Abstract
INDONESIA:
Dalam menjalani hidup, setiap individu senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Hidup bersama pasangan hidup, anak dan cucu adalah keinginan setiap individu dalam menjalani masa tuanya. Kehidupan yang dijalani seseorang sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan orang tersebut yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
Kebahagiaan hidup seseorang dapat dilihat dari bagaimana orang tersebut menerima kehidupan masa lalunya dengan apa adanya, merasakan emosi positif, melakukan aktifitas positif, merasakan kepuasan keluarga, pernikahan, berinteraksi sosial, spiritualitas, serta dapat menerima dan menjalani kehidupannya dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah, bagaimana dengan kebahagiaan lansia yang tinggal di wisma lansia, apakah lansia yang tinggal di wisma lansia dapat merasakan kebahagiaan seperti para lansia pada umumnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap dua orang wanita lansia dengan kategori usia 60 tahun ke atas dan tercatat sebagai penghuni tetap griya lansia gerbangmas Lumajang. Kedua subyek tergolong yang paling lama berada di wisma lansia tersebut dibandingkan dengan lansia lain yang ada ditempat tersebut. Kedua subyek sudah berada di wisma lansia sejak awal didirikannya wisma lansia tersebut. Tidak ada saudara yang mau menerima keberadaan kedua subyek penelitian ini.
Pada penelitian ini hasil analisis menunjukkan bahwa kebahagiaan yang dirasakan kedua subyek lebih terletak pada kehidupan masa lalunya sebelum mereka tinggal di wisma lansia. Karena keadaan, sehingga membuat kedua subyek harus tinggal di wisma lansia tersebut. Dapat hidup bersama sanak keluarga masih menjadi impian kedua subyek. Akan tetapi kedua subyek tersebut bersyukur, karena masih dapat menikmati hari tuanya dengan baik. Dengan keadaan dirinya yang semakin tua saat ini, hal yang dilalukan kedua subyek adalah memperbanyak ibadah dan berbuat baik terhadap sesama. Kedua subyek dapat menyadari keadaan dirinya saat ini, sehingga membuat kedua subyek untuk lebih memilih pasrah dalam menjalani hidupnya di usia tua seperti saat ini.
ENGLISH:
In life, each individual always longed for a happy life. Living with spouses, children and grandchildren is the desire of every individual to live a older age. Life lived happiness of someone very influential on the people who will influence the quality of life.
Happiness of one's life can be seen from how the person accepts his past life with what the, feel positive emotions, positive activities, family satisfaction, wedding, social interaction, spirituality, and can accept and live life well.
Based on the above, then that becomes the focus of this study is, what happiness elderly living in the homeless elderly, whether the elderly who live at home can feel the happiness of the elderly as the elderly in general.
Types of research used in this study is qualitative research case study using observation and interviews. This research was conducted on two elderly women in the age category of 60 years and above and registered as permanent residents elderly house Gerbangmas Lumajang. Both subjects were classified as the oldest homestead in the elderly compared with other existing elderly in place. Both subjects had been in the homeless elderly since the early establishment of the elderly homestead.
In this study, the results of the analysis indicate that perceived happiness lies in two subjects over his past lives before they lived in the homeless elderly. Because of the state, thus making the two subjects have to stay in the guesthouse the elderly. Can live with relatives still be a dream two subjects. However, the two subjects are thankful, because they can enjoy the good old days. With his situation is getting older now, the thing that is passed both subjects are multiply worship and doing good for others. Both subjects can be aware of his current state, thus making both the subject to surrender in preferring to live his life in old age as it is today.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebahagiaan didalam hidup adalah suatu hal
yang menjadi harapan di dalam kehidupan banyak orang, bahkan sepertinya semua
orang mendambakan kehidupan yang berbahagia. Berbagai penelitian mengenai
kebahagiaan mengaitkan kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan subyektif.
Disamping variabel kepuasan hidup dan rendahnya suasana hati negatif atau
rendahnya neurotisisme (Compton dkk dalam Wirawan, 2011). Kata kebahagiaan
seringkali dikaitkan dengan kondisi emosional dan bagaimana individu merasakan
dunianya (lingkungannya) dan dirinya sendiri. Sejumlah pakar memproposisikan
bahwa kebahagiaan seharusnya bukan menjadi tujuan dalam hidup tetapi seyogyanya
dijadikan produk kehidupan manusia. Hingga saat ini masih terdapat perbedaan
pendapat mengenai sumber dan penyebab kebahagiaan. Sejumlah pakar
mengidentikkan kebahagiaan dengan waktu dan pengalaman hidup yang meyenangkan
(Wirawan, 2011). Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
dampak terhadap bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial seseorang. Hal ini
terbukti oleh semakin turunnya mortalitas dan semakin naiknya usia harapan
hidup (Life Expecntancy). Tingginya usia harapan hidup berarti 2 individu dapat
hidup lebih lama atau lebih besar kemungkinan untuk menikmati hidup yang lebih
panjang (Hikmawati & Purnama, 2008). Usia enampuluhan biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Akan tetapi orang
sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang kurang baik
dalam menandai permulaan usia lanjut karena terdapat perbedaan tertentu
diantara individu-individu dalam usia pada saat mana usia lanjut mereka mulai.
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu dimana
seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,
atau beranjak dari waktu “yang penuh manfaat” (Hurlock, 1999). Proses menua
(aging) menurut Kusumiati (2009) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan inilah yang berpotensi menimbulkan problem karena pada masa
lanjut usia biasanya disertai dengan perubahan kepribadian. Menjadi lanjut
usia, sesungguhnya bukan sekedar bertambah panjang usia tetapi juga
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia sebab dengan bertambahnya kualitas
hidup lanjut usia akan memperpanjang usia lanjut usia seperti yang dianut oleh
WHO yaitu “To Add to Life Years That Years That Have been Added to Life”.
Tentang keberadaan kelompok lansia (Yustina, 2004) ini, Pasal 19 Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan “Kesehatan manusia usia
lanjut diarahkan untuk memelihara meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar
produktif. Upaya pemerintah membantu 3 menyelenggara kesehatan manusia usia
lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal”. Peningkatan usia
harapan hidup seseorang dapat berakibat terhadap permasalahan lanjut usia
(Lansia). Disamping itu, permasalahan lansia akan timbul karena proses
industrualisasi dan pengaruh globalisasi yaitu pengikisan budaya masyarakat
terhadap hubungan antara anggota keluarga. Pelemahan nilai-nilai kekerabatan di
dalam keluarga dapat berakibat anggota keluarga yang berusia lanjut semakin
kurang mendapatkan perhatian. Perubahan tata nilai sosial masyarakat dari
tatanan masyarakat kolektivistik bergeser menjadi masyarakat individualistik,
menyebabkan kaum lansia tersisih dari lingkungan. Integrasi sosial dalam
masyarakat akan berkurang, yang berakibat produktivitas dan aktivitas atau
kegiatan lansia semakin menurun, sehingga berpengaruh negatif baik terhadap
kondisi sosial, maupun psikologis. Mereka merasa sudah tidak diperlukan lagi
oleh lingkungannya, akibatnya mereka merasa kurang percaya diri sehingga kurang
dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat (Hikmawati & Purnama, 2008).
Setidaknya 2,3 juta orang lanjut usia (Kompas.com, 2012), yakni penduduk
berusia di atas 60 tahun, terlantar. Hal itu disebabkan kemiskinan dan ketiadaan
daya dukung. Menurut Kepala Subdirektorat Advokasi dan Pelayanan Sosial
Kedaruratan Lanjut Usia Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kementrian
Sosial (Kemensos), Mulia Jonie (10/4), orang lanjut usia (lansia) terlantar
karena miskin tanpa keluarga atau memiliki keluarga 4 tetapi tidak mampu
memberikan perawatan. Akibatnya, lansia tidak mendapat kasih sayang, kekurangan
gizi, bahkan sakit-sakitan. Kepuasan hidup orang lanjut usia pada dasarnya
adalah penyesuaian diri terhadap berbagai kehilangan, seperti kehilangan
pekerjaan, kehilangan pasangan hidup, dan kehilangan kemampuan, baik yang
bersifat fisik maupun mental, juga penyesuaian diri terhadap
peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stres. Kepuasan hidup orang lanjut
usia, akan terpelihara bila tetap melakukan hubungan sosial dan mempunyai harga
diri. Kondisi stres akan menyebakan orang mudah terkena penyakit dan
infeksiinfeksi lain (Indriana, 2012). Kemunduran fungsi tubuh dan berkurangnya
peran di masyarakat bagi lansia dapat membuat emosi yang labil, mudah
tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan
kehilangan dan tidak berguna. Pada penelitian sebelumnya, lansia yang mengalami
perubahanperubahan dalam kehidupannya cenderung menimbulkan anggapan bahwa
lansia sudah tidak produktif lagi, sehingga perannya dalam kehidupan sosial dan
kemasyarakatan semakin berkurang dan secara emosional kurang terlibat. Bahkan
masih ada anggota masyarakat yang beranggapan bahwa lansia adalah orang yang
tidak berguna bahkan kadang dirasakan sebagai suatu beban (Martini dkk dalam
Sari, 2009). Pada penelitian yang telah dilakukan Hestie dan Indharia (2008),
Lansia dengan problem menjadi rentan terhadap ganggguan psikiatrik seperti
depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan 5 obat.
Lanjut Usia (Lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di
mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta
menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih
sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia memperoleh hal yang sama untuk
merasakan kondisi hidup seperti yang di idamankan. Berbagai persoalan hidup
yang mendera lanjut usia sepanjang hayatnya, seperti: kemiskinan, kegagalan
yang beruntun, stres yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau
anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya
dan lain sebagainya. Pemutusan sosial yang menyertai kehidupan lansia,
memberikan implikasi bahwa perasaan kesepian dapat menjadi masalah yang
penting. Lansia mengatakan kesepian adalah masalah terbesar mereka. Kesepian
bukan karena menjadi sendirian, tetapi karena tanpa adanya sebuah hubungan atau
sekelompok hubungan yang diperlukan (Indriana, 2012). Pada dasarnya tujuan
hidup setiap manusia adalah mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam
kehidupan ini. Gambaran umum yang ditampilkan masyarakat tentang orang tua
mereka adalah orang yang berbahagia, tersenyum dan tertawa bersama
cucu-cucunya. Para lansia itu tentunya berada dalam kelas mapan atau dari kelas
menengah tertentu. Akan tetapi bagaimana dengan para lansia yang tergolong
dalam kelompok ekonomi lemah, gambaran mereka tidak secerah dengan lansia yang
tergolong dari kelas ekonomi keatas. Berbagai cerita merebak antara lain 6 yang
paling menyedihkan adalah perempuan lansia yang ditinggalkan oleh keluarganya
seorang diri sehingga mereka harus berada disebuah wisma. Kemunduran fungsi
tubuh dan berkurangnya peran di masyarakat bagi lansia dapat membuat emosi yang
labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia,
perasaan kehilangan dan tidak berguna. Ketidakmampuan keluarga lansia dalam
mengatasi masalahmasalah yang dihadapai para lansia, dapat menyebabkan para
lansia dititipkan pada wisma lansia (Erlangga, 2010). Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 17 Desember 2012 di wisma lansia
gerbangmas Lumajang. Lansia yang tinggal di wisma lansia dikarenakan tidak ada
sanak saudara atau keluarga yang mau merawatnya, ada pula lansia yang tinggal
di wisma tersebut atas rekomendasi dari pak RT nya, pak RT tersebut merasa
kasihan karena lansia tersebut tinggal seorang diri dan tidak ada yang mau
merawat dimasa tuanya, sehingga pak RT dari tempat semula lansia tinggal,
mengantarnya ke wisma lansia untuk tinggal ditempat tersebut. Terdapat lansia
yang mengatakan bahwa dia rindu dengan cucunya yang sekarang tinggal jauh
darinya dan ketika duduk di depan, ia selalu melihat kearah pintu gerbang untuk
melihat apakah yang datang tersebut cucunya untuk menjenguknya ataukah pak pos
yang datang mengantar surat untuk dirinya membawa kabar dari cucunya tersebut.
Ada pula seorang lansia yang terus merengek seperti anak kecil minta dibukakan
pintu, lansia tersebut sering kabur mencari jalan pulang. Ia 7 merasa tidak
betah tinggal ditempat tersebut, ia ingin berkumpul kembali dengan keluarganya.
Namun tidak semua lansia yang tinggal di wisma tersebut terlihat sedih. Ada
lansia yang bisa merasa senang tinggal di tempat tersebut dan kondisinya masih
sehat, mereka melakukan kegiatan seharisehari sebagaimana mestinya. Seperti 5
(lima) waktu mereka pergi kemasjid untuk sholat berjamaah, mereka juga
mengikuti undangan pengajinan rutinan, dan menggunakan waktu senggang mereka
untuk bercerita dengan para petugas wisma. Lansia yang demikian merasa senang
tinggal di wisma tersebut. Mereka menganggap orang-orang yang berada disekitar
mereka adalah saudara. Lansia-lansia tersebut merasa senang jika ada orang yang
datang untuk mengunjungi mereka, mengajak ngobrol dan mendengarkan cerita serta
keluh kesah mereka. Ketika ada seorang yang datang, mereka menganggap bahwa itu
adalah cucunya. Subyek pada penelitian ini juga mengatakan bahwa saat awal
berada di wisma lansia ada kegiatan keterampilan yang dapat dilakukan oleh para
lansia di wisma tersebut. Seperti membuat kerajinan tangan maupun makanan
kecil. Semua hasil karya para lansia tersebut dikumpulkan untuk dijual
dikoperasi wisma lansia. Kegiatan tersebut berjalan pada saat kepemimpinan
kabupaten Lumajang oleh bupati sebelumnya. Akan tetapi setelah kepemimpinan
kabupaten Lumajang pada tahun 2000-2004, 2005-2008 (2 periode) berakhir
(SN.W.3.28), tidak pernah ada lagi bentuk perhatian yang diberikan kepada para
lansia di wisma lansia 8 tersebut. Bentuk perhatian tersebut dintaranya kunjungan
rutin kepada para lansia di wisma lansia, tasyakuran rutin memperingati
berdirinya wisma lansia, santunan kepada para lansia pada setiap hari raya
Idhul fitri. Jenis kegiatan membuat keterampilan yang dilakukan oleh para
lansia di wisma lansia juga sudah tidak berjalan lagi. Saat ini sudah tidak ada
lagi kegiatan membuat keterampilan yang dapat dilakukan oleh para lansia.
Kegiatan yang dilakukan para lansia di wisma tersebut saat ini hanyalah
mengerjakan kegiatan sehari-hari. Pada saat ini tidak ada kegiatan rehabilitasi
yang dapat dilakukan oleh para lansia di wisma tersebut. Sedangkan proses menua
yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan
seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Berbagai macam perasaan
tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Agar hal
tersebut tidak terjadi pada para lansia yang tinggal di wisma lansia tersebut,
maka para lansia perlu mendapatkan suatu rangkaian kegiatan. Kegiatan tersebut
diantaranya melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya
promotif, preventif, dan rehabilitatif. Serta membantu lansia menghadapi
kematian dengan damai dan dalam lingkungan yang nyaman. Dampak yang lebih luas
berakibat terhadap tugas dan tanggung jawab negara akan semakin besar dalam
memberikan pelayanan kepada kelompok lansia. Tidak hanya menyangkut masalah
ekonomi dan kesehatan, tetapi juga menyangkut tingkat kesejahteraan hidup yang
lebih baik dan bermakna. Agar tidak menjadi permasalahan sosial yang lebih
besar, maka perlu 9 dilakukan berbagai upaya antisipasif agar lansia baik
secara fisik maupun mental dapat hidup sehat dan sejahtera (Hikmawati dan
Purnama, 2008). Melalui program kesehatan lansia (Direktur Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Budihardja dalam Kompas.com,
17/6/2008), derajat kesehatan lansia dapat ditingkatkan agar tetap sehat,
mandiri dan berdaya guna sehingga tidak jadi beban bagi dirinya sendiri,
keluarga maupun masyarakat. Konsep successful aging yaitu keadaan lansia yang
tercegah dari berbagai penyakit serta tetap berperan aktif dalam kehidupan dan
memelihara fungsi fisik serta kognitif tinggi. Rencana hidup seharusnya sudah
dirancang jauh sebelum memasuki masa lanjut usia, paling tidak individu sudah
punya bayangan aktivitas apa yang akan dilakukan kelak sesuai dengan kemampuan
dan minatnya. Diharapkan, para lansia melakukan pola hidup sehat yakni dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, beraktivitas fisik atau olahraga secara
teratur dan tidak merokok (Kompas.com, 2008). Hasil penelitian Yeniar Indriana
menunjukkan bahwa pada aspek ini, orang lanjut usia yang menikah berbeda dengan
orang lanjut usia janda/duda dengan nilai F = 17,547 atau t = 4,189 dan p =
0,000. Nilai rerata orang lanjut usia yang menikah adalah 3,419 dan rerata
orang lanjut usia janda/duda adalah 2,803. Hal ini berarti bahwa pada aspek
ini, kepuasan hidup orang lanjut usia yang memiliki pasangan hidup lebih tinggi
daripada orang lanjut usia yang tidak memiliki pasangan hidup. Dengan demikian,
orang lanjut usia yang memiliki pasangan hidup lebih merasa senang 10 dengan
aktivitas yang dilakukan sehari-hari daripada orang lanjut usia yang tidak
memiliki pasangan hidup (Indriana, 2012). Dunia perlu melakukan persiapan
matang untuk menghadapi dampak peningkatan populasi orang lanjut usia, terutama
di Negara berkembang. Demikian peringatan yang disampaikan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Dalam 10 tahun yang akan datang, jumlah orang yang
berusia di atas 60 tahun akan melebihi 10 juta jiwa. Demografi tersebut
merupakan tantangan besar untuk system kesehatan, pensiun, dan kesejahteraan
(Kompas.com, 2012). Kehidupan yang bermakna merupakan suatu komponen dari
kehidupan yang baik, mengaitkan kekuatan pribadi dengan sesuatu yang lebih
akbar dari pada diri sendiri. Kebahagiaan adalah hasil yang ingin dicapai oleh
Psikologi Posititf. Kebahagiaan dalam Psikologi Positif dibagi menjadi, emosi
positif (masa lalu), puas, bangga, dan tenang. Emosi positif (masa depan),
optimisme, harapan, percaya diri, kepercayaan, dan keyakinan (Seligman, 2005).
Setiap orang mempunyai sejumlah kehendak dan keinginan besar untuk mencapainya,
yang disebut sebagai cita-cita. Orang akan selalu bahagia, bila mereka merasa
bahwa kehidupannya itu berarti. Orang-orang yang merasa bahwa kehidupan mereka
tidak berarti, cenderung untuk tidak bahagia dengan segala aspek kehidupan
mereka (Indriana, 2012). Cita-cita seseorang untuk dapat hidup bersama dan
mendapatkan perawatan dari keluarga terutama anak/cucu pada saat lanjut usia
bukanlah 11 sebuah jaminan, sebab ada beberapa faktor, yang menyebabkan lanjut
usia tidak mendapatkan perawatan dari keluarga, seperti: tidak memiliki
keturunan, punya keturunan tapi telah lebih dulu meninggal, anak tidak mau
direpotkan untuk mengurus orang tua atau anak terlalu sibuk. Maka panti
merupakan salah satu alternatif kepada lanjut usia untuk mendapatkan perawatan
dan pelayanan secara memadai, akan tetapi hal ini tidak seratus persen akan
diterima oleh lanjut usia secara lapang, hidup di pilihan pahit yang kadang
menyedihkan. Dari uraian fenomena di atas, maka alasan peneliti memilih judul
“Happiness (Kebahagiaan) Lansia Yang Tinggal di Wisma Lansia” yaitu untuk
mengetahui apakah para lansia yang tinggal di wisma lansia merasa bahagia, atau
justru kebahagiaan itu dapat dirasakan para lansia ketika mereka tinggal
disebuah wisma lansia. 1.2 Batasan Masalah Untuk mengetahui happiness
(kebahagiaan) lansia yang tinggal di wisma Lansia. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan
dari penelitian ini yaitu, untuk mendeskripsikan happiness (kebahagiaan) yang
dirasakan oleh lansia yang tinggal di wisma lansia. 1.4 Manfaat Penelitian
Besar harapan pada hasil yang diperoleh dari tulisan ini, sehingga dapat
memberikan manfaat, diantaranya adalah: 12 a. Aspek Teoritis Hasil ini menjadi
tambahan literasi baru terhadap keilmuan psikologi pada khususnya, dan keilmuan
integratif pada umumnya, sehingga dapat menambah pengetahuan akan semakin
bertambah dalam dimensi kajian materi, baik sisi materi teori, materi fakta
atau kolaborasinya. b. Aspek Praktis 1. Bagi Lokasi Penelitian Sebagai media
rekomendasi pelaksanaan peningkatan mutu kesejahteraan masyarakat dalam
mewujudkan happiness (kebahagiaan) para lansia yang tinggal di wisma lansia. 2.
Bagi Peneliti Menambah pengalaman, pengetahuan, wawasan, dan keberagaman pola
pikir dalam prosedur pelaksanaan sebuah kegiatan yang berdasarkan profesi,
pengabdian masyarakat sekaligus penelitian.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Happiness (kebahagiaan) lansia yang tinggal di Wisma Lansia" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment