Abstract
INDONESIA:
Latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan go public yang melakukan Initial Public Offering (IPO) menggunakan kebijakan manajemen laba (Earnings Management), untuk melihat perbedaan kinerja operasi antara sebelum dan sesudah dilakukannya kebijakan Initial Public Offering (IPO), untuk melihat perbedaan tingkat profitabilitas antara sebelum dan sesudah dilakukannya kebijakan Initial Public Offering (IPO), serta untuk melihat pengaruh antara manajemen laba (Earnings Management) dan kinerja operasi terhadap profitabilitas pada perusahaan go public yang melakukan kebijakan Initial Public Offering (IPO) di tahun 2008.
Penelitian ini menggunakan metode uji asumsi klasik, uji beda yang terdiri dari one sample t-test, paired sample t-test, dan Wilcoxon signed rank, selain itu juga uji F, uji T, serta analisis regresi linier berganda. Penelitian ini memiliki sampel 12 perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2008 dengan tahun pengamatan selama 8 tahun yaitu dari tahun 2005 sampai tahun 2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah discretionary accruals, current ratio, dan total asset turnover, dengan variabel dependen yaitu return on asset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji one sample t test terbukti bahwa perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2008 terindikasi menggunakan manajemen laba di sekitar IPO. Sedangkan berdasarkan uji paired sample t-test, dan Wilcoxon signed rank didapat hasil bahwa terdapat perbedaan kinerja operasi dan profitabilitas pada perusahaan go public antara sebelum dan sesudah dilakukannya kebijakan Initial Public Offering (IPO). Serta berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan :
Y= 0,277 + 1,002X1 + 1,036X2 + 3,117 X3 + 0,05.
Y= 0,277 + 1,002X1 + 1,036X2 + 3,117 X3 + 0,05.
Dari hasil analisis regresi linear berganda diperoleh hasil bahwa variabel discretionary accruals (X1), current ratio (X2), dan total asset turnover (X3), berpengaruh terhadap return on asset (Y) secara linear. Dan variabel yang paling berpengaruh adalah current ratio (X1) dengan kontribusi sebesar 39,69%. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,620, artinya 62% tingkat profitabilitas perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2008 dipengaruhi oleh variabel manajemen laba dan kinerja operasi, sedangkan sisanya yaitu 38% dipengaruhi oleh variabel lain. Melalui uji F dapat diketahui bahwa seluruh variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis menggunakan uji T menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.
ENGLISH:
Background This study aimed to determine whether the publicly traded company initial public offering (IPO) using the earnings management policies (Earnings Management), to see the difference between the operating performance before and after the policy does Initial Public Offering (IPO), to see the difference in the level of profitability between before and after the policy does Initial Public Offering (IPO), as well as to see the effect of earnings management (earnings management) and operating performance on profitability in the company went public policy that performs an initial public offering (IPO) in 2008.
This study uses the classical assumption test , different test which consists of one- sample t - test , paired sample t - test , and Wilcoxon signed rank , but it is also the F test , t test , and multiple linear regression analysis . This study has a sample of 12 companies doing IPOs in the year 2008 to the year of observation for 8 years ie from 2005 to 2012 . The independent variable in this study is discretionary accruals , current ratio , and total asset turnover , the dependent variable is the return on assets . The results showed that the test is based on one- sample t test proved that the company is doing an IPO in 2008 indicated use of earnings management around IPOs . While based on paired samples t - test , and Wilcoxon signed rank the result that there are differences in operating performance and profitability of the company went public between before and after the policy does Initial Public Offering ( IPO ) . And based on the results of multiple linear regression equation was obtained : Y= 0,277 + 1,002X1 + 1,036X2 + 3,117 X3 + 0,05.
From the results of multiple linear regression analysis of the obtained results that the discretionary accruals variable (X1), current ratio (X2), and total asset turnover (X3), affect the return on assets (Y) in a linear fashion. And the most influential variable is the current ratio (X1) with a contribution of 39.69%. The coefficient of determination (R2) of 0.620, meaning that 62% of the level of profitability of companies doing an IPO in 2008 is influenced by variables of earnings management and operating performance, while the remaining 38% is influenced by other variables. Through the F test can be seen that all the independent variables simultaneously affect the dependent variable. Hypothesis testing using T test showed that of the three independent variables found to significantly affect the dependent variable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perusahaan mempunyai
beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan operasional dan
ekspansi. Salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang untuk
mendapatkan tambahan dana adalah melalui penawaran saham perusahaan di pasar modal
atau dengan kata lain menawarkan kepemilikan saham perusahaan untuk dimiliki
oleh publik. Dana yang diperoleh dari penawaran saham di pasar modal biasanya
digunakan untuk keperluan ekspansi dan juga perluasan utang perusahaan, dan
pada gilirannya diharapkan akan semakin meningkatkan posisi keuangan perusahaan
disamping untuk memperkuat struktur permodalan. Perusahaan yang telah mengambil
keputusan untuk go public ini pada umumnya merupakan perusahaan yang relatif
besar, baik dari sisi permodalan maupun skala ekonomi produksi. Dalam rangka
proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar skunder (Bursa Efek),
terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public diperdagangkan di pasar
perdana yang disebut Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan saat yang
penting bagi perusahaan karena saat itulah investor menilai kondisi dan prospek
perusahaan yang berujung pada penentuan besarnya dana yang dapat diakumulasi
oleh perusahaan dari pasar modal. Oleh karenanya pada saat itu, perusahaan akan
berusaha untuk membuat serta memberikan informasi “cantik” terkait
perusahaannya. Menurut Francis (1993) dalam Amin (2007) salah 2 satu informasi
penting dalam prospektus adalah informasi keuangan perusahaan yang disajikan
dalam neraca dan laporan laba rugi tiga tahun sebelum IPO. begitu juga menurut
Jones (2000) dalam Amin (2007) prospektus tersebut didistribusikan untuk setiap
investor potensial. Sesuai dengan peraturan yang ada, yang mensyaratkan bahwa
pada saat perusahaan akan melakukan IPO, perusahaan harus menyediakan satu
prospektus yang memaparkan semua informasi baik informasi keuangan maupun
non-keuangan.
Dimana dokumen ini merupakan
salah satu sumber informasi yang relevan untuk digunakan dalam menilai
perusahaan yang akan go public. Prospektus berisi tentang perusahaan penerbit
sekuritas dan sebagian tentang laporan keuangan perusahaan selama 3 tahun
sebelum IPO yang telah di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Informasi
yang menjadi perhatian penting dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai
laba. Pada sisi lain perusahaan dipandang perlu untuk memberikan informasi yang
lengkap dan akurat serta jujur kepada masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan
publik harus memenuhi kewajiban akan keterbukaan informasi baik untuk masa
sebelum maupun sesudah IPO. Bagaikan dua sisi mata uang, perusahaan memiliki
kepentingan dan tujuan tertentu begitu pula dengan calon investor yang juga
memiliki tujuan dan keentingan tertentu atas penawaran tersebut. Hal inilah
yang nantinya akan menyebabkan adanya asimetri informasi (asymmetric
information) yang menyertai kebijakan IPO. Walaupun investor mempunyai
informasi yang cukup mengenai perusahaan yang melakukan IPO tersebut, asimetri
informasi tetap terjadi dalam penawaran ini. Kondisi inilah yang memotivasi
manajemen untuk bersikap 3 oportunistik untuk melakukan manipulasi terhadap
kinerjanya baik sebelum dan pada saat penawaran. Manipulasi yang dikenal dengan
istilah manajemen laba (earnings managemen) ini juga akan mengakibatkan
penurunan kinerja (underperformance) setelah penawaran.
Agar kinerja perusahaan terlihat bagus, manajemen berusaha mencoba
untuk mengatur laba, yaitu dengan melakukan manajemen laba itu sendiri. Hal ini
mengingat pentingnya peranan laba dalam berbagai proses pengambilan keputusan.
Ada berbagai cara dalam manajemen laba, diantaranya pemilihan metode akuntansi
atau kebijakan akrual, tetapi cara yang paling sering dilakukan adalah dengan
kebijakan akrual (discretionary accrual), yaitu dengan mengendalikan transaksi
akrual sehingga laba terlihat tinggi. Akan tetapi, transaksi tersebut tidak
mempengaruhi aliran kas, misalnya waktu dari pengakuan pendapatan sehingga
kebijakan akrual akan dapat mempengaruhi kualitas laba suatu perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi bagi (calon)
investor dan (calon) kreditur guna mengambil keputusan yang terkait dengan
investasi yang akan mereka danai. Diharapkan pula laporan keuangan mampu
mencerminkan kondisi keuangan sesuai dengan kondisi riil perusahaan. Keinginan
perusahaan untuk mendapatkan nilai positif dari pasar, yang selanjutnya dengan
menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh dapat menjadi insentif bagi manajer
untuk menyusun prospektus yang menarik, dan tentu saja laporan keuangan yang
menarik.
Menyadari ketergantungan calon investor dan underwriter terhadap
informasi yang dimuat dalam prospektus tersebut, manajemen memiliki
kecenderungan 4 menyajikan informasi yang dapat memperlihatkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki kinerja (performance) yang baik. Oleh karena itu, manajemen
berusaha mengatur tingkat laba yang dilaporkan dengan memilih metode-metode
akuntansi tertentu sehingga dapat meningkatkan penerimaan dari IPO yang dikenal
dengan istilah manajemen laba (earnings management). Namun praktek earnings
management di sisi lain dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Mayangsari dan
Wilopo, 2002). Kondisi ini terjadi karena earnings yang diumumkan pada saat IPO
tampak relatif baik sehingga respon pasar menjadi positif. Paek dan Press
(1997) dalam Wilopo dan Mayangsari (2002) menyatakan bahwa nilai pasar
perusahaan dipengaruhi oleh motivasi manajer yang mendasari adanya
discretionary accruals dalam kebijakan earnings management. Penelitian terhadap
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) terbukti bahwa telah terjadi
manajemen laba menjelang IPO. Kiswara (1999) menemukan bahwa perusahaan yang
terdaftar di BEJ melakukan praktek manajemen laba untuk membentuk persepsi
investor yang positif terhadap perusahaan. Gumanti (2001) menyimpulkan bahwa
dalam periode dua tahun menjelang IPO terbukti perusahaan melakukan manajemen
laba, namun tidak terdapat indikasi manajemen laba dalam periode satu tahun
menjelang IPO. Kebijakan earnings management dalam hal ini ditujukan untuk
memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya.
Sinyal positif ini diwujudkan dalam kinerja yang dilaporkan (biasanya dalam
prospektus penawaran). Namun sinyal positif ini dalam jangka panjang tidak bisa
dipertahankan oleh manajemen, yang tercermin adalah penurunan kinerja yang
terjadi pada perusahaan 5 tersebut. Loughran dan Ritter (1997) dalam Amin
(2007) menemukan perbedaan antara kinerja operasi lima tahun sebelum dan
sesudah penawaran, yaitu adanya penurunan kinerja dalam jangka panjang.
Rodoni (2002) juga menemukan bahwa kinerja IPO untuk jangka panjang
menunjukkan kinerja yang negatif. Sementara Denis dan Serin (1999) dalam Amin
(2007) mencatat bahwa rendahnya kinerja pasca IPO diakibatkan pengukuran
earnings yang dilakukan secara “tidak tepat” oleh manajemen. Kondisi ini mempengaruhi
interpretasi investor terhadap kinerja perusahaan dan mengakibatkan investor
mempunyai harapan profitabilitas masa depan perusahaan yang keliru. Atau dengan
kata lain investor yang naif akan over - optimistik dalam maramalkan earnings
masa depan dan mengalami kekecewaan terhadap realisasinya pada periode pasca
penawaran. Penurunan kinerja yang terjadi sebagai dampak pengukuran tersebut
akan terjadi selama lima tahun setelah IPO. Shivakumar (2000) juga menunjukkan
bahwa manajemen telah melakukan overstate terhadap earnings sebelum melakukan
pengumuman IPO. Lebih lanjut penelitian tersebut menunjukkan bahwa investor
sebenarnya sudah menduga adanya manajemen laba (earnings management) dan secara
rasional berusaha melepaskan pengaruhnya pada saat pengumuman IPO. Jadi
investor memiliki penilaian yang rendah terhadap earnings sebelum IPO dan
secara rasional memberikan nilai yang rendah untuk perusahaan. Pada intinya
penurunan kinerja pasca IPO sebenarnya merupakan hal logis, mengingat sikap
oportunistik manajemen, karena kesuperiorannya dalam penguasaan informasi
dibanding pasar, dengan melakukan manipulasi terhadap kinerja. Manipulasi ini
dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi kinerja yang 6 “lebih baik”
agar pasar merespon kebijakan IPO secara positif. Namun upaya manipulasi ini
biasanya tidak bisa dilakukan dalam jangka panjang, sehingga perusahaan akan
mengalami penurunan kinerja. Penelitian ini merupakan penelitian empiris dimana
penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan terlebih dahulu. Oleh karenanya dalam mentukan segala aspek
penelitian,peneliti mempertimbangkan dan mengacu pada hasil dan metode yang
dilakukan pada penelitians sebelumnya. Telah banyak penelitian yang dilakukan
tentang IPO, manajemen laba, dan fenomena lain yang menyertainya.
Akan tetapi penelitian ini lebih mengacu pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Amin (2007) dan penelitian yang dilakukan oleh Didi (2008). Amin
(2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pendeteksian Earnings Management,
Underpricing, dan Pengukuran Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Kebijakan
Initial Public Offering (IPO) di Indonesia”. Pada penelitiannya tersebut Amin
(2007) mengamati 31 perusahaan yang melakukan IPO di tahun 1990 sampai tahun 2001
selama 6 tahun pengamatan. Berdasarkan pengamatan tersebut, Amin (2007)
berhasil membuktikan bahwa perusahaan yang melaksanakan IPO terindikasi
melakukan kebijakan manajemen laba (earnings management) tiga tahun sebelum
pelaksanaan IPO dan tiga tahun setelah pelaksanaan IPO dengan cara memainkan
komponen-komponen akrual. Selain itu juga Amin (2007) menemukan bahwa
perusahaan-perusahaan tersebut mengalami underpricing. Serta pada
penelitiannya, didapatan hasil bahwa perusahaan yang melaksanakan IPOmengalami
penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham dalam jangka panjang setelah IPO.
Akan tetapi dari beberapa variabel pengukuran kinerja keuangan hanya variabel
current ratio dan 7 total asset turnover yang secara signifikan mengalami
penurunan. Namun pada penelitiannya, Amin (2007) tidak berhasil membuktikan
bahwasannya terdapat hubungan antara ketiga variabel yang terdiri dari earnings
management, underpricing, dan kinerja perusahaan. Sedangkan Didi (2008) yang
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Manajemen Laba dengan
Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO”. Pada penelitiannya tersebut,
Didi (2008) mengamati perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005. Berdasarkan penelitiannya tersebut, Didi (2008) memperoleh hasil
bahwa perusahaan yang melaksanakan IPO terindikasi melakukan kebijakan earnings
management. Selain itu juaga mendapatkan hasil bahwa kinerja operasi yang
diukur dengan tingkat pengembalian asset atau ROA tidak mengalami perbedaan
rata-rata yang signifikan antara sebelum dilakukan IPO dengan setelah
dilakuakan IPO. Namun hal tersebut berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh
Meim dan Wahyu (2013) yang membuktikan bahwa berdasarkan tingkat pengembalian
aktiva (ROA) terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara periode sebelum IPO
dan sesudah IPO. selain itu juga Didi (2008) tidak mampu menemukan adanya
pengaruh antara manajemen laba terhadap kinerja operasi sesudah IPO.
Berdasarkan acuan dari bebrapa penelitian di atas, peneliti berkeinginan untuk
melakukan peelitian kembali terkait IPO dan fenomena yang menyertainya,
terutama fenomena-fenomena manajemen aba, kinerja operasi, dan tingkat
pengembalian atau profitabilitas. Penelitian ini melakukan penelitian pada
perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2008 dan melakukan pengamatan selama 3
tahun sebelum IPO sampai 8 dengan 4 tahun setelah IPO. Tahun 2008 dipilih oleh
peneliti karena peneliti ingin mendapatkan informasi yang fresh atau tidak
terlalu jauh antara periode pengamatan dengan waktu pengamatan. Manajemen laba
(earnings management) dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan proxy
discretionary accruals (DA). Penggunaan DA sebagai proxy earnings management
mengacu pada penelitian Dechow et al. (1995) dengan menggunakan the Modified
Jones Model. Untuk mngukur kinerja operasi perusahaan, peneliti menggunakan
pengukuran current ratio dan total asset turnover mengacu pada hasil dari
penelitian Amin (2007). Sedangkan untuk mengukur tingkat pengembalian atau
profitabilitas perusahaan, peneliti menggunakan pengukuran return on asset
(ROA) mengacu pada hasil dari penelitian Meim dan Wahyu (2013). Selain tu juga
penelitian ini akan menguji pengaruh antara ketiga variaber tersebut yaitu
pengaruh antara manajemen laba (earnings management) dan kinerja operasi terhadap
profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian dengan judul ”PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN KINERJA OPERASI
TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG MELAKUKAN KEBIJAKAN INITIAL
PUBLIC OFFERING (IPO) DI TAHUN 2008”
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
hal – hal yang melatar belakangi penelitian ini, terdapat beberapa beberapa
rumusan masalah, yaitu :
1.
Apakah perusahaan go public yang melakukan Initial Public Offering (IPO) menggunakan
kebijakan manajemen laba (Earnings Management)?
2.
Apakah terdapat perbedaan kinerja operasi antara sebelum dan sesudah
dilakukannya kebijakan Initial Public Offering (IPO)?
3.
Apakah terdapat perbedaan tingkat profitabilitas antara sebelum dan sesudah
dilakukannya kebijakan Initial Public Offering (IPO)?
4. Apakah terdapat pengaruh antara manajemen
laba (Earnings Management) dan kinerja operasi terhadap profitabilitas pada
perusahaan go public yang melakukan kebijakan initial public offering (IPO) di
tahun 2008?
1.3
Tujuan Penelitian
Suatu penelitian dilakukan tentunya memiliki
beberapa tujuan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah perusahaan go public yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) menggunakan kebijakan manajemen laba (Earnings Management).
2.
Untuk melihat perbedaan kinerja operasi antara sebelum dan sesudah dilakukannya
kebijakan Initial Public Offering (IPO).
3.
Untuk melihat perbedaan tingkat profitabilitas antara sebelum dan sesudah dilakukannya
kebijakan Initial Public Offering (IPO).
4.
Untuk melihat pengaruh antara manajemen laba (Earnings Management) dan kinerja
operasi terhadap profitabilitas pada perusahaan go public yang melakukan
kebijakan initial public offering (IPO) di tahun 2008.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharap mampu memberikan
kontribusi ilmiah bagi berbagai pihak. Dan secara global akan memberikan
kontribusi kepada:
1.
Bagi peneliti Penelitian ini merupakan bentuk aplikasi keilmuan peneliti yang
diperoleh selama perkuliahan. Hal ini diharapkan dapat memperluas wawasan,
pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk berfikir kritis dan jeli dalam
menghadapi dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.
2.
Bagi pihak lain
a.
Bagi investor Penelitian diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan membantu
investor mengambil keputusan investasi.
b. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan
juga bermanfaat sebagai informasi yang relevan bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Serta diharapkan
dapat bermanfaat dalam menentukan setiap kebijakan yang akan dilakukan.
c. Peneliti
Selanjutnya Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat sebagai sumber informasi
yang relevan bagi peneliti selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan
dengan peletian ini, baik yang bersifat melanjutkan, melengkapi atau yang
bersifat menyempurnakan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Pengaruh manajemen laba dan kinerja operasi terhadap profitabilitas pada perusahaan go public yang melakukan kebijakan Initial Public Offering (IPO) di tahun 2008." silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment