Abstract
INDONESIA:
Manusia merupakan mahluk sosial. Adanya gerakan modernisasi di semua aspek kehidupan manusia menimbulkan pergeseran pola interaksi antar individu hingga interaksi antar individu menjadi bertambah longgar. Manusia menjadi acuh dan tidak peduli pada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Karakteristik dari individu yang dapat mempengaruhi kecenderungan menolong diantaranya adalah jenis kelamin (Stephan Meier, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku menolong dengan latar belakang perbedaan jenis kelamin dan kelompok agama.
Dovidio & Penner (2001), mendefinisikan menolong (helping) sebagai suatu tindakan yang bertujuan menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain. Perilaku menolong dapat berupa tindakan membantu orang lain berupa bantuan tenaga/usaha dan waktu (favor), bantuan berupa materi/dana (donation), atau bantuan pada situasi darurat (intervention in emergency).
Penelitian ini melibatkan 164 responden. Pengukuran perilaku menolong menggunakan angket terbuka yang berupa narasi dan skala yang terdiri dari 20 aitem, validitas dari yang terkecil 0,272 sampai 0.553 dan reliabilitas sebesar 0.825.
Hasil dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku menolong pada kelompok yang diteliti. Perilaku menolong terhadap perempuan muslim (rerata 5.78), laki-laki muslim (rerata 5.56), perempuan non muslim (rerata 5.88), lak-laki non muslim (rerata 6.28). hal ini menunjukkan perbedaan perilaku menolong yang tidak signifikan terhadap kelompok-kelompok tersebut. pernyataan tersebut didasarkan pada hasil uji F dengan menggunakan Anova, hasilnya ditemukan nilai F=2.759 p=0.044 (p= 0.01 = Signifikan).
ENGLISH:
Human is social creature. The existence of modernization movement in all aspect of life causes shifting of pole in interaction among individual so that it becomes broader. Human become innocence and do not care toward other people which need assistance. The individual characteristic which can influence the helping is sex (Stephan Meier, 2005). This study is aimed to observe the difference of helping behavior based on sex and religious group.
Dovidio & Penner (2001) defines helping as an action which is intended to provide an advantages toward other people. Helping behavior can be an assist of energy/work and time (favor), material/fund (donation), or assistance for emergency condition (intervention in emergency).
This study involves 164 respondents. The measurement of helping behavior using open questionnaire formed of narration and scale which consist of 20 items, the validity from 0.272 to 0.553 and reliability is 0.825.
The result shows that there are differences of helping behavior in the group being observed. Helping behavior toward moslem women (mean = 5.78), moslem man (mean = 5.56), non-moslem women (mean = 5.88), non-moslem man (mean = 6.28). This indicates the unsteady differences of helping behavior toward the groups. This is based on the test result of F using Anova, that is F value = 2.759 p= 0.044 (p= 0.01 = Steady).
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakan
Pada dasarnya manusia
merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan sosial. Manusia
sebagai mahluk sosial memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya, sehingga dalam menjalani interaksinya manusia senantiasa berusaha
melakukan penyesuaian diri dengan cara menyelaraskan kepentingan diri dengan
kepentingan orang lain, agar dapat hidup dengan memiliki hubungan sosial yang
menyenangkan dan harmonis. Agar terbina hubungan sosial yang menyenangkan dan
harmonis, maka individu dituntut untuk mengembangkan sikap saling menghormati,
saling tolong menolong, bekerjasama, berbagi dengan sesama, serta saling peduli
satu sama lain. Namun seiring dengan berjalannya waktu, serta gerakan
modernisasi di semua aspek kehidupan manusia ternyata telah menimbulkan
pergeseran pola interaksi antar individu dan perubahan nilai-nilai dalam
kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan
kontak sosial yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya. Dapat
dikatakan bahwa masyarakat sekarang lebih menggunakan konsep menyenangkan diri
dulu baru kemudian orang lain, hal ini mengakibatkan manusia menjadi makhluk
yang individual. Masyarakat sekarang menjadi acuh tak acuh terhadap lingkungan
dan enggan bersosialisasi terhadap sesamanya 2 sehingga menimbulkan dampak
negatif di kemudian hari, seperti makin maraknya kasus kekerasan terhadap anak
yang disebabkan karena kurangnya sikap peduli dan saling tolong-menolong
dikalangan masyarakat (www.kpai.go.id. 6 Juni 2013). Ada banyak faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku menurunnya kepedulian orang terhadap orang lain
maupun lingkungan di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari situasi sehari-hari
yang dialami, seperti pada saat seseorang membutuhkan bantuan sebagian orang
segera menolong tanpa memikirkan apaapa, sedangkan sebagian lainnya tidak
melakukan apa-apa meskipun mampu untuk membantu. Hal ini terjadi pada saat ada
kecelakaan lalu lintas, namun tak banyak orang yang dengan segera menolong
korban kecelakaan tersebut. Beberapa dari masyarakat yang ada di kawasan
kecelakaan tersebut mendahulukan untuk mengabadikan momen kecelakaan itu
terlebih dahulu tanpa ada niat untuk mendahulukan menolong korban dengan segera
(tribunnews.com, 22 September 2013). Hal tersebut mencerminkan kurangnya
kepedulian, keinginan unuk menolong, dan toleransi pada orang lain didorong
oleh sikap individualis yang ada pada diri individu. Kejadian tersebut jika
dibiarkan berlarut-larut dapat berdampak pada meningkatnya sikap
ketidakpedulian terhadap orang lain dan tidak menghargai kondisi orang lain.
Karakteristik dari individu juga dapat mempengaruhi seseorang untuk menolong
orang lain, diantaranya adalah jenis kelamin. Asumsi dari seseorang 3 untuk
menolong dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin diketemukan dalam beberapa
penelitian tentang perilaku menolong dengan hasil yang berbeda-beda. Sesuai
dengan peran tradisionalnya sebagai pelindung, laki-laki lebih mungkin memberi
bantuan dibandingkan dengan perempuan, dan perempuan lebih mungkin mendapatkan
pertolongan dibanding laki-laki karena laki-laki dianggap lebih kuat daripada
perempuan (Bolton dan Katok, 1995 dalam Stephan Meier, 2005). Penjelasan
mengenai perbedaan perilaku menolong dapat dilihat dari peran gender yang
tentunya juga dipengaruhi oleh peran sosial mereka yang berbedabeda. Seringkali
perempuan dianggap lebih rendah dibanding laki-laki dalam hal kemampuan yang
membutuhkan tenaga dan laki-laki mempunyai ekstra tenaga yang lebih besar
dibandingkan perempuan, itulah yang menjadi asumsi dasar mengapa perempuan
lebih ditolong daripada laki-laki. Jika dibandingkan, memang benar tenaga
perempuan kalah saing dengan tenaga laki-laki. Hal itu dapat dibuktikan dengan
contoh tenaga laki-laki lebih kuat mengangkat beban berat seperti karung beras
dibandingkan dengan tenaga perempuan. Sesuai dengan peran tradisional pria
sebagai pelindung, laki-laki lebih mungkin untuk memberi bantuan pada tindakan
yang dianggap heroik, kekuatan fisik dan training olahraga mungkin mempengaruhi
dalam perbedaan jenis kelamin ini. Laki-laki juga lebih mungkin dibanding
perempuan untuk membantu orang asing yang sedih atau tertekan. Laki-laki lebih
senang membantu korban perempuan, apalagi jika ada yang melihat aksinya
(Taylor, dkk, 2009:478). 4 Dalam penelitian lain juga menyebutkan bahwa korban
yang berjenis kelamin perempuan pun tidak mempengaruhi kecepatan reaksi
seseorang untuk menolong orang lain (Latane & Rodin, 1969 dalam Vaughan dan
Hogg,2005:552). Jika terdapat korban yang berjenis kelamin perempuan bukanlah
merupakan suatu jaminan bahwa ia akan segera ditolong terlebih dahulu
dibandingkan dengan korban yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya perbedaan jenis kelamin bukanlah suatu prediktor yang kuat
mengenai perilaku menolong yang dimiliki seseorang. Seperti contoh adanya
kecelakaan tunggal di jalan raya dengan korban seorang wanita muda, namun
pengemudi kendaraan bermotor lainnya tak ada yang segera berhenti untuk
menolong korban, hingga beberapa waktu berlalu barulah ada seorang yang
menolongnya (vemale.com, 21 Februari 2014).
Dari beberapa keterangan diatas, dapat ditarik suatu hipotesa bahwa
terdapat suatu variabel lain selain perbedaan jenis kelamin dalam perilaku
menolong, salah satunya adalah bias antar kelompok. Bias antar kelompok
(intergoup bias) sendiri adalah suatu keadaan dimana individu cenderung
mengutamakan kelompoknya sendiri (ingroup) dibandingkan dengan kelompok lain
(outgroup) (Turner,1999 dalam modul psikologi sosial 2). Bias kelompok dapat
dijadikan sebagai suatu variabel dalam perilaku menolong karena banyak orang
yang lebih suka menolong orang lain yang merupakan bagian dari in-group mereka,
kelompok dimana identitas individu tersebut berada. Beberapa orang kurang suka
menolong seseorang yang dirasa bukan sebagai bagian dari out-grup nya, yaitu
kelompok dimana identitas mereka tidak berada di 5 dalamnya (Brewer dan Brown,
1998 dalam handout Psikologi sosial II, Nilam Widyarini:5). Seperti halnya
ketika terjadi konflik kelompok pada remaja antar sekolah yang dapat berujung
menjadi tawuran, kelompok remaja dari sekolah A dan B bertemu, maka mereka akan
menonjolkan identitas masing-masing hingga saling membela bagian dari
kelompoknya. Rasa solidaritas antar anggota kelompok adalah hal yang menjadi
dasar dalam perilaku ini.
(http://www.fikarhomeschooling.net/index.php/86-news/123-penyebabterjadinya-tawuran-antar-pelajar)
Adanya perbedaan agama juga dapat dikatakan sebagai suatu perbedaan kelompok, karena
terkadang individu dari agama tertentu beranggapan bahwa agama yang mereka anut
lebih baik dibanding yang lainnya. seperti dengan adanya isu SARA yang merebak
di Indonesia, pasca serangan bom di Bali pada 12 Oktober 2002 serta bom meletus
di hotel JW. Marriot Jakarta pada 5 Agustus 2003 banyak beredar kabar bahwa
kelompok Islam radikal berada dibalik kejadian itu dan media massa pun
memberitakan bahwa kader Islam radikal merupakan teroris, kabar yang membuat
Islam menjelma menjadi agama yang jahat. Begitu pula dengan adanya isu mengenai
minoritas non muslim jika menjadi seorang pemimpin dikalangan masyarakat yang
mayoritas muslim dapat dipastikan akan menimbulkan konflik dikalangan
masyarakat, karena masyarakat indonesia banyak menjunjung identitas sebagai
muslim dan menolak dipimpin oleh seorang non muslim, seperti contoh adanya isu
sara di jakarta ketika pilgub 2012 yang menolak jokowi-ahok memipin jakarta
karena diantara mereka adalah non muslim dan dari suku minoritas
(metropolitan.inilah.com, 21 Juli 2012). Ulasan tersebut 6 merupakan gambaran
mengenai tingginya prasangka agama dikalangan masyarakat. Adanya bias kelompok
dalam kehidupan beragama di masyarakat membuat salah satu kelompdok merasa
menjadi kelompok ekslusif dan yang lain seakan dipandang sebelah mata. Dalam
beberapa hal terkadang orang tidak melihat akan adanya suatu perbedaan kelompok
agama tertentu. Masih lekat di ingatan mengenai bencana tsunami pada tahun 2004
yang melanda Indonesia dan memporak-porandakan kawasan Aceh serta menimbulkan
banyak korban dan kerugian yang tak sedikit. Kemudian tidak sedikit relawan
yang memberikan bantuan kepada korban bencana tsunami tersebut. Bantuan itu tak
hanya berasal dari dalam negeri namun juga dari luar negeri, seperti Amerika.
Relawan dan bantuan yang diberikan bukan hanya berasal dari satu kelompok agama
saja, melainkan dari beberapa kelompok agama seperti nasrani dan lain
sebagainya. Fenomena menurunnya keinginan seseorang untuk menolong orang lain
dapat terjadi dalam tiap lapisan masyarakat, dan tidak menutup kemungkinan
terjadi pada kalangan remaja. Remaja merupakan sekelompok muda-mudi yang sedang
beranjak mengalami suatu proses pematangan secara bersamaan, salah satunya
adalah proses sosialisasi. Proses sosialisasi meliputi proses seseorang untuk
hidup bersama dengan orang lain (Gunarsa, 1984 dalam Kapat,2003).
Akan tetapi, proses
sosialisasi dalam remaja terkadang berada pada arah yang negatif, salah satunya
adalah menurunnya sikap toleransi dan keinginan untuk menolong orang lain,
seperti halnya yang pemeliti temui dalam kehidupan 7 kita sehari-hari,
segerombolan remaja ataupun anak sekolah yang menumpang sebuah bis terkadang
besikap acuh tak acuh terhadap orang lain yang sebenarnya sedang membutuhkan
bantuan dari mereka, sikap mereka terlihat ketika ada seorang perempuan paruh
baya yang sebenarnya membutuhkan tempat duduk kosong yang berada diantara
mereka tapi seakna mereka bersikap tidak tahu dan membiarkan perempuan tersebut
berdiri dengan membawa barang-barang bawaannya. Untuk itulah diperlukan sebuah
pembelajaran yang dapat menumbuhkan perilaku moral positif, perilaku yang lebih
dari sekedar perilaku moral tetapi juga bertujuan memberi manfaat bagi orang
lain, hal itu dapat disebut sebagai perilaku menolong. Setiap agama juga
mengajarkan perilaku menolong ini, selain itu semua masyarakat di dunia ini
mempunyai norma yang berkaitan dengan pemberian pertolongan terhadap orang
lain. Perilaku menolong antar sesama baik antar kelompok maupun individu
merupakan salah satu bentuk kebaikan dari moral agama. Moral agama berisi
keharusan untuk berbuat baik dalam situasi dan kondisi apapun, dalam keragaman
kelompok moral agama sangat diperlukan untuk mengatur supaya bersikap sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di msyarakat. Dengan moral agama seseoarang
bisa bersikap baik dengan sesama baik dalam kelompok maupun diluar kelompoknya.
Moral agama merupakan salah satu yang mengatur kehidupan manusia di muka bumi
ini, agama mengajarkan kepada manusia untuk menjauhi keburukan dan mendekati
kebaikan termasuk sikap toleransi terhadap sesama. 8 Setiap manusia menanamkan
moral agama kepada anaknya, begitupun juga dengan guru kepada muridnya. Moral
agama jugalah yang ditanamkan oleh SMA A. Wahid Hasyim kepada siswa disamping
lokasi SMA A. Wahid Hasyim berada di lingkungan pesantren sehingga
mengedepankan nilai-nilai agamis. Namun, tidak dapat dipungkiri para siswa di
SMA ini yang notabene nya adalah remaja juga dapat memiliki kecenderungan
bersikap individual terhadap orang lain. Sikap individual ini dapat mengakibatkan
timbulnya sikap acuh pada orang lain sehingga mengurangi rasa ingin menolong
pada orang lain. Penelitian perilaku menolong pada perbedaan jenis kelamin dan
group yang berbeda ini akan diarahkan pada bagaimana perilaku menolong
seseorang pada target yang berbeda-beda, yaitu perempuan muslim,perempuan non
muslim, laki-laki muslim, dan laki-laki non muslim, sehingga peneliti membuat
penelitian dengan judul kecenderungan perilaku menolong (helping behavior) pada
siswa ditinjau dari latar belakang jenis kelamin dan bias kelompok agama.
B.
Rumusan
masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah perilaku menolong siswa yang dilatar belakangi oleh
perbedaan jenis kelamin yang akan ditolong?
2. Bagaimanakah perilaku menolong siswa yang dilatar belakangi oleh
bias kelompok agama ?
3. Apakah terdapat perbedaan
perilaku menolong pada siswa jika terdapat perbedaan jenis kelamin dan kelompok
agama pada orang yang akan ditolong?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan laar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perilaku menolong siswa yang dilatarbelangi
oleh perbedaan jenis kelamin yang akan ditolong
2. Untuk mengetahui perilaku
menolong pada siswa yang dilatar belakangi oleh bias kelompok antar agama
3. Untuk mengetahui
perbedaan pada perilaku menolong jika ditinjau dari latar belakang perbedaan
jenis kelamin dan bias kelompok antar agama
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis
1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah keilmuan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi
khususnya Psikologi Sosial.
2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan dan
informasi tentang pengaruh perilaku menolong yang ditinjau dari latar belakang
jenis kelamin dan bias kelompok dalam 10 agama pada mahasiswa sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap toleransi antar sesama. b.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi pemetaan tentang reaksi seseorang
atau anggota kelompok dalam bersikap terutama dalam memberikan pertolongan. Hal
ini akan sangat bermanfaat untuk memprediksi reaksi masyarakat dalam membantu
masyarakat atau kelompok lain ketika terjadi bencana atau peristiwa yang
membutuhkan pertolongan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Perilaku menolong (helping behavior) ditinjau dari latar belakang jenis kelamin dan bias kelompok agama pada siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment