Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Friday, June 9, 2017

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi al-Ahwal al-Syakhshiyyah" Penentuan awal waktu shalat subuh menurut Departemen Agama dan aliran Salafi: Sebuah kajian falakiyah.

Abstract

INDONESIA:
Masuknya waktu shalat menjadi syarat sahnya shalat. Jika shalat tidak dilaksanakan tepat pada waktunya, maka shalatnya tidak sah.
Penentuan awal waktu-waktu shalat itu sangat dipengaruhi oleh peredaran matahari, yaitu saat matahari terbit, berkulminasi, dan tenggelam. Penghitungan kapan matahari menempati posisi-posisi tersebut dimulai pada saat matahari berkulminasi. Pada dasarnya matahari ketika kulminasi dapat diobservasi dengan mudah walaupun dengan menggunakan alat sederhana seperti tongkat istiwa’ atau miqyas.
Berkaitan dengan polemik bahwa awal waktu subuh diduga terlalu cepat untuk wilayah Indonesia, penulis menemukan ada dua kelompok yang berbeda pendapat dalam penentuan awal waktu shalat subuh, yaitu Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dan Aliran Salafi.
Penentuan waktu-waktu shalat untuk wilayah Indonesia selama ini berpedoman pada Buku Pedoman Penentuan Jadwal Shalat Sepanjang Masa yang diterbitkan oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama). Dalam buku itu, BHR merujuk pada kitab-kitab falak dan Ahli falak H. Saadoeddin Jambek, Abd. Rachim. Menurut mereka fajar shadiq muncul pada saat posisi matahari berada pada sudut 20º di bawah ufuk. Karena itu, BHR menetapkan bahwa fajar shadiq muncul pada saat matahari berposisi 20º di bawah ufuk.
Sedangkan Aliran Salafi yang diwakili oleh Tim Qiblati dan Qiblatuna telah mengadakan observasi fajar shadiq di beberapa Negara yang selama ini menerbitkan penanggalan waktu-waktu shalat. Seperti ISNA, Ummul Qura, Mesir, The British Royal. Dari hasil observasi itu, Salafi menetapkan bahwa penetapan awal waktu shalat subuh yang ditandai dengan kemunculan fajar shadiq saat ini mengalami kesalahan. Pertama,posisi matahari pada saat awal subuh adalah -15º di bawah ufuk. Kedua, astronomical twilight merupakan fajar kadzib, bukan fajar shadiq.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan dalam beberapa hal. Perbedaan perspektif dalam penentuan awal subuh antara BHR Depag dan Aliran Salafi. BHR Departemen Agama menganggap masalah ini adalah masalah ijtihadiyah. BHR Depag berangkat dari sudut pandang astronomi, sedangkan Salafi berangkat dari sudut pandang syar’i. Dan perbedaan ini menjadi hal yang wajar saja, karena berangkat dari sudut pandang yang berbeda.Interpretasi terhadap ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi saw khususnya yang berkaitan dengan fajar shadiq; perspektif yang digunakan juga oleh kedua organisasi itu, BHR Depag berangkat dari perspektif astronomi, sedangkan aliran Salafi menggunakan perspektif Syar’i. Pengertian astronomical twilight yang berbeda; BHR Depag menganggap astronomical twilight sebagai fajar shadiq, sedangkan Salafi menganggapnya sebagai fajar kadzib.
ENGLISH:
The entry requirements for validity of time to pray the prayer. If prayers are not implemented on time, then his prayer is invalid.
Initial determination of prayer times were strongly influenced by the circulation of the sun, namely at sunrise, culminated, and drowned. Calculating when the sun occupies these positions as the sun begins to culminate. Basically, when the culmination of the sun can be observed easily even by using simple tools like sticks istiwa 'or miqyas.
In connection with the polemic that the alleged early morning time too quickly to parts of Indonesia, the authors found there were two distinct groups of opinion in determining the early morning prayer time, ie Rukyat Hisab Agency Department of Religion and Flow Salafi.
The determination of prayer times for Indonesia, so far based on the Manual Determination of Schedule Prayers of All Time, published by the Department of Religious Rukyat Hisab Agency (now the Ministry of Religious Affairs). In the book, BHR refers to the books of astronomy and astronomy expert H. Saadoeddin Jambek, Abd. Rachim. According to them the true dawn appears when the sun's position at an angle of 20 º below horizon. Therefore, BHR established that the true dawn when the sun appears positioned 20 º below horizon.
While the Salafi streams represented by the team has held Qiblatuna Qiblati and observations on some of the true dawn of State published a calendar for this time of prayer. Like ISNA, Umm Al-Qura, Egypt, the British Royal. From the observation that, Salafi specify that the determination of the beginning of time to pray at dawn which is marked by the emergence of the true dawn is currently experiencing errors. First, the position of the sun during the early morning is -15 ° below horizon. Second, astronomical twilight are kadzib dawn, not the true dawn.

The results can be summarized in several respects. Perspective in determining the difference between the BHR Department of Religious early dawn and Salafi stream. BHR Religion Department considers this problem is the problem Ijtihadiyah. Department of Religious BHR depart from the viewpoint of astronomy, while the Salafi depart from the viewpoint of syar'i. And this difference becomes only natural thing, because it departed from the standpoint that berbeda.Interpretasi of verses of the Qur'an and Prophetic traditions, particularly those related to the true dawn; perspective that is also used by both organizations that set out from the perspective of BHR Department of Religious astronomy, while the Salafi stream using syar'i perspective. Different understanding of astronomical twilight; BHR Department of Religious regard as the dawn of the true astronomical twilight, while the Salafis regard as the dawn kadzib.

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi al-Ahwal al-Syakhshiyyah" :Penentuan awal waktu shalat subuh menurut Departemen Agama dan aliran Salafi: Sebuah kajian falakiyah.Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment