Abstract
INDONESIA:
Pada dasarnya setiap manusia mendambakan kehidupan yang tenang dan bahagia. Namun kadangkala terlena oleh kebahagiaan sesaat yang justru mendatangkan malapetaka bagi dirinya. Begitulah yang tejadi pada subjek yang akhirnya mengalami kenyataan hidup yang pahit yaitu depresi. Kondisi depresi ini diiringi dengan kecemasan, kebosanan dan kebingungan sampai akhirnya percobaan bunuh diri. Berbekal pemaknaan akan sebuah kejadian dalam hidup seseorang akan mampu menyikapi kejadian tersebut. Karena memaknai berarti menyikapi secara positif kemudian bertindak secara positif pula. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebermaknaan hidup pada mantan pasien gangguan depresi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dengan metode ini dapat dipahami perilaku individu menurut pemahaman dan sudut pandang si pelaku. Jenis penelitian yang diambil adalah studi kasus life history yang mencoba mengungkapsecara terperinci kisah dan dinamika kehidupannya. Peneliti mengambil subjek seorang yang pernah mengalami depresi dan sempat dirawat inap disalah satu rumah sakit jiwa. Subjek dianggap cocok untuk menjadi subjek penelitian pada kali ini karena selain pernah mengalami depresi subjek juga sudah pulang kerumah dan mampu beraktifitas dengan baik.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam dan observasi. Wawancara tidak hanya dilakukan pada subjek, akan tetapi juga pada orang lain yang memiliki pengetahuan mengenai subjek. Hal ini dilakukan untuk memperkaya data dan mengecek kebenaran data dari subjek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mampu keluar dari depresinya dengan memaknai kehidupan. Subjek melakukan dinamika dan proses pemaknaan melalui tiga step dalam hidupnya. Step pertama yaitu tahap terjadinya permasalahan dalam hidup subjek sampai akhirnya depresi. step kedua subjek masuk pada pola proses memaknai kejadian yang dialaminya. Proses ini diawali dengan pemahaman dirinya. Step terakhir subjek mampu untuk menemukan makna hidupnya.
ENGLISH:
Basically, every human craves a quiet and happy life. But sometimes,they lulled by the momentary happiness that be disastrous for them. That's what ultimately happens to the subjects experienced a bitter fact of life that depression. This depression condition is accompanied by anxiety, boredom and confusion until finally attempted suicide. By the meaning of events in the life of a person will be able to respond to the incident. Due to interpret the meaning respond positively and then act positively as well.
This study aimed to describe the meaningfulness of life in the former depressive disorder patients.This study uses a qualitative approach, because with this methodcan be understood by understanding the behavior of individuals and the perpetrator perspective. This type of research is a case study taken life history are trying to unravel the details of the story and the dynamics of life. The researcher takes a subject that had experienced depression and was hospitalized in a mental hospital one. Subjects considered suitable for the subject of research at this time because in addition to never depressed subjects also had to come home and be able to act well.
Data collection techniques use in-depth interviews and observation. Interviews are not only done on the subject, but also for others who have knowledge of the subject. This is done to enrich the data and checks the accuracy of the data subject.
The results showed that subjects were able to make sense out of the depression with life. Subject to the dynamics and processes of meaning through a three-step in his life. The first step is the phase of life issues in the subject until the depression. Second step subjects entered the pattern to interpret the events that happened. This process begins with understanding himself. Last step subject was able to find the meaning of life.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan zaman yang pesat menimbulkan
banyak permasalahanpermasalahan bagi sebagian individu. Diantara mereka ada
yang mampu untuk menyelesaikan namun tidak jarang juga yang tidak mampu
mengatasi masalahnya kemudian timbul kecemasan atau bahkan depresi. Berbicara
tentang depresi Kaplan mengemukakan bahwa depresi merupakan salah satu gangguan
mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif
adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap
dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu
(Kaplan, 2010). Kaplan melanjutkan bahwa salah satu penyebab depresi adalah
faktor psikososial. Adapun faktor psikososial yang dapat mempengaruhi
terjadinya depresi terdiri dari peristiwa kehidupan, kepribadian,
psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial
(Kaplan, 2010). Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial
yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor
kronis misalnya kekurangan 2 finansial yang berlangsung lama, kesulitan
hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi
(Hardywinoto, 1999). Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di
tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa
jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang
sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa
berakhir dengan bunuh diri. Individu yang terkena depresi sangat mudah
terdorong meninggalkan kenyataan hidup yang berat, menyedihkan, dan pahit bagi
dirinya. Dan bunuh diri adalah jalan paling efektif untuk meninggalkan sejarah
kehidupan di dunia ini (Kusuma dalam Santoso 2011). Secara global, lima puluh
persen dari penderita depresi berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya
mengakhiri hidupnya ada lima belas persen. Selain itu, depresi yang berat juga
menimbulkan munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan
(gastritis), asma, gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta
menurunkan produktivitas. Sejak depresi sering didiagnosis, WHO memperkirakan
depresi akan menjadi penyebab utama masalah penyakit dunia pada tahun 2020
(Sianturi, 2006). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah
gangguan mental yang umum terjadi diantara populasi. Badan kesehatan dunia ini
memperkirakan 121 juta manusia dimuka bumi ini menderita depresi. Jumlah
tersebut terdiri dari 5,8% laki-laki dan 9,5% perempuan. Tersedianya teknologi
pengobatan depresi belum berdampak efektif bagi masyarakat. Terbukti hanya 30 3
persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup dan
sebagian lainnya masih belum.Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada
dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun.
Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh
diri terkait dengan depresi (Sianturi, 2006). Sekitar 15 persen penduduk di
Indonesia diketahui mengalami depresi yang disebabkan tekanan hidup yang
semakin berat. Hal ini disampaikan Ketua Komite Medik RS Jiwa dr.Soeharto
Heradjan, Jakarta. Hal senada juga disampaikan oleh dr. Gerald Mario Semen SpKJ
disela pelatihan oleh sekitar 140orang dokter umum dari seluruh puskesmas di
Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian sebanyak 15 persen dari populasi
masyarakat Indonesia yang mengalami depresi - gangguan jiwa ringan. Belum
termasuk gangguan jiwa lainnya. Direktur RSJ Mataram dr.Elly Rosila Wijaya
menyebutkan 50 persen penderita gangguan jiwa melakukan usaha bunuh diri dan
10-15 persen pasien tersebut meninggal akibat bunuh diri. dr. Elly juga
menambahkan barwa pasien dapat teragitasi dan pengendalian impuls yang rendah
jika mereka sakit(Khafid, 2008). Depresi sering dianggap hal yang sepele oleh
sebagian besar masyarakat. Tetapi, jika depresi ringan tidak segera
ditanggulangi, akhirnya akan menjadi depresi berat. Bila tidak diberikan terapi
dengan baik, akan membahayakan individu yang mengalami depresi tersebut. 4
Individu yang mengalami depresi sering mengalami beberapa penurunan dalam
dirinya baik dalam perasaan (psikis), fisik, maupun sosial. Bahkan juga sering
mengalami kehampaan, kebosanan yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas
dalam kehidupannya. Kondisi seperti ini dapat disebut sebagai kondisifrustasi
eksistensialis. Akibatnya sebagian individu mengatasai permasalahannya dengan
menganiaya diri sendiri bahkan melakukan percobaan bunuh diri. Depresi
merupakan keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan yang sangat,
perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, kehilangan
minat untuk tidur, juga hal-hal yang menyenangkan lainnya ( Nasir & Muhith,
dalam Kristyawati 2011). Oleh karena itu dalam beberapa kasus pasien sebenarnya
mempunyai ketakutan dengan kematian namun seperti pepatah yang mengatakan
“hidup segan mati tak mau”. Individu yang mengalami depresi tidak mempunyai
cara yang tepat dalam menghadapi masalahnya sehingga menurutnya yang paling
tepat adalah dengan menganiaya diri sendiri. Depresi pada dasarnya memang
bersifat individual. Akan tetapi bisa bersifat kolektif karena manusia adalah
makhluk sosial. Oleh karena itu individu depresi yang bergaul dengan individu
lain yang depresi maupun tidak, dapat menularkan suasana kejiwaan yang kelam
dan buruk sehinga depresi meluas menjadi depresi massal. Manifestasi dari depresi
di masyarakat yang biasa terjadi antara lain bunuh diri, tawuran dan menurunnya
produktifitas kerja pada pegawai atau karyawan. 5 Setiap hari ada sekitar 150
orang bunuh diri di Indonesia disebabkan oleh depresi. Jadi ada 50.000 orang
yang meninggal pertahunnya (kompas 8 oktober 2012). 80% penyebab bunuh diri
diakibatkan oleh depresi. Penyebab lain diakibatkan oleh penyakit menular
seperti HIV/AIDS. Bunuh diri merupakan pilihan untuk mengakhiri hidup individu
yang putus asa. Hal ini diakibatkan oleh efek meniru. (kompas 8 oktober 2012).
Salah satu kasus bunuh diri akibat dari depresi dialami Rubini dari Yogyakarta.
Sejak beberapa tahun terakhir, Rubini mengidap depresi kronis. Sebelumnya
Rubini dirawat di Rumah sakit Gracia, Kaliurang, Yogyakarta. Namun karena obat
yang diberikan dokter habis dan keluarga tidak dapat membelikannya. Rubini
mengalami kekambuhan dan melakukan bunuh diri. Pihak rumah sakit memberikan
obat pegangan pada Rubuni, namun obatnya sudah habis. “Obat nipun sampun
telas,” ayah almarhum menjelaskan bahwa obat yang dibekalkan pihak RSJ sudah
habis. Obat adalah salah satu cara untuk mengurangi depresi pada diri individu.
Selain obat, proses penyembuhan dipengaruhi oleh sikap keluarga dan individu
tersebut. Pasca keluar dari rumah sakit, Rubini belum mampu keluar dari
depresinya.“Wis embuh atiku mbundel”, Rubini mengucapkan kata terakhir sebelum
mengahiri hidupnya. Keluhan tersebut menandakan Rubini sudah tidak mempunyai
harapan lagi dan tidak bisa memaknai hidupnya. Sehari setelahnya seorang bapak
menerjunkan diri kedalam Luweng Grubuk sedalam 80 meter. Abusumono mengalami
depresi dan kesedihan 6 mendalam karena anaknya menuntut dibelikan sepeda motor
dan telpon seluler. Sementara itu di Surabaya seorag mahasiswi melakukan
percobaan bunuh diri akibat penyakit sering kejang yang membuatnya depresi
(kompas 8 oktober 2012). Beberapa kasus tersebut, menyiratkan bahwa depresi
dapat menyerang siapapun dan dimanapun. Depresi muncul dari dalam diri individu
sehingga sangat penting untuk memunculkan penanggulangannya dari dalam diri
sendiri, lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Oleh karena itulah
penderitaan yang diakibatkan oleh depresi ini perlu dimaknai secara positif
agar pasien tetap memiliki semangat untuk hidup. Frankl (dalam Bastaman 1998)
mengemukakan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
terhadap peristiwa tragis yang tak terelakkan lagi yang menimpa dirinya,
walaupun upayanya telah maksimal. Maksudnya adalah jika seseorang atau individu
tidak dapat mengubah keadaan itu menjadi lebih baik, maka ubahlah sikapnya
terhadap keadaan itu agar tidak terlarut secara negatif dengan keadaan itu.
Karena dengan sikap yang baik dan tepat akan mampu menimbulkan hal-hal yang
positif juga bagi dirinya dan bagi lingkungannya. Namun demikian proses
pemaknaan hidup bukan hanya dapat dilakukan pada saat senang atau bahagia saja
akan tetapi pasien yang depresi pun dapat menemukan makna hidupnya. Salah satu
contoh misalnya J.K. Rowling, penulis miliarder meskipun sepertinya J.K. Rowling
sudah punya segalanya, ia ternyata 7 pernah mengalami masa-masa terpuruk dalam
hidupnya. Dalam sebuah wawancara dengan Oprah, J.K. Rowling menggambarkan
dirinya sebagai "orang yang sangat miskin yang bisa ditemukan di Inggris
tapi tanpa menjadi tunawisma." Penulis miliarder ini kehilangan ibundanya
akibat penyakit Multiple Sclerosis ketika usia Rowling masih 25 tahun. Rowling
juga menderita depresi klinis, dan berjuang keras menjadi orangtua tunggal.
Tapi pengalamanpengalaman itulah yang menyebabkan buku-bukunya begitu
fenomenal. Serial Harry Potter adalah sebuah cerita yang benar-benar mampu
merefleksikan kehidupan jutaan orang karena Rowling mencurahkan segala hal yang
telah dilalui dan dialaminya ke dalam tulisannya (dalam artikel success_story
Andrie wongso). Berbagai fenomena diatas membuktikan bahwa makna hidup bukan
arti dari kehidupan saja. Makna lebih mendalam daripada sekedar arti dari
sebuah kehidupan. Memaknai berarti mengambil hikmah dari segala persoalan yang
dihadapi dan menjadikannya pelajaran dalam hidup. Fenomena diatas membuktikan
makna bukan hanya arti, akan tetapi mampu menjadikan sebuah pengalaman atau
perjalanan hidup menjadi sangat berarti dan penting dalam hidup. Frankl (dalam
Bastaman 2005) mengatakan bahwa hidup tetap memiliki makna dalam setiap situasi
bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. 8 Makna adalah sesuatu yang
dirasakan penting, benar dan berharga yang didambakan dan memiliki nilai khusus
dalam setiap orang yang tentunya berbeda antara satu dengan lainnya. Makna akan
ditemukan ketika seorang atau individu bangkit dari kehampaan, kebosanan,
keterasingan dan ketidak berdayaan. Makna ada ketika seorang individu mampu
mengurai tujuan dalam hidupnya menuju arah kebahagiaan (happiness) sebagai
tujuan akhir dari sebuah makna. Seperti kata Nietzche (dalam Frankl 2006) “
siapa yang memiliki suatu alasan (why) untuk hidup akan sanggup mengatasi
persoalan hidup dengan cara (how) apapun”. Jadi individu yang tau atas
keberadaannya, tujuan hidupnya dan tau bagaimana dia harus hidup akan mampu
menahan apapun kengerian yang menimpa eksistesi mereka dan mampu keluar dari
kesengsaraan dan kevakuman eksistensial. Hal yang khusus pada pasien depresi
tidak sama dengan pasien yang lainnya. Pasien depresi mengalami pengalaman keh
dupan yang sangat luar biasa sehingga dia tidak mampu melakukan apapun kecuali
menyakiti dirinya sendiri. Pasien harus mendapatkan dukungan keluarga maupun
dari dirinya sendiri. Bagaimana seseorang mampu memberi support terhadap
dirinya sendiri jika dia tidak menemukan makna hidupnya?. bagaimana dia bisa
hidup dengan normal ketika dia tidak memiliki tujuan hidup? Banyak hal lain
yang menjadi pertanyaanpertanyaan penting mengenai makna hidup pasien depresi.
Tahapan pemaknaan setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu membutuhka kajian yang mendalam dalam mengeksplorasi pencapaian
tersebut. Begitu juga dengan cara pemaknaannya. 9 Pemaknaan masing-masing
individu berbeda antara satu dengan yang lain. Keunikan-keunikan ini menjadi
sebuah objek kajian peneliti untuk mampu mengeksplorasi makna hidup mantan
penderita depresi. Beberapa peristiwa diatas menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian. Proses kembangkitan individu dari keputusasaan,
kehampaann dan keterasingan. Merupakan proses luar biasa yang memerlukan
berbagai upaya untuk mencapainya. Prestasi individu untuk bangkit kembali
menata kehidupan yang dulu tidak diinginkannya. Penataan ini tidak akan
berhasil tanpa pikiranpikiran yang positif mengenai kehidupan. Penataan ini
yang dilakukan oleh pasien depresi untuk memerangi kevakuman eksistensial dalam
upaya mempertahankan kualitas hidupnya. Hasil penelitian terdahulu tentang
“gambaran makna hidup remaja penderita leukimia” oleh Widianita (2009),
menyebutkan bahwa dua orang remaja yang menjadi subjek memiliki makna hidup.
Makna hidup yang dimiliki oleh remaja leukimia ini karena adanya motivasi dari
orang tedekat. Keinginan untuk membahagiakan keluarga juga menjadi upaya untuk
meraih cita-citanya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lubis dan Dwita (2009)
juga menemukan adanya makna pada subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan
tentang ” makna hidup pada penderita kanker leher rahim”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penderita kangker rahim memiliki makna hidup. Penemuan makna
hidup awali dengan penghayatan diri dan penanaman nilai-nilai kreatif 10 dalam
dirinya. Kesakitan dan kematian yang selalu membayangi subjek tidak menghalagi
subjek untuk menemukan makna hidupnya. Penemuan tentang makna hidup juga
dialami oleh penyandang peyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian oleh Sasmita (2009)
pada ODHA (penyandang HIV/ AIDS) menunjukkan bahwa subjek menemukan makna dari
hidupnya. walaupun subjek mengetahui penyakitnya tidak mungkin untuk
disembuhkan, subjek tetap berfikir positif dan menerima kondisi dirinya.
Penemuan makna hidup yang lain juga dialami oleh pasien penderita kanker
serviks. Penelitian ini dilakukan oleh Nuansa (2008) di rumah sakit kanker
Dharmis dengan judul “gambaran proses pencarian makna hidup pada penderita
kanker serviks. Hasil penelitian dengan wawancara yang mendalam menemukan bahwa
tiga sampel penelitian berhasil memenuhi tahap penerimaan diri dan penemuan
makna hidup. Beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa masing-masing
individu mempunyai cara sendiri untuk memaknai hidupnya. Penderitaan yang berat
dan permasalan yang kompleks tetap membuat subjek menemukan makna dari
hidupnya. Bertolak pada latar belakang diatas, peneliti akan menelusuri
pemaknaan hidup dari subjek yang pernah mengalami depresi berat. Peneliti akan
melihat bagaimana proses penemuan makna hidup individu setelah mengalami
depresi. 11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
diatas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah kebermaknaan hidup pada
mantan pasien depresi? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas adapun
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimanakah
kebermaknaan hidup pada mantan pasien depresi. D. Fokus penelitian Penelitian
ini hanya untuk menganalisis atau meneliti tentang tahapan pencapaian makna
pada mantan pasien depresi. Tahapan yang dimaksud adalah proses rentang waktu
kehidupan subjek mulai dulu sampai saat ini. Selain tahapan peneliti juga akan
meneliti bagaimanakah kebermaknaan hidup subjek. Kebernaknaan disini menekankan
pada rasa bermakna yang dirasakan oleh subjek saat ini. 12 E. Manfaat
penelitian 1. Manfaat teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi baru pada bidang keilmuan psikologi khususnya dalam kajian
psikologi klinis, psikologi positif, psikoterapi dan lain sebagainya. 1.
Manfaat praktis a. Bagi peneliti Sebagai bentuk aplikasi keilmuan peneliti,
khususnya dalam bidang psikologi dan sebagai media untuk mengekplorasi keilmuan
psikologi agar bermanfaat di masa yang akan datang. Serta mampu menemukan
bagaimanakah kebermaknaan hidup pasien pasca depresi. b. Bagi masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat akan tau bagaimana memandang
seseorang yang terkena depresi. Bahwa kebermaknaan itu bukan hanya individu
yang selalu mendapatkan kebahagiaan akan tetapi bagaimana pemaknaan individu
terhadap masalah atau apapun dalam hidupnya kemudian mampu untuk bangkit dan
menentukan tujuan yang baru
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Kebermaknaan hidup pada mantan pasien gangguan depresi: Studi life historis mantan penderita gangguan depresi" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment