Abstract
INDONESIA:
Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan yang dapat dialami siapa saja dalam kadar yang berbeda. Begitu juga mahasiswa. Dunia perkuliahan biasanya cukup identik dengan mahasiswa dan tugas-tugas kuliah dan lain sebagainya dengan tingkat kesulitan masing-masing yang dapat menjadi stressor. Selain itu, stres juga dapat dikarenakan cara pengajaran, penyesuaian diri, hubungan sosial, pribadi, ekonomi, dan lain sebagainya sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang kurang maksimal. Burnout adalah suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya yang diakibatkan oleh stres yang berlarut-larut. Burnout menjadikan penderitanya mengalami gejala seperti kelelahan emosional, putus asa, penarikan diri dari lingkungan sosialnya, tidak merasa puas dengan karyanya sendiri. Penelitian ini menjawab rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, bagaimana tingkat burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, dan apakah ada hubungan antara stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1) untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (2) untuk mengetahui tingkat burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (3) untuk mengetahui adanya hubungan antara stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rancangan penelitian ini adalah korelasional kuantitatif. Variabel bebas penelitian ini adalah stres (X) dan variabel terikatnya adalah burnout (Y). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang masih aktif pada tahun ajaran 2011- 2012 (796 mahasiswa) dan diambil 10% dari populasi sebagai sampel (80 mahasiswa). Sampel diambil menggunakan teknik sampel random. Reliabilitas, validitas dan analisa data korelasi Product Moment dari Pearson menggunakan bantuan komputerisasi SPSS 15.0 For Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada 80 responden pada kategori rendah sebesar 0% dengan frekuensi 0 responden, kategori sedang sebesar 3,8% dengan frekuensi 3 responden, dan kategori tinggi sebesar 96,2% dengan frekuensi 77 responden. Sedangkan tingkat burnout pada responden yang sama, seluruhnya berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 100% dengan frekuensi 80 responden. Pada ketegori rendah dan sedang memperoleh prosentase yang sama yaitu sebesar 0% dengan frekuensi 0 responden. Nilai koefisien korelasi (r) = 0,686; p = 0,000 dengan jumlah sampel 80 responden. Berarti hipotesis diterima dan ada hubungan positif yang signifikan antara stres dengan burnout. Semakin tinggi stres maka semakin tinggi pula tingkat burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Begitu juga sebaliknya.
ENGLISH:
Stress is inherent in life which be experienced by anyone in any different levels. It happens in students as well. University students are usually quite identical with lectures and assignments and other which each level of difficulties can be a stressor. Moreover, stress can also exist due to the way of teaching, adaptation, or social, personal and economic relationships, that affect the results of study which is not maximum. Burnout is a feeling of hopelessness and helplessness caused by prolonged stress. Burnout makes the sufferers experience kinds of indication such as emotional tiredness, hopelessness, self isolation from social environment, and dissatisfactory on one’s work. This study answers the following research problems: how is the students level in Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, how is students burnout level in Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, and is there a relationship between stress and burnout is students of Faculty Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
This research is conducted with the aim of: (1) determine the students stres level in Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (2) determine the students level of burnout in Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (3) to determine the relationship between stress and burnout in Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
The design of this study is quantitative correlation. The independent variable of this study is stress (X) and the dependent variable is burnout (Y). The population in this study were all students from Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang who are still active in theacademic year 2011-2012 (796 students) and 10% of the population are taken as the sample (80 students). Samples were taken using a random sampling technique. To test the reliability, validity and the data analysis, the researcher used Pearson Product Moment correlation which was supported by SPSS15.0 for Windows.
The results showed that the level students stress at the Faculty of Psychology UIN Maulana Malik Ibrahim Malang in the low category is 0% with 0 respondents. 3.8% of the respondents or 3 respondents are in medium category. The last which is call high category is around 96.2%, it includes 77 respondents. While, the students level of burnout with the same respondents results with one situation, all 80 respondents are categorized as in the high category, amounting to 100%. Low and medium categories het same percentage that is 0% with 0 respondents. the. The value of correlation coefficient (r) = 0.686, p = 0.000 with a sample consist of 80 respondents. By this the researcher means that the hypothesis is accepted. There is a significant positive relationship between stress and burnout. There higher students’ stress level, the higher students’ level of burnout in Faculty of Psychology UIN Malang Maulana Malik Ibrahim, and vice versa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Stres merupakan hal yang melekat
pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang
berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang tidak sama, pernah atau akan
mengalaminya. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. Manusia merupakan
anggota lebih dari satu kelompok sosial. Dalam melakukan kegiatan di setiap
kelompok, manusia dapat mengalami stres. Stres yang dialami sebagai hasil
kegiatannya di setiap kelompok saling menunjang, saling menguatkan (Munandar, 2008,
hal. 371). Stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang
yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang
yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata,
antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan
sosial yang ada padanya. Kata kunci dalam rumusan di atas adalah penglihatan
(perception), tuntutan (demand), dan sumber daya (resources). Dampak negatif
hal atau keadaan yang dianggap mendatangkan stres menurut patokan tertentu
dapat diperkirakan. Misalnya, peristiwa kegagalan ujian akhir untuk
menyelesaikan studi tingkat sarjana di perguruan tinggi. Dampak negatif dari
kegagalan itu dapat dilihat dari segi uang yang telah dihabiskan, waktu yang
telah terpakai, kekecewaan yang dapat didatangkan pada 2 orang tua dan
orang-orang lain yang terkait, kekecewaan pada diri sendiri, dan rasa harga
diri yang terluka. Dampak negatif itu mendatangkan stres yang menuntut sumber
daya orang yang terkena stres untuk mengatasinya. Padahal sumber daya itu
terbatas. Akibatnya, sumber daya tidak selalu mencukupi untuk mengatasi stres.
Dampak stres yang tak mampu dihadapi dengan sumber daya yang ada itu, bisa
mengenai sistem biologis, seperti misalnya, orang harus mengangkut beban yang
melebihi kekuatan fisiknya. Bisa menyangkut sistem psikologis, seperti,
mengganggu rasa aman, merendahkan rasa harga diri dan mengurangi percaya diri.
Dan bisa juga sistem sosial seperti misalnya akibat stres, orang lalu
menjauhkan diri dari sesamanya. Dengan demikian, stres mengajukan tuntutan
(demand) pada sejumlah sumber daya atau kekuatan (resouces) tertentu (Hasan,
2008, hal. 76). Seperti halnya yang diberitakan dalam KOMPAS.com telah terjadi
pada salah satu mahasiswa di sebuah perguruan tinngi kota Malang. Berdalih tak
punya uang untuk membayar kuliah, mahasiswa tersebut nekat mencuri laptop. Dia
memang terpaksa mencuri yang rencananya akan dijual untuk biaya kuliah karena
sudah sejak 2010 tak dibiayai keluarga karena ingin mandiri dan biaya kuliah
cukup mahal. Ia sebenarnya ingin cepat lulus dan mencari kerja. Karena kondisi
keluarga yang tidak mampu, kuliahnya pun bertambah lama (Ainun, 2012) Beberapa
mahasiswa pada umumnya melaporkan bahwa merasa “jenuh” (burnout). Burnout
adalah suatu perasaan putus asa dan tidak 3 berdaya yang diakibatkan oleh stres
yang berlarut-larut yang berkaitan dengan kerja. Burnout menjadikan
penderitanya berada dalam kelelahan fisik dan emosi yang mencakup kelelahan
kronis dan rendahnya energi (Santrock, 2002, hal. 74). Istilah yang sering
digunakan untuk beban yang terlalu berat di masa kini adalah burnout, perasaan
tidak berdaya, tidak memiliki harapan. Yang disebabkan oleh stres akibat
pekerjaan yang sangat berat. Burnout membuat penderitanya merasa sangat kelelahan
secara fisik dan emosional (Pines & Aronson, 1988). Di sejumlah kampus,
burnout akibat kuliah adalah alasan yang paling umum yang membuat para
mahasiswa berhenti sebelum mereka memperoleh gelar, dan jumlahnya mencapai 25
persen di beberapa kampus. Mahasiswa yang berhenti kuliah selama satu atau dua
semester selama ini biasanya dianggap lemah. Kini kadang disebut “cuti kuliah”
karena mahasiswa memang bermaksud untuk kembali kuliah, hal ini dapat mendorong
mahasiswa yang merasa mengalami stres yang berlebih (Santrock J. W., 2003, hal.
560-561). Konsep tentang kejenuhan belajar mahasiswa (student learning burnout)
atau kejenuhan mahasiswa pertama kali diperkenalkan oleh Skovholt (2003),
Jacobs et al (2003), Lightsey dan Hulsey (2002), Joseph (1999), dan Brunk
(2006) yang menemukan bahwa kecenderungan kejenuhan dengan segala gejala dan
faktor penyebabnya bukan hanya terjadi pada aspek pekerjaan akan tetapi
kejenuhan dapat terjadi pada kegiatan belajar. Kejenuhan belajar merupakan
kondisi emosional ketika 4 seorang mahasiswa merasa lelah dan jenuh secara
mental atau pun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan akademik yang
meningkat. Timbulnya kelelahan ini karena mereka belajar dengan keras, merasa
bersalah, merasa tidak berdaya, merasa tidak ada harapan, merasa terjebak,
kesedihan yang mendalam, merasa malu dan terus menerus membentuk lingkaran yang
menghasilkan perasaan lelah dan tidak nyaman, yang pada gilirannya meningkatkan
rasa kesal dan lingkaran terus berlanjut sehingga dapat menimbulkan kelelahan fisik
dan kelelahan emosional. Penelitian yang dilakukan akhir tahun 2010 lalu
menunjukkan bahwa terdapat 32 % mahasiswa mengalami kejenuhan belajar (burnout)
dari seluruh responden yang diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah
mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Jakarta sebanyak 50 orang yang diambil secara acak dengan menggunakan teknik
stratified quota random sampling. Terdiri dari 13 orang mahasiswa angkatan
2006, 20 mahasiswa angkatan 2007 dan 17 orang mahasiswa angkatan 2008, serta 29
orang perempuan dan 21 orang laki-laki . Maslach menyatakan bahwa seseorang
dikatakan mengalami kejenuhan belajar (burnout) apabila mendapat skor tinggi
pada dimensi kelelahan emosi dan depersonalisasi serta skor rendah pada dimensi
pencapaian diri. Dari total 50 orang responden, 16 orang mahasiswa tersebut
yang memenuhi kriteria kejenuhan belajar. Walaupun mereka semua mendapat
kategori yang sama namun perolehan skor mereka 5 berbeda satu sama lain, pada
dimensi kelelahan emosi lebih besar dialami oleh mahasiswa tahun ketiga atau
angkatan 2008. Pada dimensi depersonalisasi hampir merata di setiap angkatan
dengan skor 14 terdapat 7 orang mahasiswa, namun jumlah mahasiswa terbanyak
terdapat pada angkatan 2006 yang terdapat 5 orang mahasiswa. Sedangkan pada
dimensi pencapaian diri perolehan skor terendah terdapat pada mahasiswa
angkatan 2007dengan total skor hanya 18 (Sukardi, 2011). Miller (2000)
mengemukakan berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa burnout
berkorelasi negatif dengan pembelajaran, kebiasaan yang membangun dan
keberhasilan memecahkan masalah. Pembelajaran dalam hal ini adalah motivasi
berprestasi dan pencapaian terhadap suatu hal. Dalam hasil analisa penelitian
Diaz menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara burnout dengan
motivasi berprestasi akademis yaitu 63 %. Burnout yang dialami, misalkan akan
menghambat keaktifan subjek dalam proses perkuliahan, menghambat kelancaran
subjek dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dosen, atau subjek menjadi
cepat menyerah ketika dihadapkan kepada berbagai tugas, apalagi jika semakin
sulit (Diaz & Zulakida, 2009, hal. 96-97). Dunia perkuliahan biasanya cukup
identik dengan mahasiswa dan tugas-tugas kuliah. Tugas-tugas kuliah yang
diberikan biasanya terdiri dari berbagai macam jenis, seperti membuat makalah,
penelitian, presentasi, analisa kasus, dan lain sebagainya. Bentuk dan cara
pengerjaan tugas- 6 tugas kuliah itu juga beragam yaitu dapat berupa tugas
berkelompok atau tugas mandiri. Setiap tugas kuliah yang diberikan oleh dosen
memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Seperti yang diungkap Mulyadi,
beberapa masalah yang bisa menjadi stressor bagi mahasiswa adalah masalah yang
berhubungan dengan pendidikan, misalnya masalah konsentrasi. Banyak mahasiswa
mengeluh karena tidak bisa konsentrasi, sehingga hasil belajar tidak maksimal,
masalah yang berhubungan dengan sistem pengajarannya, masalah daya tahan dan
kelangsungan studi. Ada pula masalah penyesuaian diri dan hubungan sosial,
masalah yang sifatnya pribadi, masalah ekonomi, masalah memilih jurusan,
jabatan dan masa depan, dan sebagainya (Mulyadi, 2004, hal. 197-198). Berikut
ini beberapa fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa UIN Malang Fakultas
Psikologi terkait dengan stres dan burnout yang diperoleh peneliti berdasarkan
data observasi dan wawancara di lapangan. Hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan pada beberapa mahasiswa bahwasannya mahasiwa Fakultas Psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim umumnya telah menempuh beberapa sks. Belum lagi dengan
adanya tuntutan tugas-tugas, laporan praktikum berserta ujian yang diadakan
oleh pihak kampus, tugas akhir yang merupakan puncak dalam proses perkuliahan
ialah skripsi yang diawali dengan pembuatan proposal skripsi. Tugas tersebut
bukanlan merupakan tugas tunggal dalam semester tersebut karena dalam proses
pembuatan tugas tersebut, mahasiswa juga masih 7 menempuh mata kuliah wajib
yang disodorkan oleh fakultas. Bahkan juga terdapat mahasiswa semester VIII
yang masih merasa salah pilih jurusan dan merasa masa depannya tidak menentu.
Selain itu, lingkungan di sekitar mahasiswa juga mempengarui, misalnya terjadi
konflik dengan teman seperti masalah sosial, sekamar, sejawat, keluarga,
ekonomi, ataupun faktor lain seperti fisik. Jika mahasiwa kurang mampu mengatur
apa yang menjadi tanggung jawabnya, hal ini dapat memunculkan dampak pada
mahasiswa, salah satunya stres. Gejala yang timbul pada mahasiswa seperti susah
merasa cemas, gelisah, frustasi, putus asa, susah tidur, turunnya nafsu makan,
tegang, gangguan pencernaan, cepat merasa lelah, mudah tersinggung dan marah,
sinis, lebih suka menyendiri, merasa kurang puas pada hasil kerja sendiri, dan
sebagainya. Beberapa mahasiswa pada umumnya melaporkan bahwa merasa “jenuh”
(burnout). Burnout menjadikan penderitanya berada dalam kelelahan fisik dan
emosi yang mencakup kelelahan kronis dan rendahnya energi, seperti perasaan
frustasi, putus asa, tak berdaya, mudah tersinggung, penarikan diri dari
lingkungan sosialnya, tidak merasa puas dengan karyanya sendiri, dan
sebagainya. Burnout adalah suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya yang
diakibatkan oleh stres yang berlarut-larut (Mahasiswa, 2012). Dengan latar
belakang seperti yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik meneliti
mengenai “Hubungan Stres Dengan Burnout Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang”. 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang? 2. Bagaimanakah tingkat burnout pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang? 3. Apakah ada hubungan antara stres
dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang?
C. Tujuan Masalah Dari rumusan masalah yang tertera di atas, penelitian ini
bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Mengetahui tingkat burnout pada mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Mengetahui adanya
hubungan antara stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. 9 D. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Secara
teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan bagi
pihak terkait bahan telaah bagi peneliti selanjutnya. b. Secara Praktis Secara
praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan informasi
bagi dunia akademis dan khalayak umum terkait stres dan burnout mahasiswa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara stres dengan burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment