Abstract
INDONESIA:
Pada saat ini di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan semakin beragam, mulai dari jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Salah satu bentuk dari jalur pendidikan informal yang saat ini sedang berkembang adalah homeschooling. Ada beberapa alasan yang digunakan mereka dalam memilih dan menentukan model pembelajaran ini. Dan ada beberapa manfaat pula yang akan diperoleh, salah satunya adalah memaksimalkan potensi yang mereka tekuni tanpa harus mengganggu jadwal belajar. Homeschooling terbagi menjadi tiga tipe yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas, ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Remaja yang mengikuti homeschooling memiliki keterbatasan dalam sosialisasi teman sebaya jika dibandingkan dengan sekolah formal, remaja dapat bertemu dengan banyak teman sebaya sehingga remaja dapat mempelajari banyak hal dan memiliki kesempatan bergaul dengan lingkungan heterogen sehingga memiliki kompetensi sosial. Kompetensi sosial sangat penting karena diharapkan remaja mampu berinteraksi sosial secara efektif serta mampu memahami situasi sosial dan memilih perilaku yang tepat dalam berbagai situasi sosial. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kompetensi sosial pada remaja yang mengikuti homeschooling.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Jumlah subyek dalam penelitian ini tiga orang remaja ( BG, FT, AS ) usia 12-18 tahun yang mengikuti homeschooling komunitas di sekolah dolan Malang yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dan observasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kompetensi sosial remaja yang dimiliki oleh remaja homeschooling ditunjukkan dengan ciri-ciri tersendiri dalam pengusaannya pada setiap subyek. Dimana kedua subyek ( FT, AS ) menunjukkan kompetensi sosial ketika ia berada di lingkungan sosialnya dan ketika ia berada di rumahnya. Namun satu subyek menunjukkan kompetensi sosialnya di lingkungan sosialnya dan ketika di rumah ia kurang menguasai beberapa aspek dalam kompetensi sosial berupa aspek self evaluation, empati dan perilaku prososial. Selain itu, remaja homeschooling diberi kesempatan oleh orangtua untuk melakukan aktifitas- aktifitas yang diminati. Dengan demikian remaja dapat bersosialisasi dengan beragam orang dalam lingkungan sosial yang heterogen dan dapat membantu mengembangkan kemampuan sosial remaja dalam berinteraksi dengan oranglain.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif. Jumlah subyek dalam penelitian ini tiga orang remaja ( BG, FT, AS ) usia 12-18 tahun yang mengikuti homeschooling komunitas di sekolah dolan Malang yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur dan observasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kompetensi sosial remaja yang dimiliki oleh remaja homeschooling ditunjukkan dengan ciri-ciri tersendiri dalam pengusaannya pada setiap subyek. Dimana kedua subyek ( FT, AS ) menunjukkan kompetensi sosial ketika ia berada di lingkungan sosialnya dan ketika ia berada di rumahnya. Namun satu subyek menunjukkan kompetensi sosialnya di lingkungan sosialnya dan ketika di rumah ia kurang menguasai beberapa aspek dalam kompetensi sosial berupa aspek self evaluation, empati dan perilaku prososial. Selain itu, remaja homeschooling diberi kesempatan oleh orangtua untuk melakukan aktifitas- aktifitas yang diminati. Dengan demikian remaja dapat bersosialisasi dengan beragam orang dalam lingkungan sosial yang heterogen dan dapat membantu mengembangkan kemampuan sosial remaja dalam berinteraksi dengan oranglain.
EMGLISH:
Nowadays, there are many ways to get education in Indonesia. From formal education, nonformal and informal education. One of way from informal education being developed are homeschooling. There are some reasons that they used in selecting and determining the model of this learning. And there are also benefits to be gained, one of which is to maximize the potential interest without disturbing the learning schedule. Homeschooling is divided into three types namely single homeschooling, compound homeschooling , and community homeschooling, all have advantages and disadvantages of each. Adolescents who follow in the socialization of homeschooling has limitations when compared with peers of formal school, adolescent can meet with many peers so that teenagers can learn many things and have the opportunity interact with heterogeneous environments and thus have social competence. Social competence is very important because adolescents are expected to be able to effectively interact socially and to be able to understand social situations and choose appropriate behaviors in various social situations. Based on this background, this research aims to provide a picture of social competence in adolescents who follow homeschooling.
This research is a qualitative description. The number of subjects in this research is three adolescent aged 12-18 ( BG, FT, AS ) who followed homeschooling community in the sekolah Dolan Malang obtained by purposive sampling. Data collection methods used were semi-structured interviews and observation.
This research is a qualitative description. The number of subjects in this research is three adolescent aged 12-18 ( BG, FT, AS ) who followed homeschooling community in the sekolah Dolan Malang obtained by purposive sampling. Data collection methods used were semi-structured interviews and observation.
The results of this study revealed that adolescent social competence which is owned by the teenage homeschool shown with its own characteristics in pengusaannya on every subject. Where both subjects showed social competence when he was in their social environment, and when he was at his house. However, one subject showed social competence in their social environment at home and when he lacks control of some aspects of the social competence aspect of self evaluation, empathy and prosocial behavior. In addition, adolescents were given the opportunity by homeschooling parents to do activities that are in demand. Thus teenagers can socialize with various people in the social environment of heterogeneous and can help adolescents develop social skills in interacting with other people.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada
saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan semakin beragam,
mulai dari jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal. Jalur pendidikan merupakan cara yang dilalui oleh peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Dengan berbagai macam jalur pendidikan yang tersedia,
semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan pengetahuan bagi peserta
didiknya. Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya dan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal berupa pendidikan kursus, bimbingan belajar dan pendidikan dasar
seperti taman membaca Al-qur’an. Sedangkan jalur pendidikan informal merupakan
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Salah satu bentuk
dari jalur pendidikan informal yang saat ini sedang berkembang adalah
homeschooling yang dikenal pula dengan sebutan sekolah rumah. Ini merupakan
fenomena yang ramai diperbincangkan oleh kalangan masyarakat, orang tua, dan
praktisi pendidikan dalam 3 – 4 tahun terakhir. Fenomena ini banyak dibicarakan
diantaranya berkaitan dengan sosialisasi anak jika belajar di rumah, peran
totalitas orang tua dalam mendampingi belajar anak, 2 materi pelajaran yang
diberikan, proses penilaian atau evaluasi belajar anak dan bagaimana ijasah
yang diterima oleh peserta didiknya. Menurut Sumardiono (2007) yang merupakan
salah seorang praktisi homeschooling, prinsip dalam pendidikan homeschooling
adalah sebuah keluarga bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya
dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Bertanggung jawab disini
berarti orang tua terlibat penuh terhadap proses penyelenggaraan pendidikan
mulai dari penentuan arah dan tujuan dari pendidikan, nilai yang ingin dicapai,
keterampilan dan kemampuan yang ingin dicapai, kurikulum pembelajaran hingga
cara belajar keseharian anak. Berdasarkan definisi dari U.S Departement of
Education mengatakan bahwa homeschooling merupakan anak-anak yang mengikuti
sekolah rumah yang mungkin diajarkan oleh satu atau kedua orangtuanya, sebagai
guru yang datang ke rumah, atau melalui program sekolah yang ada di internet.
Beberapa orang tua menyiapkan bahan-bahan dan desain program belajar untuk
anak-anak mereka, sementara lainnya menggunakan bahan-bahan yang diproduksi
oleh perusahaan khusus yang menangani segala kebutuhan homeschooling.
Penanggung jawab dalam homeschooling adalah keluarga, Rivero (2008). Format
dalam homeschooling menurut Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Ditjen Pendidikan
Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional dalam buku panduan “Komunitas
Sekolah Rumah sebagai satuan pendidikan Kesetaraan” dalam Sumardiono (2007)
menyatakan bahwa sekolah rumah dapat dibedakan menjadi sekolah rumah tunggal,
sekolah rumah majemuk, dan sekolah rumah komunitas. Sekolah rumah rumah tunggal
merupakan homeschooling yang 3 dilakukan oleh satu keluarga yang ingin memiliki
keluwesan maksimal dalam penyelenggaraan homeschooling sejak perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, pengadministrasian sampai penyediaan sarana pendidikan.
Lalu, sekolah rumah majemuk merupakan homeschooling yang dilakukan oleh dua
atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap
dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Dalam format ini memberikan
kemungkinan pada keluarga untuk saling bertukar pengalaman dan sumber daya yang
dimiliki tiap keluarga. Sementara itu, sekolah rumah komunitas merupakan
gabungan dari beberapa homeschooling yang menyusun dan menentukan silabus,
bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik atau seni, dan bahasa), sarana atau
prasarana dan jadwal pembelajaran dan juga dibentuk dengan metode
pembelajarannya secara tutorial. Menurut Novianti (2009) dalam penelitiannya
tentang Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar
menunjukkan bahwa alasan pemilihan homeschooling bagi sejumlah orang tua
dikarenakan oleh kekhawatiran orang tua pada pendidikan sekolah saat ini yang
berkaitan dengan pergaulan anak yang penuh tekanan, biaya sekolah yang mahal,
jam belajar yang penuh dan tuntutan perilaku yang seragam. Selain itu,
karakteristik anak yang berbeda-beda sehingga beberapa dari mereka mengalami
perasaan tertekan dalam bergaul dengan teman sekolahnya dan ada beberapa anak
yang cukup pintar melebihi teman-temannya namun ia merasa dikucilkan oleh
teman-temannya sehingga kemampuannya menjadi tidak menonjol, namun jika ia
diberikan pendidikan rumah, anak-anak ini akan menjadi berkembang dalam segi
intelektualnya, emosional dan sosialnya. Dengan pendidikan sekolah rumah,
mereka dapat bebas menjadi diri sendiri sehingga keingintahuan dan minat
belajarnya menjadi luas. 4 Pertimbangan lain diselenggarakannya pendidikan rumah
adalah keinginan dari orang tua untuk menanamkan secara lebih nilai-nilai
tertentu seperti agama, moral dan sebagainya yang mungkin kurang diberikan dari
kurikulum di sekolah umum. Perbedaan yang paling mendasar antara anak-anak
homeschooling dengan sekolah umum tentu saja berkaitan dengan jam berangkat ke
sekolah. Anak-anak homeschooling tidak perlu merasa terburu-buru untuk pergi ke
sekolah, bersekolah selama enam hari efektif dan mengikuti kalender pendidikan
dan juga mereka tidak perlu menggunakan seragam. Jumlah jam belajar mereka
berbeda dengan anak-anak di sekolah dan materi-materi yang diberikan berbeda
dengan yang diajarkan sekolah umum. Berkaitan dengan materi, sejak awal
homeschooling dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya sehingga
materi yang diajarkan sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar anak saat itu
(Novianti, 2009). Walaupun homeschooling memusatkan pendidikannya di rumah,
namun tidak semua aktifitas pembelajaran berada di rumah. Berbeda dengan
sekolah pada umumnya, homeschooler dapat mengambil tempat belajar dimana saja,
menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat sebagai sarana belajar.
Menurut Kurniasih (2009) yang terpenting dalam homeschooling adalah penanaman
sikap mental belajar, sehingga homeschooler dapat belajar dengan caranya
sendiri serta belajar dari siapa saja dan apa saja. Dengan begitu, homeschooler
memiliki kesempatan yang luas untuk bertemu dengan banyak orang untuk
bersosialisasi dengan segala usia. 5 Penelitian jurnal yang dilakukan oleh Rothermel
(2004) di Inggris berjudul Home-education : Comparison of home-and
school-educated children on PIPS Baseline assesment menyebutkan bahwa anak-anak
usia empat dan lima tahun yang mengikuti home-educated menunjukkan level yang
tinggi untuk kemampuan dan keterampilan sosial yang baik. Hal ini dikarenakan
anak-anak yang mengikuti home-educated lebih fleksibel dalam menyalurkan
kebutuhan dan minat mereka. Selain itu, mereka lebih mendapatkan perhatian,
penghargaan dan memiliki komitmen yang tinggi dari orangtua. Sumardiono (2007)
menyebutkan bahwa salah satu hal kelemahan dalam homeschooling yaitu
sosialisasi dengan teman sebaya (horizontal socialization) relatif lebih
rendah. Remaja homeschooling relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang
heterogen secara sosial dan kemungkinan untuk terisolasi dari lingkungan
sosial, khususnya pelaksana homeschooling tunggal dan majemuk. Dikhawatirkan
pula remaja dapat kehilangan kesempatan bergaul dengan lingkungan yang
heterogen, dimana dalam lingkungan tersebut anak dapat mempelajari banyak hal.
Secara umum, remaja akan menjadi kurang pengalaman sosialnya, dan dikhawatirkan
akan berkurang kepekaan sosialnya, kompetensi sosialnya, dan menjadi orang yang
kurang bermasyarakat ketika dewasa nantinya. Berbeda dengan remaja yang
mengikuti sekolah umum. Remaja yang bersekolah menghabiskan waktu 6-8 jam di
sekolah. Selama 6-8 jam di sekolah mereka belajar dalam kelompok, bergaul
dengan banyak teman dengan beragam karakteristik, memahami figur otoritas guru
dan bergaul dengan lingkungan fisik sekolah. Interaksi dengan teman-teman di
sekolah akan mengajarkan tentang perilaku kerjasama, persahabatan, tolong
menolong, kompetisi dan kemampuan- 6 kemampuan – kemampuan sosial di masa depan
( Novianti 2009). Hasil penelitian dari Novianti yang berjudul Perkembangan
Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) menyebutkan
bahwa perkembangan sosial anak homeschooling yang tampak pada beberapa hal
seperti komunikasi, bermain, dan berempati sudah cukup berkembang. Namun, hal
yang perlu dikhawatirkan adalah berkaitan dengan kesempatan yang luas untuk
mengenal beragam orang dalam beragam situasi yang berbeda atau mengenali orang
dalam situasi yang berbeda. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan
aktivitas dan pergaulan yang semakin bertambah luas diluar lingkungan
keluarganya dimana individu mulai berinteraksi dengan masyarakat dewasa. Pada
periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua
dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa,
ClarkeStewart&Freedman,Ingersoll (seperti yang disebut Agustiani, 2006).
Selain itu remaja dituntut untuk mampu memanfaatkan tingkah laku yang dianggap
pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Kemudian pada usia remaja terdapat
pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi individu dan di
akhir masa remaja, diharapkan tugas-tugas tersebut telah terpenuhi sehingga
individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-peran dan tugas barunya sebagai
orang dewasa kelak. Remaja yang popular adalah remaja yang memberikan dukungan,
kesediaan untuk menjadi pendengar yang baik, mempertahankan komunikasi dengan
baik yang terbuka dengan teman sebaya, mereka bahagia, menjadi diri sendiri,
menunjukkan antusiasme dan perhatian pada orang lain, dan percaya pada 7 diri
sendiri tanpa menjadi sombong, Hartup (seperti yang disebut Santrock, 2003).
Ini berarti, remaja yang popular diantara teman-temannya dikarenakan dia mampu
membina hubungan dengan teman sebayanya ataupun dengan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, remaja perlu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
teman-teman sebayanya serta masyarakat pada umumnya (Santrock 2003). Dengan
meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka
wawasan sosial akan semakin membaik pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja
yang memiliki kompetensi sosial yang baik biasanya akan mudah untuk menjalin
kerjasama dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kompetensi sosial yang
baik. Kompetensi sosial yang baik itu dipengaruhi oleh interaksi antara remaja,
orang tua dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Kompetensi sosial adalah
suatu kemampuan atau kecakapan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain
dan untuk terlibat dengan situasi-situasi sosial yang memuaskan, Hurlock
(1973). Ditambahkan pula bahwa untuk memiliki kompetensi sosial remaja harus
mengetahui pola-pola perilaku yang tepat dalam berbagai situasi dan mampu
menerapkannya sehingga diharapkan seorang remaja yang mempunyai kompetensi
sosial yang baik mampu memilih pola perilaku yang tepat untuk menghadapi
situasi sosial yang tertentu dan dapat membawa diri sesuai dengan situasi
sosialnya. Dacey dan Maureen (1997) Kompetensi sosial adalah kemampuan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Yang mana individu yang
berkompeten secara sosial dapat mencari teman atau menjaga pertemanan dan
menyelesaikan tujuan pertemanan mereka dengan orang lain. 8 Kompetensi sosial
bagi remaja juga akan memberikan sikap tenang dan percaya diri yang bernilai
besar dalam situasi sosial. Ini menambah kesan baik yang menjadikan
keterampilan sosial remaja bermanfaat bagi penguatan pengakuan sosialnya
terlepas dari berbagai sifat nakal yang dimiliki oleh remaja, Hurlock (1973).
Pada remaja yang mengikuti homeschooling, permasalahan sosial yang dirasakan
adalah hubungan dengan teman sebaya menjadi terbatas karena kegiatan belajar
yang berbeda sehingga intensitas pertemuan menjadi kecil. Minimnya hubungan
sosial dalam pergaulan, dapat menyulitkan seseorang untuk berinteraksi dengan
orang lain secara efektif dan dapat menimbulkan hambatan – hambatan dalam
kehidupan sosialnya berupa kurangnya wawasan sosial, ruang lingkup pergaulan
yang sempit, merasa kesepian dan sebagainya, Hurlock (1980). Seperti yang telah
dikemukakan diatas, bahwa permasalahan sosial remaja yang mengikuti
homeschooling merupakan terbatasnya interaksi sosial, membangun hubungan sosial
menjadi permasalahan yang dirasa penting pada saat mencapai tahap perkembangan
remaja. Menurut Hurlock (1980) pada saat remaja, selain mengalami pematangan
fisik, mereka juga mengalami pematangan sosial dimana para remaja menjalani
proses belajar untuk mengadakan penyesuaian diri pada kehidupan sosial orang
dewasa secara cepat yang berarti bahwa mereka harus belajar cara-cara atau
pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan oleh orang dewasa dalam lingkungan
kebudayaan masyarakat dimana mereka hidup. Dari latar belakang diatas
menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang remaja
homeschooling dengan judul “Kompetensi sosial remaja yang mengikuti
homeschooling”. Disini peneliti ingin mengetahui bagaimana 9 gambaran
kompetensi sosial remaja yang mengikuti homeschooling. B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran
kompetensi sosial remaja yang mengikuti homeschooling? C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana gambaran kompetensi sosial pada remaja yang
mengikuti homeschooling. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang
diperoleh dari penelitian ini, yakni : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam
usaha memperoleh pemahaman dan mengembangkan teori mengenai kompetensi sosial
remaja yang mengikuti homeschooling. Selain itu juga diharapkan dapat
memberikan sumbangan berarti bagi perkembangan ilmu psikologi pada umumnya dan
bagi ilmu psikologi perkembangan dan pendidikan pada khususnya. 10 2. Manfaat
Praktis Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan yang positif bagi peneliti dan masukan kepada para orang tua dan
tenaga pendidik homeschooling untuk lebih cermat dalam mengamati
kemampuan-kemampuan sosial remaja dalam berinteraksi. Dan juga dapat digunakan
sebagai acuan dalam menyusun kurikulum atau program yang dapat meningkatkan
soft skill remaja dalam hubungan sosial.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Kompetensi sosial pada remaja yang mengikuti homeschooling" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment