Abstract
INDONESIA:
Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsur pokok dalam kepuasan dalam suatu hubungan pada masa dewasa awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai, namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan kesepian.
Individu yang mengalami kesepian menganggap menggunakan internet memberikan manfaat positif pada dirinya. Penggunaan internet yang bersifat patologis biasanya selalu dihubungkan dengan kerusakan yang signifikan terhadap bidang sosial, psikologis dan pekerjaannya yang disebut dengan kecanduan internet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kecanduan internet pada dewasa awal.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan subyek 75 orang dengan teknik purposive sampling. Penetapan sampel dilakukan terlebih dahulu dengan menyaring beberapa individu yang memiliki karakteristik sampel penelitian sebagai berikut : 1) Individu berada pada rentang usia 18 - 40 tahun. 2) Individu yang menghabiskan waktu lebih dari 3 jam dalam sehari dan telah berlangsung minimal 12 bulan. 3) Selama rentang waktu tersebut diharapkan individu tersebut sudah memiliki penghayatan akan aktivitas online dan problematika yang muncul berkaitan dengan aktivitasnya tersebut.
Hasil analisa data menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson menggunakan tehnik korelasi menunjukkan korelasi antara variabel kesepian dengan kecanduan internet r = 0,596 dengan p = 0,000 (p<0,05), berarti ada hubungan positif yang signifikan antara variabel kesepian dan variabel kecanduan internet, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Jadi kesimpulannya bahwa ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kecanduan internet pada dewasa awal.
ENGLISH:
Individuals in the early adult stage has the task of development, one of which is to form intimate relationships with others, the need for intimacy is an essential element in the satisfaction in a relationship in early adulthood. Early adulthood when an individual can formmake healthy friendships and close intimate relationship with another individual, then the intimacy will be achieved, but if the individual did not successfully develop the intimate relationship, then individual will experience a feeling of isolation and loneliness.
Individuals who experience loneliness consider using the internet to give a positive benefit on him. Pathological Internet use is usually always associated with significant damage to the social, psychological and work-called Internet addiction. This study aims to determine the relationship between loneliness with internet addiction tendencies in early adulthood.
The method used is quantitative, with the subject of 75 people with a purposive sampling technique. Determination of the sample is done first by filtering out some of the individuals who have the characteristics of the study sample as follows: 1) Individuals are in the age range 18-40 years. 2) Individuals who spent more than 3 hours a day and has lasted at least 12 months. 3) During the period is expected that individual will already have the appreciation of online activity and the problems arising in connection with these activities.
The results of data analysis using the technique of Pearson Product Moment Correlation using correlation techniques showed a correlation between the variables of loneliness with internet addiction r = 0.596 with p = 0.000 (p <0.05), means there is a significant positive relationship between variables Loneliness and variables Internet Addiction, so the hypothesis can be accepted. So the conclusion that there is a relationship between loneliness with internet addiction tendencies in early adulthood.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Individu dalam tahapan dewasa awal
memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah untuk membentuk hubungan
intim dengan orang lain (Santrock, 1992 : 113), maka kebutuhan akan intimasi
merupakan unsur pokok dalam kepuasan dalam suatu hubungan pada masa dewasa
awal. Menurut Erikson, keintiman merupakan salah satu bentuk krisis dalam
kehidupan, yaitu Intimacy Versus Isolation, yang dikembangkan pada usia dewasa
awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan
hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai,
namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka individu
tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan kesepian (Santrock, 1992 : 114).
Kesepian dijelaskan oleh Paplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan
tidak terpuaskan yang di hasilkan dari kesenjangan antara hubungan sosial yang
diinginkan dengan hubungan sosial yang dimiliki. Deaux, Dane & Wrightsman
(1993 : 189) menyimpulkan tiga elemen dari definisi kesepian yang dikemukakan
oleh Peplau & Perlman, yaitu pengalaman subyektif yang tidak bisa diukur
dengan observasi sederhana, merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan
secara umum merupakan hasil dari kurang atau terhambatnya hubungan sosial.
Dengan demikian disimpulkan bahwa kesepian merupakan suatu perasaan yang tidak
menyenangkan disebabkan adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial 2 yang
diharapkan dengan kenyataan atau realita kehidupan interpersonalnya akibat dari
terhambat atau berkurangnya hubungan sosial yang dimiliki seseorang. Kesepian
tidak hanya disebabkan karena kesendirian yang di alami individu, tetapi karena
adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut. kesepian muncul
sebagai respon terhadap ketidakadaan suatu hubungan yang diharapkan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian adalah : (1) Usia : Hasil penelitian
dari Ostrov & Offer (Brehm, 1992) menunjukkan yang paling merasakan
kesepian berasal dari orang-orang yang berusia remaja dan dewasa awal. (2)
Status perkawinan : Freedman, Perlman & Peplau (Brehm, 1992), menyebutkan
secara umum orang yang tidak menikah lebih merasa kesepian bila dibandingkan
dengan orang yang telah menikah. (3) Gender : Menurut Borys dan Perlman (Brehm,
1992). Laki-laki lebih sulit menyatakan rasa kesepian secara tegas apabila
dibandingkan dengan perempuan. (4) Status Sosial Ekonomi : Weiss (Brehm, 1992).
melaporkan fakta bahwa individu dengan tingkat penghasilan rendah cenderung
mengalami kesepian lebih tinggi daripada individu dengan penghasilan lebih
tinggi dan (5) Karakteristik latar belakang lainnya : Rubeinsein & Shaver
(Brehm, 1992) menyatakan bahwa yang lebih mengalami kesepian adalah individu
dari orang tua yang telah bercerai. Ketika mengalami kesepian, individu akan
merasakan ketidakpuasan, kehilangan, dan distress. Namun, hal ini tidak berarti
bahwa perasaan ini sama di setiap waktu. Faktanya menunjukkan bahwa orang-orang
yang berbeda bisa saja memiliki perasaan kesepian yang berbeda dalam situasi
yang berbeda pula 3 (Brehm, 1992). Berdasarkan survei mengenai kesepian yang
dilakukan oleh Rubeinstein, Shaver & Peplau (Brehm, 1992) diuraikan bahwa
terdapat empat jenis perasaan yang dialami oleh orang yang kesepian, yaitu: (1)
Desperation, (2) Impatient Boredom, (3) Self-Deprecation, (4) Depression.
Shaver & Rubeinstein (Brehm, 1992) mengungkapkan bahwa individu yang
mengalami kesepian menunjukkan beberapa reaksi atau coping untuk menghadapi
kesepian yang dialaminya, diantaranya melakukan kegiatan aktif (seperti
belajar, bekerja, berolahraga, melakukan hobi, membaca, menggunakan internet),
membuat kontak sosial (menelepon, chatting, mengunjungi orang lain), melakukan
kegiatan pasif (seperti menangis, tidur, maupun tidak melakukan kegiatan
apapun) dan melakukan kegiatan selingan yang sebenarnya kurang membangun namun
cukup menghabiskan waktu (seperti menghabiskan uang untuk shoping). Beberapa
aktivitas yang dilakukan individu yang mengalami kesepian tidak dapat
menghasilkan kepuasan yang lebih tinggi dalam kehidupan sosialnya, bahkan
kemungkinan justru dapat menyebabkan individu tersebut semakin sulit dalam
membangun hubungan sosial yang lebih baik. Individu yang mengalami kesepian
membutuhkan strategi coping yang lebih aktif dan positif terhadap kesepian yang
dialaminya (Brehm, 1992). Salah satu bentuk coping dari individu yang mengalami
kesepian adalah dengan menggunakan fasilitas internet. Internet memungkinkan
untuk menghubungkan komputer-komputer di belahan dunia tertentu dengan
komputerkomputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula
menghubungkan individu yang satu dengan yang lainnya dari berbagai belahan 4
dunia yang lain. Adanya komunikasi melalui internet membuka kemungkinan bagi
individu untuk bisa berdiskusi, mencari berita, melakukan bisnis, menyalurkan
hobi, berhubungan dengan individu lain ataupun untuk mencari hiburan. Internet
telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orangorang dapat saling
berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara online,
e-mail, chatting room, dan news group. Individu yang mengalami kesepian merasa
bahwa internet memberikan banyak manfaat positif pada dirinya, salah satunya
mengurangi rasa malu dan rasa takut untuk dikenali orang lain seperti yang
dialami saat di dunia nyata (Anonimitas), dan hal-hal lain yang tidak di dapat
di dunia nyata tapi bisa didapatkannya di dunia maya. Saat ini, internet
dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi kesepian. Penggunaan internet
sebagai salah satu cara untuk mengurangi kesepian sebenarnya masih dianggap
seperti pedang bermata dua. Pada individu yang mengalami kesepian disatu sisi
penggunaan internet biasanya menimbulkan banyak keuntungan, salah satunya
seperti mengurangi kesepian dengan mengembangkan perasaan mendapat dukungan
sosial, dan dapat membentuk persahabatan dengan individu lain secara virtual.
Disisi lain, bila orang yang mengalami kesepian menghabiskan banyak waktu untuk
online di dunia maya dan menghabiskan banyak waktu sendirian di depan komputer,
baik di kantor maupun di rumahnya sendiri, maka orang tersebut hanya menyisakan
waktu yang sangat sedikit untuk berhubungan, bertatap muka dengan orang lain di
dunia nyata dan mengurangi kesempatannya untuk berinteraksi dengan orang lain.
5 Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa internet telah
menciptakan sebuah alam yang sangat kondusif untuk pelarian dari ketegangan mental
yang dialami di dunia nyata, yang pada akhirnya dapat menjadi Reinforcement
pola perilaku kecanduan terhadap internet tersebut. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Ivan, bahwa kecanduan merupakan suatu hubungan emosional
dengan suatu objek atau kejadian, dimana individu yang mengalaminya mencoba
untuk menemukan kebutuhannnya terhadap intimasi. Kencanduan (pada tingkat yang
paling dasar) adalah sebuah usaha untuk mengontrol dan memenuhi keinginan untuk
mendapatkan kebahagiaan atau kenyamanan (Pleasure). Sehingga dengan kata lain,
dapat dikatakan bahwa perilaku kencanduan individu terhadap internet tersebut
merupakan upaya yang dilakukannya dalam memenuhi kebutuhannnya akan kebahagian
yaitu intimasi. Di jelaskan oleh Tashman (2008), mengungkapkan bahwa kencanduan
terdiri dari 3 tahapan. Ketiga tahapan tersebut yaitu ; (1) Tahap pertama
disebut dengan Internal Change (Perubahan Internal), (2) Tahap kedua disebut
dengan Life Style Change (Perubahan Gaya Hidup), (3) Tahap ketiga disebut
dengan Life Breakdown (Rusaknya Kehidupan). Kecanduan internet menurut Young
(1998), diungkapkan sebagai sebuah syndrom yang di tandai dengan menghabiskan
jumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan kurang dam
bahkan ketidakmampuan untuk mengontrol diri saat online. Orang-orang yang
menunjukkan syndrom ini akan merasa cemas, stres, gelisah atau hampa saat tidak
online di dunia maya (Weiten 6 & Lloyd, 2008). Penggunaan internet yang
sangat berlebihan, sehingga pada akhirnya mengganggu fungsi individu dalam
kehidupan sehari-hari seperti pekerjaan, sekolah, maupun aktivirtas di rumah.
Menyebabkan munculnya berbagai perilaku yang mulai menyimpang, contohnya
korbannya mulai menyembunyikan tingkat ketergantungannya terhadap internet
tersebut kepada orang lain dengan cara berbohong (Young, 1996). Penyebab
munculnya kecanduan internet dikarenakan beberapa alasan, yaitu: (1)
Anonimitas, (2) Perilaku, (3) Biologis, (4) Hubungan Sosial Dunia Maya. Young,
Pistner, O’Mara & Buchanan (1998) mengungkapkan bahwa Kecanduan internet
dapat digolongkan atas lima kelompok, yaitu : (1) Cybersexual Kecanduan, (2),
Cyber-Relational Kecanduan, (3) Net Compulsions, (4), Information Overload (5)
Computer Kecanduan. Beberapa orang menunjukkan penggunaan internet secara
patologis untuk satu tujuan tertentu, seperti layanan seks secara online atau
perjudian secara online, sedangkan yang lainnya menunjukkan sesuatu yang
bersifat lebih umum, yaitu keseluruhan bentuk kecanduan internet (Weiten &
Llyod, 2008). Dampak atau masalah yang muncul dari kecanduan internet seperti :
(1) Masalah Kesehatan, (2) Masalah Keluarga, (3) Masalah Pekerjaan, (4) Masalah
Psikis, (5) Masalah Finansial, (6) Masalah Sosial, (7) Masalah Pendidikan.
Berdasarkan pemamaparan diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat hubungan
positif antara kesepian dengan kecenderungan kecanduan internet. Hal ini
membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti sejauh mana seberapa besar 7
Hubungan Antara Kesepian Dengan Kecenderungan Kecanduan Internet Pada Dewasa
Awal. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana Tingkat Kesepian Pada Dewasa Awal. 2. Bagaimana Tingkat Kecanduan
Internet Pada Dewasa Awal. 3. Seberapa besar Hubungan Antara Kesepian Dengan
Kecenderungan Kecanduan Internet Pada Dewasa Awal? C. Tujuan Penelitian Dalam
pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat Kesepian Pada Dewasa Awal 2. Untuk mengetahui
tingkat Kecanduan internet Pada Dewasa Awal 3. Untuk mengetahui seberapa besar
Hubungan Antara Kesepian Dengan Kecenderungan Kecanduan Internet Pada Dewasa
Awal D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil
penenelitian ini adalah: 1. Untuk Peneliti a. Sebagai persyaratan dalam
memperoleh gelar kesarjanaan di Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang b. Sebagai wahana dalam meningkatkan kompetensi
dalam hal penelitian dan penulisan serta ilmu pengetahuan 8 2. Untuk
Pengembangan Keilmuan Sebagai informasi baru yang dapat memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan dalam psikologi, khususnya pada bidang ilmu psikologi klinis
dalam hal kesepian dan kecanduan internet.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kecanduan internet pada dewasa awal." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment