Abstract
INDONESIA:
Dalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas, yaitu (1) Bagaimanakah peran wanita dalam rumah tangga sebagai penopang kebutuhan dasar keluarga(1) bagaimana wanita mensinergikan antara kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan penopang (pembantu) kebutuhan dasar rumah tangga di Desa Pohsangit Leres Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui peran wanita dalam masyarakat pedesaan terutama sebagai wanita pekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan mengetahui bagaimana ibu rumah tangga mensinergikan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan sumber data berupa data primer yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan pencatatan langsung di lapangan. Penelitian peran wanita dalam masyarakat pedesaan ini juga dipergunakan data sekunder, seperti buku, dokumentasi dll. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Pada masyarakat petani di Desa Pohsangit Leres terdapat tiga bentuk peranan wanita dalam kehidupan keluarganya, yaitu: dalam pendapatan keluarga, dalam pengelolaan keuangan dan dalam pengaturan kerumahtanggaan. Dalam usaha ikut serta membantu pendapatan keluarga, bentuk partisipasi para wanita petani di Desa Pohsangit Leres ada tiga hal yaitu: (1) bekerja dalam sektor pertanian, (2) bekerja dalam sektor perdagangan, (3) membantu memelihara ternak suami. Berdasarkan hal di atas wanita petani di Desa Pohsangit Leres mempunyai peran ganda, yaitu peran publik dan peran domestik untuk membantu kehidupan ekonomi keluarganya.
Sementara untuk mensinergikan antara kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan penopang kebutuhan dasar keluarga, mereka kerjakan dalam waktu bersamaan, sehingga kedua tugas tersebut bisa berjalan dengan lancar tanpa meninggalkan salah satu tugasnya sebagai wanita, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai penopang kebutuhan hidup keluarga.
ENGLISH:
This analysis is discussed about some the following problems: (1) how is the role of women in household as the primer need provider of family, (2) how is the women who make a synergy between their responsibilities as housewife and supporter (helper) for the primary need of household in Pohsangit Leres, Sumberasih subdistrict of Probolinggo district. This analysis is aimed to know the role of women in countryside society especially their role as wife and provider the primer need of household and also to know how these wives are make a synergy between their responsibilities as the worker women and as the housewife.
This analysis is using the qualitative approach, with the data source of primer that obtained from observation result, interview and direct recorded in field. The analysis of women role in countryside is also used the secondary data such as books, documentation etc. The technique of collecting data is by using a field observation, interview and documentation.
For farmer societies in Pohsangit Leres, There are three types of women role for their family life, which are family income, finance management and arrangement in household. In participating for family income, these women are had done three effots; (1) working in farming sector, (2) working in trade sector, (3) taking care of their husband animals. Based on above reasons so farmer who lived in Pohsangit Leres has multiple roles that are public role and domestic role in helping their economics family life.
In addition that for make a synergy between their responsibility as housewife and provider the family needs, so they had done them in concurrently so that both of responsibilities were run well and never lost one of their duty as women, either as housewife or as provider of family life needs.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Telah banyak diketahui bahwa kajian tentang
wanita, khususnya di Indonesia, sejak satu-dua dekade terakhir—tepatnya pasca
tumbangnya rezim Orde Baru—mulai sering diangkat ke permukaan. Hal ini seiring
dengan munculnya konsep kesetaraan dan kemitraan antara wanita dengan pria
serta meningkatnya kualitas peranan mereka dalam berbagai aspek kehidupan,
terutama di sektor publik (keikutsertaan mereka dalam mencari nafkah). Sehingga
eksistensi peranan mereka pun telah pula dituangkan dalam GarisGaris Besar
Haluan Negara (GBHN) sebagai salah satu program nasional yang mengharuskan
adanya lembaga/kementerian khusus yang mengurus tentang 2 peranan wanita atau
yang sekarang dikenal dengan Kementerian Pemberdayaan Wanita. Eksistensi wanita
tidak hanya berdampak terhadap diri dan keluarganya, tapi juga sangat
berpengaruh terhadap masyarakat, bangsa dan negaranya. Bahkan kebahagiaan dan
kehancuran negeri tergantung pada eksistensi wanita. Wanita yang terdidik
dengan baik akan melahirkan generasi yang baik dan memakmurkan negeri. 1 Dengan
tegas agama juga memberi perhatian khusus kepada wanita, Allah SWT berfirman: 4ÇËËÑÈ....Å$rá÷èpRùQ$$Î/£ `Íkön=tã Ï%©!$#@÷WÏB£`çlm;ur ã
"dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf"2 Ayat tersebut mengindikasikan betapa Islam sangat
memuliakan wanita, sekalipun ada banyak opsi tentang wanita yang
disalahmengerti. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa agama, khususnya Islam
terlalu protektif terhadap ruang gerak wanita, cenderung membatasi mereka,
sehingga banyak fenomena penindasan dan ketidakadilan bagi kaum Hawa. Hal ini
tidak benar, sebab spirit Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW sejatinya
membebaskan wanita. 3 Pola-pola kaum pria yang otoriter pada semua bidang
kehidupan tersebut mengakibatkan terbatasnya partisipasi kaum wanita dalam
aktifitas kehidupan 1 Ayatullah Khomeini, Kedudukan Wanita, (Jakarta: Pustaka
Lentera, 2004), 45. 2 Al-Baqarah (02):228 3 Muhammad Rasyid Al-Uwayyid,
Pembebasan Wanita, (Jogjakarta: Izzan Pustaka, 2002),vii 3 di luar lingkungan
keluarga. Maka, sejak zaman purba sampai pada abad atom dan modern sekarang,
dominasi dan penguasaan kaum laki-laki pada hampir semua segi kehidupan menjadi
bagian terintegrasi dari masyarakat manusia; baik yang tradisional maupun yang
modern.4 Hal itu wajar terus menggeliat karena populasi wanita lebih signifikan
dari pada laki-laki. Hal inilah yang secara alamiah menyebabkan wanita harus
memiliki ruang lebih untuk tampil mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan
sosial, tentu saja dengan tidak mengorbankan rumah tangga dengan posisinya
sebagai seorang isteri. Sebab pada titik ini banyak sekali hal-hal yang
bertolak belakang seiring dengan maraknya gerakan dan pemberdayaan kaum wanita,
misalnya melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kaum feminis yang kadang
justeru memperlebar jarak mereka dengan keluarga mereka sendiri. Akan tetapi
peranan wanita dalam memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga tentu saja dipicu
oleh situasi rawan dalam kehidupan ekonomi mereka. Situasi ini bernama
kemiskinan. Kemiskinan (poverty), terutama pada masyarakat tani pedesaan
merupakan masalah utama perekonomian. Tingginya angka kemiskinan dapat
mengurangi prestasi pemerintah dalam kegiatan pembangunan, karena salah satu
sasaran dari pembangunan adalah memperbaiki kondisi ekonomi suatu kelompok
menjadi lebih baik. Kegiatan pembangunan yang tidak mengubah kondisi kemiskinan
akan menyisakan masalah yang memicu permasalahan sosial dan politik. Stabilitas
negara akan terganggu dan biasanya secara 4 Kartini Kartono, Psikologi Wanita,
Wanita Sebagai Ibu dan Nenek Jilid II (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), 3 4
simultan akan berbalik mengganggu kinerja perekonominan yang sedang dibangun.
Yang penting digarisbawahi dari wacana kemiskinan dan pembangunan adalah desa
dan kondisi masyarakat tani pedesaan sejatinya adalah kekuatan ekonomi yang
sangat sentral. Karena itu, masalah kemiskinan telah menjadi agenda bersama
setiap negara yang tergabung dalam membangun komitmen tujuan pembangunan
millenium (Millenium Development Goals, MDGs). Tujuan ini memiliki kekuatan
mengikat bagi pemerintah setiap negara untuk memberikan kontribusi dalam
mengurangi populasi penduduk miskin dunia melalui basis wilayah pembangunan
masing-masing, tanpa terkecuali sektor pertanian tentu saja peranan wanita
dalam masyarakat pedesaan itu sendiri. Peranan wanita dalam konteks berbangsa
dan bernegara tidak hanya terlihat pada masyarakat perkotaan, tapi juga pada
masyarakat pedesaan dan bahkan penduduk pedalaman yang notabene berlatar
belakang pendidikan rendah, dan menganut budaya patriarki. Namun demikian,
kurang atau tidak tercukupinya kebutuhan ekonomi sangat memantik setiap wanita
untuk bersikap responsif, yakni berpartisipasi memenuhi basic need. Di sisi
lain, sejak kecil mereka sudah terbiasa membantu tugas dan pekerjaan orang tua
mereka. Dalam dewasa ini hal tersebut di kenal dengan sebutan wanita karir.
Istilah baru yang digunakan untuk menyebut wanita yang bekerja di luar rumah
mencari nafkah, adalah wanita professional. Namun demikian, menyebutnya sebagai
mahluk jenis ketiga. Mereka disebut demikian, karena 5 sehari-harinya mereka
lebih suka berjejal di lapangan kerja, yang semestinya menjadi tugas laki-laki,
daripada tetap pada fitrahnya.5 Peran wanita dalam menopang ekonomi keluarga
sangat penting, bahkan ada yang menjadi tulang punggung keluarga. Perjuangan
yang mereka alami bukanlah takdir Tuhan semata. Tak lain karena selama ini
pemerintah sendiri tidak pernah memperhatikan hak-hak warganya. Khususnya para
wanita yang berdomisili di pedesaan. Mereka jarang mendapatkan pembinaan serta
bantuan dari pemerintah, tak jarang posisi wanita menjadi polemik di tengah
masyarakat ketika mereka harus bekerja untuk mempertahankan dapur supaya tetap
mengepul. Bekerja serabutan akan dijalaninya, tak peduli harus memeras keringat
dan membanting tulang, seperti pada kelas pekerja buruh tani, pedagang sayur
dan penjahit dan lain-lain. Namun sayang jasa wanita dihargai jauh lebih rendah
dari pada laki-laki, dengan anggapan bahwa kerja laki-laki lebih berat. Dengan
begitu, posisi kaum laki-laki sebagai raja di dalam keluarga, masyarakat,
organisasi, serta di tempat-tempat mereka bekerja, dan wanita sebagai batur
alias pembantu, tetap kukuh dan tak tergoyahkan.6 Setting sosio-kultural
masyarakat pedesaan yang cenderung homogen pada satu bidang mata pencaharian
misalnya pertanian, berpengaruh pada perputaran roda ekonomi mereka.
Implikasinya, banyak penduduk pedesaan yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Keadaan ini pada tingkat akumulasi tertentu akan menggerakkan para wanita untuk
tidak hanya duduk manis dan 5Muhammad Thalib, Solusi Islami Terhadap Dilema
Wanita Karier (Yogyakarta: Wihdah Press,1999), 15 6 Muhammad Sobary, “Menakar
Harga Wanita,” Wanita Dalam Budaya Dominasi Simbolis dan Actual Kaum Lelaki
(ed) et. al., Syafiq Hasyiim (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), 83 6 berdiam diri
di rumah. Wanita yang berstatus sebagai isteri pun berhamburan membantu suami
ke luar rumah. Hal ini bukan semata-mata kemauan para wanita atau para isteri,
tapi karena tuntutan asap dapur atau beban hidupnya yang diharuskan bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri. Kompetisi hidup dan tekanan
ekonomi global dewasa ini membuat para wanita harus bekerja di segala bidang.
Berbagai jenis pekerjaan dilakukan seperti pembantu rumah tangga, pedagang,
buruh, pendidik, dan sebagainya. Terlepas dari latar belakang wanita tersebut
yang terpenting adalah bahwa mereka bekerja karena mereka membutuhkan pekerjaan
sebagai pemenuhan kebutuhan pokok hidup mereka sendiri.7 Telah mafhum kiranya
bahwa Indonesia adalah negara beriklim tropis yang sangat cocok dengan dunia
pertanian, oleh karena itu negara kita sering disebut negara agraris. Seturut
dengan itu, diakui bahwa peranan wanita dalam lingkungan keluarga/rumah tangga
(domestic sector) dan lingkungan masyarakat (public sector) merupakan isu
sentral yang sering dipermasalahkan dalam konteks pemenuhan kebutuhan dasar
keluarga, khususnya keluarga petani dalam masyarakat pedesaan. Pada praktiknya,
jika ekonomi keluarga relatif lemah, misalnya pendapatan suami relative kecil,
maka akan terjadi dilema. Dalam hal ini, kalau suami keberatan atau melarang
isteri membantu mencari nafkah, maka larangan itu akan menjadi kendor.8
Larangan ini bisa dimaklumi sebab suami seakan-akan tidak bisa memberi nafkah
isterinya. Bila isteri ingin membantu suami mencari nafkah, 7 Mia Siti Aminah,
“Muslimah Career” Mencapai Karir Tertinggi Dihadapan Allah, Keluarga, dan
Pekerjaan (Yogyakarta: Pustaka Gratama, 2010), 36 8Majalah Perkawinan dan
Keluarga, Edisi 416 (Psikologi Keluarga), 40. 7 konsekuensinya adalah isteri
tersebut harus bersedia berperan ganda. Dalam hal ini isteri harus bersedia
memikul tugas rumah tangganya sebagai seorang isteri dan memikul tugas sebagai
pekerja atau karyawan. 9 Desa Pohsangit Leres Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo akan dipilih sebagai area sampel dengan melibatkan wanita (ibu
rumah tangga/isteri petani) yang rata-rata tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
mereka. Selain karena latar belakang pendidikan yang rendah, isteri-isteri
petani di desa merupakan wanita-wanita perkasa yang tidak berdiam diri di
rumah. Mereka adalah pekerja keras yang bisa dan biasa menjalankan aktifitas
sebagaimana kaum pria. Ini terbukti dengan tidak sedikitnya wanita-wanita yang
bekerja dalam berbagai bidang, bertani, buruh pabrik, wiraswasta/wirausaha,
guru dan lain-lain. Berdasarkan survey lima puluh Kepala Keluarga (KK) di desa
Pohsangit Leres lebih dari 70% wanita bekerja, terutama di sektor pertanian.
Rupanya alasan pemenuhan kebutuhan hidup inilah yang menyebabkan para wanita
itu keluar rumah. Sebab jika tidak kesenjangan dan disharmoni keluarga sudah
menanti, lebih-lebih jika hanya mengandalkan upah suami sebagai petani.
Bukankah kesenjangan sosial-ekonomi bisa saja terjadi jika hanya mengandalkan
pemenuhan kebutuhan hidup itu terhadap sektor pertanian. Fenomena tersebut
menarik untuk diteliti dan dikaji, tidak semata-mata karena kurang atau bahkan
tidak tercukupinya kebutuhan dasar rumah tangga mereka, namun kecenderungan
wanita pedesaan, khususnya isteri-isteri petani 9 Ibid., 41 8 untuk
mengembangkan diri dengan melakukan berbagai usaha sebagai bentuk partisipasi
mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rumah tangga. Dari keringat mereka
itulah perputaran roda ekonomi masyarakat kecil berawal, bahkan dari
wanita-wanita perkasa itu sektor pertanian Indonesia bergantung. Artinya,
ketangguhan ekonomi bangsa ini sangat bergantung pada peran mereka. Oleh karena
itu, peneliti merasa tertarik untuk lebih dalam lagi meneliti tentang kedudukan
wanita dalam masyarakat pedesaan, khususnya partisipasi mereka memenuhi kebutuhan
dasar sebagai keluarga petani. Sebab dari sektor pertanian inilah negara kita
pernah berjaya dan bahkan menjadi macan Asia. Hal ini terbukti pada tahun 1984
Indonesia telah berhasil Swasembada beras atau telah bisa untuk mencukupi
kebutuhan warga Indonesia yang telah diakui oleh badan Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB), yakni Food and Agriculture Organization (FAO)10 B. Rumusan
Masalah 1. Bagaimana peran wanita dalam rumah tangga sebagai penopang kebutuhan
dasar keluarga? 2. Bagaimana peran wanita dalam mensinergikan antara
kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan penopang (pembantu) kebutuhan dasar
rumah tangga petani di desa Pohsangit Leres Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo? C. Tujuan Penelitian 10 Kasumbogo Untung ” Swasembada Beras” http://www.ict.org.il/organization/orgdet.
orgid (di akses pada 23 Juni 2010) 9 Sesuai dengan pokok masalah yang telah
dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk
mengetahui bagaimana peran wanita dalam rumah tangga sebagai penopang kebutuhan
dasar keluarga 2. Untuk mengetahui bagaimana peran isteri-isteri petani dalam
mensinergikan antara kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan penopang
(pembantu) kebutuhan dasar rumah tangga di desa Pohsangit Leres Kecamatan
Sumberasih Kabupaten Probolinggo. D. Definisi Operasional Untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan kongkrit tentang arah dan tujuan yang terkandung dalam
konsep penelitian maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah kunci
yang ada dalam judul diatas: Peranan: Menurut Soerjono Soekamto (2002;243)
adalah peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status) Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan. Peranan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
aktifitas ibu rumah tangga di rumah maupun di luar rumah demi untuk memenuhi
kebutuhan dasar keluarga. Wanita: Salah satu jenis kelamin manusia yang
mempunyai sifat atau karakter tertentu; lawan jenis laki-laki. 11 Wanita disini
adalah para isteri petani yang memiliki aktifitas baru selain menjalankan
kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. 11Ensiklopedi Hukum Islam, (ed) et. al.,
Abdul Aziz Dahlan, Cetakan Ke-6 (Jakarta: PT. Intermasa, 2003),1920. 10
Masyarakat: Dapat dipahami berbagai macam pengertian. Secara umum masyarakat
diartikan sebagai kelompok manusia yang anggotanya satu sama lain berhubungan
erat dan memiliki hubungan timbal balik. 12 Desa: Adalah masyarakat yang
penduduknya mempunyai mata pencarian utama dalam sektor bercocok tanam, perikanan,
peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu, dan yang system budaya dan
sosialnya mendukung mata pencaharian itu. 13 Dalam penelitian ini desa yang di
maksud adalah desa Pohsangit Leres Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.
Kebutuhan Dasar: Keperluan yang paling pokok dalam hidup masalah makan,
pakaian, rumah, rumah pendidikan, pemeliharaan kesehatan. 14 Rumah Tangga:
Keluarga yang tinggal dalam satu rumah.15 Petani: Orang yang pekerjaanya
bercocok tanam; pemilik sawah (kebun dsb) yang tidak pernah mengerjakan sendiri
tanahnya.16 E. Manfaat Penelitian Secara teoritis manfaat penelitian ini
berkisar pada wacana untuk mengetahui bagaimana kedudukan wanita dalam
masyarakat pedesaan terutama partisipasi mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar
rumah tangga sebagai isteri petani. Di samping itu untuk memperkaya wacana
kemasyarakatan yang berkaitan dengan peran wanita dalam masyarakat pedesaan.
12Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 10 ( Jakarta; PT. Delta Pamungkas,
2004),180. 13Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Edisi Ke-3 (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007),721. 14JS. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum
Bahasa Indonesia Cet 1 (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 313 15 Ibid.,
1184 16Ibid.,1141 11 Penelitian ini berfungsi sebagai sarana penunjang keilmuan
dan referensi dalam mempelajari peranan wanita dalam masyarakat pedesaan yang
tidak mungkin tercukupi kebutuhannya jika hanya mengandalkan sektor pertanian.
Dan juga sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya, serta sebagai
bahan pustaka bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama dalam bidang peranan
wanita dalam masyarakat pedesaan. F. Sistematika Pembahasan Penulisan skripsi
ini secara keseluruhan mencakup lima bab, yang masing-masing mengandung
beberapa sub bab dan disusun secara sistematis sebagaimana berikut: Bab I:
Pendahuluan. Bab ini akan menjelaskan permasalahan serta signifikansi
penelitian yang akan diteliti. Bab Pendahuluan ini terdiri dari deskripsi latar
belakang masalah, yang akan menjelaskan alasan peneliti memilih judul tersebut.
Rumusan masalah, yang merupakan kompas dan inti dalam melakukan penelitian yang
akan diteliti. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian, yang merupakan arah
dan orientasi yang diinginkan dari melakukan penelitian baik secara teoritis
maupun praktis; serta sistematika pembahasan yang menjelaskan sistematika dan
gambaran dari isi skripsi. Bab II : Kajian Pustaka. Dalam Bab II Kajian Pustaka
meliputi penelitian terdahulu, kajian tentang wanita dalam masyarakat pedesaan
yang berisikan beberapa hal diantaranya sosiologi wanita dalam masyarakat
pedesaan, Wanita sebagai Ibu Rumah Tangga, sosiologi wanita dan pekerjaan,
selain dari itu, dibahas juga tentang kedudukan wanita dalam islam, peranan 12
wanita dalam perspektif islam, wanita perspektif mufassir, peranan wanita dalam
keluarga, polemik dalam keluarga bagi wanita yang bekerja, unsur ketidakadilan
gender. Bab III : Metode Penelitian. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kerangka
epistimologis dalam melalukan penelitian skripsi ini yang terangkum dalam
Metode Penelitian. Metode penelitian ini sebagai alat untuk mengumpulkan dan
menganalisa data, yang rinciannya sebagai berikut: Lokasi penelitian, kedaan
umum masyarakat desa Pohsangit Leres, profil subyek penelitian, jenis
penelitian, pendekatan, paradigma, sumber data, metode pengumpulan data, metode
pengolahan data dan analisis data. Bab IV: Pemaparan Data dan Analisis Data.
Pemaparan data ini berisi tentang hasil data-data atau informasi yang diperoleh
dari lapangan atau lokasi penelitian yang terdiri dari deskripsi tentang latar
belakang objek penelitian dan data atau informasi yang didapat dari hasil
survey maupun wawancara yang terkait dengan rumusan masalah khususnya. Lalu
didiskusikan lebih lanjut data yang telah diperoleh serta diinterpretasikannya.
Analisis serta intepretasi ini disesuaikan dengan permasalahan dan landasan
teori yang telah disebutkan pada Bab II atau bisa dengan menggunakan pisau
analisis tertentu. Bab V : Penutup. Penutup berisikan kesimpulan dan saran.
Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang disebutkan
pada rumusan masalah di Bab I. Sedangkan saran adalah berbagai hal yang belum
dilakukan dalam penelitian, namun bisa dihimbaukan serta dikembangkan dalam
penelitian berikutnya. Selain itu, juga himbauan yang membangun 13 kemajuan dan
kebaikan untuk masyarakat terkait dalam objek penelitian, khususnya yang
berkenaan dengan permasalahan wanita dalam masyarakat pedesaan. Selanjutnya
adalah lampiran-lampiran. Lampiran-lampiran ini disertakan sebagai tambahan
informasi dan bukti kemurnian data.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi al-Ahwal al-Syakhshiyyah" : Peran wanita dalam masyarakat pedesaan: Studi partisipasi isteri dalam memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga di Desa Pohsangit Leres Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo
" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment