Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Tuesday, February 8, 2011

Mendesain Media Pembelajaran 3


C. PENULISAN NASKAH MEDIA

1.    Pengertian Naskah Media
Istilah naskah mungkin tidak begitu asing buat Anda karena istilah ini juga digunakan untuk membuat media cetak seperti halnya buku, koran, majalah dan sebagainya. Namun demikian secara umum naskah dalam perencanaan program media dapat diartikan sebagai pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio sebagai acuan dalam pembuatan media tertentu, sesuai dengan tujuan dan kompetensi tertentu. Secara sederhana naskah juga dapat berupa gambaran umum media atau juga outline media yang akan dibuat. Mengapa naskah perlu dibuat? Hal ini perlu dilakukan karena media pembelajaran yang mengandung isi materi dan tujuan yang diharapkan tercapai, melalui naskah inilah tujuan dan materi tersebut dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar akan memiliki kesesuaian dengan tujuan.
Apakah setiap jenis media membutuhkan naskah? Dapat di pastikan bahwa setiap media apapun yang akan dibuat membutuhkan naskah dan perlu dibuat naskahnya, karena fungsi dari naskah adalah pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat media. Contohnya seorang programmer pembuat media pembelajaran berbantuan komputer, dalam memprogram media tersebut mengacu pada naskah, jika tidak ada naskah maka tidak mungkin program itu akan terwujud.  Dilihat dari formatnya naskah memiliki bermacam-macam jenis, tiap jenis memiliki bentuk yang berbeda. Namun demikian dilihat dari fungsinya sama, yaitu sebagai penuntun dalam memproduksi media, unsur-unsur audio, teks dan visual yang harus ditampilkan dalam media beserta urutannya dengan jelas tertera dalam naskah.

Bagaimana naskah bisa terwujud?, pertanyaan ini perlu kita kaji bersama, karena naskah yang baik, tidak dibuat secara spontanitas namun meliputi beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah berawal dari adanya ide  dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau reviu naskah, revisi naskah sampai naskah siap untuk diproduksi, lihatlat pada flowchart berikut :

Penjelasan :
Pembuatan naskah media diawali dengan ide atau gagasan. Menghasilkan media yang bagus diperlukan kreativitas dan ide cemerlang. Dengan demikian diperlukan pemikiran kira-kira ide seperti apa yang menarik namun tetep memiliki substansi materi yang jelas. Contoh : Jika kita akan membuat program media video untuk siswa SD Kelas IV dengan judul “Biasakan Membuang Sampah pada Tempatnya”, dengan judul yang sama kita dapat mengembangkannya menjadi beberapa ide. Untuk lebih jelasnya berikut ini beberapa ide / gagasan yang bisa dikembangkan:
Judul            : Biasakan Membuang Sampah pada Tempatnya
Tujuan          : Para siswa diharapkan memiliki kebiasaan untuk
                      membuang sampah pada tempatnya.
Sasaran         : Siswa Kelas IV SD
Jenis Media   : Video

Ide -1
Melalui format drama, dikisahkan dalam sebuah keluarga yang memiliki satu anak laki-laki. Anak ini memiliki kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan, hingga suatu saat ia kena batunya. Ia terjatuh hingga harus masuk ke rumah sakit karena kakinya terkilir gara-gara menginjak kulit pisang yang dibuangnya. Semenjak kejadian itulah ia tidak lagi membuang sampah sembarangan.


Ide - 2
Sebuah banjir hebat terjadi disebuah kampung, semua rumah tergusur oleh derasnya air yang terus meluap yang hampir menenggelamkan seisi rumah. Seorang anak sangat panik dan ketakutan,  berusaha meraih apa saja yang bisa dia raih untuk tidak terbawa hanyut air, tapi rupayanya ia hampir tenggelam. Untungnya ia langsung terbangun dari mimpinya, rupanya ia mimpi buruk karena merasa bersalah sering membuang sampah ke selokan dekat rumahnya. Semenjak mimpi itu ia rajin membuang sampah ditempat yang disediakan.


Ide - 3
Video dibuat dengan film animasi. Sekelompok lalat dan nyamuk sedang berdiskusi hebat, membicarakan nasibnya yang merana karena kekurangan makanan dan minuman, keluarga lalat dan nyamuk banyak yang busung lapar dan hampir mati, karena lingkungan disekitarnya bersih tidak ada sampah berserakan sedikitpun. Hal ini akibat masyarakat berpola hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan

Tahap kedua dalam pengembangan naskah adalah mengumpulkan data dan informasi untuk membuat, melengkapi dan memperkaya naskah tersebut. Mengumpulan bahan ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji literatur, melakukan survey sederhana atau juga terlebih dahulu dilakukan penelitian secara mendalam. Misalnya jika kita akan membuat media video dokumenter tentang kehidupan suku asmat di Irian jaya. Pada saat kita membuat naskah, maka selain kita mempelajari dari buku tentang suku Asmat mungkin lebih baik, kita melakukan observasi langsung ke lokasinya, berdialog, mengamati dan informasi yang kita peroleh sebagai bahan untuk membuat naskah.

Tahap ketiga adalah membuat sinopsis dan treatmen. Sinopsis secara singkat dapat diartikan sebagai ringkasan program atau ringkasan cerita. sinopsis ini diperlukan un­tuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah pemesan me­nangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin di capai dan menentukan persetujuannya. Dalam istilah yang lebih sederhana sinopsis dapat diartikan sebagai ringkasan cerita. Konsep sinopsis juga sering digunakan untuk kegiatan seni yang lain, misalnya dongeng, cerita bersambung, komik, pementasan teater, novel, media audio, media slide dan sebagainya. Pada dasarnya konsep sinopsis untuk film/video hampir sama dengan istilah siposis untuk yang lainnya. Dalam penulisannya, tidak diuraikan dengan kalimat yang panjang tetapi cukup beberapa kalimat saja, namun tercakup didalamnya : tema, event dan alur yang dikemas dengan kalimat yang sederhana dan mudah di pahami.
Contoh Sinopsis.

Contoh-1

"Episode menggambarkan suatu kecelakaan ka­pal 'Impian'. Dua orang, seorang kakek dan cucu gadisnya, berhasil menyelamatkan diri ke pantai pulau karang".
( Film : “Terdampar di Pulau Karang".)

Contoh-2

“Visualisasi video ini memperlihatkan proses pembuatan patung realistik (patung kepala manusia) dengan teknik cetak ulang atau cor bagan semen. Dimulai dengan pengenalan alat dan bahan,  desain, pembuatan model, pembuatan cetakan, pengecoran, penyempurnaan dan penyelesaiaan akhir.
(film pembelajaran Judul : Patung realistik Dengan Bahan Semen)

Contoh-3

Film ini menggambarkan perjuangan seorang lelaki muda yang berusaha bertahan hidup dan berusaha keluar dari sebuah pulau terpencil akibat kecelakaan pesawat terbang, hingga akhirnya dia selamat.
(film Layar Lebar “Case Away”).

Sedangkan treatment merupakan pengembangan dari sinopsis. Sinopsis dan treatment khususnya dibuat untuk media sound slide, film, video, program media audio. Setiap media sebaiknya memilki sinopsis, namun untuk treatment tidak perlu semua media, terbatas pada media yang membutuhkan gambaran alur cerita atau plot program dari awal hingga akhir penayangan. Misalnya pada program video, film, slide, film strip dan lain-lain. Secara sederhana yang dimaksud dengan treatment seperti halnya seorang anak yang menceritakan kembali film yang dia tonton kepada temannya dari mulai hingga film berakhir. Untuk lebih jelasnya, berikut kita simak contoh sinopsis sebuah video pembelajaran yang kemudian di jabarkan dalam sebuah treatment.
Treatment, Agak berbeda dengan sinopsis, treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara deskriptif (bukan tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa pembelajaran (instructional event) nantinya akan digarap. Kalau pada sinopsis  penulisannya dibuat sedemikian singkat, akan tetapi dalam treatment semua alur cerita yang akan ada dalam video tersebut diuraikan dari awal kemunculan gambar sampai program berakhir diuraikan secara deskriptif. Secara sederhana, penulisan treatment sama dengan kita menceritakan kembali pengalaman menonton film kepada orang lain, dimana kita bercerita bagaimana kronologis  jalan cerita film tersebut. Namun demikian dalam pembuatan storyboard belum menggunakan istilah-istilah teknis dalam teknik video, penggunaan istilah teknis baru dilakukan pada pembuatan shooting skript.

Sebagai ilustrasi pembanding, di bawah ini akan anda lihat suatu tratment yang dikembangkan dengan tema yang sama.yaitu "'Terdampar di Pulau Karang".
Contoh Treatment-1
"Cerita diawali dengan fajar menyingsing di ufuk timur sebuah pulau karang yang, sepi dan gersang. Di kejauhan masih nampak samar-samar bangkai kapal "Impian" yang terdampar. Dua Bosak tubuh kelihatan bergelantungan pada se­bilah papan yang terapung-apung tidak jauh dari tempat kejadian. Dengan susah payah mereka, mulai berenang-renang menempuh gelombang dan berjalan tersuruk-suruk menuju pantai pulau karang yang gersang diiringi gemericiknya riak gelombang air laut yang kini telah mulai reda, dan seterusnya".
Contoh Treatment-2
Judul : Patung Realistik Dengan Bahan Semen
Visualisasi diawali dengan penayangan judul program, kemudian tampak ruang studio patung yang memperlihatkan  berbagai jenis patung, khusus pada patung yang dibuat dari bahan semen ditayangkan lebih lama. Setelah itu, tayangan berganti pada alat-alat dan bahan-bahan yang ada disekitar studio, ditata dengan rapi di atas meja peraga. Berikutnya kata pengantar disampaikan oleh presenter pengetahuan dasar-dasar mematung dan langkah-langkah mematung. Visualisasi berikutnya sebagai kegiatan ini ditayangkan peragaan oleh presenter tentang cetak ulang atau teknik cor. Kegiatan ini ini diawali dengan kegiatan desain, pembuatan model, cetakan, pengecoran, hingga penyempurnaan dan penyelesaian akhir.
A.   Jenis Naskah Media

a.    Naskah Media Audio
Media audio adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk audio atau suara dan untuk menerima informasi tersebut menggunakan indra pendengaran. Format sudio yang dapat disajikan adalah suara manusia (naratif), musik, lagu / vocal, dan sound efek. Dengan format tersebut informasi dikemas sedemikian rupa sehingga membutuhkan daya imajinasi untuk membuat program audio lebih hidup dan menarik. Dilihat dari bentuknya yang termasuk media audio diantaranya audio rekaman, radio siaran dan audio di laboratorium bahasa.

Sajian informasi dalam media audio dapat dikemas menjadi beberapa format sajian, diantaranya :
     Dialog atau Diskusi. Format ini menyajikan dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama, membicarakan satu tema yang berisi materi pembelajaran. Kelebihan format ini menyajikan informasi yang dibahas oleh dua atau lebih orang yang memiliki pemahaman yang berbeda, sehingga informasi menjadi lebih banyak.
     Tutorial. Ciri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak, yaitu siswa yang diberi bimbingan dan tutor yang memberikan bimbingan. Pola tutorial biasanya lebih interaktif dan terbimbing, materi yang dibahas bisa lebih intensif karena jumlah siswa sedikit misalnya satu atau dua orang.
     Magazine. Sesuai dengan namanya magazine yaitu majalah, maka informasi yang disajikan pada program audio jenis magazine lebih banyak dan bervariasi. Namun demikian informasi tersebut tidak terlalu di bahas secara mendalam.
     Drama. Format ini menyajikan informasi dalam bentuk sajian drama. Seperti halnya drama, maka diperlukan adanya penokohan, alur cerita atau plot yang jelas, ada konflik dan penyelesaian konflik. Format drama banyak digunakan untuk menyajikan informasi pembelajaran, karena salah satu kelebihannya menarik dan tidak membosankan, namun jangan sampai substansi materi menjadi terabaikan.

Untuk dapat membuat naskah audio yang baik, terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur dalam media audio, sehingga unsur-unsur tersebut dapat dikombinasikan dalam naskah dengan baik. Unsur yang dimaksud adalah :
1.    Naratif atau suara yang dihasilkan dari suara manusia, baik dalam bentuk sajian informais oleh narator, dialog antar pemain ataupun monolog atau bicara sendiri. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan pada program audio adalah bahasa percakapan, bahasa lisan dan bukan bahasa buku atau bahasa tulisan, dengan demikian gunakanlah kalimat tunggal, kalimat yang pendek-pendek, kalimat yang panjang atau kalimat majemuk sulit untuk dicerna oleh pendengar. Sedapat mungkin kita menyajikan informasi dengan kalimat sederhana namun mudah dicerna, hindari menggunakan kata  asing yang orang tidak tahu artinya, kalaupun terpaksa harus menggunakannya, maka diperlukan informasi penjelasnya.

2.    Musik. Musik merupakan bagian penting dalam program audio setelah narasi. Musik memiliki fungsi untuk menimbulkan suasana yang mendorong siswa untuk memudahkan mencerna informasi. Selain itu musik juga menimbulkan ketertarikan siswa, mengurangi kebosanan. Musik juga dapat mempengaruhi kejiwaan pendengarnya, jika sajian informasi lebih bersifat ajakan persuasif maka diperlukan musik dengan bit yang cepat dan semangat. Juga sebaliknya jika pesan bertema kesedihan dan musik yang ditampilkan bernada ceria maka akan menimbulkan kejanggalan. Dengan demikian diperlukan pemilihan musik yang sesuai.

·         Musik Tema : Musik yang menggambarkan watak atau situasi tertentu sesuai dengan program sajian. Musik tema dibuat secara khas, harus berbeda dengan musik yang sudah ada sehingga menjadi icon ciri khas dari sebuah program audio. Sehingga jika orang lain di manapun mendengar sebuah musik tema tertentu maka langsung dia tahu bahwa ada program tersebut.
·         Musik Transisi : Digunakan untuk menghubungkan dua adegan, durasi musik ini tidak perlu panjang cukup 15 sampai 20 detik. Hal ini perlu diperhatikan karena pergantian adegan tanpa disertai dengan musik transisi, membuat perpindahan menjadi kaku, tidak smooth.
·         Musik Jembatan : Musik ini hampir mirip fungsinya dengan musik transisi. Terutama digunakan untuk menandai perpindahan antar adegan yang situasinya berbeda. Misalnya situasi di dalam ruangan, berpindah ke luar rungan, situasi masa sekarang kembali menceritakan situasi masa lalu dan sebagainya.
·         Musik Latar Belakang. Jenis musik ini disebut juga “background music” digunakan untuk mememperkuat sebuah situasi tertentu. Musik ini mengiringi sajian utama misalnya dialog, drama, narator. Karena sifatnya pelengkap untuk menambah suasana lebih kondusif, maka perlu diatur intensitas volume musik latar belakang ini tidak terlalu dominan, jika di prosentasikan cukup dengan 25% dari 100% volume suara.

3.    Peristilahan Teknis. Membuat naskah audio diperlukan pengetahuan tentang istilah-isilah teknis, diantaranya “
·         ANNOUNCER (ANN)    : Pihak yang memberi informasi tentang suatu acara akan di sampaikan. Dapat juga dikatakan bahwa announcer berfungsi untuk membuka sebuah program audio.
·         NARRATOR (NAR)      : Fungsinya hampir sama dengan fungsi announcer, namun kalau narator menginformasikan sajian materi. Jadi narator sudah berada di dalam program. Apa yang disampaikan oleh narator sudah menjadi bagian dari isi program audio.
·         MUSIK   : Musik perlu dituliskan di dalam naskah, yang menunjukan bahwa pada adegan tersebut perlu disisipkan musik yang sesuai.
·         SOUND EFFECT (FX)  : Adalah suara-suara yang terdapat dalam program audio untuk mendukung terciptanya suasana  atau situasi tertentu. Sound Effect dapat berupa suara alamiah, atau sengaja dibuat dengan manifulasi tertentu. Misalnya suara burung berkicau, suara gaduh, suara keramaian, suara letusan, dan lain-lain.
·         FADE IN DAN FADE OUT      : Adalah simbol yang artinya bahwa pada adegan tersebut musik masuk secara  perlahan (fade in) dan jika musik sedang berjalan maka hilangnyapun secara perlahan (fade out).
·         OFF MIKE: Situasi dimana suara yang ditimbulkan seolah-olah dari kejauhan. Untuk menimbulkan efek ini sumber suara harus menjauhi mike.
·         IN-UP-DOWN-UNDER-OUT : Simbol ini menjelaskan bahwa musik masuk secara perlahan (IN), kemudian naik (UP) setelah musik naik secara optimal maka diperlukan untuk kembali turun secara cepat (DOWN), kemudian musik perlaha rendah dan terus bertahan rendah selama beberapa menit (UNDER) sampai akhirnya musik perlahan hilang (OUT).

4.    Format Naskah
Format naskah audio yang umum digunakan adalah menggunakan format dua kolom, seperti contoh berikut ini :


NO


PELAKU / JENIS SUARA

TEKS / ISI SUARA



Untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh naskah di bawah ini.

b.    Naskah Media Video
Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual. Unsur suara yang ditampilkan berupa : narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa : gambar / foto diam (still image), gambar bergerak (motion picture), animasi, dan teks.

1. Format Naskah
Keterangan-keterangan yang didapat dari basil eks­perimen coba-coba dengan storyboard tersebut kemu­dian dituangkan dalam bentuk skrip atau naskah pro­gram menurut tata urutan yang dianggap sudah be­nar. Dalam pembuatan program film maupun video, skrip atau naskah program ini merupakan daftar rang­kaian peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi penuturan menuju tujuan perilaku belajar yang ingin dicapai. Format penulisan skrip untuk program film dan program video pada prinsipnya sama, yaitu dalam bentuk ha­laman berkolom dua; sebelah kiri untuk menampil­kan bentuk visualisasinya dan sebelah kanan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan suara ter­masuk dialog, narasi, musik maupun efek suara. Tujuan utama suatu skrip atau naskah program ada­lah  sebagai peta atau bal1an pedoman bagi sutradara dalam mengendalikan penggarapan substansi materi ke dalam suatu program. Karena itu skrip yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, sasaran, sinopsis, treatment. Yang terpenting dalam sebuah storyboard termuat unsur video dan audio, memudahkan bagi pemain, sutradara dan kameramen dalam kegiatan latihan dan persiapan shooting. Para pemain yang berperan dalam video tersebut menghapalkan naskah dan dialog berdasarkan naskah.


VIDEO
AUDIO





Pada kolom video berisi semua kejadian/event yang perlu divisualisasikan dalam keseluruhan isi film dari awal sampai akhir program. Apa yang kita inginkan tampak dalam layar monitor diisikan dalam kolom video ini.

Pada kolom Audio berisi semua unsur audio baik berupa suara manusia (narator atau presenter), musik, dan sound effect.
Contoh Naskah Skenario :
Judul : Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah
NO
VIDEO
AUDIO
SCENE
1
Muncul Logo pembuka, pembuat program disertai tulisan PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN SEKOLAH  disusul dengan persembahan judul
MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
MUSIK JINGGLE
2
Animasi pembuka berisi cuplikan cuplikan video siswa sedang membaca, tumpukan buku, rak-rak buku, siswa sedang membuka katalog, dll disertai tulisan kerabat kerja.
MUSIK INSTRUMEN
3
Pemandangan suasana kota, gedung-gedung bertingkat  hiruk pikuk orang lalu lalang dan beberapa fasilitas belajar seperti perpustakaan

NARRATOR (OFF CAMP) :
Kemajuan Indonesia saat ini sangat ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu cara untuk mewujudkan sumber daya yang tinggi adalah dengan menumbuhkan minat membaca sejak usia dini. Perpustakaan adalah solusi untuk menumbuhkan minat baca anak mulai di tingkat sekolah dasar.

Dan seterusnya…

SCENE
4
Suatu siang di sebuah sekolah Dasar, tampak lokasi sekolah dari luar

5
Disebuah ruangan kelas, seorang guru sedang mengajar dihadapan 30 orang siswa.

Musik



6
Dari halaman sekolah, terlihat seorang guru keluar dari kelas menghampiri lonceng, sejenak melihat jam dan langsung memukul lonceng.
SUARA BEL
7
Kembali ke ruangan kelas, dimana seorang guru sedang mengajar.
Guru : “Ada yang mau bertanya ?”
Siswa  (Terdiam)
Guru : “Kalau tidak ada yang
            bertanya, kalian boleh keluar”
8
Anak-anak berhamburan keluar ruangan untuk beristirahat.
Suara riuh anak-anak
9
Di sebuah sudut halaman sekolah, tampak seorang siswa perempuan sedang asyik membaca, dihampiri oleh 3 orang temannya.
Siswa-1 : “ Kamu sedang baca buku
                 apa?”
Siswa-2 :”Buku Sejarah”
Siswa-3 :”Bukunya baru beli ya?”
Siswa-2 :”Enggak kok, aku baru beli
                dari perpustakaan”
Siswa-1 dan Siswa-2 (bicara bersamaan) : “Perpustakaan”
Siswa-2 : “Iya, perpustakaan sekolah
                Kita”
Siswa-1 :”Emang bukunya boleh
                dipinjam dan di baca?”
Siswa-2 : “Boleh”
Siswa-3 : “Ada buku apa saja di
                sana?”
Siswa-2 :”Banyak deh”
Siswa-3:” Kalau begitu antar kami ke
                sana ya..”
dan seterusnya..


2. Shooting Skript / Skenario
Bila di atas disebutkan bahwa skrip terutama dituju­kan untuk bahan pegangan sutradara dan pemain,  skenario lebih merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Jadi skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat produksi yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional. Petugas yang membutuhkan diantaranya : editor/penyunting gambar, kameramen, pencatat adegan, sound man, dll. Dalam skenario inilah beda antara film dan video akan tampak karena video mempunyai efek visual tertentu yang tidak dimiliki oleh media film, misalnya dissolve, wipe, superimpose, split ima­ge, dan sebagainya.

Pengaruh lain yang juga akan ter­cermin dalam penulisan skenario adalah beda dalam pendekatannya. Bila dalam pendekatan film perpin­dahan umumnya bersifat 'cut- to-cut' dan pengambilan­nya boleh meloncat-loncat dengan pengelompokan menurut keadaan waktu, cuaca, lokasi maupun sifat­nya (di dalam atau di luar gedung studio), perpindah­an dalam pendekatan video dapat transisional dan ber­sifat sekuensial. Dengan singkat, skenario untuk pro­gram video mempergunakan lebih banyak istilah-is­tilah atau "bahasa" produksi dan petunjuk-petunjuk teknis operasional bagi kerabat dan teknisi produksi.
Contoh shooting skript / skenario
NO
VIDEO
AUDIO
SCENE
1

IN BLACK
ZI : LOGO PERPUSTAKAAN NASIONAL

CAPTION  (FI/FO):
PROYEK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN SEKOLAH 

CAPTION JUDUL  (FI/FO)
MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

MUSIK JINGGLE
FI-FU
2

IN BLACK
ECU : Membuka Buku (Slow Motion)

DISSOLVE TO
CU : Siswa Sedang Membaca
INS :CAPTION
Ide Cerita :
Drs. Rachmat Natawijaya
DISSOLVE TO
ZI : Plang Perpustakaan
DISSOLVE TO
Tumpukan Buku

CUT TO
PAN LEFT : Rak Buku Di  Perpustakaan

Dan seterusnya….

MUSIK INSTRUMEN

3

DISSOLVE TO
HA : Patung Bundaran Hotel Indonesia

CUT TO INS.
Gedung-Gedung Bertingkat

CUT TO
LS : Orang Lalu Lalang

DISSOLVE TO ;
PAN LEFT ; Ruangan disebuah perpustakaan

Dan seterusnya…..



NARRATOR (OFF CAMP) :
Kemajuan Indonesia saat ini sangat ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu cara untuk mewujudkan sumber daya yang tinggi adalah dengan menumbuhkan minat membaca sejak usia dini. Perpustakaan adalah solusi untuk menumbuhkan minat baca anak mulai di tingkat sekolah dasar.


Dan seterusnya…




SCENE
3

IN BLACK
FI /ESTABLISHING SHOOT :

ZI : Perpustakaan sekolah, DISSOLVE TO :
PAN RIGHT  : setting sekolah dari luar


4
CUT TO :
LS : Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
CUT TO ;
Siswa  sedang memperhatikan guru mengajar.



Musik



5
CUT TO
LS Dan PAN LEFT :
Seorang guru keluar dari kelas menghampiri lonceng

CUT TO
ECU : jam tangan guru

CUT TO :
HA : guru sedang memukul lonceng.

SUARA BEL
6
CUT TO
LS : di ruangan kelas, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.

Guru : “Ada yang mau bertanya ?”
Siswa  (Terdiam)
Guru : “Kalau tidak ada yang
            bertanya, kalian boleh keluar”
7
CUT TO :
LS : Anak-anak berhamburan keluar ruangan untuk beristirahat.
CUT TO :
ECU : kaki kai siswa berlarian

Suara riuh anak-anak
8
LA : Di sebuah sudut halaman sekolah, tampak seorang siswa perempuan sedang asik membaca, dihampiri oleh 3 orang temannya.
]
CUT TO
CU : siswa 1
CUT  TO OSS : siswa 2
CUT TO : siswa 3
CUT TO OSS : siswa 2
CUT TO ; siswa 1 dan 3

Dan seterusnya…
Siswa-1 : “ Kamu sedang baca buku
                 apa?”
Siswa-2 :”Buku Sejarah”
Siswa-3 :”Bukunya baru beli ya?”
Siswa-2 :”Enggak kok, aku baru beli
                dari perpustakaan”
Siswa-1 dan Siswa-2 (bicara bersamaan) : “Perpustakaan”
Siswa-2 : “Iya, perpustakaan sekolah
                Kita”
Siswa-1 :”Emang bukunya boleh
                dipinjam dan di baca?”
Siswa-2 : “Boleh”
Siswa-3 : “Ada buku apa saja di
                sana?”
Siswa-2 :”Banyak deh”
Siswa-3:” Kalau begitu antar kami ke
                sana ya..”
dan seterusnya..


Dengan demikian seorang penulis naskah dan shooting skript video harus memahami istilah-istilah teknis yang ada dalam teknik produksi video.

3.   Petunjuk pengambilan Gambar
Petunjuk pengambilan gambar adalah posisi pengambilan oleh kamera pada objek yang diambil. Secara mendasar terdapat 3 cara pengambilan, yaitu :
1.    Long shot (LS), yaitu pengambilan yang memper­lihatkan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi dan perbandingannya.
2.    Medium shot (MS), yaitu pengambilan yang mem­perlihatkan pokok sasarannya secara lebih dekat dengan mengesampingkan latar-belakang maupun detail yang kurang perlu.
3.    Close-up (CU), yaitu pengambilan yang memfo­kuskan pada subjeknya atau bagian tertentu. Lain­nya dikesampingkan supaya perhatian tertuju ke situ.
Kadang-kadang di luar ketiga pengambilan dasar (ba­sic shots) tersebut orang masih menambahkan dua lagi, yaitu XLS (extreme long shot) dan XCV (extreme close-up). Sedangkan di antara LS dan CU ditambahkan dua lagi, yaitu MLS (medium long shot) di antara LS dan MS, dan MCU (medium close-up) diantara MS dan CU.

4.    Gerakan Kamera
Visualisasi yang tampak pada layar pada dasarnya hasil dari kerja kamera video yang merekam objek dengan posisi yang berbeda-beda. Perbedaan letak dan posisi serta gerakan objek yang tampak pada layar adalah akibat dari gerakan-gerakan yang ditimbulkan dari kamera. Seorang skriptwriter harus mengetahui petunjuk-petunjuk yang berhubungan de­ngan gerakan kamera, seperti:
1.    pan right, menggerakkan kamera kekanan
2.    pan left, menggerakkan kamera ke kiri
3.    tilt up, menggerakkan kamera ke atas
4.    tilt down, menggerakkan kamera ke bawah
5.    zoom in, mengatur pengambilan ke arah CU
6.    zoom out, mengatur pengambilan ke arah LS
7.    dolly in (track in), mendorong kamera ke arah subjek
8.    dolly out (track out), menarik kamera menjauhi subjek camera follow, kamera mengikuti ke mana perginya subjek.

5.    Efek Visual Dasar
Selain gerakan kamera, perubahan visual yang ditimbulkan pada video dan  diakibatkan oleh efek visual. Edef visual dasar ini sering disebut dengan transition devise .Penggunaan efek visual dasar seperti:
1.    fade in, pengambilan oleh kamera tertentu mulai ma­suk perlahan Iahan.
2.    fade out, pengambilan oleh kamera tertentu mulai memutar secara perlahan.
3.    super atau superimpose, penampilan sesuatu (biasanya titel atau caption) ke atas pengambilan yang ada.
4.    dissolve, pembauran secara perlahan menggantikan yang sebelumnya.
5.    wipe, mengganti pengambilan sebelumnya dengan efek penghapusan.
Pentahapan dari konsep ke skenario ini tidaklah me­rupakan keharusan, misalnya ada yang menganggap story­board tidak perlu sebab koreksi atas kelancaran arus ceri­tera dan kontinuitas akan dilaksanakan dalam proses pe­nyuntingan (editing). Bahkan tata urutan atau sekuens instruksional epidose biasanya sudah terikat pada garis ceriteranya (plot).
Kadang-kadang tidak dibedakan antara skrip dan ske­nario. Sehingga hanya terdapat tiga langkah saja dalam tek­nik penulisan naskah (film maupun "video), yaitu sinopsis, treatment, dan skenario seperti yang dikemukakan Yusach Biran. Dalam hal yang demikian yang disebut skrip atau naskah program adalah keseluruhan kumpulan bahan yang tersebut di atas.

c.    Naskah Media Grafis
Media yang cukup banyak digunakan guru dalam pembelajaran adalah jenis media grafis. Apa saja jenis media grafis itu? Media grafis  adalah media yang dihasilkan dengan cara dicetak melalui teknik manual atau dibuat dengan cara menggambar atau melukis, teknik printing, sablon, atau offset, sehingga media ini disebut juga media printed matterial atau bahan-bahan yang tercetak. yang termasuk media grafis diantaranya : bagan, poster, grafik, diagram, karikatur, komik pendidikan, dan media foto. Dalam perkembangannya membuat media cetak menjadi lebih praktis dibandingkan dengan cara manual. Membuat media grafis dengan manual menuntut keterampilan dan keahlian khusus yaitu menggambar dan melukis dan kita sadari kemampuan ini tidak semua guru memilikinya. Kemudahan dalam pembuatan media grafis sekarang ini karena dibantu dengan menggunakan komputer.

Prosedur umum dalam merancang media grafis dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
·         Pertama mengidentifikasi program, dalam hal ini tentukanlah : Nama mata pelajaran, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan, dan sasaran, sasaran yang dimaksud di sini adalah siswa yang akan menggunakan media tersebut posisinya berada di kelas berapa, dan semester berapa.
·         Kedua, mengkaji literatur, dalam membuat media cetak ini guru selanjutnya menentukan isi materi yang akan disajikan pada kedua media tersebut. Perlu diketahui bahwa menentukan isi yang akan disajikan pada media cetak dan media presentasi bukan memindahkan semua isi dalam buku teks, namun perlu di kemas sedemikian rupa sehingga materi pelajaran dapat divisualisasikan lebih tepat, merangkum materi yang disampaikan, jelas dan menarik minat dan perhatian siswa.
·         Ketiga membuat naskah. Naskah untuk media grafis berisi sketsa visual yang akan ditampilkan berisi objek gambar, grafik, diagram,objek foto dan isi pesan visual dalam bentuk teks. Naskah untuk media presentasi berupa storyboard dengan format double colom berisi kolom visual yang diisi dengan semua tampilan dalam bentuk visual dan kolom audio.
·         Kegiatan Produksi. Media cetak dapat dibuat secara manual atau menggunakan komputer. Cara manual berarti diperlukan keterampilan khusus untuk menggambar, melukis atau membuat dekorasi objek grafis. Bahan-bahan yang digunakan berupa media kanvas atau kertas, cat air atau cat minyak, kuas, minyak, berbagai bentuk dan bahan kertas, spon, steryoform, dan lain-lain. Cara kedua menggunakan komputer grafis menggunakan software aplikasi pengolah gambar dan dicetak secara digital menggunakan printer warna.
 Proses Pengembangan Media Grafis


Naskah media grafis tidak selengkap media audio dan video, namun cukup mempersiapkannya dalam bentuk sketsa atau outline visual. Sketsa berhubungan dengan bentuk objek, banyaknya objek dan jenis objek yang akan divisualisasikan. Dalam naskah, objek tidak dibuat secara utuh namun dalam bentuk sketsa menggunakan pensil atau spidol warna hitam.  Outline visual, berhubungan dengan komposisi dan pengaturan penempatan setiap objek yang ditampilkan, misalnya teks akan ditempatkan dimana, apa isi teksnya, berapa karakternya. Begitu juga dengan gambar, foto atau grafis, bagaimana penempatannya, sehingga terlihat harmonis. Lihatlah contoh sketsa berikut ini :


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment