Abstract
INDONESIA:
Anggaran adalah sebuah rencana rinci yang memproyeksikan sejumlah kebutuhan operasional dimasa yang akan datang yang dinyatakan dalam unit kuantitatif dari suatu kebijaksanaan suatu organisasi yang harus dicapai pada suatu periode. Oleh karena anggaran melibatkan hubungan antar manusia, maka terdapat perilaku-perilaku manusia yang mungkin timbul sebagai akibat dari anggaran, baik bersifat perilaku positif maupun yang negatif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara simultan dan parsial antara penganggaran partisipasi (x1), penekanan anggaran (x2), dan ketidakpastian lingkungan (x3) terhadap timbulnya slack anggaran (Y), dan variabel bebas mana yang dominan berpengaruh.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan pusposive sampling dengan kriteria telah menduduki jabatan minimal satu tahun. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik dokumentasi. Analisis yang digunakan yaitu uji asumsi klasik dan regresi linier berganda (uji t dan uji f).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap timbulnya slack anggaran. Sedangkan secara parsial, penganggaran partisipasi, penekanan anggaran tidak berpengaruh terhadap timbulnya slack anggaran, dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap timbulnya slack anggaran. Hal ini karena dengan adanya penganggaran partisipasi maka terjadi komunikasi yang positif antara manajer atas dan bawahan dan penekanan anggaran juga tidak akan terjadi karena penilaian kinerja tidak berdasarkan pada target anggaran sehingga tidak ada penekanan. Ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap timbulnya slack anggaran merupakan faktor penting yang dapat menyulitkan perencanaan yang disebabkan tidak dapat memprediksi faktor lingkungan eksternal dengan akurat. Penelitian ini terbatas pada BTPN KCP Blitar. Untuk peneliti selanjutnya disarankan menggunakan variabel kompleksitas tugas, komitmen organisasi yang belum digunakan penelitian.
ENGLISH:
An important component in planning the organization is the budget. Budget is a detailed plan that projects a number of operational needs in the future and expressed in quantitative units of a policy of an organization that must be achieved in a period. The budget is required to predict the ability of companies in the future so that the risk faced can be suppressed or even eliminated. Because of the budget involves the relationship between humans, there are human behaviors that may arise as a result of the budget is both positive and negative behaviors. The purpose of this study is to determine how the effect of simultaneous and partial between budgeting participation (x1), the emphasis of the budget (x2), and environmental uncertainty (x3) on the incidence of budgetary slack (Y), and the independent variables where the dominant effect is in.
This study used survey research methods with quantitative approach. Sampling was done by sampling pusposive criteria has held positions with at least one year. Data collection techniques use documentation techniques. The analysis used the assumptions of classical test and multiple linear regression (t test and f test).
Results showed that simultaneous independent variables significantly influence the onset of budget slack. While partially, budgeting participation, budget emphasis has no effect on the incidence of budgetary slack, and the uncertainty of the environment affect the onset of budget slack. This is because the existence of budgetary participation is positive and there is communication between managers and subordinates and the emphasis on the budget also will not happen because the performance appraisal is not based on budget targets so there is no emphasis. Environmental uncertainties affect the incidence of budgetary slack is an important factor that can complicate planning because it can not predict accurately the external environmental factors. This study is limited to BTPN KCP Blitar. For further research is recommended to use the variable complexity of the task, commitment to research organizations that have not been used.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Salah satu komponen penting
dalam perencanaan organisasi adalah anggaran. Anggaran adalah sebuah rencana
tentang kegiatan dimasa yang akan datang, yang mengidentifikasikan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Sebuah organisasi membutuhkan anggaran untuk
menerjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana dan tujuan jangka pendek
dan jangka panjang (Hansen dan Mowen, 1997). Anggaran dapat didefinisikan
sebagai rencana dari seluruh kegiatan perusahaan dalam jangka pendek yang
dinyatakan dalam unit kuantitatif. Menurut Munandar (1991: 35), anggaran
didefinisikan sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (satuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat
komunikasi yang penting dalam organisasi dengan memberikan satu metode yang
dapat membantu manajer berkomunikasi kepada bawahan mengenai tujuan organisasi,
peran bawahan dalam mencapai tujuan itu, dan kondisi dimana imbalan dapat diperoleh
bawahan (Welsch et.al, 2000: 19). Anggaran yang efektif membutuhkan kemampuan
memprediksi masa depan, yang meliputi berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal. Manajer perlu menyusun anggaran dengan baik karena anggaran
merupakan perencanaan keuangan yang menggambarkan seluruh aktivitas operasional
organisasi (Siegel 2 dan Marconi, 1989); (Edfan Darlis, 2002) dalam Amelia
Veronica dan Komang Ayu Krisnadewi (2008: 3). Kesalahan memprediksi akan
mengacaukan rencana yang telah disusun dan akan berdampak terhadap penilaian
kinerjanya. Proses penyusunan anggaran mempunyai dampak langsung terhadap
perilaku manusia (Siegel dan Marconi, 1989), terutama bagi orang yang terlibat
langsung dalam penyusunan anggaran. Proses penyusunan anggaran meliputi tiga
tahap utama. Ketiga tahap tersebut adalah: a. Tahap penentuan tujuan dan
pengalokasian sumberdaya. Dalam tahap ini, para manajer menentukan tujuan
jangka pendek dan strategi yang dapat digunakan untuk mencapainya. b. Tahap
implementasi. Dalam tahap ini, rencana kegiatan yang sudah berupa anggaran
dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. c. Tahap pengawasan dan
evaluasi kinerja. Tahap ini pada dasarnya dilaksanakan selama implementasi
anggaran. Apabila diperhatikan dari ketiga langkah penyusunan anggaran diatas,
maka semua langkah tersebut melibatkan (interaksi manusia) banyak pihak, mulai
dari manajemen tingkat atas (top management) sampai manajemen tingkat bawah
(lower level management). Begitu juga jika dilihat dari fungsinya, anggaran sangat
mempengaruhi manusia. Oleh karena anggaran melibatkan hubungan antar manusia,
maka terdapat perilaku-perilaku manusia yang mungkin timbul sebagai akibat dari
anggaran, baik bersifat perilaku positif maupun yang negatif. Perilaku yang
positif dapat berupa peningkatan kinerja manajer karena termotivasi oleh 3
anggaran yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja mereka. Perilaku
negatif yang mungkin timbul adalah kecenderungan manajer untuk menciptakan
slack dalam anggaran. Slack anggaran didefinisikan sebagai selisih sumberdaya
yang diperlukan dengan sumberdaya yang disediakan untuk suatu pekerjaan
(Siegel, 1989). Menurut definisi dari Young (1985), slack adalah the amount by
which subordinate understate his productive capability when given chance to select
work standard against which his performance will be evaluated. Slack anggaran
adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi anggaran terbaik
yang secara jujur dapat diprediksikan. Manajer menciptakan slack dengan
mengestimasikan pendapatan rendah dan biaya lebih tinggi. Manajer melakukan hal
ini agar target anggaran dapat dicapai sehingga kinerja manajer terlihat baik.
Anggaran disusun untuk membantu manajer mengkomunikasikan tujuan organisasi
pada semua manajer pada unit organisasi dibawahnya. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai, penyusunan anggaran sebaiknya dilakukan oleh manajer tingkat menengah
dan bawah sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Keterlibatan manajer
tingkat bawah dalam penentuan tujuan anggaran dinamakan penganggaran
partisipasi. Dengan adanya penganggaran partisipasi diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kecenderungan terjadinya slack tersebut telah dilakukan oleh banyak
peneliti. Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh
yang signifikan pada timbulnya slack adalah partisipasi anggaran. Menurut
Indriantoro 4 dan Supomo dalam Amirah (2005: 12) mengemukakan bahwa partisipasi
anggaran merupakan proses organisasional yang melibatkan individu dalam
menyusun target anggaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap para
individu tersebut, dimana para individu akan dievaluasi kinerjanya dan
memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran. Partisipasi yang
tinggi dalam proses pembuatan anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih
besar kepada bawahan untuk melakukan slack dan sebaliknya ketika partisipasi
rendah harapan bawahan untuk melakukan slack anggaran dibatasi sehingga slack
anggaran juga rendah. Partisipasi anggaran memberikan rasa tanggungjawab kepada
para manajer bawah dan mendorong timbulnya kreativitas. Karena manajer yang
menciptakan anggaran, maka besar kemungkinan tujuan anggaran merupakan tujuan
pribadi manajer tersebut, yang menyebabkan semakin tingginya keselarasan
tujuan. Meningkatnya rasa tanggungjawab dan tantangan merupakan proses
pemenuhan insetif non-moneter, yang pada akhirnya akan menjadikan tingkat
kinerja semakin tinggi. Individu yang terlibat dalam penetapan standar mereka
sendiri akan bekerja lebih keras untuk mencapai standar tersebut (Hansen dan
Mowen, 1997: 827 ) Sebagian penelitian yang telah dilakukan mendukung hipotesis
bahwa partisipasi bawahan dalam pembuatan anggaran akan menghasilkan slack
anggaran (Williamson, 1964 dalam Amirah 2005: 12). Penelitian Lukka (dalam
Amirah 2005: 12) juga menunjukkan bahwa tingkat partisipasi yang tinggi
memberikan manajer bawahan kesempatan dalam memunculkan slack. Namun 5 beberapa
penelitian tidak mendukung temuan tersebut. Sebagai contoh Onsi (1973), Common
(1976), dan Merchant (1985) dalam Moch. Ichsan (2002: 17) menyatakan bahwa
partisipasi justru dapat mengurangi slack. Hal ini dikarenakan adanya
komunikasi yang positif antara manajer atas dan bawahan akan mengurangi tekanan
untuk membuat slack dalam anggaran. Dalam hasil penelitian Bass dan Levit,
keikutsertaan pihak-pihak dalam penyusunan anggaran akan menjadi lebih
produktif dan menyebabkan partisipan merasa bertanggungjawab untuk
menyelesaikan dan menjalankan apa yang telah direncanakannya dengan lebih
bertanggungjawab. Partisipasi anggaran didefinisikan sebagai tingkat
keikutsertaan manajer dalam menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut
terhadap pusat pertanggungjawaban tersebut yang bersangkutan (Kenis, 1979).
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi slack juga berkembang
dengan dimasukkannya variabel-variabel lain yang dianggap berpengaruh, yaitu
penekanan anggaran (budget emphasis). Penekanan anggaran dalam hal ini
merupakan desakan dari atasan pada bawahan untuk melaksanakan anggaran yang
telah dibuat dengan baik, yang berupa sangsi jika kurang dari target anggaran
dan kompensasi jika mampu melebihi target anggaran. Dalam penelitian
Christensen, 1992; Merchant, 1985; Pope, 1984; dan Young, 1985 dalam Falikhatun
(2007: 208)menunjukkan bahwa tingkat budget emphasis dapat mempengaruhi bawahan
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran untuk melakukan slack anggaran. Dalam
hal ini slack anggaran akan rendah apabila partisipasi anggaran dan budget
emphasis tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran menurunkan
slack anggaran. 6 Arie de Geus (1997) yang dikutip dari sangkala (2002) dalam
hasil penelitiannya mengidentifikasi, bahwa karakteristik umum penyebab
singkatnya hidup organisasi-organisasi, terutama karena tidak mampu untuk
belajar dan mengadaptasikan dirinya dengan permintaan lingkungan. Organisasi
yang tidak mampu lagi melakukan inovasi yang berkelanjutan akan terlindas oleh
pesaing yang tidak mengenal belas kasihan.
Organisasi yang tidak mampu mengenal lingkungan dimana ia berada
senantiasa mengalami ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut, sehingga
tidak akan pernah menjadi yang terbaik. Ketidakpastian lingkungan adalah
variabel lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini karena setiap
organisasi atau perusahaan pasti mengalaminya. Ketidakpastian lingkungan yang
tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi
sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat (Malikan, 1987); (Edfan
Darlis, 2002) dalam Falikhatun (2007: 208). Sedangkan didalam lingkungan
relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan
dimasa yang akan datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat
membantu organisasi menyusun rencana dengan lebih akurat (Duncan, 1972); (Edfan
Darlis, 2002). Marsudi dalam Meildawati dalam Falikhatun (2007: 209)
mendefinisikan ketidakpastian lingkungan sebagai volatilitas lingkungan.
Volatilitas lingkungan adalah perubahan atau variabilitas dalam lingkungan
eksternal organisasi. Organisasi yang tidak mampu lagi melakukan inovasi yang
berkelanjutan akan terlindas oleh pesaing yang tidak mengenal belas kasihan.
Organisasi yang tidak 7 mampu mengenal lingkungan dimana ia berada senantiasa
mengalami ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut, sehingga tidak akan
pernah menjadi yang terbaik. Chennall dan Morris (1986); (Muslimah, 1998) dalam
Falikhatun (2007: 211)menyatakan bahwa dalam situasi tidak menentu proses
perencanaan menjadi problematik, sebab kejadian dimasa yang akan datang menjadi
lebih sulit diprediksi. Aktivitas pengendalian juga ditegaskan memungkian untuk
dipengaruhi ketidakpastian. Kondisi ini diakui pula oleh Drtina, et al. (1996);
(Muslimah, 1998) bahwa untuk tetap survive dalam lingkungan persaingan sekarang
ini, pelaku bisnis harus mampu menciptakan kondisi bisnis yang fleksibel dan
inovatif. Hal ini, setidaknya disebabkan oleh pentingnya untuk mempertimbangkan
faktor eksternal organisasi yang semakin sulit untuk diprediksi. Dari hasil
penelitian-penelitian yang telah dilakukan bahwa ada perbedaan hasil temuan
mereka disebabkan karena mereka menggunakan variabel-variabel yang berbeda
untuk diinteraksikan dengan partisipasi anggaran dalam menjelaskan terjadinya
slack anggaran, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengusulkan variabel yang
diduga menimbulkan terjadinya slack anggaran. PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) pada awalnya bernama Bank
Pegawai Pensiunan Militer (BAPEMIL) dengan status usaha sebagai badan
perkumpulan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada para
anggotanya. BAPEMIL memiliki tujuan untuk membantu meringankan beban ekonomi
para pensiunan, baik angkatan bersenjata maupun 8 sipil. Berkat kepercayaan
yang tinggi dari masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota
BAPEMIL membentuk PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan ijin usaha
sebagai Bank Tabungan. Pada tahun 1993 status BTPN menjadi Bank Umum. Tahun
2008 merupakan tahun penting bagi BTPN. Berbagai pengembangan dan pencapaian
signifikan dilakukan. Pada 12 Maret 2008 BTPN sukses melakukan go public.
Selain terus mengembangkan bisnis inti di pangsa pasar pensiun yang telah
menjadi tulang punggung selama 50 tahun, pada akhir 2008 BTPN telah
mengembangkan usahanya di pangsa pasar Usaha Mikro Kecil dan Unit Usaha Syariah,
dengan membuka 46 KCP BTPN mitra usaha rakyat di seluruh Indonesia dan 2 KCP
Syariah di Bandung dan Jakarta. Kini, BTPN dikenal sebagai bank publik skala
menengah bereputasi prima dan salah satu bank dengan kinerja keuangan terbaik
di Indonesia, yang telah meraih berbagai pengakuan dalam bentuk penghargaan,
yaitu Infobank Golden Trophy Award 2009 untuk kategori bank dengan kinerja
keuangan "Sangat Bagus" selama lima tahun berturut-turut pada tahun
2004-2008. Atas keberhasilan yang telah dicapai tersebut peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai anggaran dalam bank BTPN. Apakah kemungkinan masih
terdapat slack anggaran dilihat dari faktor-faktor penganggaran partisipasi,
penekanan anggaran, dan ketidakpastian lingkungan. Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap variabel-variabel yang diduga menimbulkan terjadinya slack anggaran
dengan judul ”Analisis Pengaruh Penganggaran Partisipasi, Penekanan Anggaran,
dan Ketidakpastian Lingkungan 9 Terhadap Timbulnya Slack Anggaran (Studi Kasus
Pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) KCP Blitar)”.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang
permasalahan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penganggaran partisipasi, penekanan
anggaran, dan ketidakpastian lingkungan terhadap terciptanya slack anggaran
secara simultan pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) KCP
Blitar?
2. Bagaimanakah pengaruh penganggaran partisipasi, penekanan anggaran,
dan ketidakpastian lingkungan terhadap terciptanya slack anggaran secara
parsial pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) KCP Blitar?
3. Dari ketiga variabel
tersebut, variabel mana yang yang paling dominan berpengaruh terhadap
terciptanya slack anggaran?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk dapat melaksanakan
penelitian ini dengan baik dan mengenai sasaran, maka peneliti harus mempunyai
tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh penganggaran partisipasi,
penekanan anggaran, dan ketidakpastian lingkungan terhadap timbulnya 10 slack
anggaran secara simultan pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN)
KCP Blitar.
b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh penganggaran
partisipasi, penekanan anggaran, dan ketidakpastian lingkungan terhadap
terciptanya slack anggaran secara parsial pada PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk (BTPN) KCP Blitar.
c. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berpengaruh
terhadap terciptanya slack anggaran.
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan, antara lain:
1. Kegunaan secara teoritis
a. Bagi penulis sebagai
bahan pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dan fakta di
lapangan dibidang ekonomi khususnya dibidang manajemen dan memperluas cakrawala
pengetahuan dengan menerapkan teori kedalam dunia nyata.
b. Bagi peneliti berikutnya penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan penelitian sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut dibidang
ekonomi khususnya manajemen.
c. Bagi pembaca merupakan bahan informasi yang membantu memperkaya
referensi bagi calon peneliti selanjutnya yang tertarik pada penelitian yang
sama.
2. Kegunaan secara praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi manajer untuk meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran
sehingga dapat menurunkan terjadinya slack anggaran. Memberikan masukan untuk
mengevaluasi dan menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan efektivitas
anggaran perusahaan terutama dalam aktivitas perencanaan dan pengendalian.
1.5. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini hanyalah variabel
mengenai partisipasi anggaran, penekanan anggaran, ketidakpastian lingkungan,
dan slack anggaran pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) KCP
Blitar dan bila ada faktorfaktor lain diabaikan
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen : Analisis pengaruh penganggaran partisipasi, penekanan anggaran, dan ketidakpastian lingkungan terhadap timbulnya slack anggaran: Studi Pada PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) KCP Blitar Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment