Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Monday, June 12, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas IX Madrasah Tsnawiyah Surya

Abstract

ENGLISH:
Achievement is the one of important thing for the education process. Based on these, Junior High School of Surya Buana prepares the specific treatment for the students in third class to make their achievements higher than before. But there are many factors cause the achievement. According to Bandura, efficacy beliefs contributed to accomplishments both motivationally and through support of strategic thinking. Perceived self efficacy and need for achievement, therefore is a better than achievement only.
Based on those explanations, the researcher likes to conduct the research about the relationship between self efficacy and need for achievement toward students in the third class of Islamic Junior High School of Surya Buana.
This research is correlative quantitative research that used 56 students of third class in Junior High School of Surya Buana as the sample of the research by using all of the population. The research instruments are questionnaire and using documents. Questionnaire is used to measure self efficacy and need for achievement. The data analysis form used product moment with SPSS for windows 11.05 helping. From the result of the research, there are positive relationship between self efficacy and need for achievement that show with correlation co-efficient mark (Rxy) about 0,547.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

 Masa remaja awal merupakan masa transisi, yaitu peralihan dari masa anakanak menuju masa dewasa, masa di mana terjadi perubahan baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Pada masa ini, remaja tidak lagi seperti anak-anak yang sebagian besar waktunya untuk bermain, namun sudah memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai individu mandiri. Walaupun begitu, tugas perkembangan remaja amatlah berbeda dengan orang dewasa. Pada masa remaja, individu mulai mempertanyakan tentang eksistensi dan jati dirinya. Pertanyaan tentang siapa saya, untuk apa saya hidup, dan pertanyaan lain yang sejenis sering dilontarkan oleh remaja terkait dengan eksistensi diri. Pada kapasitasnya, pertanyaanpertanyaan ini merupakan bagian dari proses pembentukan konsep diri. Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja masih dalam tahap mencari jati diri. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya di dalam masyarakat, sehingga mereka berupaya untuk menentukan sikap dalam mencapai kedewasaan. (Hurlock, 1997) Di tengah pembentukan konsep diri, remaja adalah masa yang penting dalam hal prestasi. Prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, dan remaja mulai menyadari bahwa pada saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. (Santrock, 2002) 2 Pada kenyataannya, seringkali terlihat bahwa siswa yang mempunyai kecerdasan rata-rata mempunyai kecenderungan motivasi kemampuan yang lebih adaptif misalnya mengerjakan tugas dengan tekun dan lebih yakin dengan mereka. Sebaliknya, siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata memiliki kecenderungan berprestasi yang kurang, misalnya tidak yakin dengan kemampuan akdemisnya sendiri dan mudah putus asa. Seperti kasus pada remaja yang ditemui peneliti. Remaja tersebut menyampaikan bahwa dia tidak memiliki prestasi, padahal kenyataanya siswa tersebut mempunyai potensi yang melebihi temantemannya. Setiap manusia diberikan kemampuan oleh Tuhan, dengan kemampuan tersebut manusia menjadi berbeda dengan makhluk yang lain. Kemampuan yang menjadi bekal bagi individu yang bersangkutan untuk menjalani kehidupan. Seringkali kita menemukan individu yang gagal dalam mencapai keinginannya, padahal individu tersebut mempunyai sekian banyak kemampuan, seperti pada kasus remaja di atas. Timbul pertanyaan kemudian, apa yang menyebabkan kegagalan? Individu adalah seperti apa yang dia pikirkan, jika berpikir akan berhasil, maka kemungkinan besar keberhasilan tersebut akan mampu untuk diraih, begitu juga sebaliknya. Karena pada dasarnya setiap individu sudah memiliki kemampuan yang menjadi modal untuk mencapai keberhasilan. Kuncinya adalah pada keyakinan. Orang-orang yang yakin bahwa dia mampu mencapai keberhasilan, akan termotivasi untuk melakukan usaha agar tujuannya tercapai. 3 Maka, orang yang gagal bisa jadi bukan karena dia tidak mampu, tapi karena dia tidak yakin bahwa dia bisa. Keyakinan akan kemampuan diri sering dikenal dengan efikasi diri. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. (Gugum Gumilar, www.gumilarcenter.com, 2007) Penelitian tentang efikasi diri pernah dilakukan oleh Nicole A. Mills, Frank Pajares, Carol Herron dengan judul Self-efficacy of College Intermediete French Students: Relation to Achievement and Motivation. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh efikasi diri dan motivasi terhadap prestasi pada mahasiswa menengah Perancis dengan jumlah sampel 303. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesuksesan aakdemik dialami oleh mahasiswa yang mempersiapkan diri mereka sebisa mungkin dengan menggunakan strategi metakognitif untuk memonitor waktu pekerjaan akademik. Mahasiswi dilaporkan mempunyai efikasi diri, regulasi diri, ketertarikan, nilai, dan kenyamanan dalam belajar lebih tinggi daripada mahasiswa. Walaupun pada faktanya tidak ada perbedaan prestasi antara 4 mahasiswa dan mahasiswi, interpretasi pada penelitian ini mengggunakan teori kognitif social Albert Bandura. (http://works.bepress.com/nicole_mills/1/). Penelitian lain dilakukan oleh Sidsel Skaalvik dan Einar M. Skaalvik tentang hubungan antara self concept dan self efficacy pada matematika dengan motivasi dan prestasi matematika. Pada dua studi longitudinal, diuji apakah self perception berpengaruh terhadap prestasi matematika, atau sebaliknya. Penelitian ini juga menguji pengaruh self perception terhadap prestasi yang diterangkan oleh orientasi tujuan siswa, ketertarikan, atau harga diri. Partisipannya adalah 246 siswa menengah pertama dan 282 siswa menengah atas (kelas 1 dan 2). Prestasi diukur saat ujian akhir sekolah, sedangkan self perception, ketertarikan, dan orientasi tujuan diukur saat awal kelas 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self perceptions lebih mempengaruhi siswa terhadap prestasi daripada prestasi terhadap self perception. Walaupun tidak ada fakta bahwa efek self perception terhadap presatsi dimediasi oleh ketertarikan, orientasi tujuan, atau harga diri mereka. (Sidsel & Einar Skalvik, www.portal.acm.org.) Kedua penelitian di atas memisahkan variabel motivasi dan berprestasi, serta terdapat variabel selain efikasi diri yang mempengaruhi motivasi dan prestasi. Belum ada penelitian yang hanya menggunakan dua variabel yaitu efikasi diri dan motivasi berprestasi. Sehingga, pada penelitian ini, peneliti ingin memfokuskan terhadap dua variabel, yaitu efikasi diri dan motivasi berprestasi. Pentingnya efikasi diri dan motivasi berprestasi ini juga dipaparkan oleh salah satu tenaga pendidik yang menyatakan bahwa di sekolah banyak ditemui siswa yang tidak termotivasi untuk berprestasi karena tidak yakin dengan kemampuan 5 yang dimiliki. Hal ini tentu saja akan berdampak negatif terhadap keberhasilan siswa tersebut. Pendidik yang lain juga bertutur tentang pengalamannya sebagai guru di MTs Surya Buana, disampaikan bahwa di sekolah terdapat sekelompok anak geng yang berjumlah 15 orang sudah 'dicap jelek' oleh guru-guru. Guru tersebut mencoba memandang sisi lain dari anak-anak geng tersebut berupa potensi mereka. Guru tersebut mencoba memotivasi mereka. Terbukti, ternyata mereka juga bisa berprestasi seperti siswa yang lain.1 Tentang pentingnya prestasi ini juga disadari oleh pihak MTs Surya Buana. Indikatornya adalah sekolah ini memberikan perlakuan khusus untuk siswa kelas IX yang secara akdemik memiliki prestasi rendah. Perlakuan diberikan dengan cara mengelompokkan siswa-siswa dengan prestasi rendah sehingga memudahkan dalam proeses belajar-mengajar. Pengelompokkan ini hanya berdasarkan alasan akdemis, tanpa menelusuri lebih mendalam penyebab rendahnya prestasi tersebut. Padahal, penyebab rendahnya prestasi ini bukan hanya karena rendahnya tingkat intelegensi. Bagi yang mempunyai tingkat intelegensi bagus, bisa jadi ini karena motivasi berprestasinya rendah. Motivasi berprestasi yang rendah ini pun tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor, di antaranya adalah ketidakyakinan terhadap kemampuan diri atau bahkan mungkin ketidaktauan terhadap potensi diri yang dimiliki. Bisa dikatakan seperti ini karena pada kenyataannya salah satu di antara siswa yang berada di kelas tersebut sebelumnya berada di kelas unggulan. 1 HAsil wawancara dengan salah satu tenaga pendidik di MTs Surya Buana pada bulan Juni 2008 6 Para siswa ini pada awalnya tidak dapat menerima jika mereka dikumpulkan karena merasa termarginalkan. Tapi kemudian, mereka menyadari bahwa tujuan dari pengelompokkan ini adalah untuk memudahkan proses belajar-mengajar. Walaupun begitu, kenyataan ini tetap membawa dampak psikologis bagi para siswa seperti rasa minder. Jika emosi ini tidak dikontrol dengan baik, maka akan sangat berpengaruh terhadap keyakinan akan kemampuan diri. Prestasi memang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Prestasi tentunya tidak muncul dengan sendirinya, terdapat faktor lain yang mempengaruhi yaitu motivasi. Motivasi pun tidak muncul secara tiba-tiba, ada sesuatu yang menyebabkannya yaitu efikasi diri. Hal ini seperti yang dipaparkan Bandura dalam bukunya Self Efficacy: The Exercise of Control, bahwa “Efficacy beliefs contributed to accomplishment both motivationally and through support of strategic thinking.” (Bandura, 1998; 215) Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tentang efikasi diri dan motivasi berprestasi pada siswa kelas IX yang pembagian kelasnya berdasarkan prestasi akademis. Selain itu, efikasi diri dan motivasi berprestasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah Surya Buana. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat efikasi diri pada siswa kelas IX MTs Surya Buana? 7 2. Bagaimana tingkat motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs Surya Buana? 3. Bagaimana hubungan efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs Surya Buana? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat efikasi diri pada siswa kelas IX MTs Surya Buana. 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs Surya Buana. 3. Untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs Surya Buana. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi keilmuan yang terkait dan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk mendalami teori dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi masukan untuk pengambilan keputusan bagi lembaga yang bersangkutan, dalam hal ini Mts Surya Buana.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas IX Madrasah Tsnawiyah Surya ." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment