Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Tuesday, December 13, 2011

Merancang Pembelajaran Tematik (Model Tematik 5)


 Merancang Pembelajaran Tematik
(Model Pembelajaran Tematik 5)

Merancang Pembelajaran Tematik
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut dirancang sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Kompetensi dasar dan indikator yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada setiap mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Mengingat kondisinya seperti itu, maka hal pertama yang perlu mendapat perhatian guru dalam merancang pembelajaran tematik di sekolah dasar yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan kompetensi dasar dan indikator pada setiap matapelajaran yang akan dipadukan. Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indikator tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan.

Penerapan sistem guru kelas di sekolah dasar, di mana guru memiliki pengalaman mengajarkan seluruh matapelajaran, guru bisa lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indikator antar-matapelajaran. Dalam merancang pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan diajarkan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak.
Cara ini biasanya dilakukan untuk kelas-kelas awal sekolah (kelas I dan II). Contoh tema yang bisa dikembangkan misalnya: diri sendiri, keluarga, masyarakat, pekerjaan, tumbuhan, hewan, dsb. Cara kedua, dimulai dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjutkan dengan penetapan tema pemersatu. Dengan demikian, tema-tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran pada salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan. Cara ini dilakukan untuk jenjang sekolah dasar kelas III s.d. VI. Agar Anda lebih paham lagi bagaimana mengembangkan pembelajaran tematik, berikut dijelaskan langkah-langkah dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran tematik (cara kedua) secara terperinci dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini.
Gambar: Alur Perencaraan Pembelajaran Tematik

Berdasarkan bagan alur di atas, perencanaan pembelajaran tematik dapat dimulai dari penetapan matapelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi-kompetensi dasar dalam setiap mata pelajaran berikut indikatorindikator pencapaiannya. Langkah berikutnya, memilih dan menetapkan tematema pemersatu yang dapat digunakan untuk memadukan kompetensi dasar antar-matapelajaran serta membuat bagan/matriks keterhubungannya. Selanjutnya, guru dapat mulai menyusun silabus dan satuan pembelajaran tematik. 
Berikut penjelasan dari tahapan berikut ini:
1.       Penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari matapelajaran yang akan dipadukan Memilih dan menetapkan tema/ topik pemersatu Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu Menyusun silabus pembelajaran tematik Menyusun rencana pembelajaran tematik Gambar: Alur Perencaraan Pembelajaran Tematik berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
2.       Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran
Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu. Sebelumnya perlu ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan. Perhatikan contoh berikut.

3. Pemilihan dan Penetapan Tema
Tahap berikutnya yaitu memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, di antaranya: a) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, b) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan c) Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.
Tema-tema pemersatu yang akan dibahas dalam pembelajaran tematik bisa ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama siswa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Contoh tema, seperti: ”peristiwa alam”, ”keluarga”, ”kebersihan”, ”kesehatan”, ”rekreasi”, ”alat transportasi”, ”alat komunikasi”, ”pengalaman”, dsb. Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih kongkret. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini.

Sebagai contoh, tema tentang ”PENGALAMAN” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Pengalaman menyenangkan, (2) Pengalaman menyedihkan, (3) Pengalaman lucu/menggelikan. Tema ”ALAT TRANSPORTASI” dapat dikembangkan menjadi anak tema seperti contoh berikut: (1) Alat transportasi darat, (2) Alat transportasi laut, 3) Alat transportasi udara. Tema ”PERISTIWA ALAM” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) banjir, (2) gempa bumi, (3) gunung meletus, (4) tanah longsor, dsb. TEMA Anak Tema 1 Anak Tema 2 Anak Tema 3 Materi 1 Materi 2 Materi 3
4. Menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing matapelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/atau matriks jaringan tema yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini harus tampak juga hubungan tema pemersatu dengan indikator-indikator pencapaiannya. Contoh pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu ”BINATANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini.

5. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik
Dari hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran tematik. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran tematik. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari siswa. Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan. Kompetensi dasar setiap matapelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang mata pelajaran yang akan dipadukan, kompetensi dasar dan indikatornya yang akan dicapai, materi pokok, strategi atau langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber bahan pustaka yang dijadikan rujukan. Contoh format dan pedoman penyusunan silabus pembelajaran tematik dapat dilihat pada matriks terlampir.
6. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian). Contoh Silabus dan RPP Tematik (terlampir dihalaman setelah rangkuman)
Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah
Apakah mungkin beberapa materi dari mata pelajaran terpisah dipadukan? Mengapa tidak, materi beberapa mata pelajaran, khususnya di SD dapat disajikan secara terpadu atau tematik. Tentu saja materi yang dipilih merupakan materi yang saling kait mengait. Misalnya, pada waktu akan membahas golongan darah (IPA) guru dapat menugaskan untuk menyelidiki penyebaran golongan darah A, B, O, dan AB masing-masing siswa. Setelah data terkumpul, siswa dapat menyajikan pengelompokkan golongan darah ini dengan beragam grafik (matematika). Pembahasan tentang ciri-ciri siswa yang memiliki golongan darah tertentu dapat dideskripsikan dalam bentuk karangan lucu (bahasa Indonesia). Pembelajaran tematik ini menuntut guru untuk bekerja keras membaca beberapa buku acuan, mencatat segala gejala alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat.
Guru perlu pula mengkaji materi GBPP beberapa mata pelajaran yang mungkin dapat dipadukan dalam satu tema. Namun perlu diingat, bahwa dalam pembelajaran tematik tidak harus memadukan semua mata pelajaran. Di SD terdiri dari sejumlah mata pelajaran umum dan kelompok mata pelajaran muatan lokal. Melalui pengkajian antar materi pelajaran, maka dapat diketahui bahwa beberapa topik/konsep dari dua atau lebih mata pelajaran dapat dipadukan dan dirangkai ke dalam satu tema. Pembelajaran tematik tidak menuntut adanya perubahan jadwal pelajaran yang telah ada. Pembelajaran tematik dapat memanfaatkan jadwal pelajaran yang telah ada, sehingga guru belum perlu mengubah jadwal pelajaran. Artinya pelajaran tetap diberikan sesuai jadwal pelajaran sehari-hari yang ada. Begitu juga, tujuan pembelajaran dan alokasi waktu yang tersedia, tidak perlu dirubah, sesuai dengan yang tertuang dalam GBPP.
Untuk materi yang sulit dipadukan, dituntut kerja keras dari guru dengan mengerahkan seluruh kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan yang dimilikinya serta mengkaji berbagai sumber acuan dan media yang ada. Guru perlu menyadari, bahwa tidak semua materi dapat dipadukan dalam suatu tema, namun untuk materi/topik yang direncanakan untuk diajarkan secara tematik, pilihlah materi-materi yang dapat dipadukan dalam satu tema aktual yang ada di sekitar siswa. Misalnya krisis ekonomi, bahaya narkoba, derita gempa bumi, korban banjir, dan sebagainya. Pembelajaran tematik ini lebih sesuai diterapkan di SD, karena guru SD pada umumya merupakan guru kelas.
Artinya, dengan kewenangannya mengajar semua mata pelajaran (kecuali mata pelajaran Agama dan Olah Raga), guru dapat mengatur sendiri cara menyajikan beberapa mata pelajaran, disesuaikan dengan ketersediaan alat pelajaran, ketersediaan waktu, ketersediaan buku pelajaran, dan kondisi minat serta kemampuan siswa. Keterpaduan pemahaman selalu berlangsung, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Keterpaduan yang bersifat vertikal berlangsung mulai materi pelajaran kelas 1 sampai dengan materi kelas 6, dan bahkan keterpaduan pemahaman berlangsung mulai TK sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti sekolah lanjutan. Pemahaman terhadap suatu topik/konsep diharapkan dapat membangun dasar untuk memahami topik/konsep berikutnya.
Pemahaman topik/konsep kelas 1 diharapkan dapat menjadi dasar untuk memahami topik/konsep kelas 2, dan begitu seterusnya. Dengan demikian, pemahaman konsep selalu bersinergi melalui keterpaduan pemahaman. Keterpaduan pemahaman secara horizontal merupakan keterpaduan tentang keluasan dan kedalaman materi pembelajaran dalam satu mata pelajaran. Ketika mata pelajaran yang disajikan guru dapat dipahami siswa secara terpisah, diharapkan dampak keterpaduan pemahaman kumulatif dapat terjadi. Selanjutnya, pemahaman yang terpadu ini akan berkembang menjadi dasar pemahaman topik/konsep terkait pada masa mendatang.
 


Artikel Terkait:

2 comments:

Post a Comment