Jasa Pembuatan Skripsi

Jasa Pembuatan Skripsi
Jasa Pembuatan Skripsi

Tuesday, April 4, 2017

Jasa Buat Skripsi: download Skripsi akutansi:Activity-based costing system sebagai metode alternative perhitungan harga pokok produksi dalam rangka peningkatan keunggulan kompetitif pada PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010


Abstract

INDONESIA:
Perhitungan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. Ketidaktepatan perhitungan harga pokok produksi membawa dampak merugikan bagi perusahaan dimana tujuan perusahaan adalah untuk melakukan pertumbuhan serta meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu dalam persaingan global yaitu pada strategi penetapan harga jual, keputusan manajerial lainnya. Tujuan penelitian yaitu, menganalisis perbandingan harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, serta manfaat yang dihasilkan dari penerapan metode ABC dalam perhitungan harga pokok terutama terkait dengan usaha peningkatan keunggulan kompetitif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus komparatif. Subyek penelitian ada tiga produk perusahaan yaitu Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, Kereta Ekonomi (KMP3) AC. Data dikumpulkan dengan cara observasi, interview, dokumentasi.
Dari hasil penelitian, diketahui PT. INKA (Persero) Madiun menggunakan metode tradisional dalam perhitungan harga pokok produksinya menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar penentuan biaya overhead masing-masing produk, hasil harga pokok produksi Kereta (K3) Ekonomi AC sebesar Rp. 2.522.926.538, Kereta Ekonomi (K3) Green Car sebesar Rp. 363.126.214, Kereta Ekonomi (KMP3) AC sebesar Rp. 3.145.136.617. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC untuk harga pokok produksi Kereta (K3) Ekonomi AC sebesar Rp. 2.727.987.080, Kereta Ekonomi (K3) Green Car sebesar Rp. 360.001.314, Kereta Ekonomi (KMP3) AC sebesar Rp. 3.383.215.414. Perbandingan antara metode tradisional dan metode ABC, metode tradisional menentukan harga pokok produksi lebih rendah (undercosted) untuk Kereta Ekonomi (K3) AC sebesar Rp. 205.060.541 dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC sebesar Rp. 238.078.797. Sedangkan Kereta Ekonomi (K3) Green Car metode tradisional menentukan harga pokok produksi lebih tinggi (overcosted) dibanding metode ABC yaitu sebesar Rp. 3.124.899. Manfaat penggunaan ABC terkait dengan peningkatan keunggulan kompetitif adalah membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan tentang penetapan harga jual, penetapan strategi cost leadership, dan pelaksanaan manajemen berbasis aktivitas atau Activity Based Manajemen (ABM).

ENGLISH:
The cost calculation of goods manufactureis crucial for a company. Incorrect calculation may cause financial loss for the company since the aims of the company are to develop and increase the profit from time to time in global competition on determining the price and/or other managerial decision.
The purposes of this research are to analyze the comparison of cost of goods manufacture by using traditional and ABC methods, and to analyze the advantage of their application in calculating the cost of goods manufacture especially related to increasing the competitive superiority.
This research uses descriptive qualitative approach with comparative case study method. The research subjects are three company’s products which are Economy Class Train (K3) AC, Economy Class Train (K3) Green Car, and Economy Class Train (KMP3) AC. The data is collected by doing observation, interview and documentation.
The result shows that PT. INKA (Persero) Madiun uses traditional method in calculating the cost of goods manufacture. It calculates direct hours of the employees as the basis of determining the overhead fund of each product. The result of Economy Class Train (K3) AC is IDR 2,522,926,538, Economy Class Train (K3) Green Car is IDR 363,126,214, and Economy Class Train (KMP3) AC is IDR 3,145,136,617. The calculation using ABC method shows that cost of goods manufacture of Economy Class Train (K3) AC is IDR 2,727,987,080, Economy Class Train (K3) Green Car is IDR 360,001,314, and Economy Class Train (KMP3) AC is IDR 3,383,215,414. For comparison, traditional method determine lower cost of goods manufacture (undercosted), for Economy Class Train (K3) AC is IDR 205,060,541 and Economy Class Train (KMP3) AC is IDR 238,078,797. While in Economy Class Train (K3) Green Car, traditional method determines higher cost of goods manufacture (overcosted) compare to the calculation of ABC method which is IDR 3,124,899.

The advantage of ABC method related to the development of competitive superiority is to help the management in making decision of determining the price, determining the strategy of cost leadership, and implementing the Activity Based Management (ABM).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu dimana ketiganya adalah pedoman menuju arah strategis semua organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus teknologi dan informasi, menuntut setiap perusahaan untuk lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut dalam persaingan global. Strategi-strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan efisiensi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk memberi respons terhadap berbagai kebutuhan pelanggan (Chatell, 1995: 366).
Dengan demikian, agar perusahaan dapat mengelola usahanya dengan efektif dan efisien membutuhkan sistem informasi yang sistematik untuk dapat terus bertahan guna menghadapi persaingan global yang pesat dan kompleks. Dalam pembuatan sebuah produk, terdapat aktivitas-aktivitas di dalamnya. Aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumber daya yang berarti menimbulkan biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola 2 aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha (Khairuna, 2007: 11). Perhitungan harga pokok produksi merupakan semua biaya produksi yang digunakan untuk memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu periode waktu tertentu. Ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
Dalam perhitungan biaya produk untuk menentukan harga pokok produksi / jasa masih banyak perusahaan yang menggunakan sistem tradisional metode full costing (Mulyadi, 2001: 83). Pembebanan biaya overhead pabrik dalam sistem tradisional dilakukan dengan menggunakan tarif overhead pabrik tunggal atau tarif departemen berdasarkan volume output. Tarif ini menghasilkan biaya produk yang tidak akurat apabila sebagian besar overhead pabrik tidak berhubungan dengan volume dan jika perusahaan menghasilkan produk yang bermacam-macam dengan volume, ukuran yang berbeda-beda. Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan dengan menggunakan alokasi yang bersifat sembarang (arbriter), sehingga harga pokok produk yang dihasilkan tidak akurat. (Ardani, 2009: 4). Pada umumnya perusahaan manufaktur masih menggunakan akuntansi biaya tradisional yang dalam mengalokasikan biaya overhead, dialokasikan semua biaya berdasarkan ukuran volume produk. Dasar yang biasa digunakan adalah volume unit 3 produksi, jam kerja langsung, jam mesin, atau luas lantai. Padahal tidak semua biaya berhubungan dengan volume atau jumlah unit yang diproduksi sehingga pembebanan biaya tersebut ke produk dengan menggunakan satu cost driver (pemicu biaya) berdasarkan jumlah unit dapat menimbulkan distorsi dalam perhitungan biaya atau subsidi silang. Subsidi silang ini dapat terjadi karena tiap produk tersebut sebenarnya tidak mengkonsumsi biaya secara proporsional berdasarkan volume produksi.
Oleh karena itu, diperlukan pembebanan biaya secara tepat. Penetapan harga pokok produksi yang tidak menggambarkan penyerapan sumber daya secara tepat akan menyesatkan manajemen dalam mengambil keputusan. Distorsi yang timbul akan menjadi parah jika perusahaan memproduksi beranekaragam kombinasi produk. Makin tinggi keragaman produk, kualitas sumber daya yang diperlukan untuk menangani aktivitas transaksi dan penunjang semakin meningkat sehingga memperbesar distorsi biaya yang dihasilkan (Ardani, 2009: 4). Kondisi seperti ini mengakibatkan kekeliruan dalam perhitungan harga pokok produksi yang berimbas pada strategi penetapan harga jual, keputusan manajerial yang tepat, alokasi sumber daya yang tidak efektif, bahkan hilangnya keunggulan kompetitif. Ketatnya persaingan global, dimana perusahaan tidak hanya menghadapi pesaing lokal tetapi juga pesaing internasional, telah menciptakan perubahan dalam model dan praktek manajemen. Kondisi ini menjadikan manajer yang bertanggung jawab untuk menentukan strategi perusahaan, memerlukan manajer yang handal dalam mengambil keputusan-keputusan strategik yang berorientasi untuk menjadikan perusahaannya yang terdepan (Ardani, 2009: 2). Oleh karena itu, muncul metode baru 4 dalam perhitungan harga pokok produksi yang dikenal dengan nama Activity-Based Costing (ABC) System.
Activity-Based Costing System merupakan metode perbaikan dari sistem tradisional. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC) System didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (Kusnadi dkk, 2002: 334). Activity-Based Costing System ini merupakan metode perhitungan biaya yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik yang lebih akurat dan relevan (Hongren, 2008: 201).
Fokus dari Activity-Based Costing (ABC) System adalah aktivitas. Identifikasi aktivitas menjadi langkah pertama dalam perancangan Activity-Based Costing (ABC) System. Aktivitas berarti tindakan-tindakan yang diambil / pekerjaan yang dilakukan. Identifikasai aktivitas mencangkup observasi dan mendaftar pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi, pekerjaan / tindakan yang diambil menyangkut konsumsi sumber daya (Hensen & Mowen, 2000: 146). Pada metode ini, seluruh biaya tidak langsung / biaya overhead dikelompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing, kemudian masing-masing kelompok biaya (cost pool) tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing masing. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber daya dari setiap unit aktivitas, kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan ke produk / jasa dengan mengalikan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap 5 aktivitas yang dikonsumsi pada periode tertentu (Blocher, 2011: 121). Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap cost pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat.
 Activity-Based Costing System ini berfokus pada proses penentuan product costing (biaya produk), yaitu dengan cara menentukan aktivitas-aktivitas yang diserap produk tersebut selama proses produksi (Cooper & Kaplan, 2000: 286). PT. INKA (persero) Madiun adalah suatu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bisnis manufaktur kereta yang mengelola dari bahan baku menjadi barang jadi. PT. INKA (persero) Madiun adalah satu-satunya perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang perkeretaapian di Indonesia, perusahaan ini juga merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. PT. INKA (Persero) Madiun merupakan perusahaan manufaktur, dimana aktivitas yang dilakukan berdasarkan pesanan yang diterima dari pemberi proyek. PT. INKA (Persero) Madiun terlebih dahulu menentukan pelaksana yang akan bertugas melaksanakan jalannya proyek. Pelaksana yang ditunjuk kemudian mengestimasi bahan-bahan, mengestimasi jumlah tenaga kerja serta biayabiaya yang diperkirakan akan timbul saat proyek dilaksanakan. Hasil estimasi tersebut dipergunakan sebagai anggaran biaya proyek. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang proses produksinya menggunakan bahan baku utama salah salah satunya adalah Plate SS 400 kemudian diolah menjadi produk yang dipesan misalnya kereta penumpang. Antara lain melalui beberapa tahap yaitu dimulai dari proses pengerjaan plat, proses perakitan, proses pengecatan, proses 6 pemasangan komponen, proses permesinan, proses interior dan quality control, proses perencanaan dan pengendalian produksi, serta proses quality assurance. Proses produksi produk tersebut melalui beberapa departemen. Saat ini, dalam melakukan perhitungan harga pokok produksinya, perusahaan masih meggunakan sistem tradisional, yakni dengan menggunakan dasar alokasi yang terkait dengan tingkat unit yang diproduksi dalam rangka pembebanan biaya overhead. Perusahaan memiliki jenis produk yang beraneka ragam. Produk-produk perusahaan tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi permintaan tertentu dari setiap pelanggan.
Dengan demikian, setiap jenis produk memiliki jumlah volume produksi, tingkat kompleksitas dan karakteristik yang berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan sistem tradisional yang selama ini digunakan perusahaan kurang dapat memberikan informasi harga pokok produksi dengan akurat. Hal ini disebabkan karena biaya overhead perusahaan tidak hanya terkait dengan volume produksi, melainkan biayabiaya tersebut juga berkaitan dengan aktivitas produksi yang dilalui untuk setiap jenis produk. Dengan demikian perusahaan membutuhkan suatu metode perhitungan harga pokok produksi yang dapat membebankan biaya overhead dengan lebih tepat sehingga akan memberikan informasi harga pokok produksi dengan lebih akurat. Kebutuhan akan informasi yang lebih akurat tersebut terutama terkait dengan kondisi persaingan yang sedang terjadi dan akan terus meningkat pada era globalisasi dalam berbagai bidang.
Alasan penulis memilih menggunakan ABC sebagai metode alternatif dari metode perusahaan dari pada menggunakan metode lainnya seperti: TQM dan JIT 7 adalah karena perusahaan memiliki jenis produk yang beraneka ragam dengan kompleksitas dan karakteristik yang berbeda-beda berdasarkan pesanan serta dengan menggunakan banyak aktivitas produksi, dan produksi produk menggunakan fasilitas yang sama. Hal ini sangat cocok apabila menggunakan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksinya, dengan menggunakan banyak cost driver yang tidak hanya terkait dengan tingkat unit yang diproduksi dalam rangka pembebanan biaya overhead nya. Metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas / ABC yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead dengan lebih akurat. ABC mampu mengurangi kelemahan sistem tradisional, karena metode ABC tidak hanya memandang biaya sebagai suatu yang harus dialokasikan, tetapi harus dipahami kegiatan yang menjadi penyebab terjadinya biaya.
Dengan demikian, penggunaan metode ABC ini akan mampu memberikan informasi harga pokok produksi yang lebih akurat dalam rangka peningkatan keunggulan kompetitif.
Berdasarkan uraian di atas, Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada PT. INKA (Persero) Madiun. Penulis ingin mengkaji lebih jauh lagi dengan mengadakan penelitian dengan judul “Activity Based Costing System sebagai Metode Alternatif Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Rangka Peningkatan Keunggulan Kompetitif pada PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010.”
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah:
 1. Bagaimana perbandingan harga pokok produksi PT. INKA (Persero) Madiun tahun 2010 dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC di tahun 2010?
2. Bagaimana manfaat yang dihasilkan dari penerapan metode ABC dalam perhitungan harga pokok produksi terutama terkait dengan usaha peningkatan keunggulan kompetitif?

1.3 Tujuan Penelitian
 1. Untuk menganalisis perbandingan harga pokok produksi pada PT. INKA (Persero) Madiun tahun 2010 dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC tahun 2010.
2. Untuk mengetahui manfaat yang dihasilkan dari penerapan metode ABC dalam perhitungan harga pokok terutama terkait dengan usaha peningkatan keunggulan kompetitif.
1.4 Manfaat Penelitian
 1. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity 9 Based Costing serta untuk mengaplikasikan teori yang selama ini didapatkan di bangku perkuliahan.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan oleh perusahaan tentang metode alternatif perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing.
 3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya.
1.5 Batasan Penelitian
Sehubungan dengan banyaknya produksi perusahaan pada tahun 2010, penulis membatasi ruang lingkup peneliti hanya akan meneliti Activity-Based Costing System sebagai metode alternatif perhitungan harga pokok produksi dalam rangka peningkatan keunggulan kompetitif pada PT. INKA (Persero) Madiun tahun 2010 pada produk unggulan perusahaan yang mana produk ini rutin dipesan setiap tahun yaitu Kereta Ekonomi (K3) AC, Kereta Ekonomi (K3) Green Car, dan Kereta Ekonomi (KMP3) AC pada tahun 2010.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Activity-based costing system sebagai metode alternative perhitungan harga pokok produksi dalam rangka peningkatan keunggulan kompetitif pada PT. INKA (Persero) Madiun Tahun 2010" Ini silakan klik link dibawah ini



Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment