Abstract
INDONESIA:
Proses tumbuh-kembang seseorang pada masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam semua fase proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Selain itu, salah satu alasan mengapa masa remaja menjadi masa yang penting dan menjadi salah satu pusat perhatian para pakar psikologi perkembangan, sosial maupun pendidikan adalah karena adanya masa transisi. Dimana masa transisi ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa remaja dan masa transisi inilah yang menjadikan emosional remaja kurang stabil (storm and stress). Pada masa transisi ini memungkinkan timbulnya masa krisis yang biasanya ditandai munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau biasa disebut dengan istilah kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency.
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui kecenderungan pola asuh yang digunakan orang tua pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang. 2)Untuk mengetahui bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang. 3)Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat kenakalan remaja pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang.
Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas X PS 1, X TKJ 1, X TKJ 2, XI JSB 1, XI JSB 2 dan XI JSB 3 SMKN 2 Malang yang berjumlah 198 siswa. Pengambilan data menggunakan skala pola asuh orang tua dan kenakalan remaja. Pengolahan data menggunakan teknik regresi linier.
Hasil perhitungan kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat pola asuh orang tua memiliki Pola Asuh tinggi sebanyak 17 responden (8,9%), yang memiliki Pola Asuh sedang sebanyak 163 responden atau 85,34%, dan yang memiliki pola asuh rendah sebanyak 11 responden atau 5,76%. Kenakalan Remaja tinggi sebanyak 20 responden (10,47%), yang memiliki Remaja sedang sebanyak 148 responden atau 77,49%, dan yang memiliki kenakalan remaja rendah sebanyak 23 responden atau 12,04%. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilai korelasi pola asuh dan kenalan remaja sebesar -0.484 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05). Artinya adanya pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja.
ENGLISH:
Growth and development process of someone in adolescence is the most important stage among all human phase. One of the reasons why it is important and become focus of developmental, social, and educational psychology experts is the transition stage. This transition stage is the switchover from children to adolescence and this stage triggers adolescent emotion less stable (storm and stress). In that stage, emergence of crisis phase is also possible happened. Actually, the symptom of crisis phase is deviant behaviors or usually called juvenile delinquency.
The purposes of this research are as follow: 1) To know parenting tendency which is used by parent of first and second grade student in Vocational High School 2 Malang. 2) To know how far juvenile delinquency level of first and second grade student in Vocational High School 2 Malang. 3) To know the influence of parenting and juvenile delinquency of first and second grade student in Public Vocational High School 2 Malang.
The subjects of this research are X PS 1, X TKJ 1, X TKJ 2, XI JSB 1, XI JSB 2 dan XI JSB 3 Vocational High School 2 Malang which the totals are 198 students. Data collection is taken by parenting and juvenile delinquency scale. Data processing is using correlation technique with pearson correlation.
The calculation results show that there are 3 different categorizations. First, parenting level which has high parenting consists of 17 respondents (8,9%), medium parenting consists of 163 respondent (85,34%), and low parenting consists of 11 respondent (5,76%). High juvenile delinquency consists of 20 respondents (10,47%), medium juvenile delinquency consists of 148 respondents (77,49%), and low juvenile delinquency consists of 23 respondents (12,04%). Correlation test result shows that the parenting correlation and juvenile delinquency value is -0.484 with significance value is 0.000 (p<0.05). It means there is influence parenting against juvenile delinquency.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pola
asuh orang tua juga sering dikenal sebagai gaya dalam memelihara anak atau
membesarkan anak mereka selama mereka tetap memperoleh keperluan dasar yaitu
makan, minum, perlindungan, dan kasih sayang. Santrock (2002) mengatakan yang
dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan
oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang
dewasa secara sosial. Tumbuh kembang anak mulai dalam kandungan sampai ia
tumbuh menjadi dewasa merupakan proses yang sangat panjang, dan hal ini
merupakan suatu proses yang sangat luar biasa yang akan dialami oleh semua
orang tua. Pada proses inilah akan tampak senang atau tidaknya anak, bahagia
atau tidaknya anak tergantung kepada orang tua. Akhir-akhir ini banyak orang
tua yang mengesampingkan mengasuh anak mereka, mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan anak mereka, terkadang mereka malah membayar seorang perawat anak
untuk mengasuh anak mereka. Dan tidak jarang orang tua yang mementingkan materi
semata, yang dalam satu sisi orang tua mencari materi bukan hanya untuk dirinya
tetapi juga untuk sang anak dan keluarga. Akan tetapi disatu sisi anak juga
membutuhkan waktu bersama orang tua yang lebih lama, 2 karena tidak bisa
dipungkiri kasih sayang orang tua pastilah sangat besar kepada anak. Orang tua
menaruh harapan yang besar pada anak mereka dan ingin menjadikan mereka anak
yang baik serta membanggakan orang tua. Untuk mencapai hal itu hendaknya orang
tua lebih menyadari peran serta tugas mereka sebagai orang tua dalam mengasuh,
mendidik, serta membesarkan anak-anaknya. Dalam sebuah keluarga kehadiran
ataupun adanya orang tua sangatlah besar maknanya untuk perkembangan anak
secara psikologis. Keluarga adalah lingkungan pertama yang anak kenal dan
keluarga adalah lingkungan utama anak sehingga semua proses baik mengasuh,
mendidik ataupun yang lainnya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak
baik dalam segi intelektual, spiritual ataupun sosial dan perilaku anak dalam
kehidupan sosial. Kartini Kartono (Persada, 2002) mengungkapkan pola kriminal
ayah, ibu, atau salah seorang anggota keluarga dapat mencetak pola kriminal
hampir semua anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu tradisi, sikap hidup,
kebiasaaan dan filsafat hidup keluarga itu besar sekali pengaruhnya dalam
membentuk tingkah laku dan sikap setiap anggota keluarga. Dengan kata lain
tingkah laku kriminal orang tua mudah sekali menular kepada anak-anaknya.
Lebih-lebih lagi perilaku ini sangat gampang dioper oleh anak-anak puber dan
adolescence yang belum stabil jiwanya, dan tengah mengalami banyak gejolak
batin. 3 Selain itu Kartini Kartono (2002) juga mengungkapkan situasi dan
kondisi lingkungan awal kehidupan anak, yakni kelurga (orang tua dan kerabat
dekat), sangat mempengaruhi pembentukan pola delinkuen anakanak dan para
remaja. Dari beberapa literatur dan hasil penelitian yang terkait dengan
kenakalan remaja (dalam Santrock : 2002, Maria : 2007, Kienhuis : 2009, Joanna
dalam Ruby : 2009, dan Willis : 2009) ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak berfungsinya orang tua
sebagai figur tauladan yang baik bagi anak. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan
oleh remaja dibawah usia 17 tahun yang disebabkan oleh kondisi tersebut juga
sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial.
Seperti; berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di
sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan
di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal
atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti; pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan
lainnya yang sering diberitakan dimedia-media masa. Dewasa ini kenakalan remaja
semakin meningkat dan meresahkan masyarakat, tak hanya terjadi di perkotaan,
pun di desa mulai dibuat resah dengan perilaku ini. Fakta menarik dari Badan
Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2009 menyebutkan bahwa 7% dari pelaku
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Bahan zat adiktif (Narkoba) dari
tahun 2001 4 hingga tahun 2008 di Indonesia merupakan remaja yang berusia
kurang dari sembilan belas tahun. Rata-rata kenaikan jumlah kasus
penyalahgunaan narkoba tersebut kurang lebih sekitar 2% tiap tahunnya. Jumlah
remaja di Indonesia kurang lebih mencapai 65 juta remaja, hal ini sangat
membahayakan bagi remaja yang ada di Indonesia.
(http://bnn.go.id/read/data_kasus_narkoba/4418/blog-single.html) Fakta lain menyebutkan
pada tahun 2006 Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional (PKBI), United Nation
Population Fund (UNFPA), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) mencatat bahwa 15% dari remaja berusia 10-24 tahun di Indonesia, kurang
lebih 9,3 juta remaja, telah melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan
aborsi menduduki posisi kedua yakni sekitar 2,3 juta kasus di Indonesia. Dan
yang lebih mencengangkan lagi, sekitar 20 persen dari kasus aborsi tersebut
atau sekitar 460 ribu kasus dilakukan oleh remaja. Hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti terhadap lima siswa SMKN 2 Malang menunjukkan
adanya perilaku kecenderungan kenakalan remaja pada umumnya, seperti pernah
merokok, menonton film porno, membolos sekolah dan keluyuran hingga larut
malam. Peneliti juga melakukan wawancara dengan koordinator bimbingan konseling
sekolah yang mengatakan bahwa pada umumnya kenakalan yang dilakukan oleh siswa
adalah membolos, tidak mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah, berkelahi
dengan sesama teman. 5 Kenakalan remaja merupakan hasil dari pola pengasuhan
yang keliru, sehingga sikap anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana anak
melakukan imitasi terhadap apa yang dilihatnya. Ketika anak sudah mulai mampu
menerima dan mengolah rangsang dari luar, saat itulah ia mulai mengatur pola
berpikir dan pola perilakunya dalam menghadapi setiap masalah yang harus segera
dipecahkannya (Badingah, 1993) Menurut Kartono (2006), kenakalan remaja adalah
gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu pengabaian sosial, sehingga anak remaja mengembangkan
bentuk tingkah laku menyimpang. Kenakalan remaja yaitu kelainan tingkah laku,
perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan antisosial yang
melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat (Willis, 2005). Menurut Hurlock kenakalan anak dan remaja bersumber
dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko (moral hazard). Menurutnya,
kerusakan moral bersumber dari berbagai hal : 1. Keluarga yang sibuk, keluarga
retak, dan keluarga single parent dimana anak hanya diasuh oleh ibu; 2.
Menurunnya kewibawaan sekolah dalam mengawasi anak; 3. Peranan gereja tidak
mampu manangani masalah moral (Hurlock, 1999) Proses tumbuh-kembang seseorang
pada masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam semua fase proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia. Selain itu, salah satu alasan mengapa
masa remaja 6 menjadi masa yang penting dan menjadi salah satu pusat perhatian
para pakar psikologi perkembangan, sosial maupun pendidikan adalah karena
adanya masa transisi. Dimana masa transisi ini adalah masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa remaja dan masa transisi inilah yang menjadikan
emosional remaja kurang stabil (storm and stress). Pada masa transisi ini
menurut Ray (2008, dalam www.yoyooh.com) memungkinkan timbulnya masa krisis
yang biasanya ditandai munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau biasa
disebut dengan istilah kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency. Hurlock
(2003) beranggapan bahwa, psikologis remaja tengah berada pada masa topan dan
badai serta tengah mencari jati diri, sehingga menimbulkan konflik dan
ketidakstabilan emosi dalam diri remaja. Menurut Stanley (Gunarsa, 2006) masa
remaja juga merupakan masa dimana remaja penuh gejolak emosi dan
tidakseimbangannya emosi atau yang disebut dengan “storm and stress” sehingga
pola pikir atau perilaku remaja mudah terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya.
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (High Curiosity), oleh karena
didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi itulah remaja cenderung ingin mencoba
segala sesuatu, bertualang, dan menjelajah segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kenakalan remaja
(Kartono, 2006) 7 Menurut Hurlock (2003) dalam setiap masa perkembangan dan
pertumbuhan anak peranan orang tua sangatlah penting. Tidak hanya sejak lahir
sampai dewasa, tapi juga mulai dari prenatal (hamil) sampai pasca atau sampai
dewasa. Apalagi di zaman yang sudah semakin berkembang dan maju ini, dengan
berkembangnya berbagai macam teknologi, baik elektronik maupun transportasi,
perkembangan anak juga dihadapkan dengan berbagai masalah, seperti moralitas
yang semakin menurun dan perilaku di luar yang semakin bebas. Sehingga orang
tua menjadi titik sentral dalam proses tumbuh kembang anak, baik secara
intelegensi, sosial, psikis, moralitas, maupun perilaku mereka. Hasil observasi
terhadap 5 siswa dan siswi kelas X dan XI dan wawancara kepada guru bimbingan
konseling yang peneliti lakukan juga menunjukkan ada kecenderungan Siswa-siswi
kelas X dan XI SMKN 2 Malang melakukan kenakalan seperti membolos, merokok atau
bahkan berbohong pada orang tua untuk membeli keperluan sekolah. Dengan melihat
kondisi ini kemudian peneliti mencoba meneliti kembali tentang kenakalan remaja
yang mendapat pengaruh dari pola asuh orang tua. Berdasarkan pemaparan latar
belakang dan hasil wawancara yang dilakukan, peneliti ingin meneliti tentang
Pengaruh Pola Asuh Orang tua Dengan Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas X dan XI
SMKN 2 Malang. Menurut guru konseling yang diwawancarai peneliti, kelas X dan
XI yang akan peneliti teliti terindikasi banyak melakukan kenakalan remaja, hal
ini terbukti dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan. 8 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat pola asuh orang tua
pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang? 2. Bagaimana tingkat kenakalan remaja
pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang? 3. Adakah pengaruh pola asuh orang tua
terhadap tingkat kenakalan remaja pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang? C.
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas maka didapat tujuan penelitian
sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kecenderungan pola asuh yang digunakan
orang tua pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang. 2. Untuk mengetahui
bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang. 3.
Untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat kenakalan
remaja pada siswa Kelas X dan XI SMKN 2 Malang. 9 D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
bagi perkembangan ilmu psikologi. Khususnya psikologi pendidikan dan psikologi
sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan remaja dan pola asuh orang
tua. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
orang tua, pendidik dan remaja khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kenakalan remaja. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
tindakan pencegahan terhadap kenakalan remaja dengan meminimalisir hal-hal yang
memungkinkan dapat menimbulkan terjadinya kenaklan remaja.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja siswa kelas X Dan XI SMKN 2 Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment