Abstract
INDONESIA:
Underpricing adalah kondisi dimana harga saham pada waktu penawaran perdana relatif terlalu murah dibandingkan harga dipasar sekunder Apabila terjadi underpricing, dana yang diperoleh perusahaan dari go public tidak maksimum yang dapat menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor.
Populasi Penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan IPO dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Pengambilan sampling dilakukan dengan metode purposive sampling yang menghasilkan sebanyak 60 perusahaan sebagai sampel penilitian. Alat uji yang digunakan adalah dengan analisis regresi linier berganda dengan uji f dan uji t yang sebelumnya dilakukan analisis uji asumsi klasik
Dari hasil analisis regresi dihasilkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yaitu (Return On Asset, Financial Leverage, Return On Equity, Umur Perusahaan, dan Earning per Share) berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing saham. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung > Ftabel (3,060 > 2,390). Namun uji secara individual (parsial) variabel yang berpengaruh negatif signifikan terhadap Underpricing saham adalah variabel Return On Asset dan Financial Leverage. Hal ini disebabkan thitung > ttabel (-2,451 > 2,005) dengan tingkat signifikansi 0,017 dan thitung > ttabel (-3,247 > 2,005) dengan tingkat signifikansi 0,002 .Sedangkan variabel Return On Equity, Umur Perusahaan, dan Earning per Share tidak berpengaruh terhadap Underpricing saham karena thitung < ttabel dan tingkat signifikan > 0,05.
ENGLISH:
Underpricing is a condition in which the stock price at the time of the IPO are relatively cheap compared to the price of the secondary market underpricing In the event, the proceeds of the company going public is not the maximum that could lead to the transfer of wealth from the owner to the investors.
This study population is a company doing an IPO in the period of 2008 to 2012. Sampling conducted with a purposive sampling method that produces as many as 60 companies in the sample studied. Test equipment used is the multiple linear regression analysis with F-test and T-test analyzes were previously performed classical assumption test.
From the results of the regression analysis that produced jointly (simultaneously) the independent variable (Return On Assets, Financial Leverage, Return on Equity, Corporate Age, and Earnings per Share) significantly influence Underpricing stock. This is evidenced by the F count> F (3.060> 2.390). However, individual trials (partial) variables significant negative effect on stock Underpricing is variable Return on Assets and Financial Leverage. This is due t count> t table (-2.451> 2.005) with a significance level of 0.017 and t count> t table (-3.247> 2.005) with a significance level of 0.002. While variable Return On Equity, Corporate Age, and Earnings per Share has no effect on the stock because of Underpricing of t <t table and a significant level> 0.05.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi
dan komunikasi telah menciptakan iklim persaingan yang ketat. Hal ini menuntut perusahaan
agar tetap bertahan bahkan tumbuh dan berkembang agar perusahaan tersebut tetap
eksis. Berbagai perusahaan giat melakukan ekspansi dengan memperluas usahanya
untuk memasuki lingkup global sejalan dengan perkembangn ekonomi dunia yang
semakin meningkat. Penerbitan saham di pasar modal telah menjadi salah satu
alternatif bagi perusahaan guna memperoleh dana tambahan untuk kegiatan
ekspansi atau operasi perusahaan. Tak hanya bagi perusahaan, bagi investor
pasar modal juga menjadi salah satu alternatif untuk menanamkan modalnya
(berinvestasi) dengan membeli sejumlah efek dengan harapan akan memperoleh
keuntungan yang disebut dengan initial return dari hasil kegiatan tersebut
(Handayani, 2008). Perusahaan membutuhkan dana dalam pengembangan perusahaan.
Kebutuhan dana dapat diperoleh melalui pinjaman utang ataupun menambah dana
dari pemilik saham dengan penawaran saham baru. Pasar modal merupakan salah
satu sarana yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh dana. Kehadiran
pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana bagi investor serta menambah
pilihan investasi. Karena investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau
sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001:1). Menurut UU No. 8
Tahun 1995, Bab I Pasal 1 Butir 13 Tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa :
“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pasar
modal disini mencakup pasar perdana ( primary market ) dan pasar sekunder (
secondary market ). Pasar perdana adalah pasar dimana untuk pertama kalinya
efek baru dijual kepada investor oleh perusahaan yang mengeluarkan efek
tersebut. Tujuan yang ingin dicapai melalui pasar perdana adalah emiten
mendapatkan dana sebesar jumlah saham yang ditawarkan. Namun pasar perdana
tidak akan berfungsi dengan baik tanpa ada pasar sekunder. Pasar sekunder
adalah pasar tempat sekuritas yang telah diterbitkan sebelumnya diperdagangkan
antara investor (Brealey Myers Marcus 2007 : 160). Beberapa waktu terakhir
pasar modal Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggairahkan,
menjadikan semakin banyaknya saham yang terdaftar di Bursa Efek, hal ini
tentunya memerlukan strategi tertentu untuk membeli saham yang kiranya akan
menguntungkan, dimana saham-saham yang dijual pada pasar perdana dapat menjadi
pilihan untuk berinvestasi. Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana
harga saham yang diperdagangkan di pasar perdana lebih rendah dibandingkan
ketika di pasar sekunder (Sumarso, 2003 dalam Syahputra, 2008). Underpricing
Saham juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana efek yang dijual di
bawah nilai likuidasinya atau nilai pasar yang seharusnya diterima oleh
pemegang saham (Ang, 1997:91). Harga penawaran saham di pasar perdana adalah
hasil kesepakatan antara emiten dengan underwriter. Setelah melakukan Penawaran
perdana, saham diperjualbelikan di pasar sekunder dimana harga saham ditentukan
oleh kuatnya penawaran dan permintaan akan saham. Prosentase selisih harga
saham di pasar sekunder dibandingkan dengan harga saham pada Penawaran Perdana
menjadi ukuran besarnya initial return.
Apabila harga saham di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan
saham secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawaran di
pasar perdana maka saham mengalami underpricing (wulandari, 2010) Fenomena
underpricing terjadi di berbagai pasar modal di seluruh dunia karena adanya
asimetri informasi. Asimetri informasi bisa terjadi antara emiten dan penjamin
emisi, maupun antar investor. Untuk mengurangi adanya asimetri informasi maka
dilakukanlah penerbitan prospektus oleh perusahaan yang berisi informasi dari perusahaan
yang bersangkutan. Informasi yang tercantum dalam prospektus terdiri dari
informasi yang sifatnya keuangan dan non keuangan. Kondisi underpricing
merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh
dari publik tidak maksimum. Sebaliknya jika terjadi overpricing, maka investor
akan merugi, karena mereka tidak menerima initial return (return awal). Initial
return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan harga
saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang bersangkutan di
pasar sekunder . Menurut Tandelilin ( 2001:24 ) Untuk menilai prospek
perusahaan di masa mendatang pertumbuhan profitabilitas juga menjadi indikator
yang penting sehingga investor mengetahui sejauh mana perusahaan mampu
memberikan return (pengembalian) yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan
investor. Maka dari itu digunakan rasio profitabilitas yaitu Return On Assets
(ROA) merupakan menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba. Investor yang hendak menanamkan modalnya
dapat mempergunakan rasio ini sebagai bahan pertimbangan apakah emiten dalam
operasinya nanti dapat memperoleh laba.
Dengan kemampuan emiten yang tinggi \untuk menghasilkan laba atas
asetnya maka akan terlihat bahwa risiko yang akan dihadapi investor akan kecil.
Ini berarti bahwa perusahaan dapat memanfaatkan seluruh asetnya dalam
memperoleh laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Return
On Equity (ROE) merupakan salah satu bagian dari rasio profitabilitas yang
berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001:124). Semakin besar ROE, maka investor
akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO karena berharap
dikemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya.
Hal ini akan menyebabkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangankan di
pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat. ROA
merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapat laba. ROA yang
semakin besar berarti bahwa perusahaan tersebut dapat memanfaatkan seluruh
asetnya dalam memperoleh laba sehingga tingkat underpricing yang diharapkan
akan rendah. Penelitian yang dilakukan Handayani (2008) menyatakan variabel ROA
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan
Setianingrum (2005) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif terhadap
tingkat underpricing. Financial leverage menggambarkan seberapa baik perusahaan
tersebut dalam mengelola aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Apabila
financial leverage suatu perusahaan tinggi maka tinggi pulalah resiko
perusahaan. Berdasarkan pada penelitian Imam Ghozali (2002) dalam Rizky
(2006:105) mengemukakan apabila tingkat hutang emiten semakin besar, maka
tingkat underpricing semakin kecil sehingga financial leverage berhubungan
negatif dengan tingkat underpricing. Hal ini menunjukkan bahwa investor pasar
modal Indonesia, khususnya yang membeli saham di pasar perdana adalah investor
jangka pendek bukan investor jangka panjang. Return On Equity (ROE) merupakan
faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap underpricing pada saat
perusahaan melakukan IPO. ROE merupakan rasio yang memberikan informasi kepada
investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang
berasal dari kinerja perusahaan. Semakin besar nilai ROE maka tingkat
pengembalian investor akan semakin besar pula. Tetapi bertentangan dengan
penilitian Syahputra (2008:98) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap underpricing saham pada
perusahaan yang IPO di BEI. Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan
investor dalam menanamkan modalnya. Umur perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan eksistensi dirinya di dalam persaingan bisnis.
Beatty (1989) dalam Rachmawati (2007:104) menunjukkan hubungan yang signifikan
positif terhadap initial return. Earning per share merupakan proxy dari laba
per lembar saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode
tertentu dengan memiliki suatu saham. Hasil empiris menunjukan bahwa semakin
tinggi EPS, semakin tinggi pula harga saham. Hasil penelitian ardiansyah (2004)
EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing. Penelitian ini
inkonsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh chandradewi (2000) yang
menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing
(initial return) Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “ Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA),
Financial Leverage, Return On Equity (ROE), Umur Perusahaan,dan Earning per
Share (EPS) Terhadap Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang IPO di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2012.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah
yang akan dibahas sebagai berikut :
a. Apakah Return On Asset (ROA), Financial Leverage, Return On
Equity (ROE), Umur Perusahaan,dan Earning per Share (EPS) berpengaruh
signifikan baik secara simultan terhadap Underpricing Saham Pada Perusahaan
Yang IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012?
b. Apakah Return On Asset (ROA), Financial Leverage, Return On
Equity (ROE), Umur Perusahaan,dan Earning per Share (EPS) berpengaruh
signifikan baik secara parsial terhadap Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang
IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi baik secara simultan dari
Return On Asset (ROA), Financial Leverage, Return On Equity (ROE), Umur
Perusahaan,dan Earning per Share (EPS) terhadap Underpricing Saham Pada
Perusahaan Yang IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012.
b. Untuk mengetahui pengaruh
signifikansi baik secara parsial dari Return On Asset (ROA), Financial
Leverage, Return On Equity (ROE), Umur Perusahaan,dan Earning per Share (EPS)
terhadap Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang IPO di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Penelitian
ini dijadikan sebagai suatu objek penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama proses perkuliahan sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan
sekaligus menguji pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan dan analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi para akademisi Penelitian ini dijadikan untuk bahan
pertimbangan pembuatan penelitian lanjutan dan sebagai bahan referensi
akademik.
3. Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
bagi emiten ataupun calon emiten dalam menentukan harga yang sesuai pada saat
penawaran saham perdana sehingga perusahaan dapat memperoleh tambahan modal yang
relatif murah dan maksimal.
4.
Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat digunakan kalangan akademis
maupun para peneliti yang berminat terhadap studi pasar modal, hasil penelitian
ini diharapkan bisa sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis pengaruh return on asset, financial laverage, return on equity, earning per share, dan umur perusahaan terhadap underpricing saham: Studi pada perusahaan yang IPO di BEI periode 2008-2012. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment