Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Saturday, August 19, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo


Abstract

INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA. Islamiyah Syafi'iyah. Disiplin adalah cara bagaimana seorang anak dapat menerima peraturan yang telah di berikan oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya dan mematuhi norma-norma yang telah ditentukan. Sedangkan pola asuh demokratis adalah gaya pengasuhan yang membimbing dan mengarahkan, disini orang tua mengedepankan interaksi antara orang tua dan anak dalam mengambil keputusan.
Dalam Penelitian Ini mengambil subyek remaja yang bersekolah di MA. Islamiyah Syafi'iyah. Penelitian kuantitatif ini dalam metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan angket yang terdiri dari 16 aitem pola asuh demokratis dan 48 aitem disiplin. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 88 siswa. Tehnik analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tehnik product-moment.
Dari hasil analisis penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: pada variabel pola asuh demokratis menghasilkan 79 siswa (89,77%) memiliki pola asuh demokratis yang tinggi, 9 siswa (10,22%) memiliki pola asuh demokratis sedang, dan 0 siswa (0%) memiliki pola asuh demokratis yang rendah. Sedangkan pada variabel disiplin menghasilkan 79 siswa (89,77%) yang melakukan disiplin tinggi, 9 siswa (10,22%) yang melakukan disiplin sedang, dan 0 siswa (0%) yang melakukan disiplin rendah. Hasil penelitian kedua variabel diatas (pola asuh demokratis dan disiplin) yaitu r = 0,635 ; dengan p = 0,000 < 0,05. Berdasarkan analisa data diperoleh hipotesis Ha di terima yaitu adanya hubungan yang positif pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo, H0 ditolak yaitu tidak adanya hubungan yang positif pola asuh dengan disiplin siswa MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo.
ENGLISH:
This research aims to find the The relationship of authoritative parenting with students discipline in MA IslamaniyahSyafi`yah. Disciplin is the way how children can receive the regulation or rules that have been given by the parents, teachers and surrounding environment and comply with the norms which have been determined. While authoritative parenting is a style of parenting that guiding and directing, here, parents put forward interaction between parents and children in making decision.
This research takes the subject of students in MA. IslamiyahSyafiiyah. This qualitative research in data collection method used is by distributing questionnaires which consist of 16 item of democratic parenting and 48 item of discipline. The number of respondents in this research is 88 students. Data analysis techniques used is product-moment.
From the analysis of the research show the following results: the variable authoritative parenting produces 79 students (89,77%) have high authoritative parenting, 9 students (10,22%) have moderate authoritative parenting, and no student (0%) have low democratic parenting. While in variable discipline produces 79 students (89,77%) who perform high discipline, 9 students (10,22%) who perform moderate discipline, and no student (0%) who perform low discipline. The result of both variables above (democratic parenting and discipline) is r= 0,635, with p= 0,000< 0,05. Based on analysis of data obtained hypothesis Ha accepted that there is a positive relationship between autoritatif parenting and students discipline in MA IslamiyahSyafi`iyahPaitonProbolinggo, Ho rejected that there is no positive relationship between authoritative parenting and students discipline in MA Islamiyah Syafi`iyah Paiton Probolinggo.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
 Fenomena perilaku remaja yang bersifat negatif banyak ditemukan di lingkungan masyarakat, Pemberitaan di media masa hampir setiap saat menayangkan kasus-kasus mengenai perilaku negatif remaja. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah gunaan narkoba berusia 15-25 tahun. Data lain mengungkap jumlah pengguna HIV dikalangar remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71). Fenomena yang marak terjadi dikalangan remaja saat ini kasus mencontek yang baru-baru ini terkuak seperti menampar wajah pendidikan di indonesia saat ini, seorang guru yang notabennya adalah memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya, ini malah menyuruh muridnya yang paling pinter dikelas untuk memberikan contekan kepada teman-temannya dan mirisnya lagi masyarakat sekitar mendukung adanya tersebut menurut Muhaimin Azzel (dalam Susianto, 2014:63). Pada masa ini masa remaja sangat rentang, masa dimana anak tidak lagi dianggap sebagai anak kecil dan belum juga dikatakan dewasa, bisa juga dikatakan masa pertentangan dan perubahan fisik, cara berfikir dan lain-lain (Darajat, 1975: 25). Definisi mengenai remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia namun juga mengenai sosio-historis. Mengenai pandangan invensionis, dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis, mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Rentang waktu remaja berlangsung kirakira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau sampai 18 tahun masa remaja akhir yaitu usia matang secara hukum (Hurlock, 1980:206). Penelitian ini mengambil background disalah satu desa pada sebuah Kecamatan yang berada di Probolinggo, di sebuah desa tempat keluarga penulis berasal. Peneliti ini mengambil disalah satu sekolah di desa tersebut dimana terdapat fenomena banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran sekolah. Observasi yang dilakukan penulis di MA. Islamiyah Syafi'iyah merupakan salah satu lembaga di bawah naungan Yayasan Islamiyah Syafi'iayah yang menerapkan konsep kedisiplinan, yang mana hal tersebut bisa dilihat dari kebijakan yang terkait pada aturan dalam tata tertib siswa yang terpampang di dinding sekolah. Adapun fenomena yang terjadi di MA. Islamiyah Syafi'iyah adalah pada proses pembelajaran berlangsung terlihat ada siswa/siswi yang terlambat, tidur di dalam kelas, mengobrol dengan teman sebangkunya disaat guru menerangkan dan membuang sampah sembarangan pada waktu istirahat (Observasi, 20 November, 2014). Untuk meyakini fenomena yang terjadi penulis melakukan wawancara pra penelitian kepada guru di sekolah tersebut, dan didapatkan hasil bernama Bapak Anton (nama disamarkan) yang sudah lima tahun menjabat menjadi kesiswaan disekolah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru MA. Islamiyah Syafi'iyah, diketahui bahwa para siswa terkadang tidak disiplin dalam mematuhi aturan-aturan disekolah terutama peraturan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar (KBM), hal ini membuat kegiatan belajar mengajar tidak maksimal, ini semua dapat diketahui dari hasil observasi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung (KBM) masih ada saja siswa yangtidur didalam kelas, siswa berbicara dengan teman sebangkunya disaat guru sedang menerangkan. Adapun pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa disekolah antara lain: ada saja siswa yang terlambat datang kesekolah, tidak mengerjakan tugastugas yang diberikan oleh guru, tidak mengenakan atribut sekolah, tidur saat KBM berlangsung, terlambat masuk sekolah. Adapun salah satu contoh tata tertip disekolah tersebut adalah siswa datang 30 menit sebelum pelajaran dimulai, jika siswa terlambat masuk kesekolah wajib melaporkan diri ke guru piket disekolah (Wawancara, 20 November, 2014). Data di atas sesuai yang dikemukakan oleh Subroto (dalam Rido dkk, 2013: 21) yaitu salah satu contoh peraturan tata tertib siswa/pelajar adalah: a) siswa wajib datang sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai, b) siswa yang terlambat harus mintak izin masuk yang di tandatangani guru piket, c) siswa wajib membayar SPP paling lambat tanggal sepuluh tiap bulan, d) pada waktu jam kosong siswa harus tenang di dalam kelas tidak boleh membuat gaduh, e) pada waktu istirahat siswa dilarang meninggalkan halaman sekolah, siswa yang melanggar tata tertib dikenakan sanksi.
 Fenomena-fenomena tersebut memperlihatkan bahwa perilaku negatif remaja terjadi akibat ketidak disiplinan remaja. Disiplin secara mendasar mengacu pada perinsip bahwa setiap organisme pada tingkat tertentu belajar mengendalikan dirinya agar selaras dengan kekuatan-kekuatan di sekitar lingkungannya yang dialaminya (Haris dalam Widodo, 2013:142). Jelasnya disiplin adalah bagian dari perilaku positif, keteraturan, tanggung jawab, yang harus diajarkan sejak dini dan orang tualah yang bertanggung jawab mengajari membentuk disiplin pada anak-anak mereka sejak dini. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum penelitian dilakukan menunjukkan bahwa dengan memiliki kedisiplinan, anak diharapkan dapat berperilaku sesuai standar yang ditetapkan oleh kelompok mereka. Untuk memenuhi harapan ini maka disiplin harus memenuhi empat unsur pokok, antara lain: peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaan peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku (Hurlock, 1990:84). Bernhard (dalam Shochib, 1998:3) menyatakan bahwa Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan di indonesia adalah pembinaan dan mengembangan kepribadian secara utuh dan terintegrasi, hal ini merupakan tanggung jawab orang tua, sejalan dengan pernyataan harian kompas mengatakan keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian putra-putrinya.
Kamus besar bahasa indonesia menyebutkan "Keluarga" : ibu bapak dan anak-anaknya yang sangat mendasar dimasyarakat. Keluarga merupakan institusi terkecil dudalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujutkan kehidupan yang tentaran aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang (Mufidah.2008:37). Keluarga merupakan bagian paling penting dalam jaringan sosial anak, sebab keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang pertama yang menanamkan dasar moral dan nilai-nilai yang ada. Oleh karena itu hubungan anak dan orang tua merupakan hubungan yang lama dan berkesinambungan, sehingga diharapkan hubungan yang muncul adalah hubungan yang positif antara anak dengan orang tua (Hurlock, 1978: 200). Banyak faktor di dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak, salah satunya adalah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua merupakan suatu gambaran tentang sikap dan perilaku anak dalam berintraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Bumrid menambahkan bahwa pola asuh merupakan kontrol orang tua parental kontrol (Santrock.2007:257). Atkinson, dan Hilgard (1983) yang menyatakan bahwa dalam masa remaja, nilai dan standart moral orang tua dianggap penting oleh remaja. Remaja yang sedang mencari identitas diri memutuskan apa yang penting dan patut dikerjakan salah satunya dengan mencontoh nilai dari orang tua, jika orang tua tidak menerapkan nilai-nilai tertentu pada anak, maka besar kemungkinan anak akan berlaku seenaknya (dalam Budisetiyani, 2014: 346). Pentingnya peran orang tua terhadap perkembangan anak, apalagi ketika anak sudah berada di tahap remaja, karena pada masa inilah anak mencari identitas dirinya dan banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya dari perubahan fisik sampai perubahan emosinya.
Dengan adanya perubahan inilah jelas akan banyak masalah yang akan dialami oleh anak. Eisenberg, dkk (dalam Laura, 2000: 176 ) mengemukakan bahwa anak yang baik dan bermoral cenderung tumbuh menjadi orang yang dewasa yang baik dan memiiki moral. disini orang tua yang menerapkan pengasuhan yang hangat dan mendukung anak, memberikan hukuman ketika anak benar-benar salah, menggunakan disiplin induktif, memberikan kesempatan kepada anak dalam mempelajari dan memahami perasaan oranglain, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, yang bersangkutan dengan urusan keluarga, memberikan informasi kepada anak tentang perilaku yang diharapkan dan memberikan alasan membangun moralitas internal alih-alih eksternal. Adapun tiga tipe pola pengasuhan yang di kemukakan oleh Diana Bumrind (dalam, Desmita, 2013: 144) yaitu pengasuhan otoritarian , pengasuhan otoritatif, pengasuhan yang Permisif. Peneliti disini ingin membahas tentang pola asuh demokratis orang tua, yang mana pola pengasuhan ini melakukan pengawasan yang ekstra ketat terhadap tingkahlaku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif untuk menghargai dan menghormati pemikiran, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan (Desmita, 2013:144).
Pola pengasuhan demokratis, dimana orang tua menyeimbangkan hak antara orang tua dan anak, memberikan bimbingan dan arahan kepada anak dan lain-lain. Adapun penelitian yang didapat dari penelitian yang dilakukan Ridho illahi, Syahniar, Indra Ibrahim yang berjudul "Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa dan implikasinya terhadap layanan bimbingan konseling" berdasarkan analisa statistik deskriptif, diperoleh keterangan menegnai faktor yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa yang terdiri dari dua aspek yaitu faktor internal dan eksterna. Adapun faktor internal yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa adalah kondisi psikologis memiliki rata-rata 3,09 dan 62,6% kondisi jasmani rata-rata 2,03 dan 40,9%. faktor eksternal yang mempengaruhi pelanggaran disiplin adalah sekolah rata-rata 3,06 dan 61,6%, dan keluarga rata-rata 2,98 dan 59,7% dan masyarakat rata-rata 2,98 dan 58,7% (Ridho, 2013: 22). Penelitian di atas menjelaskan salah satu faktor yang menyebapkan adanya pelanggaran disiplin adalah keluarga yang termasuk dalam salah satu penyebapkan adanya pelanggaran disiplin adalah gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua untuk mendidik putra-putrinya. Berdasarkan pendapat para tokoh, fenomena dilapangan dan fenomena yang terdapat pada peneliti sebelumnya yang telah dipaparkan maka dari itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang kedisiplinan pada anak usia remaja dengan judul "Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Sumberanyar Paiton Probolinggo".
 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pola asuh demokratis pada siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?
2. Bagaimana tingkat disiplinan siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?
3. Apakah ada hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?
 C. Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui tingkat pola asuh demokratis pada siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo
 2. Agar mengetahui tingkat disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton, Probolinggo
 3. Agar mengetahui hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo.
D. Manfaat Penelitian
 ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis:
1.      Secara teoritis,
 penelitian ini diharapkan membantu memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial.
2.      Secara Praktis
 Penelitian ini diharapkan berguna bagi: a. Pihak sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak sekolah menjadikan ini sebuah informasi penting dan memberikan sebuah pemahaman mengenai pentingnya peran guru dalam perkembangan kepribadian siswa. b. Orang Tua Penelitian ini diharapkan memberikan solusi untuk mengurangi perilaku menyimpang membentik kedisiplinan yang benar dengan memperhatikan penerapan pola asuh yang efektif. c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan landasan bagi peneliti untuk memperdalam pemahaman tentang pola asuh dan kedisiplinan. 
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait: