Abstract
INDONESIA:
Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund user). Salah satu kelompok bank yang turut berperan dalam menggerakkan perekonomian adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD). Saat ini situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga dibutuhkan penerapan manajemen risiko. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan manajemen risiko secara kuantitatif terhadap kinerja laba.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang terdaftar di Bank Indonesia periode tahun 2008-2012. Sampel yang digunakan sebanyak 26
BPD yang ada di Indonesia. Metode analisis data dengan menggunakan Regresi linier berganda, dimana variabel bebas terdiri dari CAR (X1), ROA (X2), NPL (X3), BOPO (X4), dan LDR (X5). Sedangkan variabel terikat adalah kinerja laba.
BPD yang ada di Indonesia. Metode analisis data dengan menggunakan Regresi linier berganda, dimana variabel bebas terdiri dari CAR (X1), ROA (X2), NPL (X3), BOPO (X4), dan LDR (X5). Sedangkan variabel terikat adalah kinerja laba.
Hasil analisis secara simultan dengan level of signifikansi 5% variabel CAR (X1), ROA (X2), NPL (X3), BOPO (X4), dan LDR (X5) berpengaruh terhadap kinerja laba. Secara parsial variabel CAR berpengaruh positif dan signifikan. Variabel ROA tidak berpengaruh terhadap kinerja laba. Hal tersebut dikarenakan walaupun ROA meningkat, tetapi apabila kenaikan tersebut bukan karena kenaikan return tetapi karena penurunan aset maka laba akan turun. Variabel NPL, BOPO dan LDR berpengaruh positif dan signifikan.
ENGLISH:
Banking institutions is one of the backbone of the economy of a country both micro and macro, because it has the function of the intermediary or as an intermediary between the owners of capital (funds suppliers) with user funds (fund users). One of a group of banks that played a role in moving the economy is the Regional Development Bank (BPD). Currently the external environment and internal situation of banks experiencing rapid development followed by the increasing complexity of risk banking activities that required the application of risk management. The purpose of this study is to determine and analyze the effect of the application of quantitative risk management to profit performance.
In this study using quantitative research methods. The population in this study is the Regional Development Bank (BPD) are listed in Bank Indonesia during 2008-2012. The samples used were 26 BPD in Indonesia. Methods of data analysis using multiple linear regression, where the independent variables consisted of CAR (X1), ROA (X2), NPL (X3), ROA (X4), and LDR (X5). The dependent variable is the profit performance.
The results of simultaneous analysis with a significance level of 5% variable CAR (X1), ROA (X2), NPL (X3), ROA (X4), and LDR (X5) effect on profit performance. In partial CAR positive and significant effect. ROA variable has no effect on profit performance. That is because although ROA increased, but if the increase is not due to an increase in return but because of a decrease in assets, the profit will go down. Variable NPL, ROA and LDR positive and significant impact.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini
yang ditandai dengan munculnya perusahaan baru memenuhi pasar, menumbuhkan
bidang usaha yang semakin variatif, dengan banyaknya penyedia produk dalam
pasar. Semua konsumen menginginkan produk yang semakin variatif, berkualitas,
dan mendapatkan pelayanan yang cepat serta memilih perusahan dengan manajemen
yang baik dan sebagainya, sehingga menuntut suatu usaha bisnis untuk memberikan
yang terbaik kepada konsumennya. (Djohanputro,2008:3) Tujuan pengelolaan dari
suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut dan
kekayaan pemegang sahamnya. Nilai dan kekayaan ini pada prinsipnya adalah
ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Terdapat dua variabel yang menjadi
pusat terbentuknya nilai dari kekayaan, yaitu ekspektasi arus kas dan tingkat
risiko. Semakin tinggi ekspektasi arus kas yang bisa dihasilkan perusahaan,
maka semakin tinggi nilai dan kekayaan dan begitu pula sebaliknya, semakin
tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat diskonto terhadap ekspektasi
arus kas. Akibatnya semakin tinggi tingkat risiko semakin rendah nilai dari
perusahaan dan pemegang saham. Sebaliknya semakin rendah tingkat risiko maka
otomatis semakin tinggi nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham.
(Djohanputro,2008:4) 2 Didunia ini tidak ada yang tidak berisiko, baik usaha
bisnis, organisasi, bahkan kehidupan pribadi penuh dengan risiko. Ada berbagai
pendapat yang berkaitan dengan risiko, namun secara sederhana risiko dapat
diartikan sebagai kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang
merugikan seperti kemungkinan akan terjadinya kehilangan, kebakaran, pencurian,
kerugian dalam penjualan, kesalahan dalam pencatatan dan sebagainya. Tidak ada
metode apapun yang bisa menjamin 100% untuk menghindarkan, kecuali kegiatan
yang menanggung risiko itu tidak dilakukan. (Darmawi:2008:1)
Pemahaman mengenai risiko yang akan
dihadapi oleh perusahaan saat ini sangat dibutuhkan. Bukan hanya untuk
menghindari atau meminimalisir risiko, tetapi bagaimana perusahaan dapat
mengelolanya dan menjadikan risiko tersebut menjadi nilai tambah bagi
perusahaan. Dalam beberapa hal, risiko-risiko tersebut memang sifatnya
kualitatif. Namun, pada akhir-akhir ini pendekatan kuantitatif untuk mengukur
risiko-risiko tersebut dilakukan berdasarkan variabel besar kecilnya impact
(akibat) yang ditimbulkan dan variabel tinggi rendahnya frekuensi terjadinya
risiko-risiko tersebut. Dengan dua variabel risiko tersebut dipetakan dalam
empat bentuk yaitu: (1) risiko dengan impact yang besar dan frekuensi yang
tinggi atau sering, seperti frekuensi nilai mata uang atau produk yang dibajak
atau dipalsukan; (2) risiko dengan impact yang besar namun frekuensinya rendah
atau jarang, seperti becana alam; (3) risiko dengan impact yang kecil namun
frekuensinya tinggi atau sering, seperti pengambilan inventory kantor (misalnya
mesin hitung dan alat tulis) oleh karyawan perusahaan untuk kepentingan
pribadi; dan (4) risiko dengan impact yang kecil serta frekuensinya 3 yang
rendah atau jarang, seperti pencurian inventory kantor oleh orang luar.
Satu hal yang perlu diperhatikan, risiko pada
suatu bidang bisnis tertentu akan berbeda dengan risiko dibidang bisnis yang
lain sehingga prioritas risiko suatu perusahaan kemungkinan berbeda dengan
perusahaan lainnya. (Djohanputro,2008:240) Dengan adanya manajemen risiko,
perusahaan memiliki alat yang dapat membantu manajemen untuk secara sistematik
mengidentifikasi kejadian-kejadian apa saja yang dapat menimbulkan risiko
terhadap perusahaan, dan mengevaluasi bagaimana dampak serta kemungkinan dari
setiap kejadian tersebut. Sehingga manajemen mampu mengembangkan
langkah-langkah mengurangi risiko, baik dampak maupun kemungkinan dari setiap
kejadian tersebut. Selain itu, perusahaan juga mampu mengembangkan apa yang
sering disebut BCP (Bisnis Company Plan) yaitu suatu pendekatan yang membuat
perusahaan selalu siap menghadapi hal terburuk yang mungkin terjadi dan sudah
memiliki langkahlangkah bagaimana mengatasinya sehingga operasi perusahaan
dapat berjalan dengan suatu tingkat operasi tertentu selama terjadinya suatu
kejadian yang tidak dikehendaki tersebut (Martiono Hardianto, Kamis 18 Januari
2007) Manajemen risiko adalah Suatu proses terstruktur dan sistematis dalam
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan
risiko, dan dalam memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko.
Berdasarkan pengertian manajemen risiko tersebut maka tugas-tugas manajemen
risiko adalah pengidentifikasian resiko, mengukur resiko, memetakan, mengelola
resiko, dan memonitor hasil. (Djohanputro,2008:43) 4 Dalam pelaksanaan
manajemen risiko, pihak manajemen risiko membutuhkan berbagai macam informasi
mengenai kegiatan perusahaan dan risiko apa saja yang terkandung didalamnya.
Salah satu informasi yang berperan dalam pengidentifikasian dan pengukuran
risiko adalah informasi yang berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu ringkasan dari
transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, dan juga
sebagai alat penguji yang dijadikan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai
posisi keuangan suatu perusahaan. Dalam proses pengidentifikasian risiko, pihak
manajemen risiko membutuhkan informasi yang cepat dan akurat, agar tidak
terjadi kesalahan dalam menetapkan keputusannya, jadi dibutuhkan laporan
keuangan yang relevan, dapat dipahami, dapat dimengerti dan handal. (Subramanyam
& Halsey, 2008:13)
Pengolalaan risiko dapat dilakukan
dengan melakukan penilaian tingkat kesehatan bank melalui penilaian kuantitatif
dan penilaian kualitatif. Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI No.
30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat Keputusan Direksi BI No.30/277/KEP/DIR tahun
1998 analisis CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity)
ditetapkan sebagai panduan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Hasil
pengukuran berdasarkan rasio tersebut diterapkan untuk menentukan tingkat
kesehatan bank, yang dikategorikan sebagai berikut: sehat, cukup sehat, kurang
sehat dan tidak sehat. Rasio tersebut dapat digunakan sebagai indikator
keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun
kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.
(www.bi.go.id) 5 Metode penilaian tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode
CAMEL. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004, tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
sebagai berikut : 1. Permodalan (capital) 2. Kualitas asset (assets quality) 3.
Manajemen (management) 4. Rentabilitas (earning) 5. Likuiditas (liquidity), dan
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) Rasio-rasio yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mewakili dari aspek penilaian CAMEL
yaitu: 1. Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk aspek capital (permodalan);
2. Rasio NPL mewakili aspek assets; 3. Rasio BO/PO(Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional) untuk aspek earnings; 4. rasio LDR (Loan to Deposit Ratio ) untuk
aspek liquidity.
Empat dari lima aspek tersebut yaitu
capital, assets, earning, liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan.
Salah satu indikator tingkat kesehatan bank adalah laporan keuangan bank.
Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari suatu proses kegiatan akuntansi
perusahaan yang dihasilkan oleh pihak manajemen memberikan informasi mengenai
prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar untuk membuat
proyeksi dan peramalan terhadap pengambilan kebijakan di masa depan.
Berdasarkan laporan tersebut akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang
lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Dengan melakukan
analisis rasio-rasio keuangan terhadap komponen laporan keuangan dapat 6
diketahui seberapa baik kinerja bank tersebut. Hal ini penting karena penurunan
kinerja bank dapat berakibat buruk. Riana (2011) melakukan penelitian yang
menunjukkan bahwa manajemen risiko dapat diukur secara kuantitatif melalui analisis
laporan keuangan. Dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas dan rasio aktivitas sebagai alat pengukurnya. Dari hasil
perhitungan statistik pelaksanaan manajemen risiko pada PT.PINDAD (Persero)
telah mencapai 68.8% yang mengandung pengertian bahwa manajemen risiko telah
melaksanakan tahap identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko,
pengelolaan risiko dan pengendalian dan pengawasan risiko dengan baik.
Berdasarkan informasi yang di
dapatkan dari laporan keuangan publikasi Bank Indonesia tahun 2008 – 2012 yang
dijelaskan tabel 1.1 diatas, terjadi tingkat pertumbuhan total asset pada Bank
Pembangunan Daerah seluruh Indonesia yang selalu mengalami kenaikan dalam empat
tahun terakhir. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Analisis Penerapan Manajemen Risiko dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Laba Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia Periode 2008-2012”.
1.1 Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan
penerapan manajemen risiko dengan indikator rasio keuangan CAR, ROA, NPL, BOPO,
dan LDR secara simultan terhadap kinerja laba Bank Pembangunan Daerah di
Indonesia?
2. Apakah ada pengaruh yang
signifikan penerapan manajemen risiko dengan indikator rasio keuangan CAR, ROA,
NPL, BOPO, dan LDR secara simultan terhadap kinerja laba Bank Pembangunan
Daerah di Indonesia?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh
penerapan manajemen risiko dengan indikator rasio keuangan CAR, ROA, NPL, BOPO,
dan LDR secara simultan terhadap kinerja laba Bank Pembangunan Daerah di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh
penerapan manajemen risiko dengan indikator rasio keuangan CAR, ROA, NPL, BOPO,
dan LDR secara parsial terhadap kinerja laba Bank Pembangunan Daerah di
Indonesia.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan Penelitian
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sekaligus sebagai masukan agar
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan manajemen risiko.
2. Bagi Penulis Penelitian ini dapat
memberikan pengalaman belajar dan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh selama di bangku kuliah sekaligus sebagai bahan perbandingan antara
hal-hal teoritis dan praktis guna menambah wawasan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat
memberikan wawasan pembaca tentang penerapan manajemen risiko dan pengaruhnya
terhadap kinerja laba pada Bank Pembangunan Daerah di indonesia periode
2008-2012.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada Bank Pembangunan
Daerah (BPD) di Indonesia periode 2008-2012.
2. Pengaruh penerapan manajemen risiko diukur
secara kuantitatif dengan menggunakan indikator rasio keuangan yaitu CAR, ROA,
NPL, BOPO, dan LDR.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis penerapan manajemen risiko dan pengaruhnya terhadap kinerja laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia periode 2008-2012.. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment