Abstract
INDONESIA:
Tiap bidang pekerjaan mempunyai permasalahan dan beban bagi para pekerjanya, maka dalam kebanyakan kasus, permasalahan dan beban tersebut kadangkala menimbulkan tekanan mental yang pada akhirnya menimbulkan stres kerja. Menurut Gibson et al ( 2008: 339 ), stres kerja merupakan suatu persepsi penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi setiap tindakan dari luar ( lingkungan ), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis atau fisik berlebihan kepada seseorang. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dari seorang individu. Melihat dari pentingnya mengelola stres kerja, maka peneliti terdorong untuk mengambil judul skripsi “ Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Gunung Jati Probolinggo.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatory (penelitian menjelaskan). Menurut Ach.Sani S & Mashuri M (2010: 287) Penelitian eksplanatory (explanatory research) adalah untuk menguji hipotesis antar variabel yang dihipotesiskan. Pada penelitian ini terdapat hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Metode pengumpulan data menggunakan angket, dokumenter, dan observasi langsung. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 52 responden. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stres kerja secara simultan, parsial, dan faktor stres kerja manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Gunung Jati Probolinggo.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Hal ini bisa dilhat dari nilai R sebesar 0,827, R Square 0, 683, dan Adjusted R Square sebesar 0,663. Yang berarti variabel stres kerja yang terdiri dari faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu berpengaruh terhadap kinerja karyawan CV. Gunung Jati Probolinggo.
ENGLISH:
Each work area has a problem and a burden to their workers, then in most cases, the problems and the burden sometimes cause mental stress, which in turn lead to job stress. According to Gibson et al (2008: 339), work stress is a perception adjustment, mediated by individual differences and psychological processes that are a consequence of any action from the outside (environment), situations, or events that define excessive psychological or physical demands to someone. Work stress may affect the performance of an individual. Notice of the importance of managing work stress, the researchers are encouraged to take the title of the thesis "Effect of Job Stress on Employee Performance CV. Gunung Jati Probolinggo.
In this study use quantitative research, while the approach used in this study is explanatory (explaining research). According Ach.Sani Mashuri S & M (2010: 287) Research explanatory (explanatory research) is to test the hypothesis between hypothesized variables. In this study, there is a hypothesis that will be tested truth. Methods of data collection using questionnaires, documentary, and direct observation. The number of samples in this study were 52 respondents. The data collected are primary and secondary data. The purpose of this study was to determine the occupational stress simultaneously, partially, and occupational stress factors are most dominant influence on employee performance CV. Gunung Jati Probolinggo.
The results of this study indicate that there is a relationship between the independent variable on the dependent variable. This can be seen by from the R value of 0.827, R Square 0, 683, and Adjusted R Square of .663. Which means the work stress variables consisting of environmental factors, organizational factors, and individual factors affect employee performance CV. Gunung Jati Probolinggo.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Pada era globalisasi ini menuntut
sikap profesionalisme dalam segala bidang. Untuk mewujudkan hal itu, maka
diperlukan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang berkualitas sehingga mampu
berperan dan berkompetisi dalam menghadapi berbagai tantangan yang lahir
sebagai konsekwensi dari era globalisasi. Akibat dari tuntutan pekerjaan, maka
dalam dunia kerja seseorang diharuskan dapat mengaktualisasikan seluruh sumber
daya dan menggunakan waktu sebanyak mungkin untuk bekerja, baik bekerja di
lembaga pemerintah maupun swasta. Karena tiap bidang pekerjaan mempunyai
permasalahan dan beban bagi para pekerjanya, maka dalam kebanyakan kasus,
permasalahan dan beban tersebut kadangkala menimbulkan tekanan mental yang pada
akhirnya menimulkan stres kerja. Secara biologis, stres kerja timbul sebagai
akibat dari beberapa factor yang mengganggu keseimbangan tubuh manusia,
faktor-faktor yang sering mengganggu keseimbangan tersebut sering disebut
sebagai rangsangan. Ini berarti stres kerja adalah reaksi tubuh terhadap
rangsangan eksternal, baik rangsangan yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan. Dalam perspektif ini, maka pandangan yang menyatakan bahwa stres
kerja merupakan reaksi negatif tidak sepenuhnya dibenarkan, begitu juga dengan
pandangan bahwa stres itu merusak, karena menurut Swart (2002: 2), tidak semua
stres bersifat merusak disebabkan karena rangsangan, tantangan dan perubahannya
yang akan memberikan keuntungan bagi kehidupan seseorang. Dalam kadar tertentu
stres diperlukan untuk menyiapkan individu menghadapi ancaman sehingga
seseorang mampu berfokus, bersemangat dan terpacu untuk mencapai tujuan
tertentu, meskipun tujuan tersebut sebelumnya justru merupakan suatu masalah
yang hendak dihindari. Stres bisa membuat individu justru menjadi lebih sigap
menghadapi masalah, namun bila kadarnya berlebihan atau berkepanjangan, disisi
lain stres juga akan merugikan individu karena lambat laun akan berkembangn
menjadi depresi. Kondisi tertekan atau stres dapat dihindari bila individu
memiliki kemampuan mengelola sumber stres tersebut. Proses kognitif berperan
sangat penting dalam menentukan apakah kondisi stres yang muncul akan menjadi
distress (Stres kerja negatif) atau eustress (Stres kerja positif). Hal ini
bergantung pada kemampuan yang bersangkutan, apakah dia mampu menyelesaikan
atau justru menghindarinya. Menurut Charles (dalam Handoko 2001: 63)
menyebutkan bahwa stress itu muncul karena adanya tuntutan-tuntutan eksternal
yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu
stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan
sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal
dari luar diri seseorang Karyawan yang mengalami tekanan dalam pekerjaannya
akan merasa nervous dan merasakan kekhawatiran yang kronis atau kekhawatiran
yang sulit sembuhnya. Mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat
relaks, atau tidak bisa kooperatif (Hasibun 2001: 204). Menurut Siagian (1995:
300), bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang ditimbulkan oleh tuntunan
individu dan lingkungan yang berlebihan pada seseorang. Dalam hal ini stres
sangatlah mempengaruhi dalam pekerjaan, karena untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam pekerjaan dibutuhkan kondisi fisik maupun psikis yang stabil
dan pada umumnya stres akan menurunkan prestasi pada karyawan. Hubungan kerja
yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah,
dan minat yang rendah dalam pemecahan ketegangan yang ditimbulkan oleh tuntunan
individu dan lingkungan yang berlebihan pada seseorang. Dalam hal ini stres
sangatlah mempengaruhi dalam pekerjaan, karena untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam pekerjaan dibutuhkan kondisi fisik maupun psikis yang stabil
dan pada umumnya stress akan menurunkan prestasi pada karyawan. Hubungan kerja
yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala masalah dalam organisasi. Ketidak
percayaan secara positif berhubungan dengan ketaksamaan peran yang tinggi, yang
mengarah pada komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan
ketegangan psikologikal dalam bcntuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan
dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya
Kahn dkk (dalam Munandar, 2001:395) Ketika kondisi fisik maupun psikis karyawan
tidak stabil, ini diakibatkan oleh stres kerja karena rangsangan yang
berlebihan (Overstimulation) atau rangsangan yang kurang takarannya
(Understimulation). Kedua hal tersebut dapat memicu timbulnya stres kerja,
karenanya dalam dunia kerja ketika seseorang yang tergabung dalam suatu
organisasi dituntut bekerja untuk memenuhi target dan pemenuhan kebutuhan
hidup. Maka didalam lingkungan tersebut, seseorang kemungkinan akan dihadapkan
dengan berbagai masalah yang dapat menimbulkan stres kerja yang lahir sebagai
akibat dari penyimpangan rutinitas sehari-hari, misalnya : beban kerja yang
belebihan atau tuntutan waktu yang memaksanya untuk menyelesaikan pekerjaan di
luar kapasitas dan kebiasaannya.
Namun demikian, kondisi tersebut tidak
selamanya dapat menimbulkan stres kerja, walaupun secara umum, adanya sejumlah
perbedaan kondisi kerja sering mengakibatkan stres kerja bagi karyawan, karena
pada kenyataannya stres kerja tergantung dari reaksi masing-masing individu.
Dengan demikian seorang pekerja dengan mudah menerima dan mempelajari prosedur
baru akan berpeluang kecil mengalami stres kerja, namun sebaliknya bila
karyawan lain yang sulit menerima dan mempelajari prosedur baru atau menolak
bahkan menghindar akan berpotensi besar mengalami stres kerja. Pengetahuan
tentang stres kerja dan faktor-faktor yang melatar belakangi serta pengaruhnya
terhadap kinerja, mempunyai peran penting untuk meminimalisasikan dampak-dampak
negative stres kerja. Karena dengan pengetahuan ini, stres kerja dapat
dicarikan solusi alternatinya sejak dini, sehingga pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas kerja para karyawan. Setiap
perusahaan pasti menginginkan para pekerjanya agar mampu bekerja dengan
produktif. Karena untuk menuju tercapainya tujuan, kinerja merupakan sarana
penentu dalam mencapai tujuan karyawan. Stres yang timbul karena ketidakjelasan
sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiliki kepercayaan
diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah untuk
bekerja, yang dapat meningkatan tekanan darah dan detak nadi, dan hal ini
mempunyai kecenderungan untuk meninggalkan pekerjaan. Kahn, dkk (dalam
Munandar, 200: 392). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Ida Laila Uar (1998: 55), tentang Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Stres
Kerja Karyawan PT. Garuda Denpasar, dari penelitian tersebut didapatkan adanya
korelasi atau hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kematangan
emosi dan stres kerja yang ditunjukan oleh F hit - 9,677 > F tab 5% (3,94),
hal ini menunjukan bahwa semakin matangnya emosi yang dimiliki individu maka
akan berpengaruh positif terhadap stres kerja individu. Hasil korelasi penelitian
lain yang dilaukan oleh Ah Sholahuddin Ar Roniri (2006: 76), tentang Hubungan
Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Auto 2000 Malang, dari hasil
penelitiannya didapatkan hasil yang signifikan positif karena semakin dekat
nilai koefisien korelasi ke +1, maka semakin kuat korelasi positifnya, hal ini
ditunjukan dengan angka sebesar 0,798. Yang artinya ada sumbangan efektif
63,68% variabel motivasi berprestasi dengan aspek yang terkandung didalamnya
terhadap kinerja karyawan. Data penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Nizar
(2006: 139), tentang Pengaruh Aspek Penilaian Kerja Terhadap Motivasi
Berprestasi Karyawan di Kantor Pusat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III
Surabaya, diperoleh hasil korelasi penilaian kerja dengan motivasi berprestasi
menunjukan angka sebesar 0,754 dengan p -0,000. Jadi keduanya mempunyai
hubungan yang positif signifikan karena p < 0,050. Hal ini menunjukan bahwa
penilaian kerja memiliki pengaruh terhadap motivasi berprestasi dan begitu pula
sebaliknya, jadi keduanya mempunyai korelasi yang meyakinkan yang artinya jika
penilaian kerja/kinerja tinggi maka motivasi berprestasi tinggi dan jika
motivasi berprestasi tinggi maka hasil penilaian kerjanya tinggi. Salah satu
cara untuk meningkatkan kinerja karyawan yaitu dengan cara meminimalisasikan
dampak-dampak negatif stres kerja di lingkungan kerja karena dengan adanya
stres kerja ini dapat menghambat kinerja karyawan. Tingkat sejauh mana
keberhasilan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya ini dapat juga discbut
"level of performance". Biasanya orang yang level of performance-nya
tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya
tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berperformance
rendah. Vroom (dalam As'ad 1991: 48). CV. Gunung Jati adalah perusahaan yang
bergerak di bidang konstruksi bangunan. Perusahaan ini beralamatkan di Desa
Gading Wetan Kecamatan Gading RT.05 RW03 Kabupaten Probolinggo.
Dari wawancara yang telah dilakukan
peneliti terhadap beberapa karyawan di CV. Gunung Jati, hasilnya berbeda-beda
dari tiap karyawan, Dikatakan berhasil tidaknya karyawan ditempat kerja bila
karyawan berhasil mengerjakan tugasnya masing-masing tepat waktu. tetapi
sebaliknya ada pula pekerja yang menganggap bahwa hal tersebut tidak perlu
dilakukan cukup dengan melakukan rutinitas sesuai dengan tanggung jawab yang
telah diberikan tanpa adanya batasan waktu (Observasi&Wawancara dengan
Direktur CV. Gunung Jati ). Hal ini juga pernah dirasakan oleh sebagian
karyawan di CV. Gunung Jati, ada salah satu karyawan yang mengatakan bahwa
mereka ada yang sempat nervous ketika menjalankan tugas atau melakukan
pekerjaannya, ia tiba-tiba tidak siap untuk menjalankan tugas karena ada
masalah pribadi yang menggangu pekerjaannya. Masalah-masalah itu timbul sebelum
melaksanakan tugas dan bisa dikatakan masalah itu muncul dari luar pekerjaan
kemudian dibawah dalam pekerjaannya. Berdasarkan pemaparan di atas, di sini
peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Pengaruh Stres kerja terhadap Kinerja
Karyawan di CV. Gunung Jati”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka masalah yang menjadi fokus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah stres kerja berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja karyawan CV.Gunung Jati?
2. Apakah stres kerja berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja karyawan CV.Gunung Jati?
3. Faktor stres kerja manakah yang
paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan di CV. Gunung Jati ?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan
Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh
stres kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan CV. Gunung Jati.
2. Untuk menguji dan menganalisis
pengaruh stres kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan CV. Gunung Jati.
3. Untuk menguji dan menganalisis
faktor stres kerja yang pailng dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
CV. Gunung Jati.
3.3.2. Kegunaan Penelitian Kegunaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis: Menjadikan
pengalaman dan memberikan pengetahuan baru dalam mengkaji karya ilmiah,
terutama berupa kajian pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan CV.
Gunung Jati.
2. Bagi Perusahaan: Dapat memberikan
suatu yang relevan di lapangan ataupun dapat di jadikan sebagai bahan
pertimbangan suatu pengambilan keputusan dan kebijakan dalam suatu perusahaan
sehingga secara terus menerus dapat menciptakan produktivitas kinerja karyawan
.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan: Studi pada CV. Gunung Jati Probolinggo Jawa Timur. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment