Abstract
INDONESIA:
Perawat merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam pelaksanaan layanan kesehatan. Kehadiran dan peran perawat tidak dapat diabaikan. dalam menjalankan tugasnya tersebut, seorang perawat dituntut untuk memahami proses dan standart praktik keperawatan. dan pelayanan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperhatikan sikap keperduliannya kepada pasien. Dalam memberikan pelayanan, perawat hendaklah menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan berkemampuan untuk memberikan rasa simpati serta rasa empati. Simpati yang ada pada diri seorang perawat secara tidak langsung akan mendekatkan hubungan emosional antara perawat dengan pasien, sehingga dengan adanya simpati tersebut, perawat akan senantiasa memberikan perawatan yang lebih baik dan dengan adanya rasa simpati dari perawat maka pasien akan merasa nyaman dan tenang dalam menjalani proses penyembuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran antara variabel terikat, yaitu kualitas pelayanan dengan variabel bebas, yaitu simpati di rumah sakit islam Gondanglegi Malang. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 53 perawat.
Metode pengumpulan datanya menggunakan skala. Skala penelitian terdiri dari dua skala yaitu skala kualitas pelayanan dan simpati yang masing-masing terdiri dari 25 aitem dan 20
aitem.
aitem.
Berdasarkan analisa penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: pada variabel kualitas pelayanan menghasilkan 9 perawat (17%) memiliki kualitas pelayanan tinggi, 32 perawat (60%) memiliki kualitas pelayanan sedang, dan 12 perawat (23%) memiliki kualitas pelayanan rendah. Sedangkan variabel simpati menghasilkan 10 perawat (19%) memiliki simpati tinggi, 33 perawat (62%) mempunyai rasa simpati sedang, dan 10 perawat (19%) memiliki rasa simpati rendah.Hasil penelitian kualitas pelayanan dan simpati menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif (rxy 0.814; dengan sig < 0.05). Artinya, hubungan antara variabel simpati dan kualitas pelayanan adalah positif signifikan dengan mendapatkan nilai 0.000 dan nilai signifikansinya Sig. (2-tailed) adalah dibawah atau lebih kecil dari 0.05. Sumbangan efektif atau daya prediksi simpati dengan kualitas pelayanan ditunjukkan dengan koefisien determinan r² = 0,66 yang berarti bahwa 66% kualitas pelayanan ditentukan oleh rasa simpati.
ENGLISH:
The nurse is one of the important and strategic component in the implementation of the health service. Presence and role of nurses cannot be ignored. In carrying out the duty, a nurse is required to understand the process and standards of nursing practice. The quality of nursing care provided by nurses can be reached if the nurses are able to pay attention and to take care to the patient. In providing services, the nurse should use the expertise, the gentle words, touch, give hope, always be beside the patient and capable to give a sense of sympathy and empathy. Sympathy is in a nurse will indirectly bring closer emotional relationship between nurse and patient, so that the existence of such sympathies, nurses will always give better care and with the sympathy of the nurse then the patient will feel comfortable and calm in convalescence.
The purpose of this research is to know the role between the bound variables that is the quality of service with free variables, that is, sympathy in the Islamic hospital of Gondanglegi Malang. The number of respondents in this study were 53 nurses.
The method of collecting data uses the scale. The scale of the research consisted of two scales: the scale of the service quality and sympathy that each aitem consists of 25 and 20 aitem.
Based on the analysis of the research results obtained are as follows: the variable quality of service produces 9 nurses (17%) have a high service quality, 32 nurses (60%) have a medium service quality, and 12 nurses (23%) have a low service quality. While variable sympathy produces 10 nurses (19%) have a high sympathy, 33 nurses (62%) have a sense of medium sympathy, and 10 nurses (19%) have a sense of low sympathy. The research of service quality and sympathy shows that there is a positive relationship (rxy 0.814; with sig < 0.05). It means that the relationship between the variables of sympathy and the quality of service is significantly positive by getting their significance and value 0000 and the significance value Sig (2-tailed) is below or less than 0.05. Effective
contribution or sympathy with predictive power service quality indicated by the coefficient of determinant r² = 0,66 which means that 66% quality of service determined by a sense of sympathy.
contribution or sympathy with predictive power service quality indicated by the coefficient of determinant r² = 0,66 which means that 66% quality of service determined by a sense of sympathy.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Seiring dengan berkembangnya zaman yang
semakin kompetitif, dunia bisnis saat ini mencetak perkembangan yang semakin
lama semakin baik, khususnya dibidang jasa. Dan salah satu jenis industry jasa
yang memang terbukti perkembanganya adalah industri rumah sakit. Setiap
organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan
kualitas jasa pelayanannya secara terus menerus. Semakin tinggi tingkat
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan
kualitas hidup, maka masyarakat pengguna akan semakin kritis dalam menerima
produk jasa, oleh karena itu peningkatan kualitas kinerja rumah sakit perlu
terus menerus dilakukan. Untuk mencapai hal tersebut di atas diperlukan
strategi pemasaran yang fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas,
komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan berkesinambungan, kesatuan
tujuan dan keterlibatan serta pemberdayaan kar -yawan. Dan untuk mengetahui hal
tersebut diatas telah memenuhi harapan konsumen apa belum, perlu dilakukan
evaluasi dari pelanggannya. (Fandy Tjiptono. 2006). Ritha (2007) Rumah sakit
merupakan salah satu pelayanan jasa yang dalam melakukan aktivitasnya, tidak
boleh lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua hal
tersebut meningkatkan kesadaran dan tuntutan masyarakat 2 terhadap pelayanan
jasa kesehatan yang semakin baik. Hal ini juga menyebabkan nilai (value)
masyarakat berubah terhadap pelayanan jasa kesehatan yang lebih bermutu.
Perubahan ini merupakan tantangan bagi pihak rumah sakit yang dihadapkan pada
lingkungan usaha yang selalu berubah. Pihak rumah sakit memang harus pintar-pintar
dalam merancang sebuah system pelayanan yang baik agar bisa menarik perhatian
masyarakat, dalam hal ini yang memang berpengaruh besar dalam meningkatkan
kualitas pelayanan di sebuah rumah sakit adalah seorang perawat.maka dari itu
harapan basar dari seorang pasien adalah perhatian ekstra dari seorang perawat.
Mulyaningsih (2011) Di Indonesia tuntutan konsumen untuk mendapatkan pelayanan
jasa yang baik dan optimal telah dipayungi dengan Undang-Undang (UU) No.8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen. UU tersebut efektif diberlakukan pemerintah
sejak tanggal 20 April 2000. Undang-undang ini mengatur dan melindungi mereka
dari rendahnya kualitas jasa yang diberikan perusahaan. Dan produsen
bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang ataupun jasa yang dihasilkannya. Artinya; Para produsen
jasa kini tidak dapat sembarangan memberikan pelayanan, karena mereka dengan
mudahnya dapat dimasuk kan ke dalam penjara oleh konsumen nya sendiri. (Rambat
Lupiyoadi dan A. Hamdani. p. 168). Pelayanan keperawatan yang bermutu merupakan
harapan semua orang sehingga rumah sakit sebagai penyedia layanan keperawatan
dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pelayanannya. Ada tiga area tanggug
jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang harus menjadi perhatian utama pada
setiap organisasi 3 keperawatan pasien, praktisi dan profit /pembiayaan. Untuk
area pasien, mutu digambarkan dengan asuhan keperawatan, praktisi digambarkan
dengan penampilan kinerja perawat, serta profit digambarkan dengan pembiayaan
keperawatan. (direktoran bina pelayanan keperawatan, 2008). Dengan demikian
seorang perawat memang harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien.
Tuntutan profesi yang harus dijalani oleh seorang perawat bukan semata pelayanan
biasa atau sekedarnya tetapi harus sesuai dengan norma dan undangundang yang
berlaku, karena pelayanan keperawatan dalam hal ini memang harus sesuai dengan
ilmu pengetahuan yang telah ditempuh oleh seorang perawat. perawat berhubungan
langsung dengan masyarakat yang memiliki permasalahan kesehatan yang beragam
dari keluhan ringan sampai pada keluhan yang memerlukan penanganan khusus.
Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Dalam hal ini ada dua faktor utama yang mempengaruhi kalitas
pelayanan, yaitu expected service dan perceived service.(Anjaryani, 2009)
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan
yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik atau memuaskan.
Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika kualitas
pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas
pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas pelayanan
tergantung 4 pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya
yang konsisten. Dalam sebuah rumah sakit biasanya terdiri dari banyak jenis
pelayanan diantaranya: pelayanan administrasi management rumah sakit, pelayanan
penunjang medis, pelayanan gawat darurat,pelayanan rekam medis dan yang paling
penting adalah pelayanan keperawatan intensif, karena layanan perawat baik dan
telaten adalah yang paling dibutuhkan seorang pasien. Perawat yang seharusnya
bertugas memberikan pertolongan kepada setiap pasien yang datang dan harus
memeriksa pasien secara baik-baik dan tidak dibenarkan untuk menolak pasien
tanpa kecuali. Tapi tidak seperti apa yang dialami oleh saudara Burdha. Anaknya
mengalami perbesaran di kepala (hydrocephalus) yang pada saat itu sedang
mengalami gejala flu dan demam. Ketika dibawa ke RSUP Nusa tenggara barat,
pihak rumah sakit saat itu tidak memberikan penanganan yang baik (tidak diberi
infus ataupun obat) malah di bilang bahwa anak tersebut idiot. (www.tempo.co.
11/09/2013). Sama halnya dengan apa yang dialami bapak Max Rudolf, yang sejaak
pukul 07:15 duduk diruang tunggu laboratorium patologi klinis rumah sakit
kristen Indonesia, padahal baru dibuka pukul 08:00. Sengaja datang awal agar
dilayani dengan cepat, setelah pukul 08:00 ternyata laboratorium belum juga
dibuka. Sampai pada pukul 13:00 baru dibuka, dikarenakan para karyawaan rumah
sakit sedang menggelar unjuk rasa. (www.tempo.co. 10/09/2013) Dari pemaparan
kasus diatas, bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh sebuah rumah sakit
melalui seorang perawat dinilai rendah. Pelayanan yang 5 dilakukan perawat
dalam lembaga tersebut tidak sesuai dengan tujuan yang diadakan lembaga. Jadi
perawat seakan enggan memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien. Hal ini
dikarenakan kurangnya kesadaran dari setiap perawat sehingga berakibat pada
pelayanan rumah sakit yang kurang baik. Pentingnya suatu pelayanan keperawatan
dalam sebuah rumah sakit dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Evi
Jayanti dengan judul “ Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan
Pasien Rawat INAP “. Dari penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara kualitas pelayanan keperawatn dengan kepuasan yang
diterima oleh pasien. Pada kenyataannya, pelayanan keperawatan yang baik
seperti halnya yang diungkap Depkes RI (dalam Evie Jayanti 2012 :56) bahwa
aspek perhatian, penerimaan, tanggung jawab, komunikasi, dan kerjasama
mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap. Dari hasil perhitungan statistic
tersebut, kiranya aspek-aspek tersebut sudah terjadi di RS Panti Wilasa “Dr
Cipto”. Berprofesi sebagai seorang perawat memang dituntut untuk selalu
memperhatikan apapun keluhan dari pasien dan secara tidak langsung harus
memiliki rasa kasih sayang,rasa iba, dan rasa simpati terhadap keadaan yang
dialami seorang pasien, guna untuk memberikan persembahan serta motivasi yang
positif agar seorang pasien merasa nyaman dalam pelayanan dirumah sakit
tersebut. Dalam kamus psikologi dijelaskan bahwa simpati merupakan satu sikap
emosional dicirikan oleh perasaan ikut merasa terhadap pribadi lain yang
mengalami satu pengalaman emosional.sesuai dengan pengertian tersebut terbukti
bahwa 6 seorang perawat memang harus memiliki perasaan simpati terhadap keadaan
pasien demi untuk memberikan pelayanan yang baik dari berbagai keluhan yang
dialaminya. Pelayanan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat
dapat dicapai apabila perawat dapat memperhatikan sikap caring kapada pasien.
Dalam membarikan pelayanan, perawat hendaklah menggunakan keahlian, kata-kata
yang lemah lembut, sentuhan, membarikan harapan, selalu berada disamping pasien
dan berkemampuan untuk memberikan rasa simpati serta rasa empati. Mulyaningsih,
(2011) Simpati yang ada pada diri seorang perawat secara tidak langsung akan
mendekatkan hubungan emosional antara perawat dengan pasien, sehingga dengan
adanya simpati tersebut secara tidak langsung perawat akan senantiasa memberikan
perawatan yang lebih baik dan dengan adanya simpati dari perawat maka pasien
akan merasa nyaman dan tenang dalam melaksanakan proses penyembuhan. Oleh
karena itu simpati yang dimiliki oleh seorang perawat akan mempengaruhi
kualitas pelayanan perawat terhadap pasiennya. Erat kaitannya dalam uraian dan
fenomena diatas bahwasanya fenomena tentang kualitas pelayanan dirumah sakit
harus dihubungkan dengan simpati dari seorang perawat,oleh karena itu peneliti
ingin mengetahui bagaimana “peranan simpati seorang perawat terhadap kualitas
pelayanan” yang diterima seorang pasien. 7 Didaerah malang khususnya terdapat
banyak sekali industry rumah sakit yang juga terdiri dari beragam tipe seperti,
antara lain :rumah sakit pemerintah, rumah sakit TNI-POLRI, rumah sakit BUMN,
dan rumah sakit swasta. Rumah sakit islam gondanglegi (RSIG) malang merupakan
rumah sakit umum yang terletak didaerah selatan kota Malang, yakni Gondanglegi.
dan merupakan satu - satunya rumah sakit terbaik di daerah tersebut, yang
terdiri dari 25 dokter, 53 perawat, 17 bidan, 5 orang farmasi, 70 tenaga
kesehatan serta 70 orang tenaga non kesehatan. Alasan mengapa penulis mengambil
penelitian ini karena semakin banyaknya jumlah industri rumah sakit di
indonesia. Khususnya rumah sakit swasta harus selalu memperhatikan dan
meningkatkan kelebihan bersaingnya untuk survive dalam persaingan dan bagaimana
membuat pasien puas terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit yang pada
akhirnya diikuti dengan tingkat loyalitas yang tinggi yang sangat diperlukan oleh
rumah sakit untuk tetap menjadi unggul dalam persaingan jangka panjang. B.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
adalah “Apakah ada peran Simpati dengan kualitas pelayanan?” 8 C. TUJUAN
PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui peran simpati dengan
kualitas pelayanan perawat. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara teoritis Penelitian ini berguna
untuk menambah wawasan keilmuan psikologi khususnya dan untuk peneliti
–peneliti yang akan mengambil subjek yang sama. 2. Secara praktis Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan akan berguna sebagai
sarana bagi pimpinan rumah sakit, khususnya RSI gondanglegi Malang dalam upaya
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap pasien.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Peran simpati dengan kualitas pelayanan perawat Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment