Abstract
INDONESIA:
Kecerdasan Emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan, menguasai dan mengentrol emosinya, serta mampu dalam menghadapi situasi tertentu dengan memberi respon yang positif. Siswa yang mempunyai kecerdasan emosi juga menunjukkan karakteristik sebagai individu yang mampu dalam hal mengidenfikasikan emosi diri sendiri, mengelola dan dan mengendalikan emosi diri sendiri, motivasi sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang mengakibatkan pearubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar.siswa yang mempunyai prestasi belajar juga menunjukkan karakteristik sebagai individu yang mampu memperoleh hasil yang diperoleh dari prestasi belajar berupa kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifiatas belajar.
Penelitian ini dilakukan di kelas II Madrasah Aliyah MAN Pamekasan dengan tujuan mengetahui tingkat kecerdasan emosi siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri MAN Pamekasan, mengatahui tingkat prestasi belajar siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri MAN Pamekasan, untuk membuktikan ada atau tidak hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri MAN Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subyek penelitian berjumlah 39 responden yang dipilih dengan menggunakan purposive cluster random sampling. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala dan dilengkapi dokumentasi. Analisis penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment Kalr Pearson dengan bantuan SPSS versi 16.0 for Windows.
Hasil dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat kecerdasan emosi siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri MAN Pamekasan dengan prosentase 71.79%. sedangkan tingkat prestasi belajar siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri MAN Pamekasan prosentase 87.17%. Korelasi rxy = 0,550 sig = 0,00< 0,01) dimana koefisien korelasi menujukkan ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri MAN Pamekasan. Nilai antara keduanya menunjukkan keragaman tingkat korelasi yang terjadi. Jika tidak terdapat hubungan sistematik antar korelasi variabel pada penelitian ini ditanyakan mempunyai korelasi yang signifikan
ENGLISH:
Emotional Quotient is an ability of someone to restraint, to handle and to control their emotion, as well as to challenge certain situation by giving positive response. Students with emotional quotient show the characteristic of being individual who is able to identify their self-emotion, to manage and to control their self-emotion and self-motivation, to recognize other emotion, and to develop good relationship with other. Learning achievement is the result of impression of learning activity which causes change upon the individual. Students with learning achievement show the characteristic of being individual with the impression causing a change upon their self due to their learning activity.
Research is carried out at Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan. The objectives of research are to understand the emotional quotient of Students Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan, to acknowledge the learning achievement of Students Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan, and to prove whether there is a relationship between emotional quotient and learning achievement among Students Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan.
Research method is quantitative. The subject of research is 39 respondents selected by purposive cluster random sampling. Data are collected using questionnaire, scale and documentation. The analysis device is correlation analysis technique, precisely Karl Pearson’s Product Moment assisted by SPSS version 16.0 for Windows.
Result of research indicates that the emotional quotient of the majority of Students Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan is rated as 71.79 %, while the learning achievement of Students Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan is given rate of 87.17 %. The explanation of significant correlation is not only remained at rate of 0.550 but at sig = 0.000 < 0.01 (described by the result of calculation of rxy = 0.550 and sig = 0.000 < 0.01). Coefficient of correlation represents a guide of quantitative rate, and it indicates that there is a relationship between emotional quotient and learning achievement among Students Grade II of Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan. Both rates above show the variance of correlation. If there is no systematic relationship between correlations, the finding of significant correlation should be questioned.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sekolah sebagai model pendidikan yang
mendukung pendidikan nasional, selama ini tidak di ragukan lagi kontribusinya
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus pencetak kader-kader
intelektual siap untuk mengaprisiasikan potensi keilmuannya di masyarakat.
Madrasah Aliyah Ngeri MAN Pamekasan madura jawa timur merupakan salah satu
sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak kader-kader handal yang tidak
hanya dikenal potensial, akan tetapi juga mampu memproduksi potensi yang di
miliki menjadi sebuah keahlian yang layak jual. hal ini yang di lakukan untuk
mencapai cita-cita yang sebagai mana di atas membutuhkan serangkaian proses
yang panjang supaya yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Negeri MAN pamekasan
dimulai dari pembenahan sistem pendidikan dan pengajaran, kualitas tenaga
pengajar, cara sarana prasana mendukung, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang mendukung dengan cita-cita tersebut. Madrasah Aliyah negeri MAN pamekasan
mempunyai misi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas Kegiatan Belajar
Mengajar dan evaluasi, pelayanan klinik aqidah bengkel sholat dan laboratorium
Al-Qur’an, mengoptimalkan kegiatan ekstrakulikuler, meningkatan perwujutan
kultur islami di lingkungan 2 madrasah, meningkatan kemampuan siswa dalam
bidang imtek, serta kemampuan siswa dalam bidang seni dan keterampilan. Siswa
dituntut untuk melakukan misi tersebut dan tidak hanya menggunakan, akan tetapi
siswa juga diharapkan mampu berprestasi dan unggul dalam bidang yang
digelutinnya. Siswa yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi akan cendrung
menampakkan prilaku yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yakni untuk
memperoleh prestasi belajar sesuai dengan standart terbaik yang ditempatkan
masing-masing individu. Setandar prestasi belajar bisa di ukur dengan
pembandingkan hasil pencapain saat ini dengan hasil yang telah dicapai
sebelumnya. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian
terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Proses
belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak
orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar,
seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan
pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet
dalam buku Winkel (1997: 3 529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk
menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan
objektif. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering
ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan
kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi
tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya
faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat
diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan
emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya
kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ
merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002).
Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence
yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu
mengembangkan emotional intelligence siswa . Memang harus diakui bahwa mereka
yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan 4 mengalami
kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang
seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa
tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak
orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi
belajar seseorang. Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan,
bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut.
Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap
kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun
beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah
penting dengan IQ (Goleman, 2002: 44). Menurut Goleman (2002: 44), kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its
expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati dan keterampilan sosial. Secara kronologis usia siswa kelas II
Madrasah Aliyah Negeri (MAN Pamekasan) berada pada masa remaja. Pada usia ini
biasanya seseorang sedang sibuk mencari identitas diri. Pada usia ini seseorang
sangat mudah terpengaruh oleh kehidupan diluar dirinya, yang kemudian 5 akan
mempengaruhi pola pikirnya dalam menyikapi segala situasi yang dihadapinya.
Fenomena paling populer di kalangan siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri (MAN
Pamekasan) terkait dengan kecerdasan emosi adalah kurang bisanya siswa mengatur
waktu untuk kegiatan yang diadakan oleh Sekolah tersebut. Siswa seperti ini
biasanya terlalu sibuk dengan urusan yang sifatnya hanya untuk mencari
kesenangan pribadi. Sehingga kegiatan yang diadakan oleh sekolah tersebut yang
seharusnya menjadi kegiatan utama sebagai siswa menjadi tersisihkan berdasarkan
paparan di atas penulis menggunakan sampel pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN
Pamekasan). Hal yang sering membuat siswa hidupnya tidak karuan adalah karena
mereka tidak mempunyai impian yang besar, dalam artian tidak ada target dalam
hidup. Mereka selalu menganggap semuanya gampang tanpa harus berusaha. Tetapi
anehnya, tidak sedikit siswa yang tidak mempunyai kecerdasan emosi tinggi bisa
meraih prestasi belajar. Hal ini dapat disimpulkan adanya indikasi kecerdasan
emosi yang rendah. Di sisi lain, ada siswa yang memiliki kecerdasan emosi
tinggi selalu menjalankan semua tuntutan tugas yang diberikan oleh sekolah bisa
meraih prestasi belajar. Hal di atas sangat menarik untuk diteliti karena kalau
menurut teori seharusnya bila seseorang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi
maka individu tersebut berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. 6
Sebaliknya, bila seseorang memiliki kecerdasan emosi yang rendah, maka individu
tersebut tidak berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. Sedangkan
pada kasus di atas yang terjadi sebaliknya, yakni individu tidak memiliki
kecerdasan emosi tinggi tetapi bisa meraih prestasi belajar yang tinggi, hal ini
terbukti dengan adanya siswa yang tidak bisa membagi waktu bermain dengan waktu
kegiatan yang telah ditetapkan sekolah tapi siswa tersebut bisa meraih prestasi
belajar yang tinggi dengan adanya fakta nilai raport baik. Berdasarkan paparan
di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh lagi tentang ”Hubungan Kecerdasan
Emosi dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Negeri (MAN
Pamekasan)”. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : 1. Bagaimanakah tingkat kecerdasan emosional siswa Kelas II Madrasah
Aliyah Negeri Pamekasan? 2. Bagaimanakah tingkat prestasi belajar siswa Kelas
II Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan? 3. Adakah hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar pada siswa Kelas II Madrasah Aliyah Negeri
Pamekasan? 7 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada
siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri (MAN Pamekasan). 1. Mengetahui tingkat
kecerdasan emosional siswa Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan 2. Mengetahui
tingkat prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan 3. Mengetahui
hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa
Madrasah Aliyah Negeri Pamekasan D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini
mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1. Dari segi teoritis,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan
dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran
mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. 2. Dari segi
praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya
membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang
dimilikinya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pamekasan." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment