Abstract
INDONESIA:
Persaingan bisnis pada masa sekarang sangatlah ketat, tidak hanya dibutuhkan kinerja in-role akan tetapi juga kinerja extra-role untuk mampu bertahan dalam persaingan. KUD “BATU” yang merupakan bentuk usaha berazas kekeluargaan ini mempunyai karyawan yang mempunyai kinerja extra-role yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan produktivitas yang tinggi walaupun dalam pemberian gaji masih relatif rendah dibawah UMR, sehingga menunjukkan karyawan KUD “BATU” mau bekerja tidak hanya sesuai dengan aturan (in-role) akan tetapi juga mau bekerja diluar aturan (extra role) demi kebaikan KUD “BATU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi langsung dan kompensasi tak langsung terhadap kepuasan kerja secara parsial maupun simultan, serta pengaruh tidak langsung kompensasi langsung dan kompensasi tak langsung terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) melalui kepuasan kerja.
Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur (path analysis) model
regresi persamaan multipel. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala likert serta uji asumsi klasik yaitu autokorelasi, multikorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas.
regresi persamaan multipel. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala likert serta uji asumsi klasik yaitu autokorelasi, multikorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas.
Hasil analisis penelitian ini, diketahui terdapat pengaruh signifikan
kompensasi langsung terhadap kepuasan kerja. Terdapat pengaruh signifikan kompensasi tak langsung terhadap kepuasan kerja. Terdapat pengaruh signifikan kompensasi langsung dan kompensasi tak langsung terhadap kepuasan kerja secara simultan. Terdapat pengaruh langsung signifikan kompensasi langsung terhadap OCB. Terdapat pengaruh tidak langsung kompensasi langsung terhadap OCB melalui kepuasan kerja. Terdapat pengaruh tidak langsung kompensasi tak langsung terhadap OCB melalui kepuasan kerja. Terdapat pengaruh langsung signifikan kepuasan kerja terhadap OCB.
kompensasi langsung terhadap kepuasan kerja. Terdapat pengaruh signifikan kompensasi tak langsung terhadap kepuasan kerja. Terdapat pengaruh signifikan kompensasi langsung dan kompensasi tak langsung terhadap kepuasan kerja secara simultan. Terdapat pengaruh langsung signifikan kompensasi langsung terhadap OCB. Terdapat pengaruh tidak langsung kompensasi langsung terhadap OCB melalui kepuasan kerja. Terdapat pengaruh tidak langsung kompensasi tak langsung terhadap OCB melalui kepuasan kerja. Terdapat pengaruh langsung signifikan kepuasan kerja terhadap OCB.
ENGLISH:
Business competition today is tight, not only required in-role performance but also extra-role performance to be able to survive in the competition. KUD "BATU" which is formed principle business, has employees who has quite good extra-role performance. This is indicated by high productivity despite the relatively low wages are still below the minimum wage, it shows that KUD "BATU" employees want to work not only in accordance with the rules (in-role) but also willing to work outside the rules (extra role) for the good of KUD "BATU". This study aims to determine the effect of direct compensation and indirect compensation on job satisfaction partially or simultaneously, as well as indirect influence direct compensation and indirect compensation to Organizational Citizenship Behaviour (OCB) through job satisfaction.
This study uses path analysis model of multiple regression equations. Data collection techniques using a questionnaire with Likert scale and the classical assumption that are the autocorrelation test, multikorelasi, heteroscedasticity, and normality.
The analysis of this study, known that there is a significant influence on job satisfaction direct compensation. There is no direct significant effect of compensation on job satisfaction. There is a significant influence direct compensation and compensation not directly on job satisfaction simultaneously. There is a significant direct effect of direct compensation to the OCB. There is no direct compensation for the direct influence of the OCB through job satisfaction. There is no direct influence on OCB compensation indirectly through job satisfaction. There is a significant direct effect of job satisfaction on OCB.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi bisa dikatakan sebagai
wadah tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai tujuan,
maka dapat dipastikan bahwa tanpa tujuan tidak perlu ada organisasi. Tujuan
organisasi bermacam-macam, tergantung dari banyaknya yang berkepentingan
(stakeholder) dengan kehadiran organisasi itu. Pihak-pihak yang berkepentingan
itu antara lain, terdiri atas para pemegang saham, karyawan, pemasok, pemakai,
pemerintah, dan masyarakat. Tujuan organisasi bagi pemegang saham adalah untuk
meningkatkan keuntungan. Bagi konsumen adalah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab kepada
masyarakat, dan bagi pemerintah adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Bagi karyawan adalah untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan agar pada
gilirannya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dan juga kinerja
organisasi (Panggabean : 2002) Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut serta
pengembangan karir, maka perlu ada kegiatan dan untuk melaksanakan kegiatan itu
diperlukan sumber daya. Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya keuangan,
sumber daya waktu, dan sumber daya manusia. Sumber daya keuangan sangat
dibutuhkan, misalnya untuk menyelenggarakan kursus karir. Sumber daya waktu
dibutuhkan guna melibatkan karyawan dan manajer dalam aktivitas perencanaan
karir. Sumber 2 daya manusia dibutuhkan untuk konseling dan pemberian nasihat
(Simamora, 1997). Dan selain dari pada itu, untuk mencapai tujuan organisasi ,
karyawan tidak hanya mengalami kepuasaan untuk mencapai tujuannya secara
individu, akan tetapi juga harus seimbang dengan tujuan organisasi (
Chester:1886-1961 dalam Gunawan, 2011). Dalam era globalisasi saat ini menuntut
kinerja organisasi yang tinggi untuk bertahan hidup ditengah-tengah persaingan
yang ketat (hypercompetition) antar organisasi. Perlu dilakukan perubahan oleh
perusahaan dalam menjaga konsistensi persaingan terhadap internal organisasi terutama
pada SDM yang ada. Diakui keberadaan SDM dalam sebuah organisasi sangat penting
karena mereka yang memprakarsai terbentuknya organisasi, mereka yang berperan
membuat keputusan untuk semua fungsi dan mereka juga yang berperan dalam
menentukan kelangsungan hidup organisasi itu. Namun, sumber daya manusia
tersebut tidak dengan sendirinya tertarik untuk mau menjadi anggota dari sebuah
organisasi, dan setelah bergabung mereka juga tidak dengan sendirinya dapat
berprestasi. Dalam artikel Gunawan (2011) Ulrich ( 1998 ) mengatakan bahwa
kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia sebagai inisiator
dan agen perubahan terus menerus, pembentukan proses serta budaya secara
bersama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi. Sumber daya manusia yang
ada dalam organisasi memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Adanya
keanekaragaman yang cukup tinggi tersebut berarti kemapuan sebagai “ agent of
change “ juga akan berbeda-beda. Namun demikian, usaha perubahan organisasi
yang membutuhkan partisipasi semua karyawan akan tercapai bila ada juga 3
kemauan dari masing-masing individu karyawan untuk berperan sebagai agen
perubahan, tidak hanya sekedar mengandalkan kemampuan saja. Kemampuan tanpa
adanya kemauan, tidak akan ada peningkatan apapun. Perusahaan mengharapkan,
untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individual
setinggi-tingginya, karena pada dasarnya kinerja individual mempengaruhi
kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja
organisasi secara keseluruhan. Kinerja yang baik menuntut perilaku sesuai
karyawan yang diharapkan oleh organisasi. Perilaku yang menjadi tuntutan
organisasi saat ini tidak hanya in-role, tetapi juga perilaku extra-role .
Perilaku extra-role ini disebut Organizational Citizenship Behavior ( OCB ).
OCB merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku karyawan,
sehingga ia dapat disebut sebagai anggota yang baik (Sloat, 1999). Perilaku
cenderung melihat seseorang ( karyawan ) sebagai makhluk sosial (menjadi
anggota organisasi), dibandingkan dengan makhluk individual yang mementingkan
diri sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan untuk
memiliki empati kepada orang lain serta lingkungannya dan menyelaraskan
nilai-nilai yang dianutnya dengan nilai-nilai yang dimiliki lingkungannya untuk
menjaga dan meningkatkan interaksi sosial yang lebih baik. Terlebih lagi, untuk
melakukan segala sesuatu yang baik, manusia tidak selalu digerakkan hal-hal
yang menguntungkan dirinya, misalnya seseorang mau membantu orang lain jika ada
imbalan tertentu. Jika karyawan dalam organisasi memiliki OCB, maka usaha untuk
mengendalikan karyawan menurun, karena 4 karyawan dapat mengendalikan
perilakunya sendiri atau mampu memilih perilaku terbaik untuk kepentingan
organisasinya. Beberapa penelitian tentang kinerja extra-role mengungkapkan
bahwa dampak kinerja extra-role mampu meningkatkan efektifitas dan kesuksesan
organisasi, sebagai contoh biaya operasional yang rendah, waktu penyelesaian
pekerjaan lebih cepat, dan penggunaan sumber daya secara optimal.
Oleh sebab itu, berdasarkan peran
dan manfaat kinerja extra-role, manager atau akademisi sumber daya manusia
berusaha mendorong atau menumbuhkan kinerja extra-role dalam organisasi melalui
berbagai macam cara seperti memasukkan kriteria kinerja extra-role dalam
penilaian kinerja (Hannah, 2006) Ada beberapa penyebab munculnya kinerja
extra-role antara lain adalah kepuasan kerja. Individu yang merasakan kepuasan
akan menunjukkan perilaku extra-role sebagai balasan atas apa yang telah diberikan
organisasi kepadanya sementara sebaliknya individu yang merasa tidak puas
terhadap pekerjaannya cenderung tidak mau menunjukkan perilaku extra-role di
organisasi. Kepuasan kerja dapat diartikan suatu perasaan yang menyokong atau
tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan
kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan
aspekaspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir,
hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur
organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan 5
dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, dan pendidikan
(Anwar,2005:117) Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara
harapan pekerja dengan kenyataan yang ditemui dan didapatkannya dari tempatnya
bekerja. Persepsi pekerja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya
dan kepuasan kerja melibatkan rasa aman, rasa adil, rasa menikmati, rasa
bergairah, status dan kebanggaan. Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi
kerja pekerja yang bersangkutan yang meliputi interaksi kerja, kondisi kerja,
pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi. Selain itu di dalam
persepsi ini juga tercakup kesesuaian dengan antara kemampuan dan keinginan
pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis
pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif (Johan, 2002 dalam Gunawan,
2011 ). Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja,
dapat digunakan Job Descriptive Index (JDI) yang menurut Luthans (1995) dalam
Triton (2009:164) ada lima, yaitu pembayaran seperti gaji dan upah, pekerjaan
itu sendiri, promosi pekerjaan, kepenyeliaan (supervisi), dan rekan sekerja.
Dalam membentuk perilaku extra-role
atau OCB, perusahaan dapat melakukan kebijakan-kebijakan yang mana karyawan
dapat merasakan kepuasan kerja, salah satunya adalah kebijakan kompensasi.
Menurut Hannah (2006) dalam artikelnya tentang Organzational Citizenship
Behaviour dan Kebijakan Kompensasi, menjelaskan bahwa penggunaan kebijakan
kompensasi dapat menumbuhkan kinerja extra-role dalam organisasi. Hal ini
didasari oleh pendapat 6 Lawler III (2000) yang mengatakan bahwa sistem
upah/gaji dapat berperan sebagai agen perubahan dalam organisasi. Dengan kata
lain, apabila organisasi menginginkan suatu perilaku baru/tambahan melakukan
kinerja extra-role dari pekerjaannya, maka kebijakan kompensasi dapat digunakan
untuk menumbuhkan perilaku kinerja tersebut. Maka dari itu, guna mendorong
karyawan untuk mempunyai perilaku Organizational Citizenship Behaviour (OCB),
perusahaan dapat membuat kebijaksanaan agar karyawan mendapati kepuasan kerja,
salah satunya dengan pemberian kompensasi. Pemberian kompensasi oleh perusahaan
kepada karyawan akan menimbulkan kepuasan kerja karyawan karena karyawan akan
merasa dihargai atas kontribusi kinerjanya. Kompensasi itu sendiri adalah
segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa (kontra prestasi)
atas kerja mereka. Pada dasarnya kompensasi merupakan kontribusi yang diterima
oleh pegawai atas pekerjaan yang telah dikerjakannya ( Teguh ,dkk,.2003:206).
Program kompensasi penting bagi perusahaan karena mencerminkan upaya perusahaan
untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai komponen utama, dan merupakan
komponen biaya yang paling penting. Disamping pertimbangan tersebut, kompensasi
juga merupakan salah satu aspek yang berarti bagi pegawai, karena bagi
individu/pegawai besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka diantara
para pegawai itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Bila kompensasi diberikan
secara benar, pegawai akan termotivasi dan lebih terpusatkan untuk mencapai
sasaran organisasi.
Menurut Hadari Nawawi (1996:316)
kompensasi dibedakan jenis-jenisnya sebagai berikut : 1. Kompensasi Langsung,
yakni penghargaan/ganjaran yang disebut gaji atau upah, yang dibayar secara
tetap berdasarkan tenggang waktu yang tetap. 2. Kompensasi tidak langsung
(Inderect Compensation), yakni pemberian bagian keuntungan/manfaat lainnya bagi
para pekerja di luar gaji atau upah tetap, dapat berupa uang atau barang,
seperti THR, atau yang lainnya. 3. Insentif, yakni penghargaan/ganjaran yang
diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi,
sifatnya tidak tetap atau sewaktuwaktu. Berkaitan dengan hal itu, salah satu
perusahaan yang mungkin masih memiliki karyawan yang melaksanakan OCB adalah
usaha berbentuk koperasi. Hal ini dikarenakan karyawan koperasi mempunyai
komitmen lebih tinggi dibanding karyawan yang bekerja diperusahaan selain
koperasi. Di dalam koperasi karyawan juga menjadi anggota koperasi yang
mempunyai hak untuk memperoleh keuntungan dari hasil usaha diluar gaji, serta
juga mempunyai kewajiban untuk membayar iuran wajib pada koperasi. Tentu hal ini
akan menjadi nilai lebih bagi koperasi untuk mampu bertahan dalam persaingan
usaha serta meningkatkan produktivitas. Salah satu koperasi yang masih bertahan
dalam persaingan usaha adalah Koperasi Unit Desa (KUD) “BATU”. KUD yang
bertempat di kawasan Kota Wisata Batu ini mempunyai beberapa unit usaha
diantaranya unit simpan pinjam, unit susu sapi perah, unit listrik, unit lebah,
unit KPPS (Kios Pemasaran Produk 8 Susu), unit sapronak, unit waserda, unit
Batu Resto dan unit pengolahan susu. Dengan banyaknya jumlah unit tersebut,
tentu koperasi ini mempunyai target tinggi untuk memperoleh laba, sehingga
menuntut karyawan untuk selalu meningkatkan kinerja sebaik mungkin. Bahkan pada
saat tertentu perlu dilakukan kerja lembur serta kerjasama antar karyawan. Meskipun
dengan gaji yang rata-rata dibawah Rp 1.000.000,-, serta dengan pemberian
insentif atau bentuk kompensasi lain, karyawan KUD “BATU” tetap melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik. Hal itu dapat menunjukkan bentuk kepuasan kerja
karyawan KUD, meskipun nilai kompensasi tidak begitu tinggi.. Tentu hal ini
jarang dimiliki oleh karyawan pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti
mengambil judul “Pengaruh Kompensasi Langsung dan Kompensasi Tidak Langsung
terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) melalui Kepuasan Kerja”
(Studi Pada Karyawan KUD “BATU” Kota Wisata Batu).
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, masalah
yang akan ditelii dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kompensasi langsung dan
tidak langsung berpengaruh langsung signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
KUD “BATU” secara parsial maupun simultan?
2. Apakah kompensasi langsung dan kompensasi
tidak langsung berpengaruh tidak langsung terhadap Organizational Citizenship
Behaviour (OCB) karyawan KUD “BATU” melalui kepuasan kerja?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan
Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Dari rumusan
masalah yang diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh
langsung signifikan kompensasi langsung dan tidak langsung terhadap kepuasan
kerja secara parsial maupun simultan.
2. Untuk mengetahui pengaruh tidak
langsung kompensasi langsung dan kompensasi tak langsung terhadap
Organizational Citizenship Behaviour (OCB) melalui kepuasan kerja.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1. Bagi Perusahaan
a. Dapat memberikan informasi
sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kebijakan kompensasi.
b. Penelitian ini dapat memberikan
motivasi terhadap karyawan agar memiliki Organizational Citizenship Behaviour
(OCB).
2. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang kompensasi, kepuasan kerja dan Organizational Citizenship Behaviour
(OCB).
b. Penulis dapat mengaplikasikan
ilmunya secara langsung dengan menghadapi kondisi nyata di lapangan dan
mengasah kemampuan peneliti dengan menggunakan metode ilmiah.
3. Bagi Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
a
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
referensi untuk penelitian yang sejenis.
b. Sebagai bahan pertimbangan untuk setiap kebijakan yang
berhubungan dengan kompensasi.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Pengaruh kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung terhadap organizational citizenship behaviour (OCB) melalui kepuasan kerja: Studi pada karyawan KUD Batu kota wisata Batu. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment