Abstract
INDONESIA:
Perkembangan obligasi syariah di Indonesia semakin meningkat, dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perbincangan para ekonom Indonesia. Sejak pertama kali diterbitkan tahun 2002 hingga 2011, penerbitan obligasi syariah mengalami perkembangan pesat sebesar 40.292%. Obligasi syariah korporasi yang semula diterbitkan oleh satu emiten senilai Rp 175 milyar, pada tahun 2011 telah diterbitkan oleh 48 emiten dengan total nilai Rp 7.915,4 milyar. Jumlah tersebut meningkat 4.423% hanya dalam selang waktu sembilan tahun. Meningkatnya perdagangan obligasi syariah ini tentunya tidak lepas dari kondisi perekonomian negara, selain itu kondisi keuangan perusahaan juga dimungkinkan menjadi faktor meningkatnya perdagangan obligasi syariah tersebut. Karena itulah tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel makro ekonomi dan faktor fundamental perusahaan terhadap harga obligasi syariah, baik secara simultan maupun parsial, serta mengetahui variabel mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap harga obligasi syariah.
Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan korelatif, yang bertujuan meneliti sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Dalam penelitian ini terdapat 30 populasi dan diambil 10 obligasi syariah yang sesuai dengan teknik pengambilan sampel, yaitu purposive sampling. Analisa yang dilakukan adalah analisis regresi berganda, uji asumsi klasik dan pengujian terhadap hipotesis.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel makro ekonomi (PDB, Inflasi, Kurs) dan faktor fundamental perusahaan (rasio keuangan dan yield obligasi) berpengaruh signifikan terhadap Harga Obligasi Syariah. Sedangkan secara parsial (sendiri-sendiri) variabel PDB, Inflasi, Kurs, ROA, Current yield, Yield to Maturity dan Realized yield berpengaruh signifikan terhadap Harga Obligasi Syariah, dan yang secara parsial tidak berpengaruh adalah DER dan ROE. Variabel Realized yield merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Harga Obligasi Syariah.
ENGLISH:
Developments in Indonesian Islamic bonds has increased, in recent years has been the talk of Indonesian economists. Since it was first published between 2002 and 2011, the issuance of Islamic bonds undergo rapid development of 40 292%. Corporate Islamic bonds originally issued by a single issuer valued at Rp 175 billion, in the year 2011 has been issued by 48 issuers with a total value of USD 7915.4 billion. That number increased 4,423% in just nine years interval. Increased trading of Islamic bonds is certainly not out of the country's economy, in addition to the company's financial condition is also possible to factor the increased trading of Islamic bonds. Because that's the purpose of this study was to determine how much influence macroeconomic variables and firm fundamentals to price Islamic bonds, either simultaneously or partially, and to know which variable is more dominant effect on the price of Islamic bonds.
This research method is quantitative with correlative approach, which aims to examine the extent to which the variables on the factors associated with variations in other factors. In this study population are 30 and have taken 10 of Islamic bonds in accordance with the sampling technique, namely purposive sampling. Analysis is performed multiple regression analysis, the classical assumption and testing of hypotheses.
Results of this study declare that simultaneously (together) macroeconomic variables (GDP, Inflation, Exchange) and the company's fundamentals (financial ratios and bond yields) significantly influence price Islamic Bonds. While partially (on their own) variables GDP, Inflation, Exchange, ROA, Current yield, Yield to Maturity and Realized yield significant effect on the price Islamic Bonds, and no effect was partially DER and ROE. Realized yield variable is a variable that has the most dominant influence on Islamic Bonds Price.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kondisi perekonomian
baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang
surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa pada tahun 2011. Kondisi
perekonomian global ini tentunya akan sangat mempengaruhi iklim usaha di
Indonesia. Para pelaku bisnis harus melakukan penghitungan yang matang untuk
mengantisipasi kondisi perekonomian ke depan sehingga dapat menjaga
kelangsungan bisnisnya bila sewaktuwaktu terjadi gejolak perekonomian di
Indonesia. Pelaku bisnis menjadi lebih berhati-hati dalam menjalankan usahanya
baik usaha yang telah berjalan selama ini maupun usaha yang bersifat ekspansi.
Kondisi ini juga dirasakan oleh perusahaan, kebutuhan akan dana bagi perusahaan
sangatlah penting, yaitu untuk menjaga stabilitas keuangan dan demi
keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Tidak dipungkiri lagi bahwa
bank merupakan sumber utama akan ketersediaan dana bagi siapa saja yang
membutuhkan. Akan tetapi di era sekarang ini perusahaan dapat memilih berbagai
alternatif untuk memperoleh dana jangka panjang selain di bank. Pasar modal
adalah alternatif tersebut, yaitu pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
(obligasi) ataupun modal sendiri (saham), baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. (Husnan, 2004:1). 2
Pasar modal telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi
di berbagai negara. Namun setiap instrumen investasi memiliki karakteristik
yang berbeda satu sama lain, misalnya investasi dalam bentuk saham akan lebih
tepat dilakukan investor yang berorientasi pertumbuhan, sedangkan untuk
investor yang berorientasi pada pendapatan tetap mungkin lebih tepat jika ia
melakukan investasi pada obligasi. Di Indonesia, perkembangan perdagangan
obligasi korporasi beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Bursa Efek
Indonesia (BEI) mencatat pada empat tahun berturut-turut yaitu tahun 2009 sampai
tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas transaksi obligasi.
Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2010 ke 2011, penurunan tersebut hanya
sebesar 1,1% yang lebih kecil dibandingkan peningkatan yang terjadi hingga
sebesar 57,9% pada tahun 2009 ke 2010 dan peningkatan sebesar 26,7% pada tahun
2011 ke 2012. Adapun data aktivitas transaksi obligasi tersebut dapat dilihat
pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Aktivitas Transaksi Obligasi Korporasi Tahun Nilai
Transaksi (Triliun Rp) Prosentase 2009 79,1 - 2010 124,9 57,9% 2011 123,5 -1,1%
2012 156,5 26,7% Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), diolah Agar perkembangan
pasar modal di Indonesia bisa berkembang dengan pesat, harus didukung dengan
adanya instrumen-instrumen syariah. Karena 3 sebagian besar penduduk Indonesia
adalah pemeluk agama Islam, yaitu 85% dari 257.516.167 jiwa.
(http://ayatifadhilah.wordpress.com). Disamping itu dalam sistem keuangan
global, sistem keuangan Islam mengalami perkembangan yang dinamis dan semakin
kompetitif. Dalam enam tahun terakhir sistem keuangan Islam telah mencatatkan
pertumbuhan yang pesat dan telah hadir di lebih 75 negara di dunia. Sistem
keuangan Islam yang paling berkembang secara dinamis adalah pasar keuangan
sukuk (obligasi syariah). Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari sistem keuangan global. Pada tahun 2007 nilai sukuk yang diperdagangkan di
pasar global telah meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2006
dan mencpai US$ 62 miliar dibandingkan tahun 2006 sebesar US$ 27 miliar. Dari
tahun 2001 hingga tahun 2006 sukuk mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 123%
(Sunarsip, 2008). Saat ini penerbitan sukuk sudah menjadi perbincangan para
ekonom Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Karena di Indonesia sendiri
perdagangan sukuk juga mengalami peningkatan. Adapun penerbitan sukuk di
Indonesia akan disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 1.2 Jumlah Total
Nilai Emisi Sukuk Indonesia Tahun 2002 - 2011 Tahun Sukuk korporasi Sukuk
global Total nilai emisi sukuk korporasi dan negara (Rp Milyar) Total nilai (Rp
Milyar) Total jumlah emiten Total nilai (Rp Milyar) 2002 175,0 1 - 175,0 2003
740,0 6 - 740,0 2004 1394,0 13 - 1394,0 4 Tahun Sukuk korporasi Sukuk global
Total nilai emisi sukuk korporasi dan negara (Rp Milyar) Total nilai (Rp Milyar)
Total jumlah emiten Total nilai (Rp Milyar) 2005 1979,4 16 - 1979,4 2006 2179,4
17 - 2179,4 2007 3204,4 21 - 3204,4 2008 5498,4 29 4699,7 10198,1 2009 7015,4
43 14218,9 21234,3 2010 7815,4 47 38500,0 46315,4 2011 7915,4 48 62771,0
70686,4 Sumber: Bapepam-LK dan Direktorat Jendral Pengelolaan Utang (2011),
diolah Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa sejak pertama kali diterbitkan pada
tahun 2002 hingga tahun 2011, penerbitan sukuk mengalami perkembangan yang
sangat pesat sebesar 40.292%. Sukuk korporasi yang semula hanya diterbitkan
oleh satu emiten senilai Rp 175 milyar, pada tahun 2011 telah diterbitkan oleh
48 emiten dengan total nilai Rp 7.915,4 milyar. Jumlah nilai tersebut meningkat
4.423% hanya dalam selang waktu sembilan tahun. Perkembangan juga terjadi pada
sukuk negara.
Hal ini dikarenakan sukuk negara
menghasilkan nilai multiplier yang sama dengan sukuk korporsi namun dengan
waktu yang relatif lebih singkat. Sukuk negara yang semula hanya bernilai Rp
4.699,7 milyar menjadi Rp 62.771 milyar pada tahun 2011, yaitu meningkat
sebesar 1.235% dalam selang waktu tiga tahun. Menurut Tim Studi Minat Emiten di
Pasar Modal, faktor yang mempengaruhi penerbitan sukuk bagi para emiten sukuk
korporasi diantaranya adalah ditinjau dari faktor internal, faktor yang sangat
berpengaruh bagi emiten sukuk dalam menerbitkan sukuk dipasar modal yaitu
faktor penerbitan sukuk dilakukan 5 ketika industri keuangan syariah berkembang
pesat. Hal ini berdasarkan karakteristik sektor industri, total aset,
presentase saham publik, persentase kepemilikan asing dan debt to equity ratio.
Selain itu adalah faktor yang berkaitan dengan peraturan, yaitu faktor adanya
ketentuan bahwa aset/kegiatan usaha yang mendasari penerbitan sukuk tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, faktor perlakuan perpajakan atas sukuk dan
faktor kebijakan perusahaan dalam pendanaan (financing). Meskipun penerbitan
obligasi syariah mempunyai daya tarik tersendiri, sebagaimana yang dijelaskan
sebelumnya, namun dalam melakukan segala sesuatu pasti tidak terlepas dari
risiko. Perlu diperhatikan oleh perusahaan tentang bagaimana perusahaan
menghadapi risiko dan tetap memperoleh keuntungan dari penerbitan obligasi
syariah. Secara umum, harga pasar obligasi selalu berfluktuasi karena aktifitas
jual-beli dari investor serta dipengaruhi oleh perubahan besaran variabel
ekonomi makro seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi,
nilai tukar Rp/US$ dan lain-lain. Tandelilin, (2001:169) mengatakan bahwa
risiko inflasi akan menyebabkan penurunan nilai riil uang atau pendapatan.
Selain itu, tingkat inflasi yang juga terjadi akan sangat terkait dengan
tingkat bunga, sehingga baik investor konservatif maupun agresif, perlu
memperhatikan faktor penting dalam strategi portofolio obligasi, yaitu tingkat
bunga dan estimasi perubahan tingkat bunga tersebut. Sebagai ilustrasi mengenai
perubahan harga obligasi dikarenakan faktorfaktor diatas dapat dilihat pada
tabel berikut ini. 6 Tabel 1.3 Perubahan harga pasar obligasi karena perubahan
variabel makro ekonomi. No Deskripsi Triwulan II 2009 Triwulan II 2010 Triwulan
II 2011 Variabel Ekonomi Makro 1 Suku Bunga 7,00% 6.50% 6.75% 2 Kurs Rp/US$
10,257 9,194 8,607 Harga Obligasi 1 Obligasi Indosat VI tahun 2008 seri A 96,73
102,90 102,54 2 Obligasi III Danareksa thn 2008 Seri B 101,81 103,78 100,40 3
Obligasi Aneka Gas Industri I thn 2008 102,74 106,00 103,80 Sumber: Bank
Indonesia (BI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), diolah Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa perubahan pada besaran variabel ekonomi makro seperti suku bunga
dan kurs Rp/US$ diikuti pula oleh perubahan pada harga obligasi. Fluktuasi yang
terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi pada berbagai
ekonomi makro. Seperti kita ketahui bahwa harga obligasi akan sangat
berpengaruh dari tingkat bunga yang berlaku, dan tingkat bunga ini akan
dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro ataupun kebijakan ekonomi makro yang
ditentukan pemerintah. (Tandelilin, 2001:211) Menurut Bodie, dkk., (2006:173).
Bagi beberapa perusahaan lingkungan ekonomi makro dan industri mungkin
mempunyai pengaruh yang relatif besar dibandingkan kinerja di dalam industri.
Dengan kata lain, investor harus selalu memperhatikan gambaran besar ekonomi.
Teori tersebut didukung oleh penelitian Edward (2007), yaitu suku bunga dan kurs
Rp/$ berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi. Yuliana, (2007) terdapat
pengaruh variabel makro ekonomi berupa inflasi dan suku bunga yang 7 signifikan
terhadap return obligasi syariah mudharabah dan ijarah di Indonesia. Inayatul
(2011), variabel makro ekonomi yang terdiri dari BI rate, inflasi dan PDB
berpengaruh secara simultan terhadap penetapan tingkat sewa obligasi ijarah di
Indonesia. Sedangkan menurut hasil penelitian Nilasari (2011), inflasi dan
tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap harga obligasi syariah yang
listing di BEI. Dari paparan hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Perbedaan hasil antara beberapa penelitian empiris tersebut
menunjukkan adanya theorical gap, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga obligasi syariah.
Selain faktor variabel makro ekonomi di atas seorang investor dalam keputusan
pembelian obligasi juga memperhatikan kondisi internal perusahaan penerbit
obligasi tersebut. Obligasi dikeluarkan penerbitnya sebagai surat tanda bukti
hutang (Tandelilin, 2010:40).
Penting bagi investor untuk memperhatikan
bagaimana kemampuan perusahaan tersebut memenuhi kewajiban atau hutang jangka
pendek maupun jangka panjang, kemampuan perusahaan menggunakan uang yang
dipinjam, kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dan
lain sebagainya. Kinerja perusahaan tersebut dapat diketahui melalui analisis
laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Melalui analisis terhadap laporan
keuangan, akan dapat diketahui posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang
bersangkutan, dimana menurut hasil analisis tersebut pihakpihak yang
berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. (Halim, 2007:156). Menurut Van
Horne (2005:192), para pemegang obigasi lebih tertarik dengan kemampuan arus
kas perusahaan untuk menyelesaikan hutang dalam periode 8 waktu yang panjang.
Mereka dapat mengevaluasi kemampuan ini dengan cara menganalisis struktur modal
perusahaan, sumber-sumber utama dan penggunaan dana, profitabilitas perusahaan
sepanjang waktu, dan proyeksi profitabilitas dimasa depan. Teori tersebut
didukung oleh penelitian Puspitasari (2007) yang meneliti tentang variabel
kinerja keuangan meliputi: Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Debt Equity
Ratio (DER) dan Return On Invesment (ROI). Hasil penelitiannya adalah seluruh
faktor-faktor kinerja keuangan yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga obligasi. Penelitian lain oleh Yuliana (2008), variabel rasio
keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap penetapan tingkat sewa obligasi
syariah ijarah adalah variabel rasio penutupan beban tetap dan rasio likuiditas
sedangkan variabel rasio profitabilitas dan rasio aktivitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap penetapan tingkat sewa obligasi syariah ijarah. Kurniasari
(2011), variabel rasio keuangan yang berpengaruh terhadap rating obligasi
adalah rasio likuiditas, rasio laverage dan rasio profitabilitas yang diwakili
oleh ROA, sedangkan yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah variabel
rasio aktivitas (Total Assets Turnover) dan rasio solvabilitas. Inayatul (2011)
variabel rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap penetapan tingkat
sewa obligasi syariah ijarah adalah rasio penutupan bunga dan rasio lancar, sedangkan
yang tidak berpengaruh adalah faktor leverage, ROA dan aset turnover. Dari
pemaparan hasil penelitian di atas mengenai perubahan harga obligasi yang
disebabkan faktor rasio keuangan menunjukkan hasil yang berbeda-beda, 9 seperti
penelitian Yuliana (2008) rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
penetapan tingkat sewa obligasi syariah ijarah sedangkan hasil penelitian
Kurniasari (2011) rasio profitabilitas berpengaruh terhadap rating obligasi.
Selain itu hasil penelitian Inayatul (2011) faktor leverage tidak berpengaruh
terhadap penetapan tingkat sewa obligasi syariah ijarah sedangkan menurut hasil
penelitian Kurniasari (2011), rasio laverage berpengaruh terhadap rating
obligasi. Perbedaan hasil penelitian tersebut membuktikan adanya theorical gap
antara hasil penelitian satu dengan yang lain, sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh faktor-faktor rasio keuangan terhadap harga
obligasi syariah, dalam penelitian ini faktor rasio keuangan yang dipakai
adalah rasio leverage (debt to equity ratio), dan rasio profitabilitas (ROA dan
ROE). Salah satu teori penentuan harga obligasi menyebutkan, jika terjadi
penurunan pada yield obligasi akan menaikkan harga obligasi sejumlah yang lebih
besar ukurannya dibanding penurunan harga obligasi yang akan terjadi jika
besarnya penurunan yield obligasi sama. William (2005:387). Menurut Tandelilin
(2010: 276), harga obligasi akan ditentukan oleh nilai intrinsik dari obligasi
tersebut. Nilai intrinsik obligasi sangat terkait dengan besaran nilai r, yaitu
tingkat keuntungan yang disyaratkan atau yield obligasi. Teori tersebut
didukung oleh penelitian Widarti (2011) yang meneliti tentang pengaruh kupon,
maturitas, yield, dan default risk terhadap harga obligasi. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa maturitas dan yield obligasi memiliki pengaruh yang
signifikan negatif terhadap harga obligasi. Wahyuningtyas (2010), hasil
penelitian menunjukkan bahwa yield to maturity dan durasi memiliki arah 10
korelasi negatif dan berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi syariah.
Rismayanti (2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel kupon,
maturitas, yield to maturity obligasi berpengaruh signifikan terhadap harga
obligasi.
Dari pemaparan teori-teori dan penelitian yang
sudah dilakukan terkait pengaruh yield obligasi terhadap harga obligasi di
atas, peneliti ingin mengkaji terkait hal tersebut. Untuk membedakan dengan
penelitian yang sudah dilakukan, yield obligasi yang akan digunakan adalah
yield obligasi syariah antara lain nominal yield, current yield, yield to
maturity dan realized yield. Karena beberapa alasan yang dijelaskan di atas
peneliti tertarik meneliti dengan judul “Analisis Variabel Makro Ekonomi dan
Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Harga Obligasi Syariah Periode 2009 -
2011”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah variabel makro ekonomi (PDB, inflasi,
kurs) dan faktor fundamental perusahaan (rasio keuangan dan yield obligasi)
berpengaruh secara simultan terhadap harga obligasi syariah? 2. Apakah variabel
makro ekonomi (PDB, inflasi, kurs) dan faktor fundamental perusahaan (rasio
keuangan dan yield obligasi) berpengaruh secara parsial terhadap harga obligasi
syariah? 3. Variabel manakah yang dominan berpengaruh terhadap harga obligasi
syariah? 11 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh variabel makro
ekonomi (PDB, inflasi, kurs) dan faktor fundamental perusahaan (rasio keuangan
dan yield obligasi) berpengaruh secara simultan terhadap harga obligasi
syariah. 2. Untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi (PDB, inflasi, kurs)
dan faktor fundamental perusahaan (rasio keuangan dan yield obligasi)
berpengaruh secara parsial terhadap harga obligasi syariah. 3. Untuk mengetahui
faktor ekomomi makro (PDB, inflasi, kurs) dan faktor fundamental perusahaan
(rasio keuangan dan yield obligasi) mana yang lebih dominan berpengaruh
terhadap harga obligasi syariah. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti,
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
investasi obligasi, khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap harga
obligasi syariah. 2. Kalangan Akademis, dengan adanya penelitian ini dapat
digunakan untuk menambah wawasan mengenai faktor apa yang lebih dominan
berpengaruh terhadap harga obligasi syariah. 3. Investor, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan informasi untuk
mengambil suatu keputusan investasi yang menguntungkan. 4. Pemerintah, dengan
adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai analisis kualitas obligasi yang
diterbitkan untuk memajukan perekonomian di Indonesia. 12 1.5 Batasan
Penelitian Agar penelitian ini tidak melebar dari rumusan masalah dan untuk
mempermudah dalam proses penelitian, maka peneliti akan memberikan batasan
terhadap penelitian ini. Adapun batasan yang diteliti dalam penelitian ini
adalah : 1. Obligasi syariah yang akan dijadikan penelitian adalah obligasi
syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan maksimal batas
penerbitan pada Januari 2009 dan batas jatuh tempo minimal pada Desember 2011.
2. Faktor makro ekonomi dalam penelitian ini yaitu : PDB, inflasi, dan kurs
valuta asing. 3. Menurut Tandelilin, (2010:346) indikator atau variabel makro
ekonomi meliputi : PDB, inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs valuta asing.
Akan tetapi dalam penelitian ini hanya diambil 3 variabel makro ekonomi, yaitu
PDB, inflasi, dan kurs valuta asing, karena menurut Irawan (2010) dalam
Adiatna, dkk., (2010:7) penentuan harga obligasi syariah tidak menggunakan
instrumen bunga sehingga variabel tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap
harga obligasi syariah. 4. Faktor fundamental perusahaan dalam penelitian ini
adalah rasio-rasio keuangan dan yield obligasi, antara lain : a. Rasio keuangan
: rasio leverage (debt to equity ratio), dan rasio profitabilitas (ROA dan
ROE). b. Yield obligasi : current yield, yield to maturity, dan realized yield.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis pengaruh variabel makro ekonomi dan faktor fundamental perusahaan terhadap harga obligasi syariah periode 2009-2011: Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment