Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Monday, June 12, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada penyiar radio Kota Malang

Abstract

INDONESIA:
Kecemasan Komunikasi menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya di dalam dunia kerja yang dalam hal ini penyiar ketika bersiaran. Seseorang mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka biasanya memiliki efikasi diri yang rendah, sementara mereka yang memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu mengatasi rintangan. Efikasi diri akan mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran. Sampel penelitian ini adalah 19 orang penyiar di kota Malang. Penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu Skala efikasi diri dan Skala kecemasan komunikasi dalam bersiaran yang disusun sendiri oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek efikasi diri (Bandura, 1997) dan komponen kecemasan komunikasi (Jeffrey, 2005). Skala Efikasi diri nilai reliabilitas (rxx)=0.943 dan terdiri dari 18 aitem, sedangkan Skala kecemasan komunikasi nilai reliabilitas (rxx)=0.945 dan terdiri dari 32 aitem.
Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dengan nilai r = -0,766, sig (0,01). Artinya semakin tinggi efikasi diri penyiar maka akan semakin rendah tingkat kecemasannya dalam bersiaran, dan sebaliknya, semakin rendah efikasi diri penyiar maka tingkat kecemasan bersiarannya akan semakin tinggi.
ENGLISH:
Communication apprehension resulting negative impacts on various aspects of life, one of them in the world of work which in this case is a broadcaster when they broadcasting. Someone who is experiencing high anxiety usually has low self-efficacy and the high self-efficacy is able to overcome obstacles. Self-efficacy will affect the way of someone to react the stressful situasions.
This research was a corelational study that was aimed to investigate the relationship between self-efficacy with communication apprehension in broadcasting. The sample was 19 broadcasters in the city of Malang. This study using two scales as a measuring tool, the scale of self-efficacy and scale of communication apprehension in broadcasting were compiled by researcher in the form of Likert Scale based on aspects of self-efficacy (Bandura, 1997) and a component of communication apprehension (Jeffrey, 2005). Self-efficacy Scale of reliability value (rxx) = 0,943 and consisted of 18 items, whereas communication apprehension scale of reliability value (rxx) = 0,945 and consistes of 32 items.
Analysis of research using Pearson Product Moment Correlation. Based on analysis found that there was a negative relationship between self-efficacy with the communication apprehension with value of r = -0,766 sig (0,01). This meant that higher of self-efficacy of broadcaster, the lower of the anxiety level in broadcasting, and conversely, the lower of the self-efficacy of broadcaster the anxiety of broadcasting level will be higher.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
 Komunikasi erat sekali hubungannya dengan seluruh aktivitas manusia. Mulyana (dalam Hidayat, 2012) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membangun kebersamaan pikiran tentang suatu makna atau pesan yang dianut secara bersama. Sejalan dengan itu dilihat dari sudut pandang psikologi, Dance (dalam Rakhmat, 2011) mendefinisikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal. Dengan demikian, komunikasi merupakan usaha untuk membangun sebuah kebersamaan yang dilandasi oleh persamaan persepsi tentang sesuatu sehingga mendorong di antara pelaku komunikasi untuk saling memahami sesuai dengan keinginan atau tujuan bersama (Hidayat, 2012). Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri baik itu antar individu, kelompok, individu kepada kelompok maupun kelompok terhadap individu. Adapun komunikasi yang terjadi dari individu kepada kelompok melalui media massa seperti komunikasi massa. Menurut Maletzke (dalam Rakhmat, 2011) Komunikasi massa diartikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Secara sederhana, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televisi dan film (Rakhmat, 2011). Maka dari itu, komunikasi massa bukanlah 2 komunikasi yang terjadi langsung berhadapan antara satu individu dengan individu lain, tetapi komunikasi massa yakni komunikasi yang terjadi melalu media massa dan salah satunya seperti disebutkan sebelumnya yaitu melalui radio. Merujuk dari model teori Harold D. Lasswell (dalam Triartanto, 2010), media radio juga dapat diterapkan dengan pertanyaan, Who? Says What? In which Channel? To Whom? With What Effect? Karena pada prinsipnya, proses komunikasi melalui radio juga tidak lepas dari unsur komunikator/pemberi pesan (communicator), pesan/isi pernyataan (message), medium/radio (channel), komunikan/penerima pesan (receiver), dan efek/pengaruh (effect). Kemudian (Triartanto, 2010) menjelaskan dalam dunia radio siaran, komunikator adalah seorang pemilik modal, marketing, penyiar, reporter, penulis naskah, produser, program director, music director, serta operator. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa penyiar merupakan salah satu komunikator yang memegang peran penting dalam media radio. Seperti apa yang dikatakan Effendy (1991) penyiar adalah orang yang menyajikan materi siaran kepada para pendengar. Seorang penyiar diharapkan bisa menjadi pembicara dan pelaku media yang kompeten terutama dalam hal bersiaran. Seperti menurut (Triartanto, 2010) bahwa penyiar sebagai ujung tombak siaran tentunya identik dengan representasi dari stasiun radionya. Artinya, penyiar merupakan salah satu cermin identitas stasiun (stasiun identity). Oleh karena itu, hal yang disampaikan dari penyiar kepada pendengar harus dapat tersampaikan dengan baik yang dalam artian tidak ragu-ragu dan nyaman untuk didengar. Menurut Triartanto (2010) untuk menyampaikan 3 informasi, pikiran, emosi, penyiar hanya mengandalkan suara. Berbeda halnya seperti pembawa acara pada televisi yang biasa kita lihat yang mana bisa mengandalkan hal lain selain suara yang dimilikinya seperti bahasa tubuh atau ekpresi wajah. Beberapa kasus kecemasan sering kali terjadi terutama kepada para mahasiswa, Elliot dkk (Anwar, 2009) menyatakan bahwa mahasiswa sering mengalami kecemasan saat akan menghadapi ujian ataupun pada saat harus berbicara di depan orang banyak, dan kecemasan tersebut akan mempengaruhi performansinya. Demikian halnya dengan Tilton (Anwar, 2009) yang menyatakan bahwa dalam kenyataan yang ada, banyak individu yang menyatakan lebih takut untuk berbicara di depan umum dibanding ketakutan lainnya seperti kesulitan ekonomi, menderita suatu penyakit bahkan ketakutan terhadap kematian. Menurut (Bandura, 1997) individu yang mengalami kecemasan menunjukkan ketakutan dan perilaku menghindar yang sering mengganggu performansi dalam kehidupan mereka. Begitu pula halnya dalam berkomunikasi, menurut (McCroskey, 1984) kecemasan komunikasi sebagai ketakutan yang dialami individu yang berhubungan dengan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung antara individu dengan individu yang lain. Individu yang merasa cemas baik secara psikis maupun biologis, dalam dirinya akan berimbas kepada harapannya pada masa yang akan datang. Keadaan ini ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah, dan perasaan akan terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan dan individu menjadi tidak mampu menemukan penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997). 4 Ketika merasa cemas ataupun ketika dihadapkan dengan situasi-situasi yang menekan dalam hal ini siaran, Individu akan mengalami gejala-gejala fisik maupun psikologis. Nevid dkk (2002) menyatakan bahwa kecemasan komunikasi biasanya ditandai dengan gejala fisik seperti tangan berkeringat, jantung berdetak lebih cepat dan kaki gemetaran. Kecemasan komunikasi yang terjadi pada individu disebabkan oleh banyak hal. Menurut Geist (dalam Anwar, 2009) kecemasan tersebut dapat bersumber dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi individu yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya sebagai kekurangsiapan untuk menghadapi situasi yang ada, pola berpikir dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Demikian halnya seperti yang terjadi pada penyiar radio kota Malang. Penulis menemukan adanya indikasi kecemasan komunikasi yang terjadi pada penyiar di kota Malang oleh hal-hal fisik yang nampak seperti gemetar, berkeringan dingin dan gugup. Contoh lainnya yaitu kekeliruan verbal seperti dalam kalimat-kalimat yang diucapkan oleh salah satu penyiar radio frekuensi 91.10 MHz di salah satu program berita di hari rabu tanggal 4 Mei 2016 pukul 08.10 WIB yang mengatakan, “seperti dalam penye.. pembangannya” dan juga “tetap stay terus setelu... setelah jeda berikut..”. Selain itu di tanggal yang sama pada pukul 08.15 WIB, ada pula program informasi ringan di radio dengan frekuensi 95.40 MHz yang menyebutkan beberapa pengulangan kata salah satunya “mulai memperkuat... mulai memperkuat timnya..”. 5 Kemudian kecemasan komunikasi yang dialami penyiar tidak lepas dari skill (kemampuan) yang kurang mumpuni, kecemasan yang dialami, dan persiapan yang belum maksimal. Hal tersebut penulis simpulkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu penata musik (music director) di radio yang memiliki frekuensi 101.30 MHz yang juga bekerja sebagai penyiar mengatakan bahwa, “Penyiar bisa aja ngalamin kecemasan ataupun grogi ketika siaran mau itu yang baru atau yang lama, kalau yang baru sih biasanya dia ngerasa belum punya skill yang cukup trus juga sering bingung diawal. Nah, kalau yang lama biasanya juga masih ngerasain terutama pas ketemu orangorang terkenal seperti artis maupun pejabat”. Selain itu, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Opt dan Loffredo (2000) kecemasan berbicara di depan umum pertama disebabkan oleh karakter individu, individu yang introvert tidak banyak melakukan komunikasi sehingga kemungkinan kecemasan berbicara di depan umum lebih tinggi daripada yang ekstrovert, kedua adalah cara pandang individu, individu yang melihat sesuatu dengan sensors akan menghasilkan kecemasan berbicara di depan umum dan faktor ketiga adalah pola pikir, pola pikir yang negatif akan lebih mudah menimbulkan stres dan mengekspresikan kecemasan. Individu dengan latar belakang gender yang berbeda juga tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan mereka mengelola kadar emosional dalam berinteraksi. Berdasarkan penelitian James dan Cattel (dalam Anwar, 2009) menunjukkan bahwa secara umum wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan pria. Penyiarpenyiar dengan latar belakang gender yang berbeda tentu sangat berpengaruh 6 terhadap kemampuan mereka mengelola kadar emosional dalam berinteraksi. Berdasarkan penelitian James dan Cattel (dalam Anwar, 2009) menunjukkan bahwa secara umum wanita lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan pria. Penelitian telah mengindikasikan bahwa seseorang yang memiliki tingkat kecemasan berbicara yang tinggi biasanya tidak dianggap secara positif oleh orang lain McCroskey (dalam Byers, 1995). Mereka dianggap tidak responsif, tidak komunikatif, sulit untuk mengerti, tidak memiliki ketertarikan sosial dan seksual, tidak kompeten, tidak dapat dipercaya, tidak berorientasi pada tugas, tidak suka bergaul, tidak suka menjadi pemimpin dan tidak produktif dalam kehidupan profesionalnya Merrill; Mulac & Sherman; McCroskey & Richmond dalam (Byers, 1995). Intinya adalah bahwa kecemasan berbicara menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap kehidupan ekonomi, akademis, politik, dan sosial individu McCroskey dalam (Byers, 1995). Penanganan kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya pun bisa saja berbeda tergantung penilaian pribadi individu terhadap kemampuan yang dimilikinya yang disebut dengan efikasi diri. Menurut (Feist, 2002) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka biasanya memiliki efikasi diri yang rendah, sementara mereka yang memiliki efikasi diri tinggi merasa mampu mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. Hal yang terpenting dari masalah juga adalah bagaimana masalah itu bisa dihadapi, termasuk pula pada kecemasan, itu berarti individu tersebut harus 7 memiliki efikasi diri yang baik. Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif. Penilaian seseorang terhadap efikasi diri memainkan peranan besar dalam hal bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas, dan tantangan. Ketika menghadapi tugas yang menekan, dalam hal ini berbicara ketika siaran, keyakinan individu terhadap efikasi diri akan memengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997). Kemudian, yang perlu diketahui bahwa varibel komunikasi komunikasi dan sejenisnya sudah banyak diteliti sebelumnya terlihat dari penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis diatas namun jarang sekali penulis menemukan penelitian yang dilakukan pada penyiar. Maka berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada penyiar radio kota Malang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat efikasi diri pada penyiar radio kota Malang? 2. Bagaimana tingkat kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada penyiar radio kota Malang? 3. Bagaimana hubungan efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada penyiar kota Malang? 8 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui efikasi diri pada penyiar radio kota Malang. 2. Mengetahui kecemasan komunikasi dalam bersiaran penyiar radio kota Malang. 3. Mengetahui hubungan efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada penyiar radio kota Malang. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu, khususnya dalam bidang psikologi pendidikan mengenai hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada pada penyiar radio kota Malang. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: a. Pihak perusahaan dapat mengetahui tingkat efikasi diri dan tingkat kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada pada penyiar radio kota Malang. Hal ini berguna dalam memberikan pembinaan pada penyiar dalam mengembangkan efikasi diri dan mengurangi kecemasan komunikasi dalam bersiaran. 9 b. Penelitian ini berguna sebagai input bagi penyiar tentang efikasi diri dan kecemasan ketika siaran, sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan diri penyiar terutama dalam meningkatkan efikasi diri dan mengurangi kecemasan komunikasi dalam bersiaran.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan komunikasi dalam bersiaran pada penyiar radio Kota Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment