Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Monday, June 12, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Peranan keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan anak: Studi kasus di masyarakat Desa Mangunan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar

Abstract

INDONESIA :
Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling dekat dengan anak. Secara garis besar keluarga mempunyai fungsi sosial, ekonomi, edukatif dan religi. Berbagai fungsi tersebut nampaknya belum bisa dilaksanakan dengan baik oleh keluarga khususnya para orang tua. Hal demikian ditandai dengan adanya berbagai permasalahan yang terjadi di tengah kehidupan bermasyarakat seperti tindak kriminal, hubungan seksual pranikah, pecandu narkoba serta permasalahan- permasalahan lainnya yang sangat meresahkan masyarakat. Sebagai pendidik yang pertama dan utama, sudah seharusnya para orang tua memberikan pendampingan dan dorongan baik secara finansial, material maupun spiritual terhadap semua aktivitas anak. Semuanya diarahkan dalam rangka membentuk jiwa anak yang utuh baik secara fisik maupun psikis yang kelak akan sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka pada masa yang akan datang.
Penelitian ini berusaha menemukan Peran Keluarga dalam Membentuk Jiwa Keagamaan Anak di Masyarakat Desa Mangunan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar yang secara spesifik tercermin dalam empat rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimana kondisi jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? (2) Bagaimana problematika perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? (3) Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? (4) Bagaimana peran keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan di masyarakat Desa Mangunan?
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Mendeskripsikan kondisi jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? (2) Memetakan problematika perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? (3) Menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? (4) Menemukan peran keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan di masyarakat Desa Mangunan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan desain penelitian studi kasus di masyarakat Desa Mangunan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Data penelitian diperoleh melalui: pengamatan terlibat (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan empat tahapan, yaitu: (1) Tahap Pengumpulan Data, (2) Tahap Reduksi Data, (3) Tahap Display Data dan (4) Tahap Kesimpulan atau Ferivikasi. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan data dilakukan dengan cara: (1) Uji Kredibilitas, (2) Uji Dependabilitas dan (3) Uji Konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan jiwa keagamaan di beberapa keluarga masyarakat Desa Mangunan belum dapat dilakukan secara maksimal. Adapun hasil temuan penelitiannya sebagai berikut: (1) Masyarakat desa Mangunan secara historis termasuk masyarakat yang agamis. Namun demikian, terdapat realitas yang cukup memprihatinkan dimana masih banyak perilaku yang menyimpang dari norma ajaran agama dan tatanan sosial seperti mabuk-mabukan, hamil di luar nikah, nikah muda kemudian cerai dan sebagainya. (2) Problematika perkembangan jiwa keagamaan anak di desa Mangunan sebagai berikut: (a) Adanya kesalahan pola asuh (mall adjusment) dalam keluarga, (b) Tidak adanya sistem modeling dari orang tua dan (c) Pola komunikasi yang tidak terjalin dengan baik. (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak di Desa Mangunan sebagai berikut: (a) Tingkat usia anak, (b) Tingkat ekonomi dan pendidikan orang tua, (c) Lingkungan keluarga, (d) Lingkungan pergaulan anak (e) Lemahnya kontrol dan sanksi dari masyarakat dan aparat terkait. (4) Berbagai peran yang telah dilakukan oleh para orang tua dalam membentuk jiwa agama anak di masyarakat Desa Mangunan antara lain: (a) Menanamkan nilai-nilai agama pada anak sejak dini, yaitu sejak anak baru lahir bahkan ketika anak masih dalam kandungan. (b) Menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam dengan harapan agar anak dapat berpikir, bersikap dan berperilaku yang islami, dan (c) Melakukan pendampingan dan bimbingan pada setiap aktivitas anak agar jiwa agama dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian, diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, baik secara fisik maupun psikis.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
 Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling dekat dengan anak. Secara garis besar keluarga mempunyai fungsi sosial, ekonomi, fungsi edukatif dan fungsi religi. Berbagai fungsi tersebut tetap berlangsung hingga saat ini, karena ternyata belum ada lembaga tertentu yang mampu menggantikan peran keluarga secara penuh seperti fungsi-fungsi keluarga pada umumnya. Hal tersebut tidak hanya dirasakan oleh manusia dewasa saja tetapi juga dirasakan oleh anak-anak. 1 Bagi anak, keluarga merupakan suatu komunitas terkecil dimana dia dibesarkan dan belajar berperilaku. Keluarga juga merupakan lembaga primer yang tidak tergantikan. Sebuah keluarga sangat berperan dalam proses pengenalan anak pada masa awal perkembangannya sehingga perilaku, kepribadian dan sifat seorang anak tidak akan jauh dari perilaku, kepribadian dan sifat dari anggota keluarga yang lain, baik itu orang tua, saudara maupun orang-orang terdekatnya. 2 Karena keluarga merupakan bagian dari anak-anak yang paling dekat, maka tidak mengherankan jika permasalahan yang terjadi seperti tindak kriminal, hubungan seksual pranikah, narkoba serta permasalahan- 1 Mulyono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, UMM Malang, 2001, hlm. 16 2 Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. hlm. 248 2 permasalahan di sekolah maupun di masyarakat umum dapat terjadi akibat kekecewaan anak terhadap keluarga. Hal tersebut menyebabkan anak mencari kepuasan diri di luar rumah yang terkadang malah menjerumuskan mereka ke dalam lembah kenistaan yang dapat merugikan keluarga dan khususnya diri mereka sendiri. Untuk mewujudkan suatu keluarga yang tentram (sakinah), penuh cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), maka diperlukan adanya tatanan nilai yang mengatur dan mengikat hubungan di antara anggota keluarganya. Nilai-nilai tersebut bisa berasal dari ajaran agama ataupun atau adat-istiadat yang menjadi keyakinan dan dilaksanakan dengan sungguhsungguh oleh para anggota keluarga. Terkait dengan peran agama sebagai sumber nilai yang mengikat kehidupan dalam keluarga, Harun Nasution berpendapat bahwa agama sebenarnya mengandung arti sebuah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. 3 Berkaitan dengan hal tersebut, peran agama dalam kehidupan manusia secara umum dan dalam sebuah keluarga secara khusus memiliki peranan yang sangat penting. Harmonisasi suatu masyarakat/ keluarga akan tetap terjaga apabila para anggotanya berperilaku sesuai dengan aturan agama yang 3 Harun Nasution, Filsafat Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Surabaya, 1974. hlm. 10 3 menjadi sumber keyakinan mereka. Dalam hal ini, agama menjadi barometer utama dari setiap perilaku yang ditunjukkan oleh para anggota masyarakat/ keluarga tersebut. Agama masuk ke dalam kepribadian anak bersamaan dengan pertumbuhan kepribadiannya yaitu sejak anak tersebut dilahirkan bahkan sejak dalam kandungan. Anak mulai mengenal Tuhan melalui lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, pengalaman keagamaan dari keluarga akan menjadi landasan anak dalam memahami ajaran-ajaran agama di masa yang akan datang. Perkembangan agama pada anak dapat terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil yaitu dari dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dimana dia tinggal. Semakin banyak pengalaman agama seseorang maka semakin banyak pula unsur keagamaan yang dia terima sehingga tidak jarang sikap, tindakan, kelakuan dan caranya memandang hidup akan sesuai dengan ajaran agama yang di anutnya 4 . Selain itu, keluarga khususnya orang tua memegang peranan yang cukup penting dalam usaha meningkatkan prestasi anak-anaknya. Keluarga atau orang tua adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri setiap anak 5 . Tugas orang tua yang paling bermakna dan paling penting di dunia ini adalah menciptakan keturunan yang dapat dibanggakan bagi orang tua maupun agama dan bangsa 4 Fuad Kauma, Buah Hati Rasullullah (Mengasuh Anak Cara Nabi), Jakarta, Hikmah, 2003, hlm. 2 5 Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak,Gramedia, Jakarta,1985, hlm 5 4 dan tidak ada kebahagiaan yang paling abadi selain kebahagiaan melihat keberhasilan mendidik anak. Hal ini merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Selain membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang tidak terbatas, mendidik anak merupakan sebuah penghargaan yang berlangsung sepanjang hidup seseorang. Oleh karena itu, menjadi orang tua bisa dikatakan susahsusah senang. Susah jika anak tersebut tidak mampu membaca situasi di sekelilingnya sehingga anak menjadi anak yang kurang bisa menyesuaikan dengan lingkungannya. Sebaliknya, orang tua akan merasa senang jika seorang anak mampu menjadi seseorang yang bisa mengerti dan memilih mana yang terbaik untuknya sehingga akan menjadi anak yang berguna tidak hanya bagi orang tuanya, tetapi juga agama dan bangsanya. Dari perspektif antropologi, pendampingan dan dorongan dari orang tua baik secara finansial, material maupun spiritual terhadap semua aktivitas anak mutlak diperlukan. Semuanya diarahkan bagaimana membentuk jiwa anak yang utuh yang kelak akan sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka pada masa-masa yang akan datang. Oleh karena itu, pendampingan anak sejak dini mutlak diperlukan sehingga nantinya kehidupan anak di kemudian hari akan menjadi balance (seimbang) antara kehidupan psikhis dan fisiknya. Dengan demikian, akan tumbuh menjadi anak saleh susai dengan harapan orang tuanya. 6 6 Taufiq Rahman Dahiri, Anthropologi, Yudistira, Jakarta, 1994, hlm: 121 5 Agama Islam menyakini bahwa setiap bayi yang lahir di muka bumi ini adalah terlahir dalam keadaan fitrah (suci). Perkembangan fitrah tersebut yang akan menjadi tanggung jawab orang tuanya, sehingga peran keluarga sangatlah penting mengingat proses pendidikan keagamaan seorang bayi akan dimulai sejak pertama kali bayi melihat bumi, yaitu pada saat bayi diperdengarkan azan sesaat setelah dia lahir. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim, telah disebutkan bahwa: Abu Hurairah r.a berkata: Nabi SAW bersabda; “Tiada bayi yang dilahirkan melainkan lahir di atas fitrah, maka ayah bundanya yang mendidiknya menjadi yahudi, atau nasrani, atau majusi”. 7 Kenyataan tersebut akan semakin jelas ketika anak memiliki keyakinan yang sama dengan yang diwariskan oleh para orang tuanya. Namun demikian, saat ini mulai muncul kecenderungan bahwa ajaran agama sudah mulai ditinggalkan oleh manusia. Hal ini terjadi seiring dengan derasnya arus globalisasi yang kurang diwaspadai dampak negatifnya. Akibatnya, masyarakat akan berperilaku menyimpang bila jauh dari kehidupan norma-norma agama. Ali Ashrof menyatakan bahwa saat ini sudah terjadi pergeseran orientasi dalam kehidupan manusia. Manusia begitu tergila-gila pada prestasi material, sukses duniawi, efisiensi dan kesenangan yang serba semu dengan mengizinkan pembaharuan teknologi yang tidak terkontrol dan mengakibatkan penyakit ekologi dan sosial mereka. Jiwa keagamaan yang diharapkan mampu 7 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Terjemahan Al Lu’lu Wal Marjan 2, oleh H. Salim Bahreisy, Bina Ilmu, Surabaya, 1996, hlm 1010. 6 menjadi penyeimbang manusia modern dengan segala kreativitasnya, semakin pudar dari dalam diri mereka. 8 Melihat realitas di atas, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah menumbuhkan jiwa keagamaan pada anak sejak dini. Dalam hal ini, keluarga (orang tua) sebagai satuan terkecil dari masyarakat dan merupakan faktor yang menentukan putih hitamnya perjalanan seorang anak. Orang tua sangat berperan dalam kelangsungan kehidupan seorang anak. Keberhasilan seseorang tentulah tidak akan terlepas dari peranan orang tuanya, sebagaimana seorang ayah/ ibu dalam mendampingi anak dalam memilih jalan yang benar dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sebagian besar orang tua di Desa Mangunan (subjek penelitian) menganjurkan kepada anak-anaknya untuk memperdalam ajaran agama sejak usia dini, yaitu dengan memasukkan anak-anak mereka ke pondok pesantren, sekolah-sekolah yang bernuansa Islami (Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah), TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) ataupun Madrasah Diniyah yang ada di lingkungannya. Semua itu dilakukan dengan harapan semoga anak-anak mereka kelak akan menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur sehingga mampu berfikir, bersikap dan berperilaku sesuai tuntunan ajaran agama, yaitu agama Islam. Mengingat begitu pentingnya peran keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan pada anak, maka peneliti ingin melihat bagaimana hal tersebut 8 Ali Ashrof, Horison Baru Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus, 1996, hlm : 17 7 dilakukan oleh keluarga masyarakat Desa Mangunan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Desa Mangunan merupakan sebuah tempat yang terdiri dari beberapa dusun yaitu Dusun Mangunan Baran, Dusun Dongsingkal dan Dusun Plosokursi. Selain itu Desa Mangunan terdiri dari beberapa kepala keluarga dimana keluarga-keluarga tersebut sebagian besar merupakan sebuah keluarga yang utuh (terdapat bapak dan ibu yang terikat oleh pernikahan yang sah). Dari sisi kehidupan sosial ekonomi, masyarakat desa Mangunan tergolong dalam ekonomi kelas menengah. Kondisi ini mempengaruhi kondisi pendidikan anak-anak desa Mangunan, dimana sebagian dari anak-anak mereka hanya lulusan SLTP, dan SLTA (bekisar antara tahun 2002-2007). Namun demikian, sudah banyak orang tua yang mulai sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai banyaknya anak-anak desa Mangunan yang masuk ke Perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri. Dari perspektif sosial keagamaan, terdapat realitas yang cukup memprihatinkan. Anak-anak di desa Mangunan merupakan anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, meskipun hal tersebut tidak terjadi pada setiap keluarga, hal tersebut dapat dilihat dari kurang adanya kesadaran bagi pihak keluarga dalam memonitoring perkembangan anak baik itu perkembangan mental, spiritual maupun pendidikan umum. Permasalahan di atas dapat dilihat dari proses interaksi anak dengan orang tuanya dan pola pikir masyarakat yang kurang memahami arti 8 pentingnya pendampingan, bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang sesungguhnya bagi anak-anak mereka. Hal itu juga yang membuat proses pendidikan khususnya keagamaan di dalam keluarga menjadi sulit diterima di sebagian keluarga Mangunan. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, masih banyak perilaku yang menyimpang dari ajaran agama terutama yang dilakukan oleh para remaja. Mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti duduk-duduk dan bermain gitar di perempatan jalan tanpa mengenal waktu, dan minum-minuman yang memabukkan. Perilaku yang paling memprihatinkan adalah adanya beberapa remaja perempuan yang hamil diluar nikah, yang sudah sangat jelas hal tersebut di larang oleh agama Islam serta banyaknya pernikahan pada usia muda yang secara psikhis belum siap menjalani kehidupan rumah tangga. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti memilih tema penelitian Peran Keluarga dalam Membentuk Jiwa Keagamaan Anak (Studi Kasus di Masyarakat Desa Mangunan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar). B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang telah peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? 2. Bagaimana problematika pembentukan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? 9 3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? 4. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan di masyarakat Desa Mangunan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? 2. Untuk memetakan problematika perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? 3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? 4. Untuk menemukan bentuk peran keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan anak di masyarakat Desa Mangunan? D. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Keluarga Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi baru tentang bagaimana menanamkan jiwa keagamaan pada anak. Selain itu, juga sebagai salah satu problem solving terhadap berbagai persoalan yang 10 terkait dengan bagaimana menanamkan jiwa keagamaan pada anak yang saat ini marak terjadi di masyarakat kita. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti khususnya berkaitan dengan peran keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan pada anak. Selain itu, sebagai bekal peneliti dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat di masa yang akan datang. 3. Bagi Lembaga (UIN Malang) Sedangkan bagi lembaga dalam hal ini UIN Malang, diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan disamping berbagai penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya.


Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Peranan keluarga dalam membentuk jiwa keagamaan anak: Studi kasus di masyarakat Desa Mangunan Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment