Abstract
INDONESIA:
Efisiensi merupakan bagian penting dalam operasional rumah sakit, yang mampu memberikan nilai tambah baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan meningkatnya tingkat efisiensi rumah sakit yang mana dalam mencapai tingkat efisiensi yaitu menggunakan input yang seminim mungkin dengan menghasilkan output semaksimal mungkin. Penelitian ini mencoba mengetahui perbedaan efisiensi operasional RSUD Kertosono dan RSUD Nganjuk dengan alat ukur Data Envelopment Analysis (DEA). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat efisiensi operasional instalasi rawat jalan yaitu dilihat dari input tenaga medis, tenaga non-medis, sarana medis, dan output RSUD diantaranya jumlah pasien poli anak, jumlah pasien poli bedah, jumlah pasien poli gigi, jumlah pasien poli khusus, jumlah pasien poli mata, jumlah pasien poli kandungan, jumlah pasien poli dalam, jumlah pasien poli THT, dan jumlah pasien poli umum.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari sumber asli. Data yang digunakan adalah data jumlah pasien rawat jalan tahun 2011-2012 yang terdiri dari data jumlah tenaga medis, jumlah tenaga non-medis, dan sarana medis, yang dianalisis efisiensi dengan metode DEA. Selanjutnya adalah data pendapatan tahun 2010-2012 untuk menghitung SGR (Sales Growth Rate) pada masing-masing Rumah Sakit. Metode analisis yang digunakan adalah Uji Independent Sample T-test dengan tingkat signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil perhitungan DEA yang telah dilakukan Uji Independent Sample T-test terlihat sig 0,000, hal ini menunjukkan probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan kedua varians berbeda. Sedangkan hasil perhitungan SGR, RSUD Kertosono memiliki SGR atau tingkat perkembangan pendapatan sebesar 29,34% pada tahun 2011, dan mengalami kenaikan pertumbuhan pendapatan sebesar 10,68% pada tahun 2012. Sedangkan pada RSUD Nganjuk tahun 2011 mengalami penurunan SGR sejumlah -25,00% , namun meningkat pada tahun 2012 sebesar 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi rumah sakit memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan rumah sakit.
ENGLISH:
Efficiency is important part of hospital operation which may have good additional value directly or indirectly. The increase of hospital efficiency can be realized by using input minimally as possible to produce output maximally as possible. Research attempts to understand the difference of operational efficiency of RSUD Kertosono and RSUD Nganjuk with the measuring tool of data envelopment analysis (DEA). The objective of research is to recognize the different of operational efficiency rate in term of inputs from medical officer, non-medical officer, medical structure, and also of outputs of RSUD such as the number of patients at pediatric policlinic, the number of patients at surgery policlinic, the number of patients at obstetric policlinic, the number of patients at internist policlinic, the number of patients at THT policlinic, and the number of patients at general policlinic.
Data used in this research are primary data directly obtained from the genuine source (not through intermediary media). In specific, the considered data are the number of outpatient in 2011-2012, the number of medical officer, the number of non-medical officer, and medical structure. All these data are analyzed for its efficiency with method of data envelopment analysis (DEA). Data of income in 2011- 2012 is used to calculate SGR (Sales Growth Rate) in each hospital. The analysis method is Independent Sample T-Test at significance rate of 5 %.
Result of DEA calculation with Independent Sample T-Test indicates that probability of 0.000. Because the probability < 0.05, Ho is rejected and it is concluded that both variances are different. Based on the result of SGR calculation, RSUD Kertosono has SGR or the income development rate is 29.34 % in 2011, and it has income growth improvement for 10.68 % in 2012. Meanwhile, RSUD Nganjuk in 2011 has decreased SGR for -25.00 %, but it increases in 2012 to 83.33 %. It means that hospital efficiency rate has positive influence on hospital income.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Rumah sakit umum tidak lain
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah
sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan. Upaya pelayanan ini
dilakukan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah: a. Penyelenggaraan
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 2 d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Dalam penelitian Widaryanto (2005)
menyatakan bahwa pemerintah menyadari akan arti penting masyarakat yang sehat
dalam mendukung pembangunan negara. Pembangunan akan sulit berjalan lancar jika
kondisi masyarakat kurang sehat. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk
mampu menciptakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas
sehingga dapat diandalkan pada saat dibutuhkan tanpa adanya hambatan, baik yang
bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Hal ini berarti pemerintah perlu membangun
pelayanan kesehatan yang mampu diandalkan sehingga semua lapisan masyarakat
baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas dapat memanfaatkannya.
Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2003) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan yang hendak dicapai
pembangunan di bidang kesehatan di Indonesia pada saat ini adalah mencapai
masyarakat, bangsa dan negara dimana penduduknya memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Berdasarkan
penelitian Ramadany (2011) menyatakan bahwa di tengah-tengah masyarakat
Indonesia pada tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan berkaitan dengan
biaya kesehatan. Sejak diberlakukannya UU 3 No. 22 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan otonomi daerah, tiap daerah memiliki wewenang yang luas untuk
mengatur daerah masing-masing. Pemerintah daerah harus berupaya untuk
meningkatkan pelayanannya di segala bidang. Tidak terkecuali pada bidang
kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang memenuhi standart pelayanan optimal. Berdasarkan fungsi sosial,
rumah sakit harus melayani pasien atas dasar kebutuhan mediknya, dan tidak
berdasarkan kemampuan pasien untuk membayar. Sedang berdasarkan fungsi ekonomi,
rumah sakit harus memikirkan keuntungan yang akan didapatnya berdasarkan
manajemennya, termasuk manajemen keuangan dan pembiayaannya. Pemerintah dan
masyarakat selalu berusaha agar pasien menerima layanan yang optimal tersebut
seefisien mungkin. Kunci pokok dalam mengoptimalkan efisiensi layanan salah
satunya adalah dengan menggunakan sumber daya yang ada sebaik mungkin. Oleh
karena itu rumah sakit sebagai penyedia jasa layanan kesehatan masyarakat harus
berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya dalam melayani para pasien sebagai
pengguna jasa kesehatan dan berusaha semaksimal mungkin menggunakan sumber daya
yang ada. Beberapa penelitian tentang DEA dalam bidang kesehatan sudah banyak
dilakukan.
Akan tetapi, pada umumnya penelitian tersebut dipusatkan pada
kinerja antar rumah sakit, unit gawat darurat, maupun puskesmas. Budi (2010)
melakukan studi kasus yang mengambil 29 puskesmas di Kabupaten 4 Pati. Osei
(2005) melakukan studi kasus di 17 Pusat Kesehatan Ghana dalam Ramadhany
(2011). Saat ini kebanyakan penyedia jasa dalam mengukur efisiensi hanya
menitikberatkan pada hal umum saja (masih menggunakan penilaian efisiensi
berdasarkan single input dan single output), seperti besarnya keuntungan
dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga tidak akan didapat
penjelasan yang lebih mendetail mengenai faktor-faktor yang terlibat dalam
pencapaian outputnya. Karena itulah penggunaan metode DEA sangat tepat karena
mampu mengakomodasi banyak input dan banyak output dalam banyak dimensi,
sehingga akan didapatkan suatu pengukuran efisiensi yang lebih akurat, sebagai
langkah awal dalam meningkatkan produktivitas Rumah Sakit. Dalam penelitian dan
analisa ini nanti mencakup efisiensi kinerja operasional rumah sakit
berdasarkan jumlah pasien rawat jalan. Dilihat dari segi keuangan rumah sakit,
analisa ini khususnya membahas mengenai pendapatan rumah sakit rawat jalan.
Besar kecilnya pendapatan rumah sakit tergantung dari jumlah pasien. Analisis
rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini guna mengukur kinerja
profitabilitas adalah rasio profitabilitas. Penelitian DEA tentang kesehatan
pernah dilakukan oleh Saputra (2004) yang mengambil studi kasus di Unit Gawat
darurat (UGD) RSUD Dr. Soetomo, RS Haji, dan RS Al Irsyad untuk mengetahui
tingkat efisiensi UGD berdasarkan nilai technical efficiency. Dari penelitian
tersebut didapatkan 5 hasil bahwa UGD yang tidak efisien adalah UGD RS Haji
dengan tingkat efisiensi sebesar 0,815 tahun 1999, 0,856 tahun 2000, 0,744
tahun 2001 dan 0,692 pada tahun 2002. Dan didapatkan pula bahwa UGD RS Haji
merupakan UGD yang selalu mengalami penurunan indeks TFP. Adapun penelitian
terdahulu yang dijadikan perbandingan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Wati (2012) yang berjudul analisis pengaruh efisiensi
operasional terhadap kinerja profitabilitas pada sektor perbankan syariah
(studi kasus pada bank umum syariah di Indonesia tahun 2007-2010) serta
penelitian yang dilakukan oleh Aidil (2011) yang berjudul analisis tingkat
efisiensi meningkatkan produktivitas Instalasi Rawat Inap (IRNA) dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang
digunakan pada penelitian ini hampir sama seperti yang ada pada penelitian
Aidil (2011) yang di kelompokkan menjadi 3 variabel yaitu: tenaga medis, tenaga
non medis dan sarana medis, dan yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah variabel output yang digunakan, yang meliputi:
jumlah pasien poli anak, jumlah pasien poli bedah, jumlah pasien poli gigi,
jumlah pasien poli khusus, jumlah pasien poli mata, jumlah pasien poli
kandungan, jumlah pasien poli dalam, jumlah pasien poli THT, dan jumlah pasien
poli umum. Sehingga nantinya dapat dilakukan kesimpulan antar keduanya.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Aidil
(2011) yang menyatakan bahwa instalasi yang sudah efisien masih harus ada
kontrol dari pihak manajemen karena masih ada instalasi yang sudah efisien
tetapi masih 6 mengalami kerugian. Oleh karena itu peneliti menggunakan
perhitungan rasio profitabilitas yang digunakan rumah sakit yakni Sales Growth
Rate (SGR) guna membuktikan perbedaan perkembangan pertumbuhan pendapatan
masing-masing RSUD. Berdasarkan penelitian sebelumnya di atas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada RSUD Kertosono dan RSUD Nganjuk untuk
mengetahui tingkat efisiensi operasional Instalasi Rawat Jalan (IRJA) rumah
sakit dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) guna mengetahui
komparasi efisiensi keduanya serta dampaknya terhadap profitabilitas rumah
sakit.
Adapun alasan peneliti memilih Instalasi Rawat Jalan (IRJA)
dikarenakan mampu memenuhi data input dan output yang nantinya akan digunakan
dalam metode Data Envelopment Analysis (DEA) . Peneliti memilih RSUD Kertosono
dan RSUD Nganjuk, sebagai obyek penelitian karena lokasi yang dekat dengan
tempat peneliti berdomisili. Selain itu RSUD Kertosono merupakan Rumah Sakit
Umum Daerah yang tergolong baik dalam pelayanan, sementara Rumah Sakit Nganjuk
merupakan salah satu rumah sakit besar yang tidak kalah baik dalam pelayanannya
dan paling banyak memiliki profit dibanding rumah sakit lainnya. Letak kedua
rumah sakit yang strategis, di tengah kota yang mudah dijangkau, memiliki stadart
ISO yang sama yakni tahun 2004, sertifikat ISO 9001:2000 sehingga antar
keduanya sama menerapkan SMM (Sistem Manajemen Mutu), selain itu juga memiliki
kriteria yang sama yakni sama-sama merupakan kelas rumah sakit tipe C. Hal ini
menjadikan peneliti tertarik melakukan penelitian 7 pada RSUD Kertosono dan
RSUD Nganjuk. Peneliti ingin membuktikan bagaimana perbandingan efisiensi
antara Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Kertosono dengan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Nganjuk. Sehingga diambillah judul penelitian “ANALISIS
KOMPARASI EFISIENSI OPERASIONAL INSTALASI RAWAT JALAN (IRJA) TERHADAP KINERJA
PROFITABILITAS DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Study pada RSUD
Kertosono dan RSUD Nganjuk)”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan tingkat efisiensi operasional Instalasi
Rawat Jalan (IRJA) yang diukur dengan Data Envelopment Analysis (DEA) antara
RSUD Kertosono dan RSUD Nganjuk?
2. Apakah terdapat dampak
tingkat efisiensi operasional Instalasi Rawat Jalan (IRJA) setelah diukur
dengan Data Envelopment Analysis (DEA) terhadap kinerja profitabilitas RSUD
Kertosono dan RSUD Nganjuk?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui
perbedaan tingkat efisiensi operasional Instalasi Rawat Jalan (IRJA) yang
diukur dengan Data Envelopment Analysis (DEA) antara RSUD Kertosono dan RSUD
Nganjuk
2. Untuk mengetahui dampak
tingkat efisiensi operasional Instalasi Rawat Jalan (IRJA) setelah diukur
dengan Data Envelopment Analysis (DEA) terhadap kinerja profitabilitas RSUD
Kertosono dan RSUD Nganjuk.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu
manajemen rumah sakit berkaitan dengan keuangan yakni pengaruh efisiensi
operasional dalam peningkatan profitabilitas rumah sakit menggunakan metode
DEA.
2. Memberikan informasi
kepada pihak dinas kesehatan RSUD Kertosono Nganjuk dan RSUD Nganjuk mengenai
performansi dan efisiensi operasional rumah sakit.
1.3 Batasan Penelitian Batasan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan langsung
dari masing-masing rumah sakit, yakni RSUD Kertosono dan RSUD Nganjuk.
2. Penelitian ini khusus
meneliti tingkat efisiensi Instalasi Rawat Jalan pada RSUD Kertosono dan RSUD
Nganjuk.
3. Variabel-variabel yang dimunculkan dalam penelitian ini
didasarkan dari hasil survei maupun referensi dari beberapa studi pustaka yang
telah dilakukan peneliti.
4. Sampel rumah sakit yang
diteliti hanya 2 karena keterbatasan waktu penelitian.
5. Penelitian ini hanya
digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi RSUD dan untuk mengetahui dampak
efisiensi terhadap profitabilitas rumah sakit. Asumsi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel input dan output yang dijadikan dasar model diperoleh
dari beberapa pertimbangan dan dianggap cukup mewakili untuk mengukur efisiensi
operasional
. 2.
Penyusunan model tidak terkait dengan perubahan politik, sosial buaya dan aspek
lainnya seperti bencana alam, kerusakan sosial dan lain-lain. Hal-hal diluar
model diasumsikan tetap.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis komparasi efisiensi operasional Instalasi Rawat Jalan (IRJA) terhadap kinerja profitabilitas dengan metode data envelopment analysis (DEA): Studi pada RSUD Kertosono dan RSUD Nganjuk. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment