Abstract
INDONESIA:
Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal yang meliputi variabel makro ekonomi maupun eksternal berupa indeks saham luar negeri. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh gross nasional produk (GNP), inflasi, suku bunga SBI, kurs, dan indeksDOW JONES terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Data yang dipakai adalah data sekunder yaitu data GNP, inflasi, SBI, kurs, indeks Dow Jones, dan IHSG bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2011. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengujian ini dilakukan menggunakan regresi linier berganda dengan mempertimbangkan normalitas serta tiga asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Dari hasil analisis didapatkan nilai Fhitung sebesar 61,494 > Ftabel dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 hal ini membuktikan bahwa secara simultan variabel makro dan indeks dow jones mempengaruhi secara signifikan terhadap harga IHSG BEI, sedangkan dari uji T diketahui bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan IHSG yakni GNP sebesar 0,000, suku bunga SBI sebesar 0,000, inflasi sebesar 0,048, kurs sebesar 0,005, dan indeks dow jones sebesar 0,000 dimana seluruh variabel memiliki tingkat signifikansi < 0,05. Dengan tingkat R2 = 0,785 (78,5%) dapat disimpulkan bahwa dari segi uji kesesuaian (Test of goodness of fit) cukup baik, dan hanya 0,215 (21,5%) dari determinan yang mempengaruhi IHSG dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
ENGLISH:
The movement of IHSG is influenced by various factors, either internally by the macroeconomic variables or externally by foreign stock index. The objective of research is to analyze and acknowledge the effect of gross national product (GNP), inflation, SBI interest rate, exchange rate, and Dow Jones Index on the movement of IHSG at Indonesia Stock Exchange. The data source is taken form secondary data including GNP, inflation, SBI, exchange rate, Dow Jones Index, and IHSG from January 2005 to December 2011. Model used in this research was quantitative with descriptive approach. Multiple linear regression was considering normality and three classical assumptions such as multicollinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation.
The result of research indicated that F cou n t is 61.494 > Ft ab l e by the significance of 0.000. It seem s that simultaneously, macroeconomic variables and Index are significantly affecting the price of IHSG BEI. T-test shows that each variable have significant effect on the movement of IHSG. Indeed by number, GNP is 0.000, SBI interest rate is 0.000, inflation is 0.048, exchange rate w as 0.005, and Dow Jones Index is 0.000. All these variables had significance rate < 0.05. At R2 = 0.785 (78.5%), it can be concluded that based on Test of Goodness of Fit, the relatively good fit is obtained. Only 0.215 (21.5 %) o f determinants affecting IHSG is explained by other variables excluded from the research model.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pembiayaan dari sebuah perusahaan diperoleh dari dua sumber yaitu
sumber dari dalam perusahaan (internal) berupa laba dan dari luar perusahaan
(eksternal) berupa hutang dan penerbitan sekuritas oleh perusahaan. Jika hutang
melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity
ratio (perbandingan antara hutang dan modal sendiri), maka biaya modal
perusahaan tidak lagi minimum. Akibatnya hutang menjadi tidak efektif lagi
sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Alternatif lain yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mendapatkan sumber pembiayaan adalah menerbitkan sekuritas
yang berupa surat tanda hutang (obligasi) dan surat tanda kepemilikan (saham)
melalui pasar modal. Sumber pendanaan melalui saham dianggap paling murah
sebagai sumber dana karena mempunyai risiko paling kecil dibandingkan sumber
lainnya. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Halim,
2005:4). Sedangkan pasar modal adalah salah satu alternatif dari sumber
permodalan dewasa ini yang cukup potensial. Karena sumber permodalan ini
menjanjikan para investor dengan keuntungan yang sanggat menarik, sehingga
perusahaan dapat menghimpun sejumlah dana dari investor, yang kemudian 2
digunakan sebagai permodalan dalam menjalankan usahanya. Investasi melalui
pasar modal, selain memberikan keuntungan, juga mengandung risiko. Besar
kecilnya risiko dipasar modal sangat dipengaruhi oleh keadaan negara khususnya
dibidang ekonomi dan keadaan perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti tingkat bunga domestik, tingkat inflasi, GNP, kurs valuta
asing dan lain-lain (Samsul, 2006:200). Pertumbuhan investasi di suatu negara
akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik
perekonomian suatu negara, maka akan semakin baik pula tingkat kemakmuran
penduduknya. Tingkat kemakmuran pada umumnya ditandai dengan adanya kenaikan
tingkat pendapatan masyarakat. Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat,
maka semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut
dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan
dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal seperti
saham. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 sampai
sekarang telah memporakporandakan perekonomian Indonesia. Dan dampak paska
krisis moneter yang terjadi pada beberapa tahun 2003, 30 saham properti yang listed
di bursa, tidak lebih dari setengahnya saja yang memiliki kinerja keuangan yang
baik, maksudnya banyak perusahaan masih tersandung hutang akibat meroketnya
suku bunga pinjaman. Beberapa emiten pada saat itu 3 melakukan ekspansi bisnis
dengan menggunakan dana pinjaman pihak ketiga dan penerbitan obligasi.
Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun
eksternal. Pengaruh-pengaruh eksternal seperti pergerakan tingkat suku bunga
begitu juga dengan pergerakan indeks saham luar negeri dipercaya telah menjadi
faktor dominan yang mempengaruhi IHSG, salah satu indeks saham luar negeri yang
mempunyai pengaruh paling kuat adalah indeks saham amerika serikat. Sedangkan
faktor internal lebih dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa dalam negeri seperti
ekspektasi rasional investor serta pengaruh dari pergerakan variabelvariabel
ekonomi makro lainnya seperti Produk domestik bruto, GNP, nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika, kurs valuta asing, tingkat inflasi, suku bunga
(Deposite Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jumlah uang
beredar (money suply). GNP (Gross Nasional Produk) atau produk nasional bruto
adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu
periode tertentu (triwulan) yang diukur dengan satuan uang. Sedangkan produk
domestik bruto (gross domestic product) adalah nilai barang dan jasa yang
diproduksi suatu Negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua
hasil dari warga Negara yang bersangkutan ditambah warga Negara asing yang bekerja
di Negara yang bersangkutan (Putong, 2003:162). Adapun suku bunga SBI merupakan
salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
nilai rupiah. Suku bunga 4 SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap IHSG BEI,
yang berarti bahwa semakin tinggi suku bunga SBI yang pastinya akan diikuti
dengan naiknya tingkat suku bunga lainnya maka akan menyebabkan tingkat bunga
investasi akan menurun yang akan menyebabkan turunnya indekh harga saham
gabungan BEI. Seperti yang kita lihat tingkat suku bunga SBI pada bulan Januari
2009 8,75% dan IHSG berada di harga Rp 1.332,67, Januari 2010 suku bunga SBI
turun menjadi 6,50% dan IHSG naik menjadi Rp 2.610,80, dan Desember 2011 suku
bunga SBI kembali turun mejadi 6,00% dan IHSG kembali meningkat diharga Rp
3.821,99 (www.bi.go.id, 2010). Inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan yang
disebut sebagai efek Fisher (Fisher Effect), yaitu jika terjadi perubahan pada
inflasi maka akan menyebabkan perubahan pada suku bunga. Pengendalian laju
inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter (inflation targeting) cenderung
menerapkan strategi kebijakan moneter berbasis pengendalian suku bunga. Bila
laju inflasi terlalu cepat atau laju tingkat pertumbuhan inflasi tinggi akna
merusak struktur ekonomi dan melemahkan kinerja perekonomian yang ada pada
suatu negara. Untuk menangani keadaan seperti ini maka Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral atau otoritas moneter akan melakukan kebijakan dengan cara
mengurangi jumlah pasokan uang yang berdampak pada meningkatnya suku bunga
(www.kompas.com, 2011). Ada kelebihan yang dimiliki suku bunga apabila
digunakan sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Pada dasarnya, suku
bunga merupakan 5 variabel yang “lebih dekat” dengan kehidupan masyarakat
dibandingkan dengan indikator ekonomi lainnya. Kedekatan hubungan ini antara
lain tercermin dari lebih mudah dan cepat sinyal suku bunga dimengerti dan
kemudian digunakan dalam membuat keputusan ekonomi oleh masyarakat. Berdasarkan
hal tersebut, implementasi operasi pengendalian moneter yang berbasis suku
bunga untuk mencapai sasaran inflasi merupakan suatu alternatif penting untuk
dipertimbangkan (Syawier,2004:3 dalam skripsi Irawan, Ade, 2007). Faktor-faktor
yang mempengaruhi IHSG tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan juga terdapat
faktor yang berasal dari luar negeri yaitu indeks saham luar negeri. Dari
beberapa indeks saham luar negeri yang ada diperkirakan indeks saham amerika
yang memiliki pengaruh paling kuat. Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indeks
saham terbesar di dunia oleh karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat
mempengaruhi hampir seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks
Dow Jones terhadap IHSG diperkirakan positif dalam arti kenaikan indeks Dow
Jones akan mengakibatkan naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia hal ini
disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi
ekonomi dunia (Pratiko,2009 :55). Hal ini terlihat dari pertambahan perusahaan
yang mencatatkan saham (emiten) dan pertumbuhan ekonomi sangat mendukung aktivitas
di bursa saham, sejalan dengan kejatuhan Dow Jones harga saham-saham di BEI
juga berguguran sebagaimana terlihat dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). IHSG pada awal tahun 2008 memasuki masa keemasan pada level 2.830,
akibat 6 kepanikan investor indeks juga turun kelevel 1.174 pada 30 oktober
2008. Reaksi turunnya indeks Dow Jones Amerika akan menurunkan IHSG dari 2.745
poin pada Desember 2007 juga menurun menjadi 1.1332 poin pada Januari 2009.
Membaiknya kondisi perekonomian Eropa menyebabkan membaiknya indeks Dow Jones
pada 13 September 2011 meski hanya 0,63 persen atau 11 poin lebih, membaiknya
kondisi indeks Dow Jones secara otomatis menyebabkan menguatnya IHSG yakni
mendekati angka 4.000 poin, indeks BEI naik 14,804 poin atau 0,31persen menjadi
3.910,923 poin (www.antaranews.com). Pengendalian IHSG juga dipengaruhi oleh
kurs valas, dimana kurs valas merupakan salah satu variabel makro yang
memperngaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan, seperti didalam
penelitian Rosialita Esti 2006, dengan judul “Pengaruh tingkat suku bunga SBI,
nilai kurs Dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap IHSG periode 2003-2005” dari
hasil penelitiannya diperoleh bahwa perubahan tingkat suku bunga SBI, kurs
Dollar AS, dan tingkat inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap IHSG dengan Fhitung 46,255 > Ftabel 2,90
sedangkan secara parsial variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap perubahan IHSG. Selain itu ada pula Gross nasional produk yang
merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu Negara dalam suatu
periode tertentu (satu tahun) yang diukur dengan satuan uang, GNP berpengaruh
terhadap pergerakan harga saham karena termasuk dari salah satu variabel makro,
hal ini dibuktikan oleh penelitian Jamila Rejeb 2009, dengan judul “Analisis
pengaruh variabel makro terhadap harga saham sektor properti periode 2004-2008
(studi pada PT.Bursa Efek Indonesia)”
dari hasil penelitiannya
diperoleh bahwa variabel 7 makro (kurs,inflasi,GNP dan suku bunga SBI mampu
menjelaskan perubahan harga saham properti sebesar 11,2% sedangkan sisanya
sebesar 88,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Sedangkan variabel
independen yang lebih dominan berpengaruh terhadap harga saham properti periode
2004-2008 adalah inflasi yaitu sebesar -2,124 dengan nilai signifikan 0,036.
Dari pemaparan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul ANALISIS
PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN INDEKS DOW JONES TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2011.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
dikemukakan peneliti di atas, maka dapat dirumuskan hal-hal pokok yang menjadi
permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini, yaitu:
1.
Apakah variabel makro yang terdiri dari GNP, inflasi, suku bunga SBI, dan kurs
valas serta indeks dow jones berpengaruh simultan terhadap pergerakan IHSG di
BEI periode 2005-2011?
2.
Variabel makro mana dalam hal ini GNP, inflasi, suku bunga SBI, dan kurs valas
serta indeks dow jones yang berpengaruh dominan terhadap pergerakan IHSG di BEI
periode 2005-2011?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Untuk mengetahui pengaruh simultan variabel
makro yaitu GNP, inflasi, suku bunga SBI, dan kurs valas serta indeks dow jones
terhadap pergerakan IHSG di BEI periode 2005-2011.
2.
Untuk mengetahui diantara variabel makro yaitu GNP, inflasi, suku bunga SBI,
dan kurs valas serta indeks dow jones manakah yang pengaruhnya dominan terhadap
pergerakan IHSG di BEI periode 2005-2011.
1.4 Batasan Penelitian.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan
indeks harga saham baik yang merupakan faktor internal maupun faktor eksternal.
diantaranya adalah kondisi perusahaan itu sendiri, kondisi industri, kondisi
ekonomi makro (variabel makro ekonomi), dan indeks saham luar negeri. Penelitian
ini mempunyai batasan bahwa ada berbagai macam variabel makro ekonomi
mempengaruhi IHSG tetapi yang diteliti adalah GNP, inflasi, suku bunga SBI, dan
kus valas yang dianggap sudah mewakili indikator makro ekonomi Bank Indonesia.
Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh Siegel (1991) dalam bukunya
Tandelilin (2007,211) bahwa “kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap
perubahan-perubahan ekonomi makro”. Sedangkan dari indeks saham luar negeri
peneliti hanya meneliti indeks saham amerika serikat yakni indeks dow jones.
1.5
Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai
berikut:
1.
Penulis menjadikan penelitian ini sebagai apresiasi terhadap teori-teori yang
pernah penulis dapatkan selama menempuh pendidikan dengan realita yang penulis temukan pada penelitian
lapangan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis.
2.
Hasil akhir penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, rujukan serta
saran-saran bagi investor dalam menentukan kebijakan dalam bertransaksi di masa
ini dan yang akan datang.
3. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan saran bagi kalangan
akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
berguna sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang lain.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis pengaruh variabel makro dan indeks down jones terhadap indeks harga saham gabungan di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2005-2011". Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment