Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Friday, June 9, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi al-Ahwal al-Syakhshiyyah,:Ihdad bagi perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam: Sebuah analisis gender

Abstract

Perempuan (isteri) memiliki kewajiban melaksanakan iddah dan ihdad, karena ditinggal mati oleh suaminya, selama empat bulan sepuluh hari. Hal ini merupakan suatu kondisi di mana isteri harus menahan diri atau berkabung. Selama masa itu, isteri hendaknya menyatakan dukanya dengan tidak berhias, tidak bercelak mata dan tidak keluar rumah. Hal ini bertujuan untuk menghormati kematian suami. Apabila masa iddah telah habis, maka tidak ada larangan bagi perempuan untuk berhias diri, melakukan pinangan, bahkan melangsungkan akad nikah.
Penelitian ini bertujuan, untuk memahami ihdad bagi perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), dengan menggunakan pisau analisis gender. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kontektualisasi ‘urf ihdad perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), karena ‘urf atau adat masyarakat pada dewasa ini, berbeda dengan aktivitas masyarakat di saat al- Qur’an serta al-Sunnah turun sebagai sumber hukum tertinggi.
Metode penelitian yang digunakan adalah (library research), yaitu penelitian yang diarahkan dan difokuskan terhadap penelitian bahan-bahan pustaka, yang ada kaitannya dengan masalah iddah dan ihdad. Sumber data yang diperoleh adalah dari sumber data primer, sekunder serta tersier, dengan menelaah Kompilasi Hukum Islam (KHI), khususnya yang memperbincangkan tentang ihdad bagi perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya, serta buku-buku fiqh dan analisis gender dan Islam.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketentuan tentang ihdad dalam pasal 170, BAB XIX, poin satu dan dua KHI dapat dinyatakan tidak bias gender. Hal ini karena ketentuan masa berkabung (ihdad), berlaku tidak hanya bagi perempuan tetapi juga bagi laki-laki, meskipun dengan bentuk atau cara yang berbeda. Penulis menggunakan teori ‘urf yang berkesesuaian dengan teori limitasi Shahrur dengan melihat kebiasaan masyarakat pada umumnya, hal ini dapat dikatakan tidak bertentangan dengan ketentuan nash. Dalam hal ini yang perlu digarisbawahi bahwa redaksi ihdad kurang dari ketentuan teks al-Qur’an, di mana selama berkabung perempuan tidak boleh bersolek, bercelak mata dan keluar rumah. Maka pelaksanan ihdad yang tidak sampai batas maksimal (empat bulan sepuluh hari), dengan catatan tidak menimbulkan madzarat dan fitnah.

Abstract

The woman (wife) has the obligation to carry out iddah and ihdad, because her husband died for four months and ten days. This is a condition in which the wife must hold back or mourn. During that time, the wife should express her grief with no decoration, no eyelids and no outdoors. It aims to honor the death of the husband. If the period of iddah has been exhausted, then there is no prohibition for women to decorate themselves, do proposal, and even hold a marriage ceremony.
This study aims, to understand ihdad for women in the Compilation of Islamic Law (KHI), using a gender analysis blade. This study also aims to find out the contextualisation of women's urf in the Compilation of Islamic Law (KHI), because 'urf or adat society today, is different from the activity of the community when the Qur'an and al-Sunnah came down as the highest source of law.
The research method used is (library research), that is research directed and focused on research library materials, which have relation with iddah and ihdad problem. Sources of data obtained are from primary, secondary and tertiary data sources, by examining the Compilation of Islamic Law (KHI), especially those discussing about ihdad for women who were left behind by her husband, as well as books of fiqh and gender and Islam analysis.
The results show that the provisions on ihdad in article 170, CHAPTER XIX, points one and two KHI can be declared not gender biased. This is because the provision of mourning (ihdad), applies not only to women but also to men, albeit in different forms or ways. The author uses the theory of 'urf which corresponds to the Shahrur limitation theory by looking at the customs of society in general, this can be said not to contradict the provisions of texts. In this case it should be underlined that the editorial ihdad is less than the provisions of the text of the Qur'an, where during mourning women should not be preening, eyelids and out of the house. So the implementation of ihdad that is not up to the limit (four months ten days), with the record does not cause madzarat and slander.



Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi al-Ahwal al-Syakhshiyyah" :  Ihdad bagi perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam: Sebuah analisis genderUntuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment