Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Wednesday, June 14, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Potret kesejahteraan psikologis (psychological well-being) waria anggota IWAMA (Ikatan Waria Malang).

Abstract

INDONESIA:
Dalam menjalani kehidupannya, setiap orang senantiasa mendambakan kebahagiaan dalam menjalani masa hidupnya. Hidup tanpa harus merasakan penolakan dari lingkungan, masyarakat, dan keluarga atas apa yang sedang dan telah dijalaninya adalah salah satu cara dimana manusia dapat mewujudkan kebahagiaannya dengan memenuhi berbagai bentuk kebutuhan hidupnya. Kebahagiaan dalam hidup yang dirasakan seseorang akan berpengaruh kepada kesejahteraan psikologis (Psychological Well-Being) orang tersebut yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Kesejahteraan psikologis seseorang dapat dilihat dari bagaimana seseorang dapat menerima keadaan diri dan masa lalunya dengan apa adanya, memiliki kemampuan dalam membina hubungan yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu menguasai lingkungannya dengan baik, ada rasa kepuasan hidup dalam dirinya, serta menyadari potensi yang ada dalam dirinya untuk berusaha menjadi pribadi yang terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah pertama, bagaimana gambaran kehidupan waria anggota IWAMA (Ikatan Waria Malang) setelah mereka memutuskan untuk menjadi seorang waria ? kedua, apa penyebab yang melatar belakangi mereka menjadi seorang waria ?, dan ketiga bagaimana kesejahteraan psikologis pada waria anggota IWAMA (Ikatan Waria Malang).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan terhadap dua orang waria berusia 40-50 tahun yang tercatat sebagai penduduk Kota Malang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Analisa data yang dilakukan adalah dengan triangulasi data.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa hidup sebagai seorang waria bukanlah hal yang mudah untuk dijalani bagi para subyek. Setelah melalui tahap pengumpulan dan analisa data temuan penelitian dalam skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, secara umum kesejahteraan psikologis waria anggota IWAMA (Ikatan Waria Malang) terkait dengan penerimaan diri, dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan, hubungan positif dengan orang lain, persepsi tentang dirinya, serta adanya sikap otonomi berdasarkan standar pribadi, dan kepasrahannya pada yang Maha Kuasa. Penyebab yang melatar belakangi adalah kurangnya kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sewaktu kecil dan adanya upaya pihak lain yakni orangtua dalam menghalangi rencana pernikahan.
ENGLISH:
In going through of life, every people always really want to be happy. Life without having to feel the rejection from society and family on what was and has lived is one of the ways in which people can achieve happiness by meet the needs of the various forms of life. The happiness of life that the person felt will influence to her psychological well-being. It will influence her quality of life. The psychological well-being can be seen from the way a person can accept his self condition and his past a pot luck. It also can be seen from her ability to develop her relationship with other, be autonomous, able to dominate his environment well, having feeling to be satisfied, and consciously that she has a potential to grow better. As the background of the study above, the problems of this study are, first, how is the life of transgender individual after they decided to become transgender? Second, what the causes of their decide himself to be an transgender ? Third, how the psychological well-being of transgender individual?
In this study, the researcher applies the qualitative research by applying the method of interview, observation, and documentation. This study determines the sample of the two of transgender individual who have 40-50 years old and they are registered as the citizen of Malang city. In this study, the researcher uses the technique of purposive sampling in determining the sample. Whether, the data analysis is done by data triangulation.

The result of data analysis shows that live as transgender individual is not easy. After collecting and analysis of the data, the result of this study can be formulated as follows: First, generally, the psychological well-being of the trangender individual IWAMA (Ikatan Waria Malang) depend on their accepting of their selves, a social backing from the family and environment, a positive relationship with other, the perception of the Unmarriage condition, and the existence of the autonomy based on the self-standard, and their defenselessness to the God. Causes of the background is the lack of affection given by parents as a child and the effort of others that hinder parents in the wedding plans.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajarinya akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tualah yang memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami sebagaimana sabda Rasulullah: Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (Hadis riwayat Bukhari) Dari hadits ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak dimasa yang akan datang. Dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 16: Îû ÷rr& ÏNºuq»yJ¡¡9$# Îû ÷rr& >ot÷|¹ Îû ` ä3tFsù 5 AyŠöyz ô`ÏiB 7 p¬ 6ym tA$s)÷WÏB à 7s? aÎ) !$pk ¨ XÎ) ¢ Óo_ ç 6»tƒ ÇÊÏÈ × ŽÎ7yz ì #ÏÜs9 © !$# ¨ aÎ) 4 ª !$# $pkÍ5 ÏNù'tƒ ÇÚöF{$# Artinya: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam 2 bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.1 (QS. Luqman: 16) Pendidikan yang utama dan pertama bagi anak yaitu berada di rumah bersama orang tua. Dengan indikator bahwa orang tua merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya, orang tua merupakan orang yang pertama berinteraksi dengan anak-anaknya sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain, lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak, serta waktu yang dimiliki oleh anak lebih banyak dihabiskan di rumah bersama orang tua. Dengan demikian pemberian asah, asih dan asuh kepada anak menjadi tanggung jawab utama bagi orang tua. Sepanjang sejarah tidak ada orang tua yang secara sengaja dan sadar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada anaknya supaya anaknya tersebut mengalami kegagalan dalam hidupnya. Bahkan pada prinsipnya orang tua bercitacita dan berusaha agar anaknya selalu sukses dalam kehidupannya kelak, namun demikian tidak jarang orang tua (mungkin karena tingkat pendidikan atau kurangnya kesadaran penuh dalam mendidik) mengalami kegagalan dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Orang tua menginginkan anaknya memiliki banyak teman, berprestasi disekolah, menjadi orang yang bertanggung jawab, jujur, menyenangkan, baik hati, dan berfikir positif mengenai diri sendiri. Dengan kata lain orangtua ingin anaknya bahagia.2 1Departemen Agama RI, Mushaf al-Qur’an dan Terjemah, (Depok: PT. Penerbit dan Distributor, 2008), hal 412 2 Azerrad, Membangun Masa Depan Anak (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2005) hal 11 3 Peranan orang tua sangat besar artinya bagi keadaan psikologis anakanaknya. Mengingat keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh perkembangan anak sejak lahir hingga dengan dewasa maka pola asuh anak yang baik perlu disebar luaskan pada setiap keluarga. Masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya keterlibatan mereka secara langsung dalam mengasuh anak. Tak jarang akibatnya merugikan perkembangan fisik dan mental anaknya sendiri. Pekerjaan mulia sebagai orang tua dalam mengasuh anaknya tidaklah mudah, karena tidak sedikit pola asuh yang diterapkan dalam sebuah keluarga berdampak negative pada perkembangan anaknya. Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pola asuh pada anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengasuhan kepada anaknya, tergantung status sosial, budaya tempat tinggal, serta latar belakang pekerjaan orang tua. Dan pasti ada kekurangan dan kelebihan dalam setiap pola asuh. Markum menggolongkan pola asuh orang tua terhadap anak menjadi tiga: Pertama pola asuh otoriter yaitu orang tua sangat menanamkan disiplin dan menuntut prestasi yang tinggi pada anaknya. Tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk berpendapat, sekaligus menomorduakan kebutuhannya. Kedua pola asuh permissive yaitu orang tua bersikap demokratis dan penuh kasih sayang. Namun kendali orang tua dan tuntutan prestasi rendah. Anak dibiarkan berbuat sesukanya tanpa ada tanggung jawab dan beban. Ketiga pola asuh demokratis yaitu orang tua menuntut prestasi tinggi, tapi dibarengi sikap demokratis dan kasih 4 sayang tinggi pula. Pola asuh ini kuat dalam control dan pengawasan, tetapi tetap memberi tempat untuk anak berpendapat.3 Usia perkawinan juga berpengaruh terhadap cara orang tua mengasuh anak. Hal ini dikarenakan belum matangnya mental, fisik atau psikologis dari orang tua tersebut. Dengan melihat orang tua yang melakukan perkawinan usia muda barang tentu para orang tua tersebut tidak bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang tinggi. Masa dimana seharusnya orang tua tersebut bisa menikmati masa remaja dan masa pendidikan di bangku sekolah terpaksa harus mengurus kehidupan keluarganya sendiri di usia yang sangat muda. Dimana diketahui diantara ciri-ciri remaja yakni emosi yang belum bisa dikontrol tidak menutup kemungkinan jika sudah memilki seorang anak emosi itu diluapkan kepada anak-anaknya. Perkawinan usia muda juga membawa pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak mereka. Biasanya anak-anak kurang kecerdasannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Ancok yaitu: Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu remaja mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang lebih dewasa. Rendahnya angka kecerdasan anak-anak tersebut karena ibu belum memberi stimulasi mental pada anak-anak mereka. Hal ini disebabkan karena ibu-ibu yang masih remaja belum mempunyai kesiapan untuk menjadi ibu. 3 Markum, M.E, Buku Ajar Kesehatan Anak Jilid 1(Jakarta: FKUI, 1999) hal 85 5 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kedewasaan ibu baik secara fisik maupun mental sangat penting, karena hal itu akan berpengaruh terhadap perkembangan anak kelak dikemudian hari. Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 74, yaitu perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai perkawinan pada usia muda atau di bawah umur. Padahal perkawinan yang sukses pasti membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Di Desa Bermi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, contohnya. Didalam surat nikah tercantum tanggal lahir subyek yang bukan tanggal lahir sebenarnya. Tanggal lahir dibuat berbeda dengan tanggla lahir asli karena demi mendapatkan surat nikah. Karena surat nikah hanya diberikan kepada orang yang menikah di usia menurut Undangundang yakni usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Dalam wawancara dengan Kasi Pemerintahan, Bapak Poniman: “Sewaktu mendaftar ke kantor Desa, warga ini mengaku sudah berumur 20 tahun keatas, pihak kantor Desa tidak semena2 memberikan ijin maka dari itu pihak sini meminta bukti-bukti misalnya dengan meminta ijazah. Tetapi mereka mengaku tidak memiliki ijazah dan seringkali mengatakan ijazahnya hilang, jadi pihak kantor Desa tidak dapat berbuat apa-apa atas desakan warga yang ingin melangsungkan pernikahan ini, dengan terpaksa melayani warga tersebut”.4 Penyebab terjadinya perkawinan di usia muda di Desa ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya yaitu keadaan ekonomi keluarga, akan tetapi 4 Poniman, wawancara ( 23 Juni 2012) 6 faktor paling menonjol ialah desakan dari orang tua dengan alasan dikhawatirkan anak menjadi perawan tua. Berdasarkan hasil observasi awal penelitian, diketahui bahwasanya orang tua yang melakukan perkawinan usia muda di Desa Bermi, Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo cenderung otoriter terhadap anaknya. Dalam pola asuh otoriter, aturan ditegakkan secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan pedoman yang berlaku, pasti ada hukuman dari orang tuanya, namun bila anak berperilaku sesuai aturan, hanya sedikit atau bahkan tidak ada pujian. Pola asuh ini terlihat pada orang tua yang jika anak melakukan kesalahan atau tidak menuruti yang diperintah orang tuanya, orang tua tidak segan-segan memarahi, memaki, mencubit, bahkan memukul anak. ada banyak larangan-larangan yang diberlakukan orang tua yang tidak masuk akal, seperti anak tidak boleh main diluar rumah. Pola asuh ini membuat anak sulit menyesuaikan diri. Ketakutan anak terhadap hukuman justru membuat anak menjadi tidak jujur. Perlu sedikit dijelaskan pula di Desa Bermi ini, bahwa pola asuh pada orang tua yang menikah di usia dewasa atau usia yang sudah matang terlihat jika anak melakukan kesalahan atau tidak menuruti perintah orang tuanya, orang tua hanya sebatas menasehati dan memarahi tetapi tidak sampai memaki, mencubit bahkan memukul anak. Kedewasaan ibu khususnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ibu yang telah dewasa secara psikologis akan akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya, bila dibandingkan dengan para ibu muda. Ibu usia remaja sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti 7 keterampilan mengasuh anaknya. Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya. Beranjak dari hal tersebut peneliti mengambil judul “Model Pola Asuh Orang yang Melakukan Perkawinan Usia Muda Terhadap Anak dalam Keluarga” yang mengambil contoh di Desa Bermi, Kecamatan Krucil, kabupaten Probolinggo, dengan alasan perkawinan pada usia muda yang sangat menarik untuk dikaji karena pada usia muda masih banyak hal yang belum tentu mereka pahami mengenai pola kehidupan berumah tangga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Masyarakat disana banyak yang melakukan perkawinan di usia muda. Dengan usia pernikahan yang sangat muda tersebut peneliti ingin menggali lebih dalam pola asuh yang diterapkan para orang tua yang melakukan perkawinan tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menentukan tiga rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor apa yang melatar belakangi pasangan/keluarga menikah di usia muda di Desa Bermi? 2. Bagaimanakah model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda. 8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mengkaji faktor yang melatar belakangi pasangan/keluarga menikah di usia muda di Desa Bermi 2. Mengetahui model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis : Manfaat yang ingin dicapai secara teoritis adalah memberikan gambaran atau bahkan sebuah teori baru mengenai latar belakang keluarga melakukan perkawinan di usia muda dan model pola asuh orang tua pada anak yang melakukan perkawinan diusia muda. Jadi, hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti tentang hal serupa. 2. Secara Praktis : Secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga atau orang tua yang melakukan perkawinan usia muda dalam mengasuh anak-anaknya. E. Batasan Masalah Agar tidak terjadi mis-understanding dalam memahami hasil dari penulisan ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan pembahasannya. 9 Penulisan skripsi ini sesungguhnya akan mengungkap tentang factor yang melatar belakangi keluarga melakukan perkawinan usia muda dan model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda pada anaknya. Sehingga pada entri poinnya dari penulisan ini adalah mengungkap bagaimana model pola asuh dari orang tua pada anak-anaknya, yang menikah di usia muda dalam kehidupan sehari-hari. F. Penelitian Terdahulu Novi Puspita Anggraini, 2010. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosi Anak Pra Sekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola asuh otoriter orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia pra sekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang, pola asuh permisif orang tua tidak berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia prasekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang, pola asuh demokratis orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia prasekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang. Maka pola asuh (otoriter, permisif dan demokratis) orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi (positif, lemah dan negatif) anak usia prasekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan orang tua yang melakukan perkawinan usia muda dalam mengasuh anaknya sehari-hari adalah pola asuh otoriter, jika anak melakukan kesalahan atau tidak menuruti perintah orang tuanya anak akan dimarahi, dipukul bahkan dicaci. Hal yang melatar belakangi pola asuh tersebut ialah ideologi yang berkembang dalam 10 diri orang tua. Orang tua menganggap jika anak melakukan kesalahan maka anak harus dihukum karena jika tidak, anak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu meneliti tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan emosi anak pra sekolah dengan hasil pola asuh (otoriter, permisif dan demokratis) orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi (positif, lemah dan negatif) anak usia prasekolah. Sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda dengan hasil orang tua yang melakukan perkawinan usia muda pola asuh yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pola asuh otoriter. Jika anak melakukan kesalahan orang tua tidak segansegan memarahi, memukul bahkan memaki anaknya. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu samasama meneliti tentang pola asuh orang tua dalam mendidik anak.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Potret kesejahteraan psikologis (psychological well-being) waria anggota IWAMA (Ikatan Waria Malang)." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment