Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Monday, June 12, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan antara penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik di kalangan karyawan UD. Sido Muncul Blitar

Abstract

INDONESIA :
Suatu indrustri tidak terlepas dari kinerja manusia. Sedangkan manusia itu sendiri pada dasarnya memiliki dua kedudukan yaitu sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Untuk bisa melangsungkan hidup maka manusia harus bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan cara penyesuaian diri dengan lingkungan, begitu juga dengan lingkungan kerjanya, manusia yang bisa beradaptasi akan bisa bertindak menghormati orang lain, bisa nyaman dilingkungannya dan bisa terhindar dari konflik yang mudah terjadi. Peraturan yang berlaku dan arahan dari atasan diharapkan mampu untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar karyawan serta bisa membangun industri yang lebih maju. Dari pemikiran tersebut maka peneliti ingin mengetahui bagaimana penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dan manajemen konflik serta hubungan antara penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik karyawan di UD. Sido Muncul Blitar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri dan manajemen konflik karyawan serta hubungan antara penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik karyawan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sample yang diambil adalah keseluruhan karyawan yang berjumlah 25 orang sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. Pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode angket, dokumentasi serta observasi. Data yang diperoleh dari angket dianalisa menggunakan teknik regresi.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa kebanyakan dari karyawan memiliki penyesuaian diri yang dapat dikategorikan sedang, sedangkan kebanyakan dari karyawan memiliki manajemen konflik yang sedang pula, selain itu dalam penelitian dapat dilihat bahwa adanya hubungan yang signifakan antara penyesuaian diri dengan manajemen konflik sehingga orang dengan mudah menyesuaian diri maka dia akan mudah untuk melakukan manajemen konflik yang terjadi pada dirinya.
ENGLISH :
An industry can not be separated from human performance. While the human beving basicly have two domiciling they are as a personal person and as a social person. To be surviving in live human must interact with their environment through self human that can make an adaptation will respect to others, they will comfort and could be separated from conflict that can happen easily. The rules and directions from their superior behoped can create an harmonic situation among the employed so it will build more develop industry. Because of the reason of the top, the researcher wants to know how a self adaption conflict managemen in working environment also Corelation between self adjustment in working environment with conflict management in UD. Sido Muncul Blitar.
Intention of this research is to know level self adjustment and conflict management employees and also corelation between self adjustment in the working environment with conflict management employees.
This research represent research quantitative, sample the taken is the overall of employees amounting to twenty five people so that this research is population research. Data collecting is by using enquette methode, documentation and also observation. obtained data of enquette analysed to use regresi technique.
Obtained conclusion that most of employees have self adjustment able to be categorized midle, ing most of employees have conflict management which midle also, besides in research can be seen by that there is corelation him which is signifakan between self adjustment with conflict management so that people easily self adjustment hence he will easy to to conduct conflict management that happened at self.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai mahluk pribadi dan mahluk sosial. Sebagai mahluk pribadi, manusia mempunyai beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing individu memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda dengan individu lainnya. Sedangkan sebagai mahluk sosial, individu selalu ingin berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain. Ketika berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain, individu memiliki tujuan, kepentingan, cara bergaul, pengetahuan ataupun suatu kebutuhan yang tidak sama satu sama lain dan semua itu harus dicapai untuk dapat melangsungkan kehidupan. Berbagai perbedaan-perbedaan tersebut sedikit banyak dapat menimbulkan perselisihan dan persaingan atau dapat menyebabkan adanya suatu masalah yang kecil dan apabila tidak terselesaikan dapat menjadi sebuah konflik. Konflik terjadi dalam kehidupan manusia, tanpa memandang apakah ia seorang lelaki remaja atau seorang lelaki dewasa, seorang remaja putri atau wanita dewasa? Konflik pun bisa terjadi pada seseorang yang baru bersahabat bahkan menimpa kepada seseorang yang sudah lama bersahabat dan akrab, begitu juga konflik yang terdapat ditempat kerja bisa saja terjadi dengan teman sekerja atau dengan atasan mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lewis A Coser (dalam Panji Anoraga 1992:99) mengatakan bahwa konflik baik yang bersifat antara kelompok maupun intra kelompok selalu ada ditempat orang hidup bersama. Itu berarti dimana terdapat kehidupan bersama, disana pula ada konflik. Menurut Nurwitri Hardono, (dalam Pandji Anoraga, 1992:105) mengemukakan bahwa dalam suatu lingkungan perusahaan, seorang karyawan mungkin sering atau pernah mengalami suatu konflik, mungkin itu dengan atasan, teman sekerja, bawahan atau dengan dirinya sendiri. Seseorang yang hidup dengan orang lain dan mereka hidup dalam lingkungan yang sama maka mereka ada kemungkinan besar pernah mengalami suatu permasalahan atau konflik yang tidak memandang jenis ataupun usia orang tersebut. Orang-orang yang bekerja dalam perusahaan bisa saja berada dalam posisi pimpinan maupun bawahan. Mereka yang bekerja pada perusahaan menginginkan agar mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari pekerjaan tersebut. Sedangkan pemilik perusahaan atau orang yang ditunjuk untuk mewakili kepentingan pemilik mempunyai kepentingan untuk mengembangkan perusahaan agar lebih maju. Jadi disini sebetulnya nampak adanya perbedaan “interest” dari pihak karyawan dan pihak majikan atau pemilik perusahaan. Perbedaan inilah yang mengebabkan kemungkinan terjadinya konflik antara pihak majikan dengan pihak karyawan. Meskipun demikian pertentangan-pertentangan bisa saja terjadi antara pihak karyawan sendiri ataupun para pimpinan sendiri. Bagaimanapun karena banyaknya manusia yang ada di dalam perusahaan kemungkinan pertentangan selalu ada. Karena masing-masing karyawan mempunyai sifat, sikap, keinginan, kepribadian dan minat yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada suatu saat terjadi keributan yang terjadi di UD Sido Muncul, dilakukan oleh pihak pengelola dengan pihak karyawan, awalnya pagi itu ada salah seorang karyawan melakukan bubut sendirian dan dia cuma menghasilkan atau membuat kendang dengan ukuran yang kecil sedangkan diesel yang digunakan perusahan adalah diesel dengan ukuran besar yang menghasilkan tenaga yang besar sehingga pengeluaran solarpun sama dengan apabila digunakan oleh seluruh karyawan bila bekerja semua, dilain kata apabila diteruskan akan berpengaruh pada pengeluaran perusahaan lebih besar daripada pemasukan perusahaan, karena pengelola tidak mau mengalami kerugian maka ia memberitahui karyawan tersebut agar untuk sementara berhenti bekerja dan dilanjutkan lain hari sehingga ada teman bekerja, tetapi pemberitahuan tersebut tidak dihiraukan oleh karyawan yang disebabkan karena memang tidak terdengar jelas suara atasannya dengan kebisingan disel yang dihasilkan, sehingga pengelola mematikan langsung disel tersebut sehingga karyawan tidak bisa meneruskan pekerjaannya. Karyawan merasa tidak diperlakukan dengan baik atas majikannya, maka mereka akhirnya melakukan adu mulut untuk mempertahankan komitmen atau argumen mereka masing-masing, karena karyawan merasa tidak bisa mempertahankan diri maka diapun memutuskan untuk keluar dari perusahaan itu. Dengan kejadian yang telah diceritakan diatas dapat digaris bawahi bahwasanya seseorang yang bekerja diruangan yang panas, bising dan terdapat polusi yang tinggi akan menyebabkan pengaruh terjadinya konflik yang lebih tinggi hal ini sesuai dengan pendapat Halonen & Santrock (dalam www.google.com) menyatakan untuk merekrut karyawan, tentunya faktor penyesuaian diri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini dilihat apakah individu memiliki ketahanan diri untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan ketrampilan, ketlatenan dengan waktu yang terbatas dan ruangan kerja yang panas serta bising, jika individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, maka seseorang mudah sensitive dan cepat tersinggung dengan pihak lain sehingga mengalami konflik baik dengan rekan kerja, atasan, maupun dengan bawahan. Selain itu dalam bukunya Kartini Kartono (2002:151) mengatakan kalimat kata yang salah-letak, salah-ucap, salah-interprestasi, seloroh yang ditujukan untuk bergurau, dan sugesti yang terlalu didesakkan, semuanya secara drastis bisa meruntuhkan moral atau mengurangi efisiensi kerja karyawan. Khususnya jika dibandingkan dengan reaksi mereka yang kurang garang terhadap kondisi fisik lingkungan kerjanya; misalnya reaksi mereka terhadap kenaikan suhu, ventilasi yang kurang baik, udara, lembab di kantor, kurang cahaya, dan lain-lainnya kekurangan fisik yang ada dipabrik atau perusahaan. Konflik dapat disebabkan oleh banyak hal seperti salah komunikasi dan kondisi lingkungan kerja sehingga semua karyawan diharapkan bisa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat dimana dia bekerja, karyawan yang tidak bisa menyesuaikan diri maka dia akan merasa kurang nyaman dan kemungkinan dia akan tidak betah untuk bekerja di perusahaan tersebut. Yustinus Semiun (2006) mengatakan apabila seseorang yang mengalami konflik dan ia mengadakan penyesuaian diri, sering kali konflik ini bisa ringan dan bersifat sementara, tetapi jika ia harus memilih antara dua respons yang berlawanan, maka konflik tersebut mungkin berat dan bertahan lama. Sehingga seorang karyawan yang berhasil menyesuaikan diri dalam lingkungan perusahaan akan bisa mengurangi konflik yang terjadi, dan sebaliknya seorang karyawan yang tidak berhasil menyesuaikan diri dalam lingkungan perusahaan maka konflik akan sulit dikendalikan sehingga konflik tersebut akan terasa berat untuk diatasi. Suatu proses penyesuaian diri dapat berlangsung terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan. Dalam proses berhubungan antara individu dengan lingkungan dapat saling bertentangan, atau dapat pula individu menggunakan atau memanfaatkan lingkungannya maupun berpartisipasi dan turut ikut serta dengan lingkungan sekitar serta mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimanapun individu tersebut berada. Kalau berbicara mengenai hubungan-hubungan sosial, maka penyesuaian diri yang baik menuntut supaya kita dapat bergaul dengan orang lain yang merupakan hakikat dari penyesuaian diri sosial. Dengan kata lain, kesadaran sosial merupakan kriteria dasar untuk menyesuaikan diri yang akurat, bergaul dengan orang lain berarti mengembangkan hubungan yang sehat dan ramah, senang bersahabat dengan orang lain, menghargai hak, pendapat dan kepribadian orang lain dan terutama sangat menghargai integritas pribadi dan nilai sesama manusia (Yustinus Semiun, 2006:45). Sebenarnya konflik yang berlangsung lama dan sangat kuat dapat mengakibatkan gangguan kepribadian. Konflik tidak selalu berakibat buruk karena yang menjadi persoalan ialah bagaimana seseorang menghadapinya dan tindakan yang diambil untuk memecahkannya ( Yustinus Semiun, 2006:394). Griffin (dalam Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, 2005) mengenalkan tiga pendekatan dalam manajemen konflik, yaitu bagaimana konflik dapat dikelola, diawasi, dan dikendalikan sehingga konflik yang terjadi tetap dapat diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi melalui kinerja organisasi yang lebih baik. Ketiga pendekatan tersebut adalah menstimulus konflik (stimulation conflict), mengendalikan konflik (controlling conflict), dan menyelesaikan atau meghilangkan konfik (revolving and elimination conflict). Merurut Jusuf Arianto, ( 2001:46-47), terdapat 5 gaya atau cara dalam memanajemen konflik yaitu cara pertama dengan gaya avoidance yang dimaksudkan untuk menghindari diri dari konflik dalam arti untuk menarik diri dari situasi konflik dan mengubah situasi tersebut menjadi netral. Kedua adalah dengan cara smoothing yang merupakan gaya manajemen dengan kecenderungan untuk meminimalkan perbedaan dan menekankan kepentingan bersama sebagai kekuatan dalam mengelola konflik. Ketiga adalah forcing yaitu adanya kecenderungan manajemen untuk menggunakan kekuatan (power) untuk mempengaruhi pihak-pihak tertentu agar mengakui keberadaan pihak lainnya. Cara keempat adalah compromise, suatu gaya manajemen untuk kesepakatan bersama. Gaya yang terakhir adalah collaborative yang menunjuk pada kemampuan manajemen untuk mengidentifikasi konflik, saling berbagi informasi (sharing information), dan mencari pemecahan dengan cara yang tepat. Menurut pengertian masing-masing gaya manajemen dalam mengelola konflik diatas, tampaknya gaya yang terakhir merupakan cara yang terbaik untuk mengatasi masalah konflik industri di Indonesia. Ini bukan berarti gaya lainnya bersifat negatif, namun pemecahan masalah secara integral dengan memahami akar permasalahan sampai pada cara-cara penyelesaian merupakan langkah yang tepat dalam mengelola konflik Menurut Heidjrachman Suad Husnan, (1990 :234-235), mengatakan untuk menangani konflik diperlukan dua metode yaitu dengan cara mengurangi atau menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik, salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu. Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara yang lain adalah dengan membuat musuh bersama sehingga para anggota dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi musuh tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian dari para anggota kelompok. Untuk metode menyelesaikan konflik, dimana cara yang ditempuh adalah dengan mendomisir atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif. Seorang karyawan yang bisa untuk menaati dan menjaga diri dari peraturan yang ditetapkan perusahaan maka ada kemungkinan akan terbebas dan selamat dari suatu konflik sehingga dia akan merasa nyaman dan tentram untuk bekerja di perusahaan tersebut. Para pengelola atau manajer perusahaan dapat menjadi pihak utama dalam konflik-konflik yang terjadi, maksudnya sebagai orang-orang yang terlibat secara aktif di dalam situasi konflik yang berkembang. Mereka seringkali diminta bantuan untuk bertindak sebagai pihak penengah pada konflik-konflik yang dialami pihak lain, (Winardi,2007:17). Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dilihat bahwa penyesuaian diri dalam lingkungan kerja ada hubungannya dengan manajemen konflik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka akan dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi, dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik (Yustinus Semiun,2006) Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa faktor yang turut mempengaruhi dalam manajemen konflik atau dalam mengatasi konflik di lingkungan kerja adalah adanya penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja baik secara fisik, psikologis maupun sosial dan tidak dipengaruhi oleh kekurangan-kekurangan kepribadian. Merurut Polak (dalam Wahyudi, Akdon, 2005:29) membagi konflik menjadi empat jenis antara lain Konflik antar kelompok, Konflik intern dalam kelompok, Konflik antar individu untuk mempertahankan hak dan kekayaan, dan yang terakhir adalah konflik intern individu untuk mencapai cita-cita. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah konflik pada bagian yang kedua yaitu Konflik intern dalam kelompok yang maksudnya adalah konflik yang terjadi antar anggota dalam satu kelompok, konflik ditimbulkan oleh anggota sendiri karena perselisihan atau karena sesuatu yang tidak sesuai sehingga konflik muncul kepermukaan. Karyawan di UD. Sido Muncul juga sering terjadi konflik antar karyawan sehingga ketentraman karyawan yang lain juga terganggu sehingga berdampak pada kinerjanya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan antara penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik di kalangan karyawan UD. Sido Muncul Blitar”. B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dinyatakan dalam pernyataan berikut, yaitu: 1. Bagaimana penyesuaian diri dalam lingkungan kerja di UD. Sido Muncul Blitar? 2. Bagaimana manajemen konflik pada karyawan di UD. Sido Muncul Blitar? 3. Apa ada hubungan penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik di UD. Sido Muncul Blitar? C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dimaksudkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penyesuaian diri dalam lingkungan kerja di UD. Sido Muncul Blitar. 2. Untuk mengatahui manajemen konflik pada karyawan di UD. Sido Muncul Blitar. 3. Untuk mengetahui hubungan penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik di UD. Sido Muncul Blitar. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Penulis. Mengetahui lebih jauh tentang hubungan penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik. 2. Bagi Akademisi. Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan tambahan referensi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya tentang obyek yang sejenis. 3. Bagi Perusahaan. Penelitian ini memberikan masukan kepada perusahaan tentang pentingnya hubungan penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara penyesuaian diri dalam lingkungan kerja dengan manajemen konflik di kalangan karyawan UD. Sido Muncul Blitar." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment