Abstract
INDONESIA:
Kegiatan pasar modal tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi. Sehingga dengan pengaruh tersebut membuat bursa semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa disekitarnya. Pelaksanaan perdagangan bebas ASEAN-China diresmikan pada tanggal 1 Januari 2010, pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan penghapusan tarif bea masuk sebesar 0% untuk barang-barang komoditi yaitu keramik, alas kaki, tekstil dan garmen, besi dan baja, alas elektronika, makanan dan minuman, dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Reaksi pasar modal sebelum dan sesudah peristiwa perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010 dilihat dari indikator pergerakan harga saham, return, abnormal return, dan trading volume activity.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah event study. Sampel yang digunakan adalah 18 perusahaan dari berbagai subsektor. Periode penelitian selama 20 hari yaitu antara 10 hari sebelum peristiwa dan 10 sesudah peristiwa. Pengujian dilakukan dengan cara analisis hipotesis dan deskriptif. Analisis hipotesis menggunakan metode paired sample T-test, sedangkan analisis deskriptif menggunakan metode one sample T-test.
Dari hasil analisis secara paired sample T-test dengan level sig 5% tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, return, abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN- China (ACFTA) Tahun 2010. Sedangkan hasil analisis secara one sample T-test dengan level sig 5% menunjukkan perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010. Sedangkan untuk variabel return, abnormal return, dan trading volume activity sebelum dan sesudah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) Tahun 2010 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena pasar sudah mengetahui informasi dan melakukan antisipasi dengan tidak melakukan transaksi secara besar-besaran sehingga disambut oleh pasar dengan adanya penurunan harga saham, return dan abnormal return. Sebagian investor memanfaatkan peristiwa ini dengan membeli saham pada saat harga saham rendah dan menjualnya kembali pada saat harga saham tinggi. Dibuktikan dengan adanya peningkatan Trading Volume Activity. Dalam peristiwa ini efesiensi pasar modal indonesia termasuk kedalam kategori efesiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency) berdasarkan efesiensi pasar secara informasi.
ENGLISH:
The activities of capital market can not be separated from some environmental influences; both economic and non-economic environment. Thus, these influences affect the stock be more sensitive to a variety of events around it. The exercise of free trade ASEAN-China which was inaugurated in January 1st 2010, boasts the local government to issue the policy of elimination of tariffs at
0% for some commodities, those are ceramics, footwear, textile and garment, iron and steel, base electronics, food and beverages, and chemicals. This study aims to figure out the capital market’s reaction before and after the ASEAN-China free trade agreement (ACFTA) in 2010 which is seen from the indicators ofSTOCK PRICE movement, return, abnormal return and trading volume activity.
0% for some commodities, those are ceramics, footwear, textile and garment, iron and steel, base electronics, food and beverages, and chemicals. This study aims to figure out the capital market’s reaction before and after the ASEAN-China free trade agreement (ACFTA) in 2010 which is seen from the indicators ofSTOCK PRICE movement, return, abnormal return and trading volume activity.
This study use the event study approach. The samples used are 18 companies from various sub-sectors. The study period is 20 days; 10 days before the event and 10 after the event. The testing is done by descriptive analysis and hypothesis. Hypothesis analysis use paired sample T-test, while the descriptive analysis use one sample T-test.
From the analysis of paired samples T-test with a sig 5% level, it is known that there is no significant difference between the stock price, return, abnormal return and trading volume activity before and after the ASEAN-China free trade (ACFTA) in 2010. The result of one samples T-test analysis with a level of 5% show different of significant betwen stock market before and after ASEAN-China free trade (ACFTA) in 2010. However, the return, abnormal return and trading volume activity variables before and after the ASEAN-China free trade agreement (ACFTA) in 2010 have no significance. It happens because the market has already known the information and the anticipated it through a massive deal that was welcomed by the market with a decrease in share price, return and abnormal return. Some investors take advantage of this event by purchasing a low stock price and reselling it when stock prices are high. It is shown by the increase in trading volume activity. In sum, based on the information market efficiency, the Indonesian capital market is categorized into semi-strong form efficiency.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China
mulai berlaku tanggal 1 Janauri 2010. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan
dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia,
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darusalam) dengan Cina, yang
disebut dengan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA). Produk-produk impor
dari ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan lebih murah karena
adanya pengurangan tarif dan penghapusan tarif, serta tarif akan menjadi nol
persen dalam jangka waktu tiga tahun (Dewitari,dkk 2009). Sebaliknya, Indonesia
juga memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pasar dalam negeri
negara-negara ASEAN dan Cina. Beberapa kalangan menerima pemberlakuan ACFTA
sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena
dipandang sebagai ancaman. Dalam ACFTA, kesempatan atau ancaman (Jiwayana,
2010) ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, ACFTA dipandang positif karena
bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan
memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk baru yang masuk ke 2
Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak
dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia.Beragamnya produk
China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan
pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat ACFTA
diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan
menguntungkan konsumen (penduduk / pedagang Indonesia).
Bila kalangan penerima memandang ACFTA sebagai kesempatan, kalangan
yang menolak memandang ACFTA sebagai ancaman dengan berbagai alasan.ACFTA, di
antaranya, berpotensi membangkrutkan banyak perusahaan dalam negeri.
Bangkrutnya perusahaan dalam negeri merupakan imbas dari membanjirnya produk
China yang ditakutkan dan memang sudah terbukti memiliki harga lebih murah.
Potensi kerugian yang dialami industri manufaktur nasional sebagai dampak dari
implementasi perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) diperkirakan
mencapai Rp. 35 triliun per tahun (Benny, 2009). Nilai yang sangat besar tersebut
hanyalah potensi kerugian yang bakal diderita oleh tujuh sektor manufaktur
yakni industri petrokimia, pertekstilan, alas kaki dan barang dari kulit,
elektronik, keramik, makanan dan minuman, serta besi dan baja. Era perdagangan
bebas mendorong tingkat kompetisi semakin tajam yang akan memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Sumber ekomomi yang terbatas akan dieksploitasi secara lebih
efisien. Menghadapi era perdagangan bebas ter-sebut, pasar modal mempunyai
peranan penting sebagai salah satu sumber pem-biayaan eksternal bagi dunia
usaha dan sebagai sarana investasi bagi masyarakat. Pasar modal (capital
market) yang ter-organisir dengan baik menjadi salah satu faktor kesuksesan
pembangunan ekonomi suatu negara.( Raharjo, 2008) PT. Bursa Efek Jakarta
(1997), mendefinisikan pasar modal atau bursa efek adalah salah satu jenis
pasar dimana para pemodal bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat
berharga atau efek. Menurut Tandelin (2001,13) pasar modal berfungsi sebagai
lembaga perantara, di mana dalam fungsi ini pasar modal menunjukkan peran yang
sangat penting dalam menunjang perekonomian, karena pasar modal dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan
dana. sedangkan di sisi lain pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi
masyarakat termasuk pemodal menengah dan kecil. Oleh karena itu, pasar modal
perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai, kerangka hukum yang kokoh dan
sikap profesional dari para pelaku pasar modal. Peranan ketiga unsur pendukung
tersebut akan menciptakan suatu sistem perdagangan yang teratur, wajar, dan
efisien yang pada akhirnya akan menghasilkan market confidence dan efisiensi
bagi pasar modal (Neni dan Mahendra, 2004) Sebagai suatu instrumen ekonomi,
pasar modal tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik lingkungan
ekonomi maupun lingkungan 4 non ekonomi. Pengaruh lingkungan ekonomi mikro
seperti kinerja perusahaan, perubahan strategi perusahaan, pengumuman laporan
keuangan atau deviden perusahaan selalu mendapat tanggapan dari pelaku pasar di
pasar modal. Selain itu, perubahan lingkungan ekonomi makro yang terjadi
seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi,
serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah,
turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan di pasar modal.
Pengaruh lingkungan non ekonomi, walaupun tidak terkait secara langsung dengan
dinamika yang terjadi di pasar modal tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
bursa saham.Lingkungan non ekonomi tersebut seperti berbagai isu mengenai
kepedulian terhadap lingkungan hidup, hak asasi manusia, serta
peristiwa-peristiwa politik.Makin pentingnya peran bursa saham dalam kegiatan
ekonomi, membuat bursa semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa
disekitarnya, baik yang berkaitan atau yang tidak berkaitan secara langsung
dengan isu ekonomi (Ivan, 2004).
Fenomena dan informasi yang
ada saat ini sangat mempengaruhi tingkat kepekaan pasar modal terhadap harga
saham dan volume perdagangan saham yang akan berdampak pada return saham yang
akan diperoleh, seperti yang dinyatakan oleh Robert Ang (1997), bahwa analisis
kondisi ekonomi merupakan dasar dari analisis sekuritas, dimana jika kondisi
ekonomi buruk maka kemungkinan besar tingkat pengembalian (return) saham-saham
yang beredar akan merefleksikan penurunan yang sebanding atau return yang
abnormal. Sebaliknya, jika kondisi ekonomi baik maka akan merefleksikan 5 harga
saham akan baik pula yang akan berdampak positif pada pengembalian saham
(return). Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, pasar diharapkan akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar
tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang bersangkutan
dimana reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return (Jogiyanto, 2005:115).
Budiarto dan Baridwan
(1999), menyatakan bahwa reaksi pasar sebagai suatu sinyal terhadap informasi
adanya suatu peristiwa tertentu dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang
tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi.
Beberapa penelitian mengenai reaksi pasar modal sebelumnya telah dilakukan oleh
Adi Nopiyanto (2007) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara AAR
sebelum dan setelah peristiwa, tidak ada perbedaan yang signifikan antara AAR
saat dan AAR sesudah peristiwa, ada perbedaan yang signifikan antara AAR saat
dan AAR sebelum peristiwa, ada perbedaan yang signifikan antara TVA sebelum,
saat dan setelah peristiwa. Dyaksa Widyaputra (2006) menunjukkan bahwa Hasil
dari test Manova menunjukan bahwa rasio keuangan sebelum dengan setelah Merger
dan Akuisisi tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan pengujian secara
parsial (Wilcoxon Sign Test) menunjukan adanya perbedaan yang signifikan untuk
rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, dan ROA sebelum dan setelah 6 M&A. Hasil
pengujian abnormal return perusahaan pada periode jendela sebelum pengumuman
dan akuisisi (h-22 sampai dengan h-1) tidak berbeda dengan abnormal return pada
periode jendela setelah merger dan akuisisi (h+1 sampai h+22). Penelitian
Munawarah (2009) menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik ditemukan bahwa
terdapat rata-rata abnormal return tetapi tidak signifikan sebelum dan setelah
peristiwa suspend BEI. Dari hasil uji-beda menunjukkan bahwa secara statistik
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata Trading Volume
Activity sebelum dan setelah peristiwa suspend BEI. Nilai rata-rata Trading
Volume Activity saham menunjukkan adanya peningkatan setelah peristiwa dari
pada sebelum peristiwa suspend BEI. Lain halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasto Finanto (2006) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap abnormal return sebelum dengan setelah tanggal peristiwa
politik (pengumuman reshuffle kabinet Indonesia bersatu), namun dari data dapat
dilihat peningkatan harga saham unggulan serta peningkatan IHSG di BEJ.
Muhammad Hamidi (2008) menunjukkan bahwa likuiditas saham yang tercermin pada volume
perdagangan, bid-ask spread, width dan relisiency selama periode pengamatan
antara sebelum dan saat bencana banjir tidak terdapat perbedaan, begitu pula
pada periode pengamatan sebelum dan 7 sesudah bencana banjir di ibu kota
Jakarta tidak terdapat perbedaan signifikan atas 27 perusahaan industry dasar
dan kimia. Inna Fiena Nurahman (2009) menunjukkan bahwa Tidak terdapat
perbedaan return saham sebelum dan saatevent date atas pelaksanaan pekan
olahraga Olimpiade Beijing-China 2008, tidak terdapat perbedaan return saham
antara saat dan setelah pelaksanaan Pekan Olahraga Olimpiade BeijingChina 2008
dan tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah pelaksanaan
Olimpiade Beijing 2008. Berdasarkan latar belakang diatas bahwa secara teori.
Kegiatan pasar modal tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik lingkungan
ekonomi maupun lingkungan non ekonomi.Sehingga dengan adanya pengaruh tersebut
membuat bursa semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa disekitarnya. Namun
menurut Muhammad Hamidi (2008), Inna Fiena Nurahman (2009), dan Hasto Finanto
(2006), menyatakan bahwa peristiwa yang terjadi pada lingkungan sekitar tidak
berpengaruh secara signifikan pada kegiatan pasar modal. Meskipun sama-sama
melakukan penelitian event study namun terdapat perbedaan antara peneliti
sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu berbeda dari segi pengambilan
populasi dan sampel dengan menambah variabel penelitian yaitu return. Maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menganai “REAKSI PASAR MODAL
SEBELUM DAN SESUDAH PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TAHUN 2010”
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedanaan
return, abnormal return, tradingvolume activity, dan expected return sebelum,
dan sesudah peristiwa perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) tahun 2010? 1.3
Tujuan Untuk mengetahui dan menganalisis perbedanaan return, abnormal return,
trading volume activity, danexpected return sebelum, dan sesudah peristiwa
perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai
reaksi pasar modal di Indonesia terhadap suatu peristiwa ekonomi dan merupakan
pengaplikASEANn secara nyata untuk pengetahuan yang telah diperoleh selama
mengikuti perkuliahan.
2. Bagi Akademis Dapat
digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi
pihak lain untuk melakukan penelitian mengenai reaksi pasar modal Indonesia
terhadap suatu peristiwa ekonomi di dalam negeri.
3. Bagi Investor Dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi investasi yang
tepat sehingga dapat mengalokasikan dana dengan efisien.
4. Bagi penulis Diharapkan mampu memberi wawasan baru sekaligus
sebagai salah satu wujud bentuk apresiasi pada bidang keilmuan
. 5.
Bagi pemerintah Dapat digunakan sebagai landasan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan untuk kemajuan perekonomian Indonesia.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Reaksi pasar modal Indonesia sebelum dan sesudah perdagangan bebas Asean-China (ACFTA) tahun 2010. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment