2012) Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kepuasan
Kerja Pegawai di Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Bagaimana penerimaan diri pegawai di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Saiful Anwar Malang. 2. Bagaimana kepuasan kerja pegawai di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar malang. 3. Apakah ada hubungan penerimaan diri
dengan kepuasan kerja pegawai di Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tujuan
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui tingkat penerimaan diri pegawai di Instalasi Gizi Rumah Sakit Saiful
Anwar Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja pegawai di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan penerimaan diri dengan kepuasan kerja pegawai di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Saiful Anwar Malang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi bagi ilmuwan psikologi, sehingga dapat mengembangkan ilmu
psikologi khususnya tentang penerimaan diri dan kepuasan kerja. Bagi peneliti
lain, penelitian ini memberikan sumbangan dan masukan bagi mereka khususnya
yang mendalami penelitian berkaitan dengan masalah penerimaan diri dan kepuasan
kerja, sehingga bisa dijadikan acuan dalam kegiatan penelitian selanjutnya.<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Secara praktis a. Bagi Instansi Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam hal penerimaan
diri dan kepuasan kerja pegawai. b. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini
bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam
menerapkan teori-teori yang didapat di bangku kuliah. c. Bagi Pihak lain Hasil
penelitian ini diharapkan sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan penerimaan diri dan kepuasan kerja. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan penerimaan diri dengan kepuasan kerja pegawai di instalasi gizi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-30918674377996265462017-08-19T19:09:00.000-07:002017-08-19T19:09:51.960-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Bunana Malang<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Indonesia:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Kebiasaan membaca adalah sesuatu yang biasa dikerjakan atau pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Sedangkan kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan cara-cara baru dalam memandang suatu masalah atau situasi.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswi kelas VIII MTs Surya Buana Malang. Penarikan sampel menggunakan sempel jenuh sehingga semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi jumlah sampel disini sama dengan jumlah populasi yaitu 59 orang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Pengukuran variable kebiasaan membaca menggunakan angket . Sedangkan pengukuran variabel kreativitas menggunakan instrument alat Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang disusun menggunakan model struktur intelek Guilford, yang kemudian dikembangkan oleh Torrence lalu diadaptasi oleh Munandar.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebiasaan membaca siswa adalah 18,64% atau 11 siswa yang berada dalam kategori rendah, 69,49% atau 41 siswa berada dalam kategori sedang, dan 11,87% atau 7 siswa dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki Tingkat Kebiasaan Membaca dalam taraf sedang. Sedangkat tingkat kreativitas adalah 25,41% atau 15 siswa yang berada dalam kategori Superior, 35,59% atau 21 siswa yang berada dalam kategori High Average, dan 39% atau 23 siswa yang berada dalam kategori Average. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki Tingkat Kreativitas dalam taraf Average atau Rata-rata.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil analisa korelasi dengan perhitungan uji statistik non-parametrik menggunakan uji korelasi rank spearman dengan tingkat signifikasi α = 0.05 didapatkan nilai sig sebesar 0,941. Karena nilai sig sebesar 0,941 > 0,05 maka Ho diterimadan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan tingkat kreativitas.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
English:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Reading habit is something that is usually done or pattern to respond a certain situation that is learned by an individual repeatedly for the same thing. While creativity is a cognitive activity that generates new ways of viewing a problem or situation.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This research aimed to find out whether there was a relationship between the habit of reading with creativity or not on students of class VIII at MTs Surya Buana Malang. The population of this study was the students of class VIII at MTs Surya Buana Malang. The sample taking used was saturated sample so that all members of the population used as sample. Thus, the number of sample here equal to the total population, namely: 59 people.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Variable measurement of reading habit used questionnaire. While the variable measurement of creativity used Verbal Creativity Testas the instrument which was set using the model of Guilford intellect structure, which was later developed by Torrence and adapted by Munandar.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The results showed that the level of students reading habits was 18.64% or 11 students who were in the low category, 69,49% or 41 students were in the category of medium, and 11,87% or 7 students were in the higher category. Thus, it could be concluded that most of the students had reading habit in the medium level. While the level of creativity is 25,41% or 15 students in the Superior category, 35,59% or 21 students were in the High Average category, and 39% or 23 students were in the Average category. Thus, it could be concluded that most of the students have creativity a level in Average.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The result of the analysis of correlation using the calculation of a non- parametric statistical tests using spearman rank correlation test with a significance level of α = 0.05 obtained the value of sig of 0,941. Because the value of sig of 0,941 > 0.05 then Ho was accepted and H1 was refused that it could be concluded there was no significant relationship between the reading habit and the creativity level.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Budaya membaca merupakan budaya yang mulai terkikis seiring dengan
perkembangan teknologi yang kian maju. Masyarakat pada umumnya lebih memilih
untuk menonton TV, mendengarkan musik, atau mencari informasi dari media
internet ketimbang harus membaca.Kecenderungan ini ternyata berimbas pada
proses pembelajaran yang terjadi disekolah, murid-murid lebih suka mencari
informasi dari internet ketimbang dari buku-buku yang sudah tersedia di
sekolah. Minat baca yang masyarakat indonesia sangat rendah. Bisa dilihat dari
data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik(BPS) pada tahun 2006. Data ini
menyebutan bahwaorang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio
(40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).Mengutip laporan Bank Dunia Nomor
16369-IND, dan studi IEA (International Association for the Evaluation of
Education Achicievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh
negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand
(skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan itu saja,
kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30
persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam Human Report 2000, bahwa angka
melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah
mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, 1 2
Jerman, dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen. Ini menunjukan
bahwa masyarakat kita saat ini belum menjadikan kegiatan membaca sebagi sumber
utama dalam mendapatkan informasi. Tapi seiring berjalannya waktu mulai banyak
masyarakat kita yang menyadari pentingnya manfaat membaca, hal ini juga
didukung dengan program gerakan membaca nasional yang dijalankan oleh
pemerintah. Selain sebagai sumber informasi dan pengetahuan membaca juga dapat
merangsang pengembangan kreativitas individu karena kreativitas tidak
berhubungan langsung dengan bakat. Kreativitas ditentukan oleh seberapa banyak
pengetahuan yang tersimpan dimemori otak. Semakin sering dan banyakmembaca
buku, semakin banyak pulalah inspirasi kreativitas tersimpan dalam memori otak
yang hingga saat ini kapasitasnya belum ada yang mampu menandingi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Munandar (1999) mengatakan bahwa kreativitaslah yang memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak bisa dipungkiri kesejahtraan
masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide, penemuan, dan
tekhnologi baru dari anggota masyarakatnya. Dalam hal ini kreativitas menjadi
penting dan perlu dikembangkan, sebab kreativitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi penuh dalam perwujudan diri individu. Dibutuhkan
lingkungan yang sehat bagi pengembangan kreativitas serta penciptaan pribadi
yang kreatif. Untuk menjadi pribadi yang kreatif dan bernilai lebih, individu
harus mampu mengolah dan mengembangkan bakat serta potensi yang dimiliki. Pengembangan
kreativitas individu dapat 3 dilakukan diberbagai aspek dan bidang kehidupan,
karena kebutuhan akan kreativitas juga dirasakan dalam semua aspek kehidupan.
Pendidikan di Indonesia pada umumnya terlalu menekankan pada penguasaan materi
yang ditransfer pengajar secara logis analistis sebagaimana mengisi data
kedalam computer. Apa yang diketahui anak adalah sebatas apa yang diisikan,
tanpa berani mengubahnya lebih lanjut (Sugiono, 2004). Sistem pengajaran ini
menyebabkan anak dikondisikan pada pemikiran yang konvergen bukan pemikiran
yang divergen, padahal pemikiran divergen merupakan salah satu ciri pemikiran
ysng kreatif. Agar mampu berpikir kreatif hendaknya anak diajari sedini mungkin
untuk mengembangkan pemikiran yang kreatif, sehingga dimasa mendatang saat
dihadapkan pada sebuah masalah individu dapat menyelesaikannya dengan dengan
pemikiran yang lebih kreatif. Suparno (dalam Drost, 2005) mengatakan tidak
hanya situssi dibanyak sekolah di Indonesia tidak memungkinkan untuk terjadinya
proses pembelajaran yang baik, hal ini terjadi karena masih banyak guru yang
mengajar dengan cara-cara lama dan kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa
untuk mampu belajar sendiri. Sampai saat ini masih banyak sekolah yang
menerapkan sistem ceramah dan kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran, akibatnya siswa menjadi kurang bebas dalam mengembangkan
gagasannya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (sistem pendidikan
nasional) disebutkan bahwa: “Pendidikan diselenggarakan dengan member 4
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran”. Ini menunjukan betapa pentingnya pengembangan
kreatif dalam dalam sistem pendidikan sehingga ada baiknya jika dilakukan
penataan ulang sistem pendidikan yang lebih menekankan pada keaktifan siswa,
pengamatan lingkungan sekitar, serta membaca aktif untuk mencari dan menemukan
jawaban atas pertanyaan dan keingintahuan siswa. Pembentukan manusia kreatif
dimulai sejak anak masih dalam masa kandungan, kemudian diikuti dengan masa
pertumbuhan anak, dan perkembangan anak hingga dewasa. Menurut Munandar (1999)
mengembangkan dan melatih potensi sejak dini sangatlah penting karna
kreativitas akan sangat berguna bagi kehidupan setiap anak. Kreativitas sendiri
diartikan sebagai kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru
dan tidak biasa dan melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah
(Santrock, 1995). Menurut Munandar (1999) kreativitas dibagi menjadi
macam-macam, salah satunya adalah kreativitas yang menekankan pada kemampuan
untuk menghasilkan kata-kata dan setiap kata mengandung huruf-huruf tertentu
dalam batas-batas waktu tertentu atau yang biasa disebut kreativitas verbal.
Kreativitas verbal selain berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengemukakan
ide dan gagasan juga berkaitan dengan kemampuan individu dalam berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi ini dianggap penting dalam era informasi saat ini,
hanya mereka yang mampu menyerap dan 5 mengolah informasilah yang akan berhasil
dalam persaingan hidup ditengah masyarakat (Suparno, 2002).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Pada masa remaja, individu
dihadapkan pada persoalan apakah dia dapat menyelesaikan masalahnya atau tidak.
Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik akan menjadi modal
dalam menyelesaikan masalah yang muncul selanjutnya. Dalam hal ini, remaja awal
diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri, termasuk dalam hal bersikap dan
berperilaku, agar dapat diterima oleh masyarakat atau lingkungannya (Mappiare,
1982). Ditinjau dari sudut sudut pandang psikologi perkembangan, periode
perkembangan remaja awal berlangsung kurang lebih dari 13 tahun sampai 16 tahu
atau 17 tahun, dan di akhir masa remaja bermula dari 16 tahun atau 17 tahun
sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hokum (Hurlock, 2002). Pada usia 13-15
tahun, kreativitas verbal remaja dapat berkembang dengan baik karena diperlukan
sebagai sarana penerimaan kelompok kususnya dari anggota yang berlawnan jenis
sehingga membuat remaja mengendalikan pola prilaku mereka. Hal ini sama dengan
gang-agedimana remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa diterima oleh
kelompknya (Hawadi, 2001). Masa remaja dikenal dengan masa yang bermasalah, dan
biasanya ada dua masalah yang dihadapi remaja. Pertama, sepanjang masa
anak-anak masalah yang dihadapi selalu diselesaikan oleh orang tua dan guru,
sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam menyelesaikan masalah.
Kedua, karena remaja merasa dirinya harus mandiri sehingga mereka ingin 6
mengatasi masalah sendiri dan menolak bantuan pihak lain dalam penyelesaian
masalah. Masa remaja yang bergejolak biasanya terjadi pada saat anak duduk
dibangku kelas VIII SMP karna anak mulai belajar menyesuaikan diri dari masa
nak-anak ke masa remaja. Masa-massa ini biasanya disebut sebagai masa transisi
atau masa peralihan karna mereka belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak-anak. Pada masa ini, remaja juga masih belum mampu untuk
menguasai fungsi, baik fisik maupun psikisnya (Haditono, 1998). Pada saat kelas
VII, remaja cenderung masih bingung dengan perubahan status yang bukan
anak-anak lagi dan belum sepenuhnya menyesuaikan dengan peran mereka sebagai
sebagai remaja. Sementara pada saat kelas IX, remaja lebih cenderung
mementingkan masalah studi karna mereka sadar bahwa mereka harus melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Idealnya kreativitas pada remaja usia
13-15 tahun dapat berkembang dengan baik karna pada masa ini remaja mempunyai
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok, mereka harus dapat
menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang telah ditentukan dan setiap
penyimpangan dapat membahayakan proses penerimaan (Hawadi, 2001).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Karna rasa takut akan penolakan dari kelompok inilah maka remaja
cendurung berpikir keras untuk selalu memenuhi keinginan kelompoknya sehingga meraka
memiliki cara pandang yang lebih fleksibel sesuai dengan keinginan kelompoknya
agar bisa selalu bertahan dalam kelompok. 7 Remaja yang kreatif umumnya
memiliki banyak ide baru, sebagian dari ide ini aneh-aneh tetapi ada juga yang
sangat orisinal dan baik untuk umurnya. Ia sering memberikan jawaban yang tidak
biasa terhadap pertanyaan yang biasa-biasa, memberikan saran yang unik untuk
menyelesaikan masalah (Sobur, 1985). Menurut Munandar (1999) dalam hubungan
dengan cirri anak yang kreatif juga mempunyai batasan sendiri. Menurutnya anak
yang kreatif memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas
yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada anak-anak umumnya.
Artinya, dalam melakukan sesuatu yang mereka anggap berarti, penting, dan
disukai mereka tidak terlalu memperhatikan pendapat orang lain. Menurut hasil
pengamatan peneliti remaja sekarang ini lebih tertarik pada internet dan game
daripada membaca buku. Seringkali sepulang sekolah para remaja menyempatkan
diri untuk mampir ke warnet dan menghabiskan waktu yang cukup lama bermain
disana daripada membaca buku. Ditambah lagi dengan semakin berkembangnya jaman
yang membuat semua hal menjadi instant sehingga remaja menjadi malas membaca
buku dan lebih memilih mencari informasi dari internet, padahal banyak sekali
informasi dari internet yang kurang jelas rujukannya. Hal ini berdampak pada
turunnya kemampuan menghasilkan gagasan-gagasan baru dan menguraikan masalah
secara rinci serta sistematik karna remaja sekarang beranggapan bahwa setiap
permasalah sudah terdapat solusinya di internet. Selain faktor diatas
lingkungan disekolah juga dapat menghambat pengembangan kreativitas remaja.
Menurut Munandar (2009) Ada beberapa 8 hal yang dapat menghambat kreativitas
remaja dilingkungan sekolah, antara lain sikap guru yang terlalu mengontol
menjadikan tingkat motivasi instrinstik remaja rendah, belajar dengan hapalan
mekanis, tekanan dari taman sebaya, kegagalan yang dialami dalam pembelajaran,
dan sistem sekolah yang terkesan mengekang.Perkembangan pendidikan di Indonesia
dinilai belum mendidik tingkat kreativitas anak, karena hanya mengukur
kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di masing-masing sekolahnya
(ANTARA News). Menurut Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Prof Dr Zainudin
Maliki pendidikan harus berkembang seiring dengan kemajuan zaman, dan tidak
selalu mengutamakan nilai pelajaran. Permasalahan diatas menyebabkan
kreativitas remaja semakin tidak terasah karna terbiasa mendapatkan solusi
secara instant. Kesadaran diri remaja yang rendah juga mengakibatkan hal ini
semakin parah. Karena itu perlu adanya dorongan dari orang tua dan guru untuk
mengembangkan lebih jauh kemampuan kreativitas remaja. Salah satunya dengan
membiasakan membaca pada remaja, hal ini bisa dilakukan dengan mengoptimalkan
peran perpustakaan disekolah. Dalam proses pengembangan kreativitas ini
dibutuhkan banyak pengetahuan, kosakata, dan contoh penyelesaian masalah yang
biasanya harus dicari sendiri oleh remaja. Untuk memudahkan proses ini sangat penting
bagi remaja untuk memperbanyak kegiatan membaca karena membaca adalah salah
satu cara mendapat pengetahuan lebih. Semakin banyak buku yang dibaca maka
semakin banyak pula informasi yang dikumpulkan untuk 9 dijadikan refrensi dalam
pemecahan masalah dan dapat meningkatkan intelegensi. Berdasarkan pemikiran
yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti bermaksud mengakji lebih dalam
tentang “Hubungan Kebiasaan Membaca dengan Kreativitas pada Siswa Kelas VIII
MTs Surya Buana Malang” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan yaitu: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana tingkat kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Surya
Buana Malang? 2. Bagaimanatingkat kreativitassiswa kelas VIII MTs Surya Buana
Malang? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan membaca dengan
kreativitas siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Tujuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> dilakukannya penelitian ini
adaalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Untuk mengetahui tingkat
kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 2. Untuk mengetahui tingkat
kreativitas siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 3. Untuk mengetahui hubungan
kebiasaan membaca dengan kreativitassiswa kelas VIII MTs Surya Buana. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Mamfaat yang didapat dalam penelitian ini
adalah: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan pemikiran tambahan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan kususnya sehingga dapat 11
dikembangkan metode-metode pembelajaran baru yang dapat mengoptimalkan bakat
dan minat peserta didik. <o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.
Secara Praktik Secara praktik penelitian ini ingin mengungkap hubungan antara
kebiasaan membaca dengan kreativitas. Dan penelitian ini diharapkan dapat
memberi kontribusi pada dunia pendidikan, kususnya dalam menumbuhkan kebiasaan
membaca dalam menunjang pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar dan kreativitassiswa. Juga untuk memberi pengetahuan lebih pada
orangtua tentang pentingnya membiasakan membaca pada anak sejak dini dan juga
selalu mendukung bakat dan minat anak agar kreativitas anak semakin berkembang
dengan baik. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para guru dan siswa
untuk lebih mengasah kreativitas dengan memfasilitasi wadah untuk pengembangan
kreativitas karna biasanya guru hanya berkonsentrasi pada kelemahan siswa tanpa
memperhatikan bakat dan minat siswa dibidang lain. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Bunana Malang</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-56125666055433228612017-08-19T19:06:00.000-07:002017-08-19T19:06:17.160-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Pengaruh profesionalitas guru terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 11 Pasuruan.<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Ketuntasan siswa dalam belajar sangat tergantung dengan cara mengajar guru di dalam kelas. Sehingga di butuhkan guru profesional dalam bidangnya untuk meningkatkan prestasi siswa. Namun pada kenyataanya masih ada guru- guru yang mengajar hanya tuntutan profesi tidak mau mengetahui sejauhmana siswa menyerap ilmu yang di ajarkan. Masih banyak sekolah-sekolah yang terpencil menggunakan tenaga kerja guru yang tidak sesuai dengan bidang studi yang di ampu sehingga banyak diantaranya satu guru mengajar dua sampai tiga matapelajaran yang berbeda, hal ini sangat tidak efisien dalam proses belajar mengajar. Pemerintah sudah sejak awal menindak lanjuti masalah ini dengan adanya program sertifikasi, pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan belajar mengajar agar supaya Indonesia melahirkan guru- guru profesional untuk mendidik anak bangsa. Peneliti memilih obyek di SMP Negeri 11 Pasuruan dengan alasan prestasi siswa di sekolah tersebut masih tergolong rendah di lihat dari survey departemen pendidikan di pasuruan, dan menjadi tempat pembuangan siswa bila tidak masuk di sekolah favorit. Dari wacana di atas maka melahirkan berbagai rumusan masalah diantaranya: (1) bagaimana tingkat profesionalitas guru yang ada di sekolah tersebut? (2) bagaimana prestasi belajar siswanya? (3) apakah ada pengaruhh antra profesionalitas guru dengan prestasi belajar siswa?.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat profesionalitas guru di SMP tersebut, (2) untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa-siswanya, dan (3) untuk mengetahui pengaruh profesionalitas guru terhadap prestasi belajar siswa yang ada pada SMP Negeri 11 Pasuruan</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan berjenis korelasi dengan analisis data berupa deskriptive. Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru dan siswa SMP Negeri 11 Pasuruan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dalam penentuan sampel dilakukan berdasarkan teknik non random sampling, gabungan antara pupose dan accsidental sampling. Sehingga pengambilan sampel untuk variabel Y atau 250 siswa kelas IX diambil 50% yaitu dilihat dari hasil rapor 126 siswa yang di ambil dari 4 kelas. Dan untuk variabel X atau profesionalitas guru diambil dari presepsi siswa kelas IX pada SMP Negeri 11 Pasuruan,sejumlah 126 siswa.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil dari penelitian diperoleh tingkat profesionalitasi Guru berada pada kategori tinggi (51,6%) dengan jumlah 61 siswa. Tingkat prestasi belajar siswa berada pada kategori sedang (79,3%) dengan jumlah 100 siswa. Hasil analisis regresi sederhana menghasilkan nilai Fhitung > Ftabel (0,418 < 4,08) dengan sig. 0,519 < 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan profesionalitas guru terhadap prestasi belajar siswa dan dalam hal ini Ha ditolak.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
A Completeness of students in learning depends on the way the teachers teach in the classroom. So that the professional teachers in the expert is needed for improving students’ achievement. However, the fact is there are still teachers who teach only for the demands of the profession and do not want to know how far the students absorb the knowledge it learns. There are still many isolated schools employ teachers who do not work in accordance with the field of their expert study, thus, many of them teach two to three in different lesson, it is very inefficient in the learning process. Since the beginning, the government has follow up this issue with the certification program, the government is conducting trainings related to teaching and learning in order to provide a professional teachers in Indonesia to educate the children of the nation. The researchers chose the object in SMP 11 Pasuruan since student achievement in the school grounds are still relatively low based on the view of the survey department of education in Pasuruan, and become dumping grounds when students are not enrolled in a favorite schools. Based on the statements above, then the statement of the problems are: (1) How the level of professionalism of teachers in these schools? (2) How the students' achievement? (3) Whether there are influences between the professionalism of teachers with student achievement?</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The purpose of this study was (1) to know the level of the professionalism of the teachers in that junior high school, (2) to know the level of their students' learning achievement, and (3) to know the effect of the professionalism of the teachers on student achievement that at SMP Negeri 11 Pasuruan.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
In this study, the researcher used a quantitative approach and manifold correlation with data analysis in the form of descriptive. The subjects of this study were teachers and students of SMP Negeri 11 Pasuruan. The sampling technique used is the sampling carried out by non-random sampling technique, a combination of purpose and accidental sampling. Therefore, the sampling for the variable Y or 250 students of class IX taken 50% is seen from the results report 126 students from the 4 classes. And for the variable X or the professionalism of teachers drawn from the perception of class IX students at SMP Negeri 11 Pasuruan, that is 126 students.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The results of the study showed that the levels of professionalism teachers at the high category (51.6%) with the number of 61 students. The level of student achievement in middle category (79.3%) with 100 students. The results of simple regression analysis resulted in the value of F> F table (0.418 <4.08) with sig. 0.519 <0.05 showed that there is no significant effect professionalism of teachers on student achievement and in this case, Ha was rejected.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dalam berusaha tentunya
mempunyai tujuan untuk di capai, seperti halnya kata “prestasi” harus melalui
usaha yang dinamakan “belajar” untuk mendapatkan prestasi yang baik. Cronbach
di dalam bukunya Educational psychology mengatakan bahwa : learning is shown by
a change in behavior as a result of experience (cronbach,1954:47) jadi menurut
cronbach belajar yang sebaikbaiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami
itu si pelajar mempergunakan pancainderanya. Prestasi adalah suatu bentuk
penilaian terakhir dari proses belajar mengajar selama masa yang di tentukan.
Maksud penilaianpenilaian hasil pendidikan (belajar) itu ialah mengetahui
sejauh manakah kemajuan anak didik. Hasil dari tindakan mengadakan penilaian
itu lalu dinyatakan dalam suatu pendapat yang perumusannya bermacam-macam. Ada
yang menggolongkan dengan menggunakan lambang huruf ada pula yang menggunakan
skala angka 0 sampai dengan 10 dan ada yang memakai penilaian 0 sampai 100.
Definisi prestasi belajar menurut abu ahmadi sebagai berikut : bila suatu
kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk
mengulanginya. Definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil usaha belajar yang menunjukkan ukuran keberhasilan yang dicapai dalam
bentuk nilai. Di sekolah-sekolah negeri ataupun swasta pada umumnya menggunakan
penilaian formatif dan sumatif dalam mengetahui satu persatu prestasi
muridmuridnya. Penilaian formatif biasanya dilakukan setelah sub bab pelajaran
selesai atau biasa dikenal oleh para murid adalah ulangan harian, untuk
penilaian sumatif biasanya diberikan setiap akhir semester tujuannya untuk
mengetahui pemahaman siswa selama pelajaran 1 semester. Jika dilihat dengan
kasat mata pelaksanaan penilaian formatif dan sumatif ( pelaksanaan ulangan
harian dan ujian akhir semester) tiap sekolah sama tidak membedakan negeri atau
swasta semua melaksanakan penilaian tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan
untuk peneliti, mengapa sebagian besar sekolah yang terpencil atau jauh dari
kata standart nasional memiliki siswa dengan prestasi yang kurang?. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Salah satu faktor tercapainya prestasi belajar anak di sekolah
adalah dengan melihat bagaimana cara guru menyampaikan pelajaran kepada
siswanya. Pada hal ini profesionalitas mengajar guru di pertanyakan. Secara
konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan
Johson, sebagaimana yang dikutip oleh MartinisYamin mencakup tiga aspek, yaitu;
(a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal
(pribadi) (Martinis Yamin ;2007). Berbagai macam metode yang digunakan guru
untuk menyampaikan ilmunya, seperti Metode ceramah dan diskusi merupakan
beberapa metode pengajaran guru yang umum digunakan untuk mengajar, metode ini
disamping gampang diterapkan juga sangat efektif untuk memenuhi tujuan mengajar
yaitu membuat siswa belajar. Metode ceramah merupakan metode klasik dimana
penggunaannya sudah ada dari dulu, metode ini masih efektif digunakan pada
situasi, kondisi dan mata pelajaran tertentu, sedangakan metode diskusi
merupakan metode yang sangat disukai oleh peserta didik karena dengan metode
ini meraka dapat mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang mereka miliki
dengan topik materi pelajaran yang telah diberikan. Guru profesional yang
dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki
untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar
mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang
baik. Pada sekolah-sekolah yang berstandar internasional sudah menerapkan
berbagai metode pelajaran di luar dari biasanya, karena para dewan guru di
sekolah yang berstandart internasional ini di tuntut lebih kreatif dalam penyampaian
di kelas. Sehingga para siswa di ajak untuk aktif dalam proses belajar
mengajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Menurut Kamal Muhammad
mengemukakan bahwa guru atau pendidik adalah pemimpin sejati pembimbing dan
pengarah yang bijaksana pencetak para tokoh dan pemimpin umat (maya dian;2008).
Akan tetapi melihat realita yang ada di sekolah-sekolah swasta atau sekolah
yang tidak memiliki standart internasional, keberadaan guru profesional sangat
jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah
mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana
yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada
diIndonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang
dari kalangan akademisi,akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari
ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar yang ada. Kenyataan tersebut
menggugah kalangan akademisi, sehingga mereka membuat perumusan untuk
meningkatkan kualifikasi guru melalui pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme
guru dari pelatihan sampai dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi
pendidikan minimal Strata1 (S1). Yang menjadi permasalahan baru di tahun ini
adalah guru yang tidak memiliki sertifikasi atau belum mendapatkan sertifikasi
memiliki cara pengajaran yang berbeda terhadap guru yang sudah mendapatkan
sertifikasi. Untuk guru yang belum mendapatkan sertifikasi cara mengajarnya
acak-acakan dan terkadang jarang masuk ke kelas karena para guru menganggap
mereka tidak punya beban atas tuntutan pemerintah untuk lebih profesional dalam
penyampaian di kelas. Masalah lain yang ditemukan penulis adalah, minimnya
tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang
guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang menjadi
imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran
yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk
melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal,
kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya
dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh,
sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan
seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal
diatas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidak puasan siswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tidak kompetennya seorang guru dalam
penyampaian bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil
dari pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan
keberanian, melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi
seorang guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam
hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh
terhadap pembelajaran. Melihat wacana diatas, sangat terlihat bahwa untuk
mencapai prestasi belajar yang baik salah satu faktornya membutuhkan guru yang
profesional . Atas dasar wacana yang ada di lapangan, maka penulis ingin
membuktikan apakah ada hubungan profesionalitas guru mempengaruhi prestasi
belajar siswa dengan melakukan suatu penelitian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan dugaan penulis,
pada umumnya kondisi sekolah yang ada masih terdapat guru yang belum
profesional. Kompetensi guru yang ada di sekolah tersebut belum sepenuhnya
memenuhi kriteria sebagaimana yang diinginkan oleh persyaratan guru
profesional. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan program sertifikasi
keguruan dengan mensyaratkan pengajar memiliki kualifikasi pendidikan minimal
S1 sesuai dengan bidangnya masingmasing. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sekolah yang akan menjadi tempat penulis untuk meneliti ini
memiliki ciri khas khusus dari sekolah-sekolah yang lain. SMP Negeri 11 ini
mayoritas memiliki siswa yang tempat tinggalnya di pinggiran pantai dan
memiliki tingkat kenakalan yang sangat tinggi. Sekolah ini dari tahun ketahun
menjadi tempat pembuangan siswa yang tidak di terima di sekolah-sekolah
favorit. SMP negeri 11 ini memiliki banyak tenaga guru yang mengajar tidak
sesuai dengan bidangnya atau satu orang guru mengajar dua mata pelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul
“PENGARUH PROFESIONALITAS GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP
NEGERI 11 PASURUAN” Maka dari itu penulis ingin meneliti apakah ada hubungan
yang signifikan antara profesionalitas guru terhadap prestasi belajar d SMP
Negeri 11 Pasuruan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dari gambaran
diatas,terdapat beberapa permasalahan yang bisa penulis ajukan,diantaranya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Bagaimana tingkat profesionalitas guru di SMP Negeri 11
Pasuruan? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP Negeri 11 Pasuruan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 3. Apakah ada pengaruh
antara profesionalitas guru dengan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 11
Pasuruan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> C. Tujuan Penelitian <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam penelitian ini penulis memiliki beberapa tujuan diantaranya: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Mengetahui tingkat profesionalitas guru di SMP Negeri 11
Pasuruan <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP Negeri 11 Pasuruan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 3. Mengukur ada tidaknya
pengaruh antara profesionalitas guru terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri
11 Pasuruan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">a. Manfaat teoritis Adanya penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya psikologi
pendidikan dan psikologi belajar dalam mengembangkan ilmu dibidang tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">b.
Manfaat Praktis 1. Bagi kepala sekolah dan guru-gur SMP Negeri 11 Pasuruan agar
memahami seberapa pentingnya pengaruh profesionalitas guru terhadap prestasi
siswa. Serta mampu membangkitkan semangat guru yang dirasa kurang profesional
menjadi profesional. 2. Membantu sekolah menganalisis prestasi belajar seluruh
siswa di SMP Negeri 11 Pasuruan. 3. Memberi manfaat bagi penulis sendiri untuk
mengaplikasikan ilmuilmu psikologi yang telah di pelajari sebelumnya dalam
pengerjaan skripsi ini. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Pengaruh profesionalitas guru terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 11 Pasuruan.</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-7182974531057922642017-08-19T19:04:00.000-07:002017-08-19T19:04:59.907-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru, Bojonegoro<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Masa remaja adalah masa yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada masa ini adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Peran orangtua menjadi sangat penting dalam mengasuh anak. Dengan pola asuh yang tepat maka anak akan tumbuh kembang menjadi pribadi yang lebih baik, begitu pula sebaliknya.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja, kecenderungan pola asuh orangtua, dan tingkat kenakalan pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru, Bojonegoro. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 57 yang merupakan siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru, dari total 162 siswa mulai kelas X sampai kelas XII yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Variabel X adalah Pola Asuh Orangtua dan variabel Y adalah kenakalan Remaja. Untuk mengukur Pola asuh orangtua peneliti menggunakan angket pola asuh orangtua, sedangkan untuk mengukur tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 kepohbaru peneliti menggunakan angket kenakalan remaja.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Berdasarkan hasil data angket pola asuh orangtua, dari 57 responden sebanyak 19,31% atau 11 siswa menggunakan pola asuh demokratis, sebanyak 24,56% atau 14 siswa menggunakan pola asuh otoriter, sebanyak 26,31% atau 15 siswa menggunakan pola asuh permisif, dan sebanyak 29,82% atau 17 siswa menggunakan pola asuh uninvold/penelantar, dengan demikian kecenderungan paling tinggi orangtua siswa-siswi SMAN 1 kepohbaru menggunkan Pola Asuh Uninvold/penelantar. Berdasarkan data yang kedua, hasil perhitungan untuk angket kenakalan remaja, dari 57 responden didapatkan 7 (12,3%) berada pada tingkat kenakalan yang tinggi, 41 responden (71,9%) berada pada tingkat kenakalan sedang, 9 responden (15,8%) berada pada tingkat kenakalan yang rendah, dengan demikian siswa-siswi SMA Negeri 1 kepohbaru ini cenderung memiliki tingkat kenakalan sedang. Hasil analasis korelasi menunjukkan rhit Pola asuh demokratis sebesar 0,673, rhit pola asuh otoriter sebesar 0,804, rhit pola asuh permisif sebesar 0, 518, dan rhit pola asuh uninvold/penelantar sebesar 0,492 dengan nilai rtabel 0,273 sehingga rhit > rtabel (ρ < 0,05) untuk taraf signifikan 5% yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Adolescence is a time of great importance in the process of growth and development of children, because in this period was a time of transition from the child toward adulthood. The role of parents is becoming very important in parenting. With proper parenting, child will grow up becoming better personal, or vice versa.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The objective of this research is to know the relationship of parenting parents with juvenile delinquency, parenting trends and levels of delinquency on students of SMAN 1 Kepohbaru, Bojonegoro. This research is quantitative research correlation. The sample in this research totalled 57 students of SMAN 1 Kepohbaru, from162 students starting classes X to XII classes which taken by clustering random sampling techniques. The variable X is a parent's Parenting and the variable Y is juvenile delinquency. To measure the parenting parents, the researchers use the parenting parents question form, while to measure levels of juvenile delinquency on the students of SMAN 1kepohbaru, the researcher uses juvenile delinquency questionnaire.</div>
<br />
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<br />
<div align="justify" class="ep_field_para" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: verdana; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
Based on the results of data questionnaire parenting parents, from 57 respondents total 19,31% or 11 students using a democratic, there are 24,56% or 14 student use of authoritarian parenting, there are 26,31 or 15% students use permissive parenting, and 29,82% or 17 students use parenting uninvold, from thus the highest tendency of students in SMAN 1 kepohbaru which parents used is Uninvold Parenting. According to the second data, the result of the calculation for the juvenile delinquency questionnaire, 57 respondents get 7 (12.3%), had a high level of delinquency, 41 respondents (71.9%) are at the medium level of delinquency. 9 respondents (15.8 %) are at a low level of delinquency, from thus students of SMA Negeri 1 kepohbaru have medium levels of delinquency. The results of correlation showed that rhit democratic parenting is 0,673, rhit authoritarian parenting was 0,804, rhit permissive parenting is 0, 518, and rhit uninvold parenting is 0,492 with the rtabel value 0,273 rhit > rtabel (ρ < 0.05) for a significant level of 5%, which means that there is a positive significant relationship between parenting parents with juvenile delinquency.</div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Akhir-akhir ini masalah
kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan masyarakat, tak hanya masyarakat di
perkotaan, masyarakat didesapun mulai merasa resah dengan perilaku ini. Dalam
satu dekade terakhir ini kenakalan remaja semakin semarak dan menarik perhatian
masyarakat. Fakta menarik dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2009
menyebutkan bahwa 7% dari pelaku penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan
Bahan zat adiktif (Narkoba) dari tahun 2001 hingga tahun 2008 di Indonesia
merupakan remaja berusia kurang dari sembilan belas tahun. Disimpulkan pula
bahwa, rata-rata kenaikan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba ini kurang lebih
sekitar 2% tiap tahunnya. Jumlah remaja di Indonesia kurang lebih mencapai 65
juta remaja, hal ini sangat membahayakan untuk remaja yang ada di Indonesia
dengan melihat data yang seperti demikian. Data lain yaitu fakta yang ditemukan
pada tahun 2006 oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional (PKBI), United
Nation Population Fund (UNFPA), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mencatatkan bahwa 15% dari remaja berusia 10-24 tahun di
Indonesia, kurang lebih 9,3 juta remaja, telah melakukan hubungan seksual di
luar nikah. Sedangkan masih menurut lembar fakta yang sama, terdapat 2,3 juta
kasus aborsi di Indonesia. Lebih mencengangkan lagi, sekitar 20 persen dari
kasus aborsi tersebut atau sekitar 460 ribu kasus dilakukan oleh remaja. Hasil
wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap empat siswa SMAN 1
Kepohbaru di menunjukkan adanya perilaku kecenderungan kenakalan remaja pada
umumnya, seperti pernah merokok sembunyi-sembunyi, menonton film porno,
membolos sekolah dan keluyuran hingga larut malam. Selain itu, peneliti juga
melakukan wawancara dengan salah satu guru yang mengatakan bahwa pada umumnya
kenakalan yang dilakukan oleh siswa pada umumnya adalah membolos, tidak
mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah, berkelahi baik dengan sesama teman
maupun antar sekolah. Selain itu, di temukan aksi kenakalan remaja tindakan dan
kebiasaan yang dapat dipandang sebagai perbuatan “nakal”, baik yang biasa
dilakukan dalam kehidupan keluarga sendiri maupun dalam kehidupan masyarakat, seperti
di sekolah, contohnya seperti suara yang mengganggu dan memainkan gitar di
waktu malam di saat orang lain sedang tidur (beristirahat), membunyikan knalpot
sepeda motor dengan keras, mengendarai sepeda motor bergandengan atau “ngebut”
di jalan umum sepulang sekolah, berdiri di pinggir jalan dan mengganggu setiap
lawan jenis yang lewat, remaja pria maupun wanita secara sembunyi-sembunyi
mencoba merokok dan sebagainya adalah sebagian dari kenakalan remaja yang
pernah dilakukan oleh siswa SMAN 1 Kepohbaru.(Hasil wawancara dan observasi
pada 22 maret 2014) Kenakalan remaja atau dalam istilah asing sering disebut
dengan juvenile delinquency maka kenakalan remaja merupakan hasil dari mengasuh
yang keliru atau contoh (model) yang dijadikan contoh oleh anak tidak sesuai.
Sehingga sikap anak dalam berpikir rasional dan fleksibel, sangat dipengaruhi
oleh bagaimana anak melakukan imitasi terhadap apa yang dilihatnya. Ketika anak
sudah mulai mampu menerima dan mengolah rangsang dari luar, saat itulah ia
mulai mengatur pola berpikir dan pola perilakunya dalam menghadapi setiap
masalah yang harus segera dipecahkannya. Menurut Hurlock kenakalan anak dan
remaja bersumber dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko (moral hazard).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Menurutnya, kerusakan moral
bersumber dari: 1. Keluarga yang sibuk, keluarga retak, dan keluarga single
parent dimana anak hanya diasuh oleh ibu; 2. menurunnya kewibawaan sekolah
dalam mengawasi anak; 3. Peranan gereja tidak mampu manangani masalah moral.
Menurut Kartono (2006), kenakalan remaja adalah gejala sakit (patologis) secara
sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu pengabaian sosial,
sehingga anak remaja mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Kenakalan
remaja yaitu kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang
bersifat asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama
serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Willis, 2005). Dalam
proses tumbuh-kembang seseorang masa remaja merupakan masa yang paling penting
dalam semua fase proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Selain itu, salah
satu alasan mengapa masa remaja menjadi masa yang penting dan menjadi salah
satu pusat perhatian para pakar psikologi perkembangan, sosial maupun
pendidikan adalah karena adanya masa transisi. Masa transisi adalah masa
peralihan dari masa kanak-kanak kemasa remaja dan masa transisi inilah yang
menjadikan emosi remaja kurang stabil (storm and stress). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Masa transisi ini menurut Ray (2008, dalam www.yoyooh.com)
memungkinkan dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan
kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau dalam studi psikologi
sosial biasa disebut dengan istilah kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency.
Hurlock (Ali dan Asrori, 2006) menganggap remaja secara psikologis, tengah
berada pada masa topan dan badai serta tengah mencari jati diri, sehingga
menimbulkan konflik dan ketidakstabilan emosi dalam diri remaja . Menurut
Stanley (Gunarsa, 2006) masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan
ketidakseimbangan, yang disebut dengan “storm and stress” sehingga remaja mudah
terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Pada umumnya remaja memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi (High Curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu
yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan
mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya, sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadinya kenakalan remaja. Hal ini baiknya diketahui oleh
orangtua, sedangkan remaja hendaknya dapat menghindarkan dirinya dari situasi
atau keadaan serta pergaulan yang dapat menjerumuskannya kepada perilaku
menyimpang yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain.
Peranan orangtua dalam setiap masa perkembangan dan pertumbuhan anak sangatlah
penting, mulai ia sejak lahir sampai dewasa, bahkan peranan orangtua sangat
penting mulai dari prenatal (Hamil) sampai pasca atau sampai dewasa. Apalagi di
zaman yang sudah semakin berkembang dan maju ini, dengan berkembangnya berbagai
macam teknologi, baik elektronik maupun transportasi. Hri ini anak juga
dihadapkan dengan berbagai masalah dengan moralitas dan perilaku yang semakin
bebas di masyarakat kita. Sehingga orangtua menjadi titik sentral dalam proses
tumbuh kembang anak dalam kehidupan sosial mereka baik secara intelegensi,
sosial, psikis, moralitas, maupun perilaku mereka dimasyarakat. Pola asuh orang
tua terhadap anak menjadi sangat penting, ketika orangtua melihat anak adalah
masa depan keluarga. Oranguta juga harus menyadari bahwa anak merupakan anggota
keluarga yang harusnya ia terima apa adanya denga segala kondisi yang ada pada
anak. Begitu sebaliknya anak juga harus paham dan mengerti bahwa baik buruknya
anak tidak akan pernah lepas tentunya pada nama baik orangtua. Pola asuh
orangtua juga sering dikenal sebagai gaya dalam memelihara anak atau
membesarkan anak mereka selama mereka tetap memperoleh keperluan dasar yaitu
makan, minum, perlindungan, dan kasih sayang. Santrock (2002) mengatakan yang
dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan
oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang
dewasa secara sosial. Pertumbuhan dan perkembangan anak dari hari kehari mulai
saat dalam kandungan sampai ia tumbuh menjadi seorang yang dewasa adalah proses
yang sangat panjang, dan hal ini merupaka suatu proses yang sangat luar biasa
yang akan dialami oleh semua orangtua. Pada proses pertumbuhan dan perkembangan
anak ini senang atau tidaknya anak, bahagia atau tidaknya anak tergantung
kepada orangtua. Pola asuh orang tua sendiri yang lebih kita kenal dengan
bagaimana cara mengasuh dan membesarkan anak ini merupakan proses awal
perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Karena orangtua adalah orang yang
pertama kali dikenal oleh anak ketika lahir didunia. Akhir-akhir ini banyak
orangtua yang mengesampingkan mengasuh anak mereka, mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan anak mereka, terkadang mereka malah membayar seorang perawat anak
untuk mengasuh anak mereka. Tidak jarangpun orangtua yang mementingkan materi
semata, dalam satu sisi orangtua ini mencari materi untuk sang anak dan
keluarga, tetapi disatu sisi anakpun membutuhkan waktu bersama orangtua pada
hakikatnya, karena tidak bisa dipungkiri rasa kasih sayang orang tua sangatlah
besar kepada anak. Pada hakikatnya orangtua menaruh harapan yang besar pada
anak mereka dan ingin menjadikan anak mereka menjadi anak yang baik serta
membanggakan orang tua. Untuk mencapai itu semua hendaknya orangtua lebih
menyadari peran serta tugas mereka sebagai orangtua dalam mengasuh, mendidik,
serta membesarkan anak-anaknya. Dalam sebuah keluarga kehadiran ataupun adanya
orantua sangatlah besar maknanya untuk perkembangan anak secara psikologis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Karena keluarga adalah
lingkunga pertama yang ia kenal dan keluarga adalah lingkungan utama anak
sehingga semua proses baik mengasuh, mendidik ataupun yang lainnya akan sangat
berpengaruh pada perkembangan anak baik dalam segi intelektual, spiritual
ataupun segi sosial dan perilaku anak dalam kehidupan sosial. Peran orang tua
juga sangat menentukan bagaiamana perilaku seorang anak. Kartini Kartono
mengungkapkan (Persada, 2002, p. 58) pola kriminal ayah, ibu, atau salah
seorang anggota keluarga dapat mencetak pola kriminal hampir semua anggota
keluarga lainnya. Oleh karena itu tradisi, sikap hidup, kebiasaaan dan filsafat
hidup keluarga itu besar sekali pengaruhnya dalam membentuk tingkah laku dan
sikap setiap anggota keluarga. Dengan kata lain tingkah laku criminal orang tua
mudah sekali menular kepada anak-anaknya. Lebih-lebih lagi perilaku ini sangat
gampang dioper oleh anak-anak puber dan adolesens yang belum stabil jiwanya,
dan tengah mengalami banyak gejolak batin. Selain itu Kartini Kartono juga
mengungkapkan (2002, 64) situasi dan kondisi lingkungan awal kehidupan anak,
yaitu keluerga (orangtua dan kerabat dekat), jelas mempengaruhi pembentukan
pola delinkuen anak-anak dan para remaja. Dari beberapa literatur dan hasil
penelitian yang terkait dengan kenakalan remaja (dalam Santrock: 2002, Maria:
2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis: 2009) ditemukan
bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak
berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan yang baik bagi anak.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja dibawah usia 17 tahun yang
disebabkan oleh kondisi kondisi tersebutpun sangat beragam, mulai dari
perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Seperti; berkata jorok,
mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa
senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada
perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang
melanggar hukum, seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas,
pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan
dimedia-media masa. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan juga
menunjukkan ada kecenderungan Siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru melakukan kenakalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">. Dengan melihat kondisi ini kemudian peneliti mencoba meneliti
kembali tentang kenakalan remaja yang hubungannya dengan pola asuh orangtua.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti tentang
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa-Siswi SMAN 1
Kepohbaru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rumusan
Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan dari latar
belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Bagaimana tingkat
kecenderungan pola asuh orangtua pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1
kepohbaru? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">3. Bagaimana hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkat
kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C. Tujuan Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dari rumusan masaah diatas
maka didapat tujuan penelitian sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Untuk mengetahui
kecenderungan pola asuh yang digunakan orangtua pada siswa-siswi SMAN 1
kepohbaru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kenakalan remaja pada
siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 3. Untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkat kenakalan remaja
pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana
perkembangan ilmu psikologi. Khususnya psikologi pendidikan dan psikologi
sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan remaja dan pola suh orang
tua. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua,
pendidik dan remaja khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kenakalan remaja. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan
preventif terhadap kenakalan remaja dengan meminimalisir hal-hal yang
memungkinkan dapat menimbulkan terjadinya kenakalan remaja, seperti; suasana
keluarga yang tidak romantis (broken home), pola asuh yang tidak tepat dan
mengarahkan remaja agar mencari teman atau lingkungan pergaulan yang positif. </span></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru, Bojonegoro</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-46942909646867822572017-08-19T19:01:00.000-07:002017-08-19T19:01:28.475-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stres belajar pada mahasantri Sunan Ampel Al-Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang<br />
<br />
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stres belajar pada mahasantri Sunan Ampel Al-Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang</em></span><br />
<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Pendidikan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terdapat sebuah sistem yang mewajibkan mahasiswa mahasiswi wajib tinggal di lingkungan pondok selama satu tahun. Dengan tingkat kesulitan pendidikan yang semakin tinggi ditambah pendidikan pondok dan juga wajib bahasa arab maka setiap mahasiswa perlu sebuah strategi dalam belajar dan juga penyesuaian lingkungan yang efektif. Rumusan masalah penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual, strategi coping dan hubungan antara kecerdasan spiritual dan strategi coping mahasantri Ibnu Sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual, strategi coping dan hubungan antara kecerdasan spiritual dan strategi coping mahasantri Ibnu Sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, metode yang digunakan adalah metode kecerdasan spiritual dan strategi coping stress. Subjek penelitian ini adalah mahasantri Ibnu Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jumlah subjek 55 santri dengan teknik cluster random sampling, Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Hasil analisis penelitian ini menunjukan bahwa kecerdasan spiritual mahasantri mabna ibnu sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang sedang sebanyak 60% demikian juga tingkat strategi coping memiliki tingkat sedang yaitu sebanyak 90% , sedang pengaruh kecerdasan spiritual dengan strategi coping stress didapat nilai Fhit sebesar 6,639 dan nilai p=0,000 pada taraf signifikasi 5% . Hal ini berarti Nilai R squere yang diperoleh adalah 0,107. Skor ini berarti secara bersamaan kecerdasan spiritual hanya memberikan kontribusi sebesar 10,7% dengan demikian masih ada 89,3% faktor yang lain yang mempengaruhi strategi coping. Maka hal ini menunjukkan bahwa semakin matang kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang maka semakin matang pula strategi coping nya terhadap penyelesaian masalah.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
There is a system that requires students must live in the cottage for one year that learn at the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. With the difficulty level of higher education plus cottage education and also the Arabic language compulsory, each student needs to be a strategy in learning and adjustment in effective environment. The research problems are to determine the level of spiritual intelligence, coping strategies and the relationship between spiritual intelligence and coping strategies of mahasantri Ibn Sina of State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
The purposes of this study were to determine the level of spiritual intelligence, coping strategies and the relationship between spiritual intelligence and coping strategies of mahasantri Ibn Sina of State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. This research was a quantitative correlation, the method used spiritual intelligence and stress coping strategies. The subjects were mahasantri Ibn Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang with the number of subjects 55 students with cluster random sampling techniques, data analysis used simple regression analysis.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Results of analysis of this study showed that the spiritual intelligence of mahasantri mabna Ibn Sina of State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang who had a level of spiritual intelligence that were as much as 60% as well as the level of coping strategies had moderate as many as 90%, while the influence of spiritual intelligence by stress coping strategies obtained Fhit value of<br />6.639 and p = 0.000 at significance level of 5%. This meant that the value of R squere obtained was 0.107. This score meant simultaneously spiritual intelligence only contributed 10.7% to 89.3% thus there were still other factors that influence coping strategies. Then this indicated that the more of spiritual intelligence of a person o sthe more of coping strategies toward problem resolution.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
dewasa ini mampu mengantarkan manusia pada peradaban modern. Idealnya manusia
moderen adalah manusia yang mampu berpikir rasional dan mampu memanfaatkan
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan
dengan baik dan seimbang, sehingga menjadikan hidupnya lebih bijak dan arif.
Namun pada keanyataannya sekarang tidaklah seperti itu, justru kualitas
kemanusiaannya lebih rendah dibandingkan dengan teknologi dan kemajuan berpikir
yang telah dicapainya. Ketidak mampuan manusia modern untuk menyeimbangkan dan
memadukan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi dengan nilai-nilai
kemanusiaannya ini, dapat menimbulkan keterpecahan kepribadian (split
personality) dan konflik ketegangan pikiran dan emosional (stress) dalam jiwa
seseorang. Stress adalah gejala gangguan kesehatan jiwa yang sangat unik
merupakan bagian persoalan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia,
karena pada dasarnya setiap orang dari berbagai lapisan masyarakat memiliki
potensi yang sama untuk dapat mengalami stres. Stres yang menimpa seseorang
tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya, walaupun faktor penyebabnya
boleh jadi sama. Stres dalam dunia pendidikan misalanya mahasiswa tidak mampu
menyesuaikan diri 2 terhadap tugas dan juga lingkungan yang baru. Stres dapat terjadi
jika orang tidak dapat mengatasi problem yang disebabkan karena tekanan yang
mereka alami. Mereka tidak dapat mengambil tindakan fight or flight ( dihadapi
atau ditinggalkan ) untuk mengurangi tekanan tersebut, ( Doeglas dalam clarcq
dan Smet, 2005, hal 130). Menurut Muhibbin Syah, fenomena kesulitan belajar
pada siswa atau santri biasanya nampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
atau prestasi belajarnya. Kesulitan belajar ini dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan
berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
kelas, dan sering bolos sekolah, (Muhibbin Syah, 2007, hal. 173) Tujuan
pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai fundamental, seperti nilai nilai
sosial, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama, dapat dicapai dengan baik
apabila siswa atau mahasisiwa sebagai obyek utama pendidikan mampu menunjukkan
kinerja akademik (academic performance) yang baik dan memuaskan. Kinerja
akademik yang memuaskan ini dapat ditunjukkan oleh siswa ketika mampu
memberikan hasil yang memuaskan dalam setiap evaluasi pendidikan yang dilakukan
di setiap sekolah. Karena menurut Ralph Tayler, evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagianmana tujuan pendidikan telah tercapai. (Arikunto, 2003, hal. 3) Namun,
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap siswa
memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar. Beberapa faktor tersebut
dapat menjadi faktorfaktor penghambat tercapainya kinerja akademik yang tidak
sesuai dengan harapan. 3 Perbedaan pada berbagai faktor tersebut dapat
menimbulkan kesulitan dalam belajar yang secara umum dapat terjadi pada setiap
siswa yang ditandai dengan menurunnya hasil belajar secara akademik. Karena
kesulitan belajar ini, siswa tidak mampu untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki sehingga siswa mengalami hambatanhambatan dalam mencapai keberhasilannya.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, (Mulyono, 2003, hal. 13),
menyebutkan faktor lain yang dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa
atau mahasiswa seperti strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan
belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan
penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. Berdasarkan berbagai faktor yang
ada tersebut, dapat diketahui pula bahwa kesulitan belajar tidak hanya timbul
karena faktor yang ada dalam diri siswa atau mahasiswa tetapi juga timbul
karena faktor luar yaitu lingkungan. Internal diri yang memiliki kemampuan dan
kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan apa adanya. Kecerdasan
ini lebih berusaha pada pencerahan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun
dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau
nilai-nilai masyarakat yang ada, tetapi menciptakan untuk memiliki dasar-dasar
spiritual, sehingga siswa secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan dan
kekhawatiran. Dengan demikian kecerdasan spiritual (Spiritual Quatien)
tampaknya merupakan jawaban terhadap kondisi semacam itu. Seseorang dalam
membangun dasar kecerdasan spiritualnya harus berdasarkan rukun iman dan lima
rukun Islam. 4 Walaupun kecerdasan spiritual berasaskan agama Islam, ini tidak
berarti kecerdasan spiritual hanya ditunjukkan secara eksklusif untuk individu
Islam saja, tapi kecerdasan spiritual adalah untuk semua tanpa melihat agama
atau bangsa, Tetapi kecerdasan spiritual merupakan suatu usaha yang telah dapat
menghubungkan agar mahasiswa bermoral. Jadi mahasiswa harus dididik untuk
mempunyai beberapa kecerdasan dalam dirinya sebelum tumbuh menjadi manusia yang
bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai moral
ditanamkan dalam diri mahasiswa. Jadi dalam upaya pembinaan moral dilakukan
untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam rangka mengembangkan
kualitas manusia tentang pemahaman dan nilai-nilai yang buruk dan baik melalui
upaya pengajaran dan pelatihan yang pelaksanaannya berkesinambungan sehingga
mahasiswa tumbuh menjadi individu yang berahklaq, bermoral, beretika dan
berbudi pekerti. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Nur Aziz
Afandi yang berjudul “Coping Behavior Al-Ghozali pada Mahasiswa Psikologi
Semester VII Universitas Islam Negeri Malang” berusaha untuk menghubungkan
konsep AlGhozali berupa tazkiyah al-nafs dengan tingkah laku penyesuaian
(coping behavior) terhadap permasalahan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 76 subyek penelitian yang
memiliki coping behavior kafah ada 4 orang (5,3%), non kaffah ada 72 orang
(94,7%). Dari keempat orang tergolong kaffah, seluruhnya dapat memiliki coping
behavior Al- Ghozali secara kaffah dan tidak ada seorang pun (0%) yang memiliki
kaffah sedang dan kaffah rendah. (Nur Aziz, 2012, hal. 115) Dalam penelitian
Agus Nafi’ Mubarak yang berjudul”Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi
diri Siswi madarasah Alyah Islamiyah Attawir Talun 5 Sumber Rejo Bojonegoro”
Bahwasanya tingkat kecerdasan spiritual siswi madarasah Alyah Islamiyah Attawir
Talun Sumber Rejo Bojonegoro memiliki tingkat kecerdasan spiritual tinggi
sebanyak17,5% dari keseluruha sampel atau 22 siswi, tingkat yang sedang
sebanyak 71,4% dari keseluruhan sampel atau 90 siswi, dan tingkat yang rendah
sebanyak 11,1% dari keseluruhan sampel atau 14 siswi. Hal ini berarti tingkat
kecerdasan spiritual siswi Madarasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumber
Rejo Bojonegoro pada kategori sedang. Hal ini menunjukan bahwa siswi kurang
stabil atau cukup mudah dipengaruhi oleh factor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan spiritual seperti, adanya ketidak seimbangan id, ego dan superego.
Adanya orang tua yang tidak cukup menyayangi anaknya, berharap terlalu banyak,
pengajaran yang menekan insting, adanya aturan moral yang menekan insting
alamiyah, adanya luka jiwa yang menggambarkan perasaan terbelah, terasing, dan
tidak berharga. (Agus Nafi’, 2014, hal. 104) Kehidupan di pondok pesantren
sangatlah unik, karena ia merupakan suatu kompleks dengan lokasi yang terpisah
dari kehidupan masyarakat umum di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan di dalamnya pun
sangat berbeda dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat pada umumnya.
Padatnya jadwal kegiatan di pondok pesantren, mulai dari bangun tidur hingga
tidur kembali, berpotensi menjadi stresor bagi para santri, khususnya santri
baru. Dalam kenyataan, tidak sedikit santri yang keluar dari pondok pesantren
sebelum lulus atau bahkan baru pada tahun pertama di pondok pesantren. Sebagian
besar disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru di pondok pesantren dan mengatasi berbagai stresor yang ada.
Oleh karena itu, tahun-tahun pertama mondok menjadi saat 6 yang paling
menentukan bagi santri untuk belajar menyesuaikan diri agar dapat bertahan
hingga menyelesaikan proses pendidikannya di pondok pesantren. Dalam kondisi
demikian, kemampuan dalam pemilihan strategi coping yang tepat akan sangat
menentukan proses penyesuaian diri mereka terhadap kehidupan baru di pondok
pesantren. Dalam lingkungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang terdapat sebuah sistem yang mewajibkan mahasiswa mahasiswi wajib tinggal
di lingkungan pondok selama dua semester atau satu tahun. (Buku pedoman
Ma’had), 2008, hal. 6-7). Secara otomatis pendidikan agama pun akan diberikan
selain pendidikan formal yaitu perkuliahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Jadwal yang padat mulai dari
setelah sholat subuh sampai jam setegah delapan pagi, kemudian dilanjutkan
dengan kuliah, sampai dhuhur. Ruang gerak antara jadwal ma’had dan juga kampus
memberikan stersor tersendiri bagi mahasantri. Dengan tingkat kesulitan
pendidikan yang semakin tinggi ditambah pendidikan pondok dan juga wajib bahasa
arab maka setiap mahasiswa perlu sebuah strategi dalam belajar dan juga
penyesuaian lingkungan yang efektif. Setiap manusia pasti mempunyai masalah,
dari yang terkecil sampai yang terbesar. Semuanya tergantung akan indvidu yang
menjalani. Ada berbagai metode dalam menyelesaikan, menghadapi, menghindari,
ataupun meminimalisir suatu masalah, akan tetapi tidak jarang kita menemui
seseorang yang takut menghadapi suatu permasalahan dan tidak mencari jalan
keluar yang bijak. Jika seorang indivdu salah atau kurang tepat dalam
mengcoping suatu permasalahan, maka hasilnyapun akan kurang memuaskan, bahkan 7
dapat menimbulakn gangguan dalam pikiran dan kejiwaannya, seperti depresi,
stres, kejenuhan dan gila. Dalam proses belajar pasti akan mengalami kesulitan
dan juga kejenuhan ketika sudah mencapai titik kejenuhan. Hal ini terjadi
akibat terus menerusnya belajar tanpa istirahat yang cukup dan beban pikiran
yang menumpuk. Untuk itu belajar juga perlu sebuah strategi atau penanganan
problem dalam proses belajar, penangan tersebut dalam psikologi sering disebut
dengan coping. Strategi coping itu sendiri dapat diartikan sebuah cara atau
prilaku individu untuk menyelesaikan suatu permasalahan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 33.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sedangkan macam-macam copng itu sendiri menurut (Santrock, 1996,
hal. 234) : 1.strategi pendekatan (approach strategy) yaitu usaha kogntif untuk
memahami penyebab stres atau stressor dan usaha untuk menangani hal tersebut
dengan cara menghadapinya. 2. strategi menghindar (avoidance strategy) yaitu
usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stessor yang muncul dalam
prilaku dengan cara menghindar dari hal tersebut. Bentuk-bentuk strategi coping
yaitu : 1. perilaku coping yang beorientasi pada masalah (problem focused
coping-PFC) yaitu strategi kognitif dalam penanganan stress strategi kognitif
yang digunakan individu dalam rangka menangani masalahnya. 2. perilaku coping
yang berorientasi pada emosi (emotion focused coping-EFC) yaitu strategi
penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress
dengan cara emosional. Faktor yang mempengaruhi coping karakteristik
situasional, faktor lingkungan, faktor personal atau perbedaan individu. 8
Peneliti menemukan beberapa kasus yang mendasari penelitian ini, misalnya saja
akibat dari beban dari perkuliahan, lingkungan pondok dan juga perkuliahan
bahasa arab (PKPBA). Mengakibatkan menurunya prestasi di perkuliahan akibat
depresinya terhadap perkuliahan bahasa arab yang memforsir daya ingat Dari
hasil observasi rata-rata ini terjadi pada santri yang dulunya menempuh
pendidikan pada jalur umum bukan kejuruan yang bebasis agama. Ada juga yang
dulunya menempuh pendidikan di lingkungan pondok merasa mudah sistem di ma’had
sunan ampel al aly, maka sering tidak ikut pendidikan di ma’had, akibatnya
tidak lulus ma’had. Kasus seperti diatas mengakibatkan salah satu dari ketiga
pendidikan di atas tidak maksimal. Pendekatan terhadap mahasantri terjadi pada
awal-awal masuk ma’had, walaupun secara umum dari pihak musrif itu merupakan
kewajiban bagi mereka untuk mengontrol individu atau kelompok mahasantri.
Pendekatan inilah sebenarnya yang menjadi penyebab mahasantri yang nantinya
rajin, memberontak ataupun biasabiasa saja. Dengan adanya kerangka pikir di
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan subjek
menggunakan mahasantri sunan ampel al aly mabna ibnu sina dengan judul “
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN STRATEGI COPING STRES BELAJAR PADA
MAHASANTRI SUNAN AMPEL AL ALY UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> B. Rumusan Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Bagaimana tingkat
kecerdasan spiritual Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Bagaimana strategi coping Mahasantri Sunan Ampel Al Aly
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menghadapi stress
belajar? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">3. Adakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi
coping stres belajar pada Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C.Tujuan penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 1. Untuk mengetahui tingkat
kecerdasan spiritual Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Untuk mengetahui tingkat strategi coping apa yang dipakai
Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang dalam stres belajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> 3. Untuk membuktikan
hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stres belajar
Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D. Manfaat penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Dalam penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi : <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">1. Manfaat teoritis <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">a. Memberikan sumbangsih keilmuan psikologi, khususnya dibidang
psikologi perkembangan dan psikologi sosial. 10 b. Menambah khazanah keilmuan
mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stress
belajar Maha Santri Sunan Ampel Al Aly Mabna Ibnu Sina. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">2. Manfaat praktis<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; margin-left: 39.0pt; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> a. Bagi Lembaga, Hasil penelitian ini bisa
dijadikan sebagai acuan atau bahan rujukan dalam pembenahan sistem di kampus,
khususnya di Ma’had Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. 3. Bagi Mahasiswa Penelitian ini akan membantu mahasiswa untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kecerdasan spiritual dalam menangani atau
mengatur strategi dalam menghadapi stress dalam berbagai tekanan saat belajar. <o:p></o:p></span></div>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<span class="">" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6582170337577965677.post-22788234280111164432017-08-19T19:00:00.000-07:002017-08-19T19:00:16.140-07:00Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Persiapan menghadapi kematian: Studi fenomenologi psikologis pada ibu-ibu usia dewasa madya di Majelis Taklim Nurul Habib Bangil<h2 style="font-family: verdana; font-size: 16.5px; text-align: center;">
Abstract</h2>
<div style="font-family: verdana; font-size: 15px; margin: 1em auto 0em;">
</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
INDONESIA:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengalaman individual dan upaya-upaya yang dilakukan sebagai persiapan ibu-ibu dewasa madya yang menjadi anggota majelis taklim untuk menghadapi kematian. Persiapan menghadapi kematian yang dimaksud adalah segala bentuk perlengkapan, perencanaan, upaya, tindakan, usaha, dan pengalaman sadar individu untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Peneliti menggunakan studi fenomenologi-psikologis dimana Observasi dan deskripsi sistematis digunakan untuk menemukan makna-makna psikologis pada pengalaman individu yang sadar saat mempersiapkan diri dan proses kesiapan menghadapi kematian, meliputi persepsi, perasaan, ingatan, gambaran, gagasan, dan berbagai hal lain yang hadir dalam kesadaran individu. Teknik Purposive Sampling digunakan dalam penelitian ini untuk memilih partisipan. Sedangkan metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa Persiapan Menghadapi Kematian ibu-ibu dewasa madya yang menjadi anggota Majelis Taklim Nurul Habib terbagi dalam dua bentuk persiapan, yakni Persiapan Material dan Persiapan Non-Material. Adapun Persiapan Material terdiri dari kain kafan, jarik, kapur barus, papan, cendana, kapas, sabun, sampho, dan minyak wangi. Sementara Persiapan Non-Material terbagi dalam empat unsur yang ada dalam diri manusia, yakni Koginitif (berupa gagasan, kesadaran, dan proses mengingat), Emotif-Afektif (rasa nikmat dan syukur, menangis dan bersedih lalu terdorong untuk memperbaiki diri), Sosiokultural (mengemban tanggung jawab sosial, menjadi anggota dan atau penyelenggara majelis taklim, berbakti kepada suami dan atau orangtua, memakai cadar, membiasakan amalan sunnah dalam lingkungan keluarga, dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia), dan Spiritual (menjadi pengikut Ulama Salaf, Habaib, dan para Auliya’, menambah ilmu, membuat wasiat, dan memperbaiki hubungan dengan Allah).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
ENGLISH:</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
This study aimed to describe individual experiences and efforts undertaken in preparation for middle age women who are members taklim to face death. Preparations for the deaths in question are all forms of equipment, planning, effort, action, and experience conscious individuals to prepare for death.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
Researchers using phenomenological-psychological study in which observation and systematic description used to find meanings in the psychological conscious individuals experience when preparing and preparedness process of death, covering perceptions, feelings, memories, images, ideas, and a variety of other things that are present in individual. Purposive sampling technique used in this study to select the participants. While the data collection method used is by observation, interview, and documentation.</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
From the analysis it can be concluded that the Preparatory Face Death middle age women who are members of the Majelis Taklim Nurul Habib divided into two forms of preparation, namely Preparation Materials and Preparation of Non-Material. As for the Preparation of Material consisting of a shroud, jarik, camphor, wooden board, sandalwood, cotton, soap, Sampho, and perfumes. While the Preparation of Non-Material is divided into four elements existing in human, namely cognitive (in the form of ideas, awareness, and the process of remembering), Emotive-Affective (feeling of pleasure and gratitude, cry and grieve then driven to improve themselves), Sociocultural (carry social responsibility, become a member and or organizer taklim, devoted to her husband or parents, wearing long-veil, get used to the practice of the Sunnah in the family environment, and improve relations with fellow human beings), and Spiritual (become followers of the Ulama Salaf, Habaib, and the Auliya', increase knowledge, making a will, and improve the relationship with God).</div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">BAB I<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Latar
Belakang Masalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Takut mati bukanlah ketakutan yang normal,
akan tetapi ia merupakan bentuk fobia atau kecemasan yang bercampur dalam satu
waktu sekaligus dengan perasaan takut, panik, gentar, dan ngeri. Fobia mati
bukanlah kecemasan jauh yang menanti kita di akhir jalan, akan tetapi ia
merupakan kecemasan laten yang terpendam di dalam relung-relung perasaan hingga
kita nyaris mencium aroma kematian di segala sesuatu (Rashed, 2008: 1). Sekeras
apapun upaya kita untuk mencoba melupakan realitas kematian, atau sengaja
mengabaikan wacana kefanaan (annihilation), cepat atau lambat kita tetap
mendapati diri kita termenung sedih memikirkan realitas kematian dan terkurung
dengan kecemasan akan kebinasaan (annihilation). Pada tataran realitas, merujuk
pada hasil pengamatan seorang filsuf dan penyair asal Spanyol (1864-1936 M),
Miguel de Unamuno (dalam Rashed, 2008: 2), mengungkapkan bahwa: ―Pikiran akan
kematian dapat mengganggu kenyenyakan tidur manusia, menggelisahkan pikirannya,
dan hampir terusmenerus membuntutinya dimanapun ia berada, hingga batinnya
selalu merinding oleh getaran aneh yang disebabkan oleh kematian dan apa yang
datang setelahnya.‖ 2 Saat ini banyak orang melakukan siaga bencana, siaga perang,
siaga banjir, dan siaga-siaga lainnya, tapi mereka lupa bersiaga dari kematian.
Padahal kematian adalah sebuah misteri. Ia akan merenggut siapa saja di dunia
ini dengan tidak mengenal usia. Bukan hanya orang tua, tetapi anak muda,
remaja, bahkan bayi sekalipun dapat meninggal tanpa diprediksi. Kematian juga
tidak mengenal apakah orang itu sakit atau sehat, sebab, terbukti bahwa orang
yang sehat, segar, dan bugar juga bisa mengalami mati mendadak (Abdurrahman,
2014: 19). Weenelson (2005: 16) mengingatkan pada kita, jika maut selalu
mengancam sepanjang hidup kita. Perang, AIDS, sakit paruparu, kecelakaan lalu
lintas, kelaparan, pes, pembunuhan, dan berbagai ancaman—semuanya tidak memilih
umur. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kematian merupakan suatu perkara
yang tidak mungkin bisa dipungkiri oleh manusia, karena Allah subhanahu wa
ta’ala sebagai Sang Pencipta seluruh makhluk telah mengabarkan kepada kita
dalam firman-Nya bahwa maut akan menghampiri siapa pun, dimana pun, dan kapan
pun: … Artinya: ―Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendati pun di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…‖ (QS. An-Nisa’ [4]: 78).
Kematian begitu dekat dengan kita, sedekat hidup yang kita nikmati sekarang.
Padahal jika seorang telah meyakini bahwa suatu saat ia akan mati, maka sudah
selayaknya ia mempersiapkan dirinya untuk menghadapi 3 kematian. Sebagai suatu
ilmu pengetahuan empiris psikologi terikat pada pengalaman dunia. Psikologi
tidak melihat kehidupan manusia setelah mati, melainkan mempelajari bagaimana
sikap dan pandangan manusia terhadap masalah kematian, serta bagaimana jiwa
manusia di saat-saat menjelang kematian. Ketakutan akan tiba-tiba meninggal
dunia atau mendadak mati menjadi satu diantara sejumlah sumber penyebab
perempuan usia tengah baya mengeluh sulit tidur pada malam hari, karena takut
tidak bangun lagi atau meninggal dunia sewaktu tidur (Surbakti, 2012: 42).
Demikian halnya dengan individu yang berpenampilan sehat dan baik-baik saja,
kematian yang diyakini sebagai suatu kepastian menjadi hal yang merisaukan. Hal
tersebut penulis temui saat berada di sebuah majelis taklim, saat penulis
mencoba membuka topik bahasan mengenai kematian, respon yang cukup mengejutkan
ditimbulkan oleh salah satu perempuan usia tengah baya (45 tahun) yang menjadi
anggota majelis taklim dengan mengatakan, “Hush, ngomongin apa sih, kok
mati-mati gitu, sudah-sudah, cari topik bahasan yang lain saja.” (30 Agustus
2014). Irfani (2008: 3) mengatakan bahwa peningkatan kesadaran mengenai
kematian muncul sejalan saat mereka beranjak tua, yang biasanya meningkat pada
masa dewasa tengah, yang mengindikasikan bahwa usia paruh baya merupakan saat
dimana orang dewasa mulai berpikir lebih jauh mengenai berapa banyak waktu yang
tersisa dalam hidup mereka. 4 Gusmian (2011: 53) menyatakan bahwa kesadaran
akan kematian dipahami sebagai sikap antidunia yang menenggelamkan seseorang ke
dalam kesibukan ritual keagamaan yang bisa menghambat kreativitas dan membuat
orang malas bekerja. Kedua, kesadaran akan kematian hanya cocok untuk orangtua
yang tidak kreatif lagi. Pemahaman akan kematian yang hanya akan mengunjungi
orang yang berusia lanjut ini yang selayaknya perlu dibenahi. Demikian halnya
dengan penelitian terdahulu yang bertemakan kematian, acap kali individu lansia
yang menjadi partisipannya, (Harapan, P. dkk., 2014; Larasati, T. dan
Saifuddin, M., 2014; Pamungkas, A., Sri W., dan Rin W.A., 2013). Padahal,
kematian tidak pandang usia. Kekeliruan pandangan ini jelas menghambat
kesadaran kita tentang pentingnya mempersiapkan kematian sejak usia muda.
Psikologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji pikiran, perasaan, dan perilaku
seseorang melihat kematian sebagai suatu peristiwa dahsyat yang sesungguhnya
sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Ada segolongan orang yang
memandang kematian sebagai sebuah malapetaka. Namun ada pandangan yang
sebaliknya bahwa hidup di dunia hanya sementara, dan ada kehidupan lain yang
lebih mulia kelak, yaitu kehidupan di akhirat. Pandangan tersebut melahirkan
dua mazhab psikologi kematian. Pertama, mazhab sekuler yang tidak peduli dan tidak
yakin adanya kehidupan setelah mati. Kedua mazhab religius, yaitu yang
memandang bahwa keabadian setelah mati itu ada. Kehidupan di dunia perlu
dinikmati, tetapi bukan tujuan 5 akhir dari kehidupan. Apa saja yang dilakukan
di dunia dimaksudkan untuk investasi kejayaan di akhirat (Hidayat, 2006). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Fenomena maut adalah salah satu
fenomena yang paling jelas dan kuat bagi makhluk hidup. Semakin teguh keyakinan
individu pada mazhab religiusnya, maka tentu semakin banyak pula investasi yang
dilakukan untuk bekal di akhirat, karena apa-apa yang dilakukan individu
tersebut, sematamata dilakukan hanya untuk pencapaian tujuan akhir kehidupan.
Leming (1994) berpendapat bahwa: ―Religiusitas memiliki peran penting dalam
menghalau kecemasan dan ketakutan yang terjadi sebagai akibat dari
ketidakpastian dan ketidaktahuan yang dialami dalam hidup.‖ (Wicaksono dan
Meiyanto, 2003: 59) Untuk mengobati masalah ini (ketakutan akan kematian),
Rashed (2008: 9) menyatakan bahwa manusia harus menghilangkan sikap
pengabaiannya pada kematian dan babak baru setelah kematian, untuk kemudian
mengakui dan mengimani kekekalan ruh (nyawa). Lebih lanjut ia menekankan jika
sebagai seorang individu, manusia harus membangun dan memupuk keimanan dalam
dirinya bahwa kematian adalah kehidupan yang kedua, dan hal ini dapat dilakukan
dengan kembali ke pangkuan agama. Berkaitan dengan hal tersebut, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh individu dewasa madya menurut Havighurst
(dalam Yusuf, dkk., 2006) adalah mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu
senggang. Sejalan dengan tugas perkembangan dewasa madya yang berkaitan dengan
sosialpribadi, terdapat tuntutan dimana pada masa ini individu harus mampu 6
mengemban tanggung jawab dalam keluarga dan mengembangkan kegiatankegiatan
sosial yang bermanfaat. Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama
lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan
perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial. Sebagai
bagian dari Sistem Pendidikan Nasional non-formal (UndangUndang RI No. 20 Tahun
2003, pasal 26, ayat 4), majelis taklim melaksanakan fungsinya pada tataran
non-formal, yang lebih fleksibel, terbuka, dan merupakan salah satu solusi yang
seharusnya memberikan peluang kepada masyarakat untuk menambah dan melengkapi
pengetahuan yang kurang atau tidak sempat mereka peroleh pada pendidikan
formal, khususnya dalam aspek keagamaan. Tabel 1.1 Majelis Taklim di Indonesia
No 2006/2007 2008/2009 Majelis Taklim Peserta Pengajar Majelis Taklim Peserta
Pengajar 1 153. 357 9.867.873 375.095 161.879 9.670. 272 366.200 Peserta
Laki-Laki 4.002.434 Peserta Perempuan 5.667.838 Sumber: Data diolah dari
Laporan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama Tahun 2006 dan
Tahun 2008. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah majelis
taklim di Tanah Air mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
tahun. Salah satu hal yang menarik diperhatikan adalah ternyata dari sejumlah
9.670. 272 orang menjadi anggota majelis taklim di tahun 2008 sebanyak
5.667.838 (58,6%) adalah perempuan atau kaum ibu, baru sisanya laki-laki atau
bapak- 7 bapak sebanyak 4.002.434 (41,4%). Hal ini tentu semakin menguatkan
asumsi bahwa majelis taklim cenderung menjadi ajang berkumpul, berinteraksi dan
arena belajar bagi kalangan perempuan atau ibu-ibu (Anitasari, 2010). Individu
yang tergabung dalam sebuah majelis taklim tentu memiliki motivasi religius
yang tinggi. Leming (1994) (dalam Wicaksono dan Meiyanto, 2003: 59) berpendapat
bahwa keyakinan religius memiliki hubungan yang negatif terhadap kecemasan
terhadap kematian. Individu yang memiliki motivasi religius yang tinggi akan
memiliki kecemasan terhadap kematian yang rendah. Akan tetapi, penulis
menemukan kenyataan yang tidak begitu selaras dengan apa yang disampaikan
Leming (1994) (dalam Wicaksono dan Meiyanto, 2003). Berikut beberapa respon
yang diberikan ibuibu anggota majelis taklim saat penulis menanyakan
kesiapannya untuk menghadapi kematian: “InsyaAllah. Mohon do’anya, karena ini
kami masih berusaha dalam hal ini, jadi saya belum berani menjawab siap,
afwan.‖ (KT, NA, 03/09/2014) ―Mau tidak mau kita harus siap. Tapi sebagaimana
manusia, siap tidak siap, ajal pasti datang. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni
dosa-dosa saya.‖ (KT, SA,03/09/2014) ―Sejujurnya saya belum siap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Tapi sebagaimana manusia, siap tidak siap,
ajal pasti datang. Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni dosa-dosa saya, amiin.‖
(KT, SG,03/09/2014) ―Belum. Karena saya merasa ibadah saya masih kurang.‖ (KT,
ZA,03/09/2014) ―InsyaAllah siap, karena mati itu pasti.‖ (KT, SU,03/09/2014) 8
―Mau tidak mau harus siap, karena kematian pasti terjadi. Mudah-mudahan kita
semua meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Amiin.‖ (KT, NM, 03/09/2014)
―Jika kita dapat melakukan amal kebaikan dengan ikhlas dan ridho, maka kelak
kalau kita mati, maka ruh kita mendapat sambutan malaikat rahmat dan dibawa
menghadap Allah dengan penuh hormat dan dikembalikan lagi dengan penuh ridho
Allah.‖ (KT, FB,03/09/2014) Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa
anggota dalam Majelis Taklim Nurul Habib di atas menunjukkan keragaman
individual terkait kesiapannya untuk menghadapi kematian. Masing-masing dari
anggota majelis taklim tersebut akan memunculkan keunikan individual sesuai
dengan pengalaman masing-masing, meskipun mereka secara bersama-sama mengikuti
kajian-kajian kitab yang disampaikan oleh seorang ustadzah. Sebagaimana hasil
wawancara yang telah penulis paparkan di atas, menunjukkan bahwa dua orang
partisipan menyatakan, ―belum siap‖, satu orang menyatakan ―belum berani bilang
siap‖, satu orang ―tidak menyatakan kesiapannya‖, satu orang menyatakan,
―InsyaAllah siap‖, dan dua orang lainnya menyatakan, ―Mau tidak mau harus
siap‖. Kesenjangan antara pendapat Leming (1994) dengan realitas yang ada di
Majelis Taklim Nurul Habib nampak dengan jelas bahwa, meskipun individu yang
memiliki motivasi religius tinggi dengan menjadi anggota majelis taklim, hal
tersebut tidak selalu membuat individu menjadi siap dengan kematian. Bahkan,
kesiapan menghadapi kematian menjadi beragam maknanya bagi setiap individu. 9
Martinsusilo (dalam Siahaan, 2009) membagi tingkat kesiapan berdasarkan
kuantitas keinginan dan kemampuan bervariasi dari sangat tinggi hingga sangat
rendah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tingkat kesiapan ibu-ibu anggota
majelis taklim di atas memiliki empat variasi jawaban, yakni (1) belum siap,
(2) tidak menyatakan kesiapan, (3) insyaAllah siap, dan (4) mau tidak mau harus
siap. Munculnya variasi tingkat kesiapan dapat disandarkan pada dua komponen,
yakni kuantitas keinginan dan kemampuan individual dalam menghadapi situasi
tertentu–situasi untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Pada umumnya
orang berusaha keras untuk menemukan arti hidup dari kehidupan mereka di dunia.
Ada yang menemukan arti hidup dengan cara siap menerima kematian, karena kesiapan
dalam menghadapi kematian memberikan artian positif pada makna hidup itu
sendiri, yang bisa membuat kehidupan individu sungguh berarti. Namun kematian
juga bisa diartikan sebagai ancaman kepada ketiada-berartian yang membawa
kecemasan hidup yang merupakan karakteristik dasar manusia sebagai satu-satunya
makhluk yang sadar dengan kematian (Indriana, 2012: 98). Berdasarkan pernyataan
Indriana (2012) diatas, persiapan menghadapi kematian menjadi hal tidak bisa
diremehkan. Hal tersebut didukung dengan adanya dua kemungkinan ketika individu
menyadari ia akan menghadapi kematian; pertama, kesadaran akan kematian akan
membawa individu untuk semakin memaknai sisa waktu hidupnya untuk mempersiapkan
diri menghadapi kematian, hingga individu akan mencapai tingkat kesiapan yang
tinggi karena persiapan-persiapan yang dilakukan. Kedua, kesadaran akan 10
kematian akan membawa individu pada perasaan cemas dan terancam akan kehilangan
diri dari dunia, ia juga akan kehilangan makna dari persiapanpersiapan
menghadapi kematian yang telah dilakukan, hal tersebut dapat membuat individu
berada pada tingkat kesiapan yang rendah. Melalui pendekatan fenomenologi
psikologis, penulis melakukan observasi dan deskripsi sistematis atas
pengalaman individu yang sadar dalam mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Data fenomenal yang dieksplorasi dalam penelitian ini mencakup persepsi,
perasaan, ingatan, gambaran, gagasan, dan berbagai hal lain yang hadir dalam
kesadaran individu (Misiak dan Sexton, 2005: 20). Dengan kata lain,
fenomenologi berusaha menemukan makna-makna psikologis yang terkandung dalam
fenomena melalui penyelidikan dan analisis contoh-contoh hidup (Giorgi dan
Giorgi dalam Smith, 2009: 53). Berdasarkan latar belakang yang telah penulis
paparkan di atas, maka penulis merasa tertarik dan perlu untuk melakukan
penelitian melalui pendekatan psikologi fenomenologi yang berjudul, ―Persiapan
Menghadapi Kematian: Studi Fenomenologi Psikologis pada Ibu-ibu Dewasa Madya di
Majelis Taklim Nurul Habib Bangil.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Masalah
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Berdasarkan paparan latar belakang masalah di
atas, maka masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah, ―Mengapa
seseorang yang berada di lingkungan religius tapi ia mengatakan tidak siap
untuk menghadapi kematian?‖. Sedangkan rumusan masalah yang sesuai dengan
tujuan penelitian ini adalah, ―Bagaimana anggota majelis taklim mempersiapkan
diri untuk menghadapi kematian?‖<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tujuan
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Tujuan umum dalam penelitian ini adalah
mengeksplorasi persiapan menghadapi kematian yang dilakukan ibu-ibu usia dewasa
madya dalam Majelis Taklim Nurul Habib, Bangil, Pasuruan. Adapun tujuan
khususnya adalah mendeskripsikan pengalaman individual dan upaya-upaya yang
dilakukan sebagai persiapan ibu-ibu dalam majelis taklim untuk menghadapi
kematian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Batasan
Penelitian<o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Pembatasan masalah disebut juga ruang lingkup
masalah yang akan diteliti, sebagai upaya membatasi masalah penelitian agar
tidak terlalu luas dan membingungkan. Adapun penelitian ini memiliki pembatasan
masalah sebagai berikut: 1. Lokasi: Penelitian ini dilakukan di salah satu
majelis taklim di kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Majelis taklim khusus
perempuan ini merupakan salah satu komunitas religi yang berada di kecamatan
Bangil. Mayoritas anggota majelis taklim ini adalah ibu-ibu yang bersuku-bangsa
Arab yang lahir di negara Indonesia. 2. Partisipan: Partisipan dalam penelitian
ini adalah ibu-ibu usia dewasa madya (40-60 tahun) yang menjadi anggota Majelis
Taklim Nurul Habib. 12 Partisipan dipilih secara purposive sampling, dimana
anggota majelis taklim yang memenuhi kriteria tertentu yang bisa menjadi
partisipan dalam penelitian. 3. Peristiwa: Didasarkan pada pendekatan
fenomenologi psikologis, penulis melakukan observasi dan deskripsi sistematis
pada kesenjangan yang terjadi antara penelitian terdahulu dengan realitas di
lapangan penelitian. Sehingga muncul pertanyaan, mengapa seseorang yang berada
di lingkungan religius tapi ia mengatakan tidak siap untuk menghadapi kematian?
4. Proses: Penelitian ini difokuskan pada makna dan esensi psikologis dari
pengalaman sadar partisipan penelitian dalam mempersiapkan diri menghadapi
kematian (mencakup persiapan dan kesiapan individu). Teknik dan instrument
pengumpulan data menggunakan open-ended questionnaire (saat penggalian data
awal), wawancara dengan pedoman umum, observasi, dan dokumentasi. Data
fenomenal yang dieksplorasi dalam penelitian ini mencakup persepsi, perasaan,
ingatan, gambaran, gagasan, dan berbagai hal lain yang hadir dalam kesadaran
individu terkait dengan persiapannya menghadapi kematian. <o:p></o:p></span></div>
<div align="justify" class="ep_field_para" style="font-family: verdana; font-size: 15px;">
<br /></div>
<span class="">Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :</span><span class=""><em style="font-family: verdana; font-size: 15px;">Persiapan menghadapi kematian: Studi fenomenologi psikologis pada ibu-ibu usia dewasa madya di Majelis Taklim Nurul Habib Bangil</em>" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini</span><br />
<a href="http://www.proskripsi.com/2015/06/pemesanan.html" style="font-family: "Times New Roman";">DOWNLOAD</a>Unknownnoreply@blogger.com1