Abstrak
INDONESIA;
Keluarga merupakan lumbung pengetahuan yang pertama bagi setiap manusia, karena interaksi yang pertama kali terjadi adalah dengan keluarga. Ayah, ibu, kakek, nenek, dan yang lainnya. Oleh sebab itu keluarga sebagai landasan pengelaman berinteraksi bagi setiap individu. Pola pengasuhan yang yang kerap kali digunakan oleh orang tua dalah kedemokratisan pola asuh, dimana anak mampu memberikan pendapat-pendapatnya pada keluarga. Pola pengasuhan jenis ini mampu mampu membentuk pribadi anak yang prososial. Pribadi yang prososial kemudian akan muncul sikap atau perilaku prososial dimana seorang anak akan dengan suka rela membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman tingkat Kedemokratisan pola asuh, Perilaku Prososial, dan mengetahui hubungan antara Kedemokratisan pola asuh dan Perilaku Prososial Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Penelitian ini mengambil subyek 70 responden. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan metode pengumpulan data menggunakan metode angket.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat Kedemokratisan pola asuh Mahasiswa UIN MALIKI Jurusan BSI dengan skor tertinggi sebanyak 48 mahasiswa atau 68 % pada kategori rendah. Skor terendah didapatkan sebanyak 2 mahasiswa atau 2 % pada kategori tinggi. Pada ketegori sedang didapatkan sebanyak 20 mahasiswa atau 28 %. Tingkat Perilaku Prososial Mahasiswa jurusan BSI UIN MALIKI didapatkan sebanyak 39 mahasiswa atau 55,7 % berada pada kategori rendah. 21 mahasiswa atau 30 % berada pada kategori tinggi. 10 mahasiswa atau 14,3 % berada kategori sendang. Hal tersebut berdasarkan nilai rhit 0.521. dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai N adalah 70 dan nilai rtabel adalah 0.000. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan apabila r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan taraf signifikansi 5% r hitung dari hasil korelasi di atas memiliki nilai nilai rhit 0.521 > nilai rtabel 0.000, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Semakin tinggi tingkat Kedemokratisan pola asuh, semakin tinggi pula tingkat Perilaku Prososial mahasiswa.
INGGRIS:
Keluarga merupakan lumbung pertama pengetahuan untuk setiap manusia, untuk pertama kalinya, orang mulai memiliki interaksi dengan keluarga termasuk ayah, ibu, kakek, nenek, dan lain-lain. Oleh karena itu keluarga sebagai dasar untuk setiap pengalaman berinteraksi individu. Parenting yang sering digunakan oleh orang tua adalah orang tua yang demokratis, di mana anak-anak dapat memberikan pandangannya tentang keluarga. Anak yang memelihara jenis ini mampu membentuk pro-sosial. Orang yang kemudian memiliki sikap pro-sosial atau sosial pro perilaku, rela akan membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengasuhan demokratis dan perilaku sosial pro, dan mencegah tambang hubungan antara orang tua demokratis dan perilaku pro-sosial Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Departement. Penelitian ini mengambil subjek 70 responden. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil penelitian ini adalah bahwa tingkat pengasuhan demokratis Mahasiswa Program UIN Maliki BSI dengan skor tertinggi sebanyak 48 siswa atau 68% dalam kategori rendah. Skor terendah diperoleh oleh 2 siswa atau 2% dalam kategori tinggi. Dalam kategori diperoleh dengan 20 siswa atau 28%. Tingkat Mahasiswa perilaku pro-sosial jurusan BSI Maliki UIN memperoleh total 39 siswa atau 55,7% berada dalam kategori rendah. 21 siswa atau 30% berada dalam kategori tinggi. 10 siswa atau 14,3% adalah kategori semi. Hal ini didasarkan pada nilai rhit 0,521. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai N adalah 70 dan nilai rtabel adalah 0,000. Dikatakan signifikan atau jumlah terkait jika r lebih besar dari rtabel. Dengan lavel signifikansi 5% dari hasil penghitungan r korelasi di atas memiliki nilai rhit 0,521> 0,000 nilai rtabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Semakin tinggi tingkat pengasuhan yang demokratis, semakin tinggi tingkat perilaku pro-sosial siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu alasan wisatawan asing datang ke
Indonesia adalah karena keramahtamahan para penduduk asli pribumi. Masyarakat
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan supel. Nilai-nilai
keluhuran tetap dijaga dan bahkan dilestarikan. Salah satu nilai yang sampai
saat ini masih kental adalah budaya kerocoan atau sering disebut gotong royong.
Saling membantu satu sama lain, ambil saja salah satu contohnya adalah ketika
ada tetangga yang sedang melakukan hajatan pernikahan, maka tetangga-tetangga
yang lain akan dengan suka rela membantu. Keramahtamahan masyarakat Indonesia
memang merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing yang
berkunjung, selain keindahan alamnya. Akhir-akhir ini banyak media masa yang
memberitakan tentang kasuskasus pertikaian. Sebut saja kasus diaerah Lampung
(www.berita6.com), kasus tawuran di Jakarta selatan dan kasus-kasus korupsi
yang semakin lama semakin meningkat. Kasus-kasus tersebut merupakan cerminan
menurunnya nilai-nilai keluhuran pada masyarakat Indonesia. Masih banyak lagi
perilaku-perilaku merugikan yang dilakukan oleh masyarakat dan bias kita temui
di kehidupan kita sehari-hari. Sebut saja pengendara motor yang ugal-ugalan,
merusak sarana umum, membuang sampah sembarangan, dan sebagainya, yang
kesemuanya 2 dilakukan tanpa mempertimbangkan rasa kenyamanan dan keselamatan
orang lain. Mengikisnya nilai-nilai keluhuran pada setiap individu masyarakat
Indonesia ini disinyalir merupakan pengaruh dari perkembangan zaman dan
masyarakat mulai menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang individualistik. Lunturnya
nilai-nilai keluhuran ini sangat buruk pengaruhnya bagi kesetabilan interaksi
manusia. Manusia merupakan makhluk sosiokultural dan dituntut untuk saling
berinteraksi guna membangun sebuah peradaban. Bayangkan saja kalau waktu itu
Nabi Adam dan Ibu Hawa adalah manusia yang individualistik, sudah pasti kita
semua tidak akan ada di muka bumi dan peradaban tidak akan terselenggara dengan
baik bahkan akan punah. Hal ini tentunya perlu diperhatikan secara khusus oleh
para orang tua agar menekankan sikap prososial yang tinggi agar mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif. Ciri-ciri karakteristik kepribadian yang
indifidualistik mulai muncul pada masyarakat Indonesia, ini diperkuat dengan
adanya kenyataan yang berkembang di masyarakat bahwa masyarakat Indonesia mudah
kehilangan pertimbangan terhadap konsekuensi perilakunya terhadap orang lain
(Syafriman, 2000). Lunturnya nilai yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hanya
pada orang dewasa saja tetapi juga terjadi pada para remaja. Perilaku prososial
memang sangat penting bagi setiap individu, karena kalau kita ingin
diperhatikan oleh orang lain maka hendaknya kita memperhatikan orang lain.
Perilaku prososial sendiri memiliki arti hasrat untuk menolong orang lain tanpa
memikirkan kepentingan-kepentingan sendiri (Myers dalam Sarwono 3 2002:328).
Dari pengertian di atas tentunya kita dapat menerka-nerka sendiri bagaimana
bentuk dari perilaku prososial tersebut. Lawan dari perilaku prososial adalah
antisosial yang bentuk-bentuknya sering kita jumpai dalam pemberitaan di media
masa. Aksi-aksi geng motor, tawuran antar pelajar, demo yang anarkis, dan lain
sebagainya. Sebagaimana paparan di atas, bahwa perilaku antisosial bukan hanya
tejadi pada remaja-remaja yang labil emosinya, tapi juga terjadi pada masa
dewasa awal yang biasanya masa ini tepat pada masa perkuliyahan.
Mahasiswa-mahasiswa baru, sering dijadikan sebagai tameng oleh mahasiswa lama
atau senior untuk melakukan aksi-aksi yang biasanya antisosial. Sebut saja aksi
demo perusakan kaca gedung rektorat yang terjadi pada tahun 2007 silam di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, demo tersebut dilakukan
oleh kelompok mahasiswa baru dan segelintir mahasiswa lama sebagai otak dari
berjalannya aksi tersebut. Maka itulah peran dari para pembimbing dan utamanya
dalah orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri
setiap anak. Parenting atau pengasuhan merupakan aspek penting dalam
pembentukan kepribadian anak. Pola asuh merupakan bentuk interaksi antara anak
dan orangtua selama mengadakan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik,
membimbing dan melindungi anak (Gunarsa, 2002). Mendidik anak tidak cukup hanya
diserahkan kepada pihak sekolah atau kampus atau bahkan diserahkan pada
pengasuh saja. Mendidik dan membimbing anak diperlukan kasih saying yang tulus
dari orang tua kandung agar anak tidak kelingan rasa kasih saying tersebut. 4
Pola pengasuhan menurut para pakar pola asuh ada 3 jenis pola asuh yaitu
otoriter, demokratis, dan permisif. Pola asuh jenis demokratis atau sering juga
disebut sebagai otoritatif inilah yang sering diperbincangkan oleh para pakar
sebagai pola asuh yang ideal. Pola asuh demokratis memiliki definisi cara
mendidik anak, di mana orang tua menentukan peraturan-peraturan tetapi dengan
memperhatikan keadaan dan kebutuhan anak (Munandar,1982:98). Anak tetap dapat
menentukan pilihannya namun tidak melanggar norma-norma dalam keluarga. Erat
kaitannya antara pola asuh orang tua dengan perilaku seorang anak dikemudian
hari, karena lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak adalah lingkungan
keluarga. Anak belajar apa pun di lingkungan keluarga. Pada penelitian Yusniyah
2008, mengatakan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh positif pada prestasi
belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa pola asu memang berperan penting pada
perilaku-perilaku seorang anak (Yusniyah, 2008:3). Pendapat Fromm, seperti yang
dikutip oleh Abu Ahmadi (1991:180) bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang bersuasana demokratik, perkembangannya lebih luwes dan dapat menerima
kekuasaan secara rasional. Sebaliknya anak yang dibesarkan dalam suasana
otoriter, memandang kekuasan sebagai sesuatu yang harus ditakuti dan bersifat
magi (rahasia). Ini mungkin menimbulkan sikap tunduk secara membuta kepada
kekuasaan, atau justru sikap menentang kekuasaan. Indikasi dari hasil
penelitian Lutfi (1991) dan Nur Hidayat (1993) dan Nur Hidayah dkk (1995), yang
dikutip oleh Mohammad Shochib (1998:6) adalah bahwa dalam pola asuh dan sikap
orang tua yang demokratis 5 menjadikan adanya kominukasi yang dialogis antara
anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa
diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan perasaan. Oleh sebab itu, anak
remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan mereka untuk memahami,
menerima, dan menginternalisasi .pesan. nilai moral yang diupayakan untuk
diapresiasikan berdasarkan kata hati. Beberapa penelitian korelasional telah
dilakukan untuk mengungkapkan pola asuh sebagai variabel bebas (Dayakisni,
1977; Krisnawaty, 1986; Winarto, 1990; Wismantono, 1995; Wulan, 2000; Setiawan,
1997; Roswita, 2000; Dalimunthe, 2000; Cahyaningrum, 2000; Hapsari, 2000;
Mustaqim, 2000; Kurnia, 2000; Endahwati, 2001; Saptasari, 2001; Wibowo, 2002;
Furqon, 2002; Mayaningrum, 2002). Dari penelitian-penelitian itu diketahui bahwa
pola asuh demokratis/autoritatif menjadikan anak memiliki intensi prososial
(1977), kompetensi sosial (Dalimunthe, 2000), prestasi belajar (Roswita, 2000;
Mustaqim, 2000; Furqon, 2002), sikap asertif (2001), penyesuaian diri
(Mayaningrum, 2002), ketaatan pada peraturan lalu lintas (wismantono, 1995),
kepribadian wirasawasta (Winarto, 1990), yang lebih tinggi dibanding anak-anak
yang memperoleh pola asuh otoriter maupun permisif dari orangtua. Di samping
itu, penelitian juga menunjukkan bahwa bola asuh demokratis menjadikan anak
memiliki prokrastinasi (Wulan, 2000) dan depresi (Saptasari, 2001) yang lebih
rendah dibanding anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter dan permisif
(Yusniah, 2008:8). 6 Sedangkan perilaku prososial seperti yang telah dijelaskan
pada beberapa paragraf di atas, tentulah sangat penting bagi manusia termasuk
seorang anak. Sebagai orang tua, hendaknya banyak memberikan contoh-contok
mengenai perilaku prososial sehingga pada nantinya anak tidak akan menjadi
pribadi yang anti sosial. Untuk memberikan pendidikan prososial, tentunya
dilakukan melalui cara mengasuh anak tersebut. Seperti pada paragraph di atasn
bahwa pola asuh terdiri dari 3 jenis pola, yaitu otoriter, demokratis, dan
permitif. Dari penjabaran paragraph-paragraf di atas, maka peneliti tertarik
untuk memberikan judul penelitian ini : Hubungan Kedemokratisan Pola Asuh
dengan Perilaku Prososial Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Uin
Maulana Malik Ibrahim Malang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang bisa
diambil disini adalah bagaimana kaitannya kedemokratisan pola asuh terhadap
perilaku prososial mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui : 1. Tingkat perilaku prososial mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra
Inggris UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Tingkat kedemokratisan pola asuh
mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 7
3. Hubungan kedemokratisan pola asuh dengan perilaku prososial mahasiswa
jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat teoretis
dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diuraikan secara rinci
sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Secara teoritis kegunaan dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai
hubungan antara polasuh terhadap perilaku prososial pada mahasiswa Universitas
Islam Neggri Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Bahasa dan Sastra Inggris,
serta sebagai refrensi tambahan bagi literatur keilmuan, terutama di bidang
kajian psikologi. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini yang
diharapkan bagi: 1) Penulis, penulisan skripsi ini bermanfaat sebagai penerapan
disiplin ilmu yang diterima khususnya tentang pengaruh pola asuh terhadap
perilaku prososial. 2) Bidang psikologi, dapat menambah khasanah pengetahuan
dalam bidang psikologi klinis khususnya mengenai pengaruh pola asuh terhadap
perilaku prososial. 8 3) Peneliti lain, dapat dijadikan referensi dan masukan
untuk mengadakan penelitian sejenis atau mengembangkan lagi penelitian ini
sehinga menambah wacana yang sudah ada sebelumnya. 4) Bagi para orangtua,
dengan membaca hasil penelitian ini, mereka dapat lebih memahami kondisi anak
mereka sehingga dapat lebih bijaksana dalam bertindak
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara kedemokratisan pola asuh dengan perilaku prososial mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Maulana Malik Ibrahim Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment