Abstract
INDONESIA:
Selama ini banyak orang yang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi diperlukan Kecerdasan Intelektual (IQ) yang juga tinggi. Namun, menurut hasil penelitian terbaru di bidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan landasan bagi prestasi belajar siswa. Kecerdasan emosional itu meliputi kemampuan mengendalikan diri sendiri, memiliki semangat dan ketekunan, memotivasi diri sendiri, ketahanan menghadapi frustasi, kemampuan mengatur suasana hati, kemampuan empati. Orang yang dapat mengendalikan emosi secara cepat dan memperhatikan serta memikirkan perasaaan orang lain dapat disebut sebagai orang yang cerdas emosional. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi dalam menentukan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo, serta untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo. Pengambilan sampel menggunakan random sampel. Dan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara angket dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment, yang sebelumnnya dilakukan dengan pencarian rata-rata dan standar deviasi serta kategorisasi dari masing-masing variabel tingkat kecerdasan emosional dan tingkat prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa berada pada tingkat sedang dan tinggi, namun sebagian besar tingkat kecerdasan emosional adalah rendah. Sedangkan untuk prestasi siswa memiliki tingkat prestasi dengan nilai rata-rata di atas 65 dengan kategori sedang dan tinggi, namun secara umum atau sebagian besar prestasi siswa adalah rendah. Hasil perhitungan korelasi dengan menggunakan product moment didapatkan hasil 0,798, artinya kedua variabel tingkat kecerdasan emosional dan tingkat prestasi belajar siswa memiliki hubungan erat.
ENGLISH:
In so far, many people had a notion that to reach high achievement there should be needed high Intellectual Intelligence (IQ). Yet, according to the newest result of study in psychology prove that IQ is not one factor influencing somebody achievement, but there also other factor influencing it, emotional intelligence. Emotional intelligence is basic for students’ achievement. The emotional intelligence include the ability in controlling self, have enthusiasm and diligence, motivating self, endurance in facing frustration, ability to manage mood, empathy ability. Those who can control emotion correctly and considering also thinking other opinion can be called as one with emotional intelligence. The higher one’s emotional intelligence, his/her determining students’ achievement would be higher.
This study had purposes to know the emotional intelligence of students grade 11th IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo and to know students’ achievement in grade 11th IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo, also to know the correlation of emotional intelligence with students’ achievement grade 11th IPA SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo.
This study is quantitative study. Subject of this study is students of SMA Negeri 1 Dringu, Probolinggo. Sampling used in this study is random sampling. And data collection conducted by disseminating questionnaire and documentation. Meanwhile, data analysis technique used here is product moment correlation that before conducted by searching approximation and deviation standard also categorization from each variable of emotional intelligence level and students’ achievement level.
Based on the result of calculation, it shows that students’ emotional intelligence is in medium and high level, yet most of it is low. Meanwhile, for students’ achievement has approximation above 65 with medium and high category, but in general or most of students’ achievement is low. The result of correlation calculation by using product moment obtained the result of 0,798, it means both variables of emotional intelligence and students’ achievement have close correlation.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau
kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud
mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga
formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal,
belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap
akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari
proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya
meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses
belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting karena
melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan disekitarnya. ( Winkel 1997 : 435) Winkel (1997 : 326) menegaskan
bahwa belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk
mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian.
Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu
pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya.
Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa
untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut
sebagai prestasi belajar. 2 Proses belajar di sekolah adalah proses yang
sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk
meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki
Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal
potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan
menghasilkan prestasi belajar yang optimal. (Winkel, 1997 : 356) Menurut Binet
dalam buku Winkel (1997 : 529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk
menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan
objektif. Menurut Winkel (1997 : 325) kenyataan yang ada dalam proses belajar
mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi
belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif
rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah,
dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf
inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan
seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000 :
44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan,
sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya
adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni a) kemampuan
memotivasi diri sendiri, b) mengatasi frustasi, c) mengontrol desakan hati, d)
mengatur suasana hati (mood), e) dan berempati serta kemampuan bekerja sama. 3
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak
dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap
mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi
itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci
keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah
bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman
yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional
intelligence siswa. (Goleman, 2002 : 56)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan,
memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosional
merupakan faktor sukses yang menentukan prestasi dalam organisasi, termasuk
dalam membuat keputusan. Hasil penelitian Chipain (2003) dalam tesisnya yang
berjudul Emotional Intelligence and Its Relationship with Sales Succes,
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional secara positif berkaitan dengan prestasi
belajar. Secara spesifik kecerdasan emosional berkaitan dengan kompotensi
individual yang mengarah pada perilaku task oriented atau berorientasi pada
tugas. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi prestasi atau keberhasilan
seorang siswa dalam belajar di sekolah. Faktor itu antara lain: a) kecerdasan
intelektual, b) kondisi sosial ekonomi siswa c) dan minat kemauaan siswa untuk
belajar (Winkel 1997 : 211) 4 Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ
rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan
mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan
usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang
dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang
yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Winkel (1997 :
125) Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian
orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel
Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata
cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun
beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah
penting dengan IQ (Goleman, 2002 : 44). Fenomena ini sejalan dengan pendapat
Goleman (2002 : 55) bahwa orang yang memiliki IQ tinggi belum tentu memiliki
kesuksesan, karena IQ hanya menyumbang 20% dari kesuksesan, sedangkan 80%
merupakan dari faktor-faktor lain yaitu diantaranya kecerdasan emosional dan
EQ.
Prestasi belajar juga dipengaruhi
oleh perilaku siswa, kerajinan, dan keterampilan atau sikap tertentu yang
dimiliki oleh siswa tersebut, yang dapat diukur dengan standar nilai tertentu
oleh guru yang bersangkutan agar mendekati nilai rata-rata. Karena sifat-sifat
di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya
rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit
bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila 5 mengalami stress.
Ketika orang yang memiliki taraf IQ rendah maka ia memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. Maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang tidak
percaya diri, pendiam dan sulit bergaul. Menurut Goleman, khusus pada
orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka
cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel,
cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan
kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf
kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber
masalah. Berdasarkan hasil wawancara pada dua siswa pada tanggal 12 Mei 2013,
mereka memberikan pendapat yang berbeda-beda yakni siswa A memiliki prestasi
belajar yang tinggi dan dia dapat mengatur emosi dirinya sendiri, dia mampu
menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan teman-temanya. Siswa B memiliki
prestasi belajar yang rendah, tetapi dia tidak mampu mengatur emosi dirinya
sendiri, dia sulit menjalin komunikasi dengan guru dan teman-temannya
contohnya: a) ketika suasana kelas ramai dia marah-marah sendiri, b) ketika ada
teman yang pingsan saat upacara bendera dia tidak menolong temanya sama sekali
dan dia tidak peduli sama sekali dengan teman yang pingsan itu c) dan kurang
berkomunikasi dengan teman dan gurunya dan tidak dapat membina hubungan sosial
dengan teman sebayanya maupun guru. Fenomena lainya dilihat oleh peneliti di
kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu Probolinggo. Siswa-siswa yang memiliki prestasi
belajar tinggi, ternyata beberapa anak yang kurang bisa mengendalikan emosinya
seperti: a) mengendalikan emosi diri sendiri dalam bergaul dengan temanya b)
dan kurang 6 berempati dengan temanya. Adapun penelitian terdahulu yang
ditemukan penulis terkait dengan kecerdasan emosional dan prestasi sebagai
berikut: penelitian yang dilakukan oleh Samsul Arifin (2003) di PT Eratex
Probolinggo untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi
kerja dalam konteks prestasi kerja. Subyek penelitian 50 orang dengan
menggunakan random sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja dengan hasil
kecerdasan emosional sebesar 70% (30 karyawan) berada pada kategori tinggi, 20%
(15 karyawan) pada kategori sedang, 10% (5 karyawan) pada kategori rendah.
Sedangkan hasil dari tingkat prestasi kerja sebesar 60% (30 karyawan) berada
pada kategori tinggi, 20% (20 karyawan) berada pada kategori sedang, 10% (10
karyawan) berada pada kategori rendah.
Dari penelitian di atas subyek yang
di teliti yakni karyawan di PT. Eratex Probolingggo, sedangkan pada penelitian
ini subyek yang diteliti yakni siswa kelas XI IPA. Teknik yang digunakan sama
yakni random sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian di atas
menggunakan satu variabel yang sama yaitu kecerdasan emosional tetapi dalam
penelitian Samsul Arifin (2003) dikorelasikan dengan prestasi kerja sedangkan
dalam penelitian ini dikorelasikan dengan prestasi belajar. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian Samsul Arifin (2003) bahwa kecerdasan emosional sama
tinggi dengan prestasi kerja karyawan PT. Eratex Probolinggo. 7 Berdasarkan
pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri
I Dringu Probolinggo.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan paparan dan wacana pada
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Bagaimana tingkat kecerdasan
emosional siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu Probolinggo?
2. Bagaimana tingkat prestasi
belajar pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu Probolinggo?
3. Apakah ada hubungan antara
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri
1 Dringu Probolinggo?
C. Tujuan Berdasarkan
perumusan masalah dalam penelitian
ini, maka tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan
emosional pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu Probolinggo.
2. Untuk mengetahui tingkat prestasi
belajar pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu Probolinggo. 3. Untuk
mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi pada siswa
kelas XI IPA SMA Negeri I Dringu Probolinggo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa
manfaat antara lain :
1. Dari segi teoritis : penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya
hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan
kecerdasan emosional dengan prestasi.
2. Dari segi praktis : hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya pada orang tua,
konselor dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk
menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment