Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Saturday, August 19, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi Psikologi:Hubungan kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Bunana Malang

Abstract

Indonesia:
Kebiasaan membaca adalah sesuatu yang biasa dikerjakan atau pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Sedangkan kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan cara-cara baru dalam memandang suatu masalah atau situasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswi kelas VIII MTs Surya Buana Malang. Penarikan sampel menggunakan sempel jenuh sehingga semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi jumlah sampel disini sama dengan jumlah populasi yaitu 59 orang.
Pengukuran variable kebiasaan membaca menggunakan angket . Sedangkan pengukuran variabel kreativitas menggunakan instrument alat Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang disusun menggunakan model struktur intelek Guilford, yang kemudian dikembangkan oleh Torrence lalu diadaptasi oleh Munandar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebiasaan membaca siswa adalah 18,64% atau 11 siswa yang berada dalam kategori rendah, 69,49% atau 41 siswa berada dalam kategori sedang, dan 11,87% atau 7 siswa dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki Tingkat Kebiasaan Membaca dalam taraf sedang. Sedangkat tingkat kreativitas adalah 25,41% atau 15 siswa yang berada dalam kategori Superior, 35,59% atau 21 siswa yang berada dalam kategori High Average, dan 39% atau 23 siswa yang berada dalam kategori Average. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki Tingkat Kreativitas dalam taraf Average atau Rata-rata.
Hasil analisa korelasi dengan perhitungan uji statistik non-parametrik menggunakan uji korelasi rank spearman dengan tingkat signifikasi α = 0.05 didapatkan nilai sig sebesar 0,941. Karena nilai sig sebesar 0,941 > 0,05 maka Ho diterimadan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan tingkat kreativitas.
English:
Reading habit is something that is usually done or pattern to respond a certain situation that is learned by an individual repeatedly for the same thing. While creativity is a cognitive activity that generates new ways of viewing a problem or situation.
This research aimed to find out whether there was a relationship between the habit of reading with creativity or not on students of class VIII at MTs Surya Buana Malang. The population of this study was the students of class VIII at MTs Surya Buana Malang. The sample taking used was saturated sample so that all members of the population used as sample. Thus, the number of sample here equal to the total population, namely: 59 people.
Variable measurement of reading habit used questionnaire. While the variable measurement of creativity used Verbal Creativity Testas the instrument which was set using the model of Guilford intellect structure, which was later developed by Torrence and adapted by Munandar.
The results showed that the level of students reading habits was 18.64% or 11 students who were in the low category, 69,49% or 41 students were in the category of medium, and 11,87% or 7 students were in the higher category. Thus, it could be concluded that most of the students had reading habit in the medium level. While the level of creativity is 25,41% or 15 students in the Superior category, 35,59% or 21 students were in the High Average category, and 39% or 23 students were in the Average category. Thus, it could be concluded that most of the students have creativity a level in Average.
The result of the analysis of correlation using the calculation of a non- parametric statistical tests using spearman rank correlation test with a significance level of α = 0.05 obtained the value of sig of 0,941. Because the value of sig of 0,941 > 0.05 then Ho was accepted and H1 was refused that it could be concluded there was no significant relationship between the reading habit and the creativity level.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Budaya membaca merupakan budaya yang mulai terkikis seiring dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Masyarakat pada umumnya lebih memilih untuk menonton TV, mendengarkan musik, atau mencari informasi dari media internet ketimbang harus membaca.Kecenderungan ini ternyata berimbas pada proses pembelajaran yang terjadi disekolah, murid-murid lebih suka mencari informasi dari internet ketimbang dari buku-buku yang sudah tersedia di sekolah. Minat baca yang masyarakat indonesia sangat rendah. Bisa dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik(BPS) pada tahun 2006. Data ini menyebutan bahwaorang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).Mengutip laporan Bank Dunia Nomor 16369-IND, dan studi IEA (International Association for the Evaluation of Education Achicievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam Human Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, 1 2 Jerman, dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen. Ini menunjukan bahwa masyarakat kita saat ini belum menjadikan kegiatan membaca sebagi sumber utama dalam mendapatkan informasi. Tapi seiring berjalannya waktu mulai banyak masyarakat kita yang menyadari pentingnya manfaat membaca, hal ini juga didukung dengan program gerakan membaca nasional yang dijalankan oleh pemerintah. Selain sebagai sumber informasi dan pengetahuan membaca juga dapat merangsang pengembangan kreativitas individu karena kreativitas tidak berhubungan langsung dengan bakat. Kreativitas ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan yang tersimpan dimemori otak. Semakin sering dan banyakmembaca buku, semakin banyak pulalah inspirasi kreativitas tersimpan dalam memori otak yang hingga saat ini kapasitasnya belum ada yang mampu menandingi.
Munandar (1999) mengatakan bahwa kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak bisa dipungkiri kesejahtraan masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide, penemuan, dan tekhnologi baru dari anggota masyarakatnya. Dalam hal ini kreativitas menjadi penting dan perlu dikembangkan, sebab kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi penuh dalam perwujudan diri individu. Dibutuhkan lingkungan yang sehat bagi pengembangan kreativitas serta penciptaan pribadi yang kreatif. Untuk menjadi pribadi yang kreatif dan bernilai lebih, individu harus mampu mengolah dan mengembangkan bakat serta potensi yang dimiliki. Pengembangan kreativitas individu dapat 3 dilakukan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, karena kebutuhan akan kreativitas juga dirasakan dalam semua aspek kehidupan. Pendidikan di Indonesia pada umumnya terlalu menekankan pada penguasaan materi yang ditransfer pengajar secara logis analistis sebagaimana mengisi data kedalam computer. Apa yang diketahui anak adalah sebatas apa yang diisikan, tanpa berani mengubahnya lebih lanjut (Sugiono, 2004). Sistem pengajaran ini menyebabkan anak dikondisikan pada pemikiran yang konvergen bukan pemikiran yang divergen, padahal pemikiran divergen merupakan salah satu ciri pemikiran ysng kreatif. Agar mampu berpikir kreatif hendaknya anak diajari sedini mungkin untuk mengembangkan pemikiran yang kreatif, sehingga dimasa mendatang saat dihadapkan pada sebuah masalah individu dapat menyelesaikannya dengan dengan pemikiran yang lebih kreatif. Suparno (dalam Drost, 2005) mengatakan tidak hanya situssi dibanyak sekolah di Indonesia tidak memungkinkan untuk terjadinya proses pembelajaran yang baik, hal ini terjadi karena masih banyak guru yang mengajar dengan cara-cara lama dan kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa untuk mampu belajar sendiri. Sampai saat ini masih banyak sekolah yang menerapkan sistem ceramah dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, akibatnya siswa menjadi kurang bebas dalam mengembangkan gagasannya.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (sistem pendidikan nasional) disebutkan bahwa: “Pendidikan diselenggarakan dengan member 4 keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”. Ini menunjukan betapa pentingnya pengembangan kreatif dalam dalam sistem pendidikan sehingga ada baiknya jika dilakukan penataan ulang sistem pendidikan yang lebih menekankan pada keaktifan siswa, pengamatan lingkungan sekitar, serta membaca aktif untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan dan keingintahuan siswa. Pembentukan manusia kreatif dimulai sejak anak masih dalam masa kandungan, kemudian diikuti dengan masa pertumbuhan anak, dan perkembangan anak hingga dewasa. Menurut Munandar (1999) mengembangkan dan melatih potensi sejak dini sangatlah penting karna kreativitas akan sangat berguna bagi kehidupan setiap anak. Kreativitas sendiri diartikan sebagai kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa dan melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah (Santrock, 1995). Menurut Munandar (1999) kreativitas dibagi menjadi macam-macam, salah satunya adalah kreativitas yang menekankan pada kemampuan untuk menghasilkan kata-kata dan setiap kata mengandung huruf-huruf tertentu dalam batas-batas waktu tertentu atau yang biasa disebut kreativitas verbal. Kreativitas verbal selain berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengemukakan ide dan gagasan juga berkaitan dengan kemampuan individu dalam berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi ini dianggap penting dalam era informasi saat ini, hanya mereka yang mampu menyerap dan 5 mengolah informasilah yang akan berhasil dalam persaingan hidup ditengah masyarakat (Suparno, 2002).
 Pada masa remaja, individu dihadapkan pada persoalan apakah dia dapat menyelesaikan masalahnya atau tidak. Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik akan menjadi modal dalam menyelesaikan masalah yang muncul selanjutnya. Dalam hal ini, remaja awal diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri, termasuk dalam hal bersikap dan berperilaku, agar dapat diterima oleh masyarakat atau lingkungannya (Mappiare, 1982). Ditinjau dari sudut sudut pandang psikologi perkembangan, periode perkembangan remaja awal berlangsung kurang lebih dari 13 tahun sampai 16 tahu atau 17 tahun, dan di akhir masa remaja bermula dari 16 tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hokum (Hurlock, 2002). Pada usia 13-15 tahun, kreativitas verbal remaja dapat berkembang dengan baik karena diperlukan sebagai sarana penerimaan kelompok kususnya dari anggota yang berlawnan jenis sehingga membuat remaja mengendalikan pola prilaku mereka. Hal ini sama dengan gang-agedimana remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa diterima oleh kelompknya (Hawadi, 2001). Masa remaja dikenal dengan masa yang bermasalah, dan biasanya ada dua masalah yang dihadapi remaja. Pertama, sepanjang masa anak-anak masalah yang dihadapi selalu diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam menyelesaikan masalah. Kedua, karena remaja merasa dirinya harus mandiri sehingga mereka ingin 6 mengatasi masalah sendiri dan menolak bantuan pihak lain dalam penyelesaian masalah. Masa remaja yang bergejolak biasanya terjadi pada saat anak duduk dibangku kelas VIII SMP karna anak mulai belajar menyesuaikan diri dari masa nak-anak ke masa remaja. Masa-massa ini biasanya disebut sebagai masa transisi atau masa peralihan karna mereka belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak-anak. Pada masa ini, remaja juga masih belum mampu untuk menguasai fungsi, baik fisik maupun psikisnya (Haditono, 1998). Pada saat kelas VII, remaja cenderung masih bingung dengan perubahan status yang bukan anak-anak lagi dan belum sepenuhnya menyesuaikan dengan peran mereka sebagai sebagai remaja. Sementara pada saat kelas IX, remaja lebih cenderung mementingkan masalah studi karna mereka sadar bahwa mereka harus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Idealnya kreativitas pada remaja usia 13-15 tahun dapat berkembang dengan baik karna pada masa ini remaja mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok, mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang telah ditentukan dan setiap penyimpangan dapat membahayakan proses penerimaan (Hawadi, 2001).
Karna rasa takut akan penolakan dari kelompok inilah maka remaja cendurung berpikir keras untuk selalu memenuhi keinginan kelompoknya sehingga meraka memiliki cara pandang yang lebih fleksibel sesuai dengan keinginan kelompoknya agar bisa selalu bertahan dalam kelompok. 7 Remaja yang kreatif umumnya memiliki banyak ide baru, sebagian dari ide ini aneh-aneh tetapi ada juga yang sangat orisinal dan baik untuk umurnya. Ia sering memberikan jawaban yang tidak biasa terhadap pertanyaan yang biasa-biasa, memberikan saran yang unik untuk menyelesaikan masalah (Sobur, 1985). Menurut Munandar (1999) dalam hubungan dengan cirri anak yang kreatif juga mempunyai batasan sendiri. Menurutnya anak yang kreatif memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada anak-anak umumnya. Artinya, dalam melakukan sesuatu yang mereka anggap berarti, penting, dan disukai mereka tidak terlalu memperhatikan pendapat orang lain. Menurut hasil pengamatan peneliti remaja sekarang ini lebih tertarik pada internet dan game daripada membaca buku. Seringkali sepulang sekolah para remaja menyempatkan diri untuk mampir ke warnet dan menghabiskan waktu yang cukup lama bermain disana daripada membaca buku. Ditambah lagi dengan semakin berkembangnya jaman yang membuat semua hal menjadi instant sehingga remaja menjadi malas membaca buku dan lebih memilih mencari informasi dari internet, padahal banyak sekali informasi dari internet yang kurang jelas rujukannya. Hal ini berdampak pada turunnya kemampuan menghasilkan gagasan-gagasan baru dan menguraikan masalah secara rinci serta sistematik karna remaja sekarang beranggapan bahwa setiap permasalah sudah terdapat solusinya di internet. Selain faktor diatas lingkungan disekolah juga dapat menghambat pengembangan kreativitas remaja. Menurut Munandar (2009) Ada beberapa 8 hal yang dapat menghambat kreativitas remaja dilingkungan sekolah, antara lain sikap guru yang terlalu mengontol menjadikan tingkat motivasi instrinstik remaja rendah, belajar dengan hapalan mekanis, tekanan dari taman sebaya, kegagalan yang dialami dalam pembelajaran, dan sistem sekolah yang terkesan mengekang.Perkembangan pendidikan di Indonesia dinilai belum mendidik tingkat kreativitas anak, karena hanya mengukur kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di masing-masing sekolahnya (ANTARA News). Menurut Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Prof Dr Zainudin Maliki pendidikan harus berkembang seiring dengan kemajuan zaman, dan tidak selalu mengutamakan nilai pelajaran. Permasalahan diatas menyebabkan kreativitas remaja semakin tidak terasah karna terbiasa mendapatkan solusi secara instant. Kesadaran diri remaja yang rendah juga mengakibatkan hal ini semakin parah. Karena itu perlu adanya dorongan dari orang tua dan guru untuk mengembangkan lebih jauh kemampuan kreativitas remaja. Salah satunya dengan membiasakan membaca pada remaja, hal ini bisa dilakukan dengan mengoptimalkan peran perpustakaan disekolah. Dalam proses pengembangan kreativitas ini dibutuhkan banyak pengetahuan, kosakata, dan contoh penyelesaian masalah yang biasanya harus dicari sendiri oleh remaja. Untuk memudahkan proses ini sangat penting bagi remaja untuk memperbanyak kegiatan membaca karena membaca adalah salah satu cara mendapat pengetahuan lebih. Semakin banyak buku yang dibaca maka semakin banyak pula informasi yang dikumpulkan untuk 9 dijadikan refrensi dalam pemecahan masalah dan dapat meningkatkan intelegensi. Berdasarkan pemikiran yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti bermaksud mengakji lebih dalam tentang “Hubungan Kebiasaan Membaca dengan Kreativitas pada Siswa Kelas VIII MTs Surya Buana Malang”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana tingkat kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang? 2. Bagaimanatingkat kreativitassiswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang?
3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan membaca dengan kreativitas siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang?
C. Tujuan Tujuan
 dilakukannya penelitian ini adaalah:
 1. Untuk mengetahui tingkat kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang.
 2. Untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang.
 3. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan membaca dengan kreativitassiswa kelas VIII MTs Surya Buana.
D. Manfaat
  Mamfaat yang didapat dalam penelitian ini adalah:
A. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemikiran tambahan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan kususnya sehingga dapat 11 dikembangkan metode-metode pembelajaran baru yang dapat mengoptimalkan bakat dan minat peserta didik.
B. Secara Praktik Secara praktik penelitian ini ingin mengungkap hubungan antara kebiasaan membaca dengan kreativitas. Dan penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada dunia pendidikan, kususnya dalam menumbuhkan kebiasaan membaca dalam menunjang pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan kreativitassiswa. Juga untuk memberi pengetahuan lebih pada orangtua tentang pentingnya membiasakan membaca pada anak sejak dini dan juga selalu mendukung bakat dan minat anak agar kreativitas anak semakin berkembang dengan baik. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para guru dan siswa untuk lebih mengasah kreativitas dengan memfasilitasi wadah untuk pengembangan kreativitas karna biasanya guru hanya berkonsentrasi pada kelemahan siswa tanpa memperhatikan bakat dan minat siswa dibidang lain.  

Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Bunana Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD

Artikel Terkait: