Abstract
Work engagement merupakan sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh seorang karyawan dalam bekerja dengan mengekspresikan dirinya secara total baik dalam aspek kogntif, fisik, maupun emosional. Faktor yang diasumsikan dapat mempengaruhi totalitas kerja adalah komitmen organisasional dan kompetensi pegawai. Dengan adanya komitmen organisasional dan kompetensi pegawai yang tinggi seorang karyawan akan total dalam bekerja dengan menemukan arti dalam bekerja, kebanggaan, serta memiliki sebuah hubungan dengan visi dan misi keseluruhan sebuah perusahaan. Namun sebaliknya, jika komitmen organisasional dan kompetensi pegawai rendah karyawan rendah maka pekerjaan yang dilakukan tidak akan maksimal hal tersebut dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
Penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui tingkat komitmen organisasional, tingkat kompetensi pegawai, tingkat totalitas kerja, dan adakah hubungan antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja di Divisi Munisi PT .Pindad (Persero) Turen-Malang. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen- Malang. Teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini 80 subjek, dan analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan SPSS 19 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat komitmen organisasi pegawai yang tinggi dengan jumlah 48 orang (60%), hal ini menunjukkan komitmen organisasional sangat kuat dan karyawan berusaha mencapai nilai dan tujuan perusahaan. Tingkat kompetensi pegawai yang tinggi dengan jumlah 69 orang (86,25%), hal ini berarti karyawan mampu berkinerja unggul. Tingkat totalitas kerja dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi dengan jumlah 54 orang (67,50%). Berdasarkan pengujian terhadap hipotesis penelitian ini, diperoleh hasil uji regresi linear berganda antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja menunjukkan bahwa nilai Rx1x2y 0,561. Dengan kata lain hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang positif antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja diterima.
ENGLISH:
Work engagement is an attitude and behavior shown by an employee in working with expressing herself up well in cognitive aspects, physically, and emotionally. A factor who assumed can affect work engagement is the organizational commitment and competence of employees. By the presence of organizational commitment and competence of employees high an employee will be totally in working by finding meaning in work, pride, and having a relationship with vision and mission a whole a company. But otherwise, if the organizational commitment and competence of employees lower employee low then work done will not maximum that can hinder the achievement of the aim of the company.
This study was formulated to determine the level of organizational commitment, the level of competence of the employees, the level of work engagement, and is there a relationship between organizational commitment and competence of employees with work engagement at Division of Munitions PT. Pindad (Persero) Turen Malang. The hypothesis is there is a relationship between organizational commitment and competence of employees with work engagement at Division of Munitions PT. Pindad (Persero) Turen Malang.
The design of this study used a quantitative approach. The population in this study were employees in the Division of Munitions PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. Sampling technique with random sampling techniques, the number of samples in this study 80 subjects, and data analysis using multiple linear regression with SPSS 19 for windows.
This research result indicates that the majority of the subject of study having the rate of commitment of the organization of employees high with the number of 48 people (60%), it goes to show organizational commitment very strong and employees of trying to reach the value and objective of the company. The level of competence of employees who high with the number of 69 people (86,25%) this would mean an employee able to perform as superior. The level of work engagement in this research included in the category of high with the number of 54 people (67,50%). Based on testing against the hypothesis of this research, obtained the result multiple linear regression between organizational commitment and competence of employees with work engagement showing that the value of Rx1x2y 0,561. In other words a hypothesis which suggest that there was a positive relationship between organizational commitments and competence of employees with work engagement is accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini karyawan menjadi salah satu aset
perusahaan yang penting dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan
keberhasilan suatu perusahaan. Karyawan merupakan komponen utama suatu
perusahaan dan menjadi pelaku dalam setiap aktivitas perusahaan. Sumber daya
yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin tidak bisa memberikan
hasil yang maksimum bagi perusahaan apabila tidak didukung oleh sumber daya
manusia yang mempunyai totalitas kerja kepada perusahaan. Terlebih lagi melihat
persaingan usaha yang semakin keras saat ini, setiap perusahaan membutuhkan
dukungan karyawan handal dan memiliki totalitas kerja yang dapat membantu
perusahaan mencapai visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010, p.
143-147). Perrin (2003, p. 10) berpendapat bahwa work engagement (totalitas
kerja) harus menjadi perhatian serius oleh eksekutif di bidang sumber daya
manusia maupun eksekutif puncak agar perusahaan dapat bertahan dari dampak
krisis global saat ini. Pendapat ini juga diperkuat oleh beberapa studi yang
mengkorelasikan antara tingginya work engagement dengan pencapaian target
perusahaan, dan hasilnya sangat positif. Wacana work engagement biasanya selalu
dikaitkan dengan talent management yang sebagian perusahaan masih menganggap itu
sebagai program yang “high cost”, 2 meskipun hasilnya akan sangat bermanfaat
dalam jangka panjang (Agustian, 2012). Pada beberapa perusahaan, totalitas
kerja karyawan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan,
tidak terkecuali bagi perusahan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan
dari barang atau produk yang dihasilkan (Agustian, 2012). Agustian (2012)
menyebutkan bahwa pentingnya work engagement tidak hanya pada perusahaan
swasta, namun perusahaan negara (BUMN) juga instansi pemerintahan, bahkan
organisasi. Work Engagement yang tinggi membuat seseorang termotivasi dalam
bekerja serta memiliki komitmen, antusias, kompetensi, dan bersemangat. Work
Engagement membuat seseorang keberadaannya dalam suatu perusahaan atau
organisasi bermakna untuk kehidupan mereka hingga menyentuh tingkat terdalam
yang pada ujungnya akan meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi.
Perusahaan dituntut untuk memiliki karyawan yang kompeten dan memiliki kinerja
yang baik. Peran karyawan sangat menentukan bagi berhasil tidaknya perusahaan
mencapai sasarannya. Perusahaan senantiasa mengharapkan karyawannya untuk
memiliki kinerja lebih tinggi, lebih berorientasi pada proses, lebih terlibat
dalam kepemimpinan, dan lebih mampu dalam mendapatkan pengetahuan yang memberi
nilai tambah bagi perusahaan dan diharapkan karyawan yang tepat dapat membuat
perusahaan bersaing dengan perusahaan lain (Xanthopoulo, Bakker, Demerouti,
& Schaufeli, 2009, p. 235). 3 Mengingat bahwa totalitas kerja seorang
karyawan adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan oleh
perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja, maka informasi tentang kinerja
perusahaan dan pekerjaan yang dilakukan menjadi suatu hal yang sangat penting
bagi seorang karyawan. Totalitas kerja akan terbentuk apabila ada hubungan
timbal balik yang baik antara karyawan dan perusahaan. Pengunaan konsep work
engagement yang semakin popular terjadi dengan adanya kesepakatan umum yang
menyatakan dampak positifnya bagi kinerja organisasi atau perusahaan. Pada
tahun 2004 sebuah lembaga konsultan organisasi Gallup memperkenalkan konsep
work engagement karyawan secara empiris, dengan responden lebih dari 2500
bisnis, pusat kesehatan, serta unit pendidikan, dan menunjukan adanya hubungan
yang kuat antara konsep tersebut dengan hasil yang akan dicapai dalam
perusahaan (www.isisurveys.com/ 20 oktober 2012) Pada saat perusahaan
mengetahui tingkat engagement karyawan dan memeliharanya untuk tetap tinggi
maka secara umum perusahaan atau organisasi akan diuntungkan dengan berbagai
hal seperti: 1) Dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan
karena mereka merasa happy berkarya di perusahaan tersebut, 2) Membantu
mempertahankan karyawan terbaik, karena mereka tidak mudah tergiur dengan
tawaran perusahaan lain, 3) Membantu pencapaian target perusahaan, karena
beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya work engagement dengan
pencapaian target perusahaan membuktikan kebenaran 4 hipotesanya bahwa
korelasinya adalah sangat positif (Xanthopoulo, Bakker, Demerouti, &
Schaufeli, 2009, p. 236). Work Engagement atau worker engagement merupakan
sebuah konsep manajemen bisnis yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki
engagement tinggi adalah karyawan yang memiliki keterlibatan penuh dan memiliki
semangat bekerja tinggi dalam pekerjaannya maupun dalam hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan jangka panjang. Work Engagement juga mengacu pada
keterlibatan, kepuasan, dan antusias karyawan dalam bekerja. Work Engagement
telah berkembang dari berbagai konsep melingkupi motivasi, kepuasan kerja, dan
komimen organisasi (Agustian, 2012). Menurut Kahn dalam (May & dkk, 2004)
work engagement dalam pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang
melaksanakan peran kerjanya, bekerja dan mengekspresikan dirinya secara fisik,
kognitif dan emosional selama bekerja. Keterikatan karyawan yang demikian itu
sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya semangat kerja karyawan Karyawan
yang memiliki work engagement tinggi akan bekerja lebih dari kata “cukup baik”,
mereka bekerja dengan berkomitmen pada tujuan, menggunakan kompetensi pribadi
untuk membuat pilihan bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas,
memonitor tingkah laku mereka untuk memastikan apa yang mereka lakukan benar
dan sesuai dengan tujuan yang akan mengambil keputusan untuk mengkoreksi jika
diperlukan (Thomas, 2009). 5 Secara lebih spesifik Schaufeli, Salanova,
Gonzalez-Roma, dan Bakker (2002) mendefinisikan work engagement sebagai
positivitas, pemenuhan, dan kerja dari pusat pikiran yang dikarakteristikkan.
Work engagement merupakan sebuah motivasi dan pusat pikiran positif yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dicirikan dengan vigor, dedication, dan
absorption (Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma, & Bakker, 2002, p. 71-72).
Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Schaufeli diketahui bahwa karyawan
yang terlibat dalam pekerjaan pasti akan memberikan sikap semangat, dedikasi,
dan absopsi yang akan berpengaruh pada keterlibatan kerja pada perusahaan dan
berhubungan pada komitmen organisasional yang dimiliki (Schaufeli, Salanova,
Gonzalez-Roma, & Bakker, 2002, p. 72). PT. Pindad (Persero) adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) strategis yang menjadi objek dalam penelitian ini.
PT. Pindad (Persero) Turen adalah Perusahaan Industri Manufaktur Indonesia yang
bergerak dalam bidang Produk Militer dan Produk komersial. Kegiatan Divisi
Munisi PT. Pindad (Persero) Turen mencakup desain dan pengembangan, Rekayasa,
Assembling, dan Fabrikasi serta Perawatan. Berdiri pada tahun 1908 sebagai
bengkel peralatan militer di Surabaya dengan nama Artilleri Counstructie Winkel
(ACW), bengkel ini berkembang menjadi pabrik dan sesudah mengalami perubahan
nama pengelola menjadi Artillerie Inrichtingen (AI) kemudian pindah ke Bandung
pada tahun 1921 (Pindad, 2003). PT. Pindad (Persero) berubah status menjadi
BUMN dengan nama PT. Pindad (Persero) pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada
tahun 1989 6 perusahaan ini di bawah Pembinaan Badan Pengelola Industri
Strategis (BPIS) yang kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Badan Prakarya
Industri Strategis (Persero). Pada tahun 2002 PT. BPIS (persero) dibubarkan
oleh pemerintah, sejak itu PT. PINDAD beralih menjadi PT. Pindad (persero) di
bawah pengelolaan kementerian BUMN sampai dengan sekarang. Berubahnya status
Pindad menjadi persero dan di bawah kementerian BUMN maka pihak direksi PT.
Pindad berupaya untuk meningkatkan totalitas kerja dari para pekerja yang
bekerja di perusahaan tersebut, agar dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada para konsumen dan memenuhi target yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Langkah yang ditempuh oleh manajemen di PT. Pindad (Persero) Turen-Malang
adalah dengan mengoptimalkan hasil kerja dari sumber daya manusia yang bekerja
di instansinya. Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan harapan nantinya
PT.Pindad (Persero) akan dapat meningkatkan totalitas kerja dari para karyawan
yang bekerja di lingkungannya. Mengingat karyawan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan totalitas kerja dengan baik adalah karyawan yang memiliki kompetensi
dan berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap
perilakunya. Namun realita yang ada sebagian besar karyawan yang bekerja di PT.
Pindad (Persero) Turen-Malang tingkat totalitas kerja masih kurang. Fenomena
tersebut menarik peneliti karena pada saat praktek kerja lapangan di PT. Pindad
didapatkan fenomena lain yaitu komitmen organisasional yang sangat tinggi yang
seharusnya memiliki hubungan yang positif dengan work engagement, akan tetapi
realita di 7 lapangan menunjukan bahwa totalitas kerja kurang. Pernyataan
tentang hubungan di atas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Demerouti bahwa work engagement is positively related to organizational
commitment (Sonnentag, 2003, p. 518). Indikasi yang menunjukkan bahwa work
engagement masih kurang tampak dari kurang adanya ide dalam menyelesaikan
setiap pekerjaan yang dihadapi, perbedaan komitmen organisasional masing-masing
karyawan, serta kurang memilki kreativitas dalam menjalankan pekerjaannya. Hal
ini juga merupakan dampak dari tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepada
pegawai tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, kurangnya pengetahuan
dalam menyelesaikan tugas, pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan
kurangnya keahlian yang dimiliki karyawan tersebut dengan bidang yang dijalaninya
(observasi tanggal 23-25 Juli 2012). Berdasar hasil wawancara yang dilakukan
peneliti di lapangan pada saat pre research dengan salah satu staf departemen
sumber daya manusia diperoleh keterangan bahwa kurangnya totalitas kerja yang
dimiliki sebagian karyawan PT.Pindad (Persero) dipengaruhi pula oleh perbedaan
komitmen terhadap organisasi dari masing-masing karyawan, perbedaan jenjang
pendidikan, jabatan, usia, jenis kelamin, kelompok kerja, pemberdayaan pegawai,
juga kompetensi yang dimiliki karyawan di masing-masing departemen (wawancara
tanggal 27 Juli 2012). “Ya kalau ditanya tentang totalitas kerja karyawan ya
sekarang ini bisa dikatakan kurang, soalnya di tiap departemen juga
kompetensinya beda, usia, pendidikan juga beda, belum lagi jenis 8 kelamin juga
mempengaruhi kerjanya, kamu kan tahu sendiri di lapangan! (totalitas kerja
kurang antara lain di departemen pengamanan dan TIK) Terus juga tergantung sama
pimpinannya juga, kadang lo kebijakan yang dibuat pimpinan dirasa kurang
bijaksana dan pas karyawan juga ga total kerjanya. Contoh aja sekarang yang
bisa kamu lihat, kan ada departemen yang pimpinannya kosong karena purna tugas,
alhasil sering terjadi komunikasi yang berbeda antar karyawan di bagian
tersebut ,nah dampaknya juga di totalitas kerjanya kan.”(TW 1). Selain itu di
PT. Pindad (Persero) Turen-Malang, fenomena menarik yang terjadi di lapangan
yang berhubungan dengan totalitas kerja adalah fenomena komitmen
organisasional. Komitmen karyawan terhadap falsafah bangsa dan perusahaan menjadi
salah satu aspek dominan yang selalu dikedepankan dalam setiap aktivitas kerja
di perusahaan tersebut. Pada saat peneliti melakukan praktek kerja lapangan di
perusahaan tersebut, peneliti melihat di sebagian departemen sikap karyawan
berusaha memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan. Akan tetapi hal ini
tidak terjadi di seluruh departemen yang berada di divisi munisi (observasi
tanggal 27 Juli 2012). Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan
memandang pekerjaan bukan sebagai beban atau kewajiban, tetapi sarana berkarya
dan mengembangkan diri. Namun realita di lapangan banyak karyawan yang masih
belum memahami arti komitmen yang sebenarnya. Padahal pemahaman tersebut
sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif Robbins dalam Sopiah
(2008, p. 155) mendefinisikan bahwa komitmen organisasional sebagai suatu sikap
yang merefleksikan perasaan suka atu tidak suka dari karyawan terhadap
organisasi. Karyawan yang 9 memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi
cenderung lebih stabil dan produktif. Sebuah perusahaan tidak dapat dipungkiri
dituntut untuk benar-benar memperhatikan komitmen organisasional para karyawan
serta memaksimalkan efektifitas serta efisiensi kerja para karyawan dalam usaha
untuk mencapai totalitas kerja. Berubahnya manajemen perusahaan yang awalnya
berbasis militer dan akhirnya berubah menjadi BUMN secara tidak langsung
berpengaruh pula pada komitmen masing-masing karyawan terhadap perusahaan.
Diberlakukannya sistem kontrak dan karyawan outsourcing membuat karyawan merasa
bekerja dikejar target. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk memaksimalkan
komitmen organisasi dan totalitas kerja dari para karyawan dan mendorong mereka
untuk lebih produktif, karena karyawan yang mempunyai komitmen organisasional
tinggi akan berusaha bekerja secara maksimal sehingga totalitas kerja tercapai.
Mengingat peranan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan khususnya di PT.
Pindad (Persero) sangatlah penting, maka pembinaan harus dilakukan secara
intensif oleh perusahaan. Jika dilihat dari kualifikasi pendidikan pegawai,
maka pegawai yang berpendidikan SMA/ SMK di PT. Pindad (Persero) Turen-Malang
lebih banyak jika dibandingkan dengan pegawai yang bependidikan Diploma Tiga
(D3), Strata Satu (S1), maupun Strata Dua (S2), sehingga tingkat kemampuan,
pengetahuan, dan keahlian yang dimiliki pegawai masih kurang optimal dan
berpengaruh pada komitmen organisasional pegawai itu sendiri dan berhubungan
dengan totalitas kerjanya (dokumentasi tanggal 20 Juli 2012). 10 Berdasar data
di lapangan dan pernyataan salah satu staff departemen sumber daya manusia,
totalitas kerja karyawan di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang
berhubungan pula dengan kompetensi pegawai. Kompetensi adalah suatu karakter
mendasar dari seorang yang menyebabkannya sanggup menunjukkan kinerja yang
efektif atau superior di dalam pekerjaannya (Manullang, 2004). Kompetensi
merujuk kepada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif,
karakteritik pribadi, konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan, atau keahlian yang
dibawa seseorang yang berkinerja unggul (superior perfomer) di tempat kerja
(Palan, 2005, p. 5). Kompetensi pegawai menjadi salah satu aspek penting dalam
kemajuan suatu perusahaan. Di PT. Pindad (Persero) sendiri pengembangan soft
skill menjadi bagian dari kompetensi yang harus dimiliki pegawai sebagai salah
satu upaya meningkatkan totalitas kerja pegawai. Fenomena yang diuraikan di
atas adalah data yang di dapatkan peneliti dalam pre research yang dilakukan
peneliti pada saat melakukan praktek kerja lapangan di Divisi Munisi PT. Pindad
(Persero). Peneliti juga merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu tentang
totalitas kerja diantaranya Schaufeli, Wilmar, B., Arnol B. (2006, p. 707-711)
dalam penelitiannya yang berjudul The Measurement of Work Engagement With a
Short Questionnaire A Cross-National Study dengan jenis penelitian kuantitatif.
Penelitian ini mengambil sampel 27 kasus carried out diantara tahun 1999-2003
di 10 negara yang berbeda. Dari penelitian tersebut diperoleh 11 hasil bahwa totalitas
kerja memiliki hubungan positif dengan pemenuhan kebutuhan di suatu negara yang
ditandai dengan semangat, dedikasi, dan penyerapan. Data dikumpulkan di 10
negara yang berbeda dengan jumlah sampel (N = 14.521), dan hasil menunjukkan
bahwa 17-item Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dapat disingkat menjadi 9
item (UWES-9). Validitas faktorial dari UWES-9 menunjukkan menggunakan analisis
faktor konfirmatori, dan tiga nilai skala memiliki internal yang baik
konsistensi dan uji-tes ulang reliabilitas. Selain itu, model dua faktor dengan
mengurangi Burnout faktor (termasuk kelelahan dan sinisme) dan faktor totalitas
diperluas (termasuk kekuatan, dedikasi, penyerapan, dan profesional) sesuai
dengan data Hasil ini mengkonfirmasi totalitas kerja dapat dipahami sebagai
antipoda positif dengan burnout. Hal ini disimpulkan bahwa UWES-9 skor memiliki
sifat psikometrik diterima dan instrumen dapat digunakan dalam studi tentang
perilaku organisasi yang positif. Sonnentag, Sabin. (2003, p. 521-525) dalam
penelitiannya yang berjudul Recovery, Work Engagement, and Proactive Behavior:
A New Look at the Interface Between Nonwork and Work. Dalam penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa studi ini memberikan dukungan untuk efek positif dari
pemulihan pada totalitas kerja dan perilaku proaktif, dengan totalitas kerja
menengahi efek pemulihan pada perilaku proaktif. Individu yang merasa bahwa
mereka cukup pulih selama waktu luang mengalami tingkat yang lebih tinggi dalam
totalitas kerja pada hari berikutnya. Totalitas kerja yang tinggi membantu
mereka dalam mengambil inisiatif dan mengejar tujuan pembelajaran. Variabel
demografi, 12 karakteristik pekerjaan, aspek sifat keterlibatan kerja, dan
perilaku proaktif telah dimasukkan sebagai mengontrol variabel dalam analisis.
Hal ini berarti bahwa interpretasi yang mengacu pada faktor-faktor sebagai
variabel ketiga dapat dikesampingkan. Dengan demikian, tidak hanya
kecenderungan umum individu untuk mengalami totalitas kerja atau untuk
mengambil inisiatif, tetapi juga pemulihan yang bertanggung jawab atas perasaan
totalitas kerja dan tindakan inisiatif pada pekerjaannya dan memiliki hubungan
yang positif dengan komitmen organisasional. Berdasarkan permasalahan yang
diuraikan di atas maka penulis mengambil penelitian dengan tema totalitas kerja
serta mengambil judul “Hubungan antara Komitmen Organisasional dan Kompetensi
Pegawai dengan Totalitas Kerja di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero)
TurenMalang” B. Rumusan Masalah 1. Berapa tingkat komitmen organisasional
pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang? 2. Berapa tingkat
kompetensi pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang? 3.
Berapa tingkat totalitas kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero)
Turen-Malang? 4. Apakah terdapat hubungan antara komitmen organisasional dan
kompetensi pegawai dengan totalitas kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad
(Persero) Turen-Malang? 13 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat
komitmen organisasional pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang.
2. Untuk mengetahui tingkat kompetensi pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad
(Persero) Turen-Malang. 3. Untuk mengetahui tingkat totalitas kerja pegawai di
Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. 4. Untuk mengetahui adakah
hubungan antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas
kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. D. Manfaat
Penelitian 1. Teoretis : a) Memberikan sumbangan penelitian di bidang psikologi
terutama pada pengembangan berkenaan dengan totalitas kerja. b) penelitian ini
dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam pengembangan
totalitas kerja pada khususnya dan keilmuan lain pada umumnya 2. Praktis
Memberikan pengetahuan tentang totalitas kerja di Divisi Munisi PT. Pindad
(Persero) khususnya dan bagi setiap individu pada umunya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment