Abstract
INDONESIA:
Akhir-akhir ini kecerdasan spiritual jadi topik utama dalam dunia kerja karena mampu memberikan kontribusi besar terhadap individu dalam melakukan pekerjaan. Bekerja tidak hanya sekedar melaksanakan sebuah kewajiban ataupun gaji yang tinggi akan tetapi lebih dari itu, bekerja lebih bermakna dan bernilai dengan kecerdasan spiritual. Nilai-nilai ini akan membantu meningkatkan kinerja individu dalam melaksanakan aktifitas dan tugasnya. Selain itu, dalam konteks organisasi, nilai kecerdasan spiritual juga mendorong terciptanya nilai budaya organisasi yang positif dan bermakna. Sehingga secara tidak langsung, implikasinya adalah pada peningkatan kinerja individu dan organisasi.
Penelitian dilakukan di SMP An Nur Bululawang Malang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja guru dan karyawan secara langsung, menguji dan menganalisis pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan melalui budaya organisasi sebagai variabel intervening(perantara). Variabel yang digunakan adalah kecerdasan spiritual sebagai variabel independen, budaya organisasi sebagai variabel intervening, dan kinerja guru dan karyawan sebagai variabel dependen. Sampel yang digunakan adalah guru dan karyawan SMP An Nur Bululawang sebanyak 76 responden (67 guru dan 9 karyawan) dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu dengan sampling jenuh (sensus). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner (angket). Analisis yang digunakan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, analisis regresi linier dan intervening menggunakan analisi jalur (Path Analysis) dengan bantuan software SPSS 17.0 for windows dan Amos 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru dan karyawan sebesar 0,325 secara langsung. Akan tetapi, kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap kinerja guru dan karyawan apabila melalui budaya organisasi sebagai variabel intervening karena signifkansinya sebesar 0,225 (<0,30). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual tidak berpengaruh pada kinerja guru dan karyawan secara tidak langsung melalui variabel budaya organisasi.
ENGLISH:
Lately spiritual intelligence become the main topic in the world of work because it can make contribution greatly to the individual to do to do the job. Work not only function as implement an obligation or salary high but the work more meaningful and valueless with spiritual. These values will help improve the performance individual in conducting activities and duties. In addition, in the context of the Organization, the value of spiritual intelligence also encouraged the creation of a positive organization culture values and meaningful. So indirectly, the implications on improving individual and organizational performance.
The Research was conducted in Junior High School of An Nur Bululawang Malang. The purpose of this study is to examine and analyze the effect of spiritual intelligence on the performance of teachers and employees directly, test and analyze the influence of spiritual intelligence on employee performance through organizational culture as an intervening variable (intermediate).The variables used are the spiritual intelligence as an independent variable, the culture of the Organization as an intervening variable, and the performance of teachers and employees as the dependent variable. The sample used was a teacher and employees AN Nur Bululawang, as much as 76 respondents (67 teachers and 9 employees) using the method of sampling with non probability sampling is saturated (census). The data collection method used was a questionnaire (question form). The analysis used include test validity, reliability test, linear regression analysis and its intervening use analysis path (Path Analysis) with the help of software SPSS 17 for windows and Amos 6.0
The results showed that significant influential spiritual intelligence against the performance of teachers and employees of 0,325 directly. However, spiritual intelligence does not significantly affect the performance of teachers and employees in the organizational culture as variables through intervening because significan of organizational culture 0,225 (< 0.30). So it can be inferred that spiritual intelligence does not impact on the performance of teachers and employees through organizational culture variables indirectly.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Masalah Kita sedang
menyaksikan tumbuhnya kesadaran spiritual di dunia korporat dan kehidupan
kerja. Para eksekutif puncak, manajer menengah, bahkan para pegawai biasa,
mulai mencari spiritualitas di kehidupan kerja dan berusaha mengungkapkannya
dalam berbagai bentuk. Antusiasme terlihat dalam berbagai praktik meditasi
mereka, dukungan yang semakin meningkat pada perlunya moralitas bisnis,
tanggungjawab perusahaan yang luas kepada komunitas, perlunya mendengar suara hati
dalam keputusan eksekutif, kepemimpinan yang melayani, kearifan, dan cinta
dalam relasi dengan manusia dan lingkungan alam, atau bahkan tata kelola
perusahaan yang berketuhanan (Hendrawan, 2009: 73). Spiritualitas ini lebih
dikenal dengan istilah Kecerdasan Spiritual. Zohar dan Marshal (dalam Ginanjar
2001:56) merumuskan apa yang dimaksud Kecerdasan Spiritual (SQ) yaitu
kecerdasan untuk memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibanding dengan yang lain. Nilai-nilai yang ada dalam kecerdasan
spiritual memperkokoh nilai yang ada di dalam individu. Suyanto (2006:7)
berpendapat bahwa nilai-nilai spiritual merupakan pondasi yang sangat kuat saat
ini. Meskipun hal itu tidak berdampak langsung pada perilaku, nilai-nilai yang
kuat mempengaruhi hal yang bisa membangkitkan 2 sikap kerja yang positif,
demikian tulisan Robbin dalam Organizational Behavior. Semakin kuat kecerdasan
spiritual maka semakin berpotensi meningkatkan kinerja seseorang. Hal ini
sejalan dengan penelitian Rani et al (2012) di Rumah Sakit Pemerintah yang
melibatkan 506 responden perempuan di usia 20-45 tahun . Data yang terkumpul
dianalisis dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori (CFA) dan pendekatan
penuh pemodelan persamaan struktural (SEM) untuk menguji model hipotesis dampak
kecerdasan spiritual terhadap kinerja, ditemukan bahwa kinerja dipengaruhi oleh
kecerdasan spiritual. Sedangkan, faktor moderating usia dan masa kerja tidak
signifikan bahwa model tersebut berlaku untuk semua rumah sakit yang terlibat .
Temuan ini dapat membuka jalan ke depan untuk memberdayakan kecerdasan
spiritual di sekolah keperawatan dan pelatihan untuk meningkatkan kinerja
perawat. Menurut Amin (2010: 60), saat ini di AS, para anggota perusahaan
mengharapkan lingkungan kerja yang lebih humanis, sederhana, bermakna, dan
terkait dengan sesuatu yang lebih tinggi dari sekedar memperoleh penghasilan.
Survei lain menunjukkan bahwa lebih dari 800 eksekutif tingkat menengah
mengalami ketidakpuasan dan tidak merasa bahagia, ketika rata-rata usia mereka
mencapai 40 tahun. Temuan lain terdapat hubungan tarik-menarik antara tujuan
rasional dengan kebutuhan pemenuhan kebutuhan dalam dunia kerja. Sekitar 55%
dari 1000 kru perusahaan mempertimbangkan spiritualitas sebagai hal yang
berperan di tempat kerja. 3 Di satu sisi, nilai-nilai spiritual juga berpotensi
kuat membentuk budaya organisasi. Sebagaimana yang dikatakan Deal dan Kennedy
(dalam Tika, 2010:16) budaya organisasi dibentuk dengan beberapa unsur, yaitu
lingkungan usaha, nilai-nilai, pahlawan, ritual, jaringan budaya. Morris (dalam
Fawcett, 2008) menyatakan bahwa , “Good people in a good environment do good
work.” artinya orang-orang yang mempunyai kualitas baik di lingkungan atau
organisasi yang baik akan melakukan kinerja yang baik pula. Pernyataan ini
sejalan dengan pendapat Handayani (2012) yaitu budaya organisasi sangat
berpengaruh terhadap perilaku para anggota organisasi karena sistem nilai dalam
budaya organisasi dapat dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi yang
berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil kinerja yang ditetapkan,
sehingga jika budaya organisasi baik, maka tidak mengherankan jika anggota
organisasi adalah orangorang yang baik dan berkualitas pula. Semakin kuat
kecerdasan spiritual (nilai-nilai keyakinan) individu dalam organisasi, semakin
kuat pula budaya organisasinya karena budaya organisasi dibangun oleh
nilai-nilai yang terdapat pada individu-individu di dalam organisasi. Tika (2010:114)
menjelaskan bahwa ciri khas budaya organisasi kuat adalah kejelasan nilai-nilai
yang kuat, penyebarluasan nilai-nilai dan keyakinan dan intensitas pelaksanaan
nilai-nilai inti. Penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett (1992)
selama sepuluh tahun di 14 perusahaan terbaik Amerika menunjukkan mereka
berprestasi karena ditopang budaya korporat yang kuat. Mereka memilih 207
perusahaan secara random dari keseluruhan industri, menggunakan daftar
pertanyaan untuk menghitung indeks kekuatan budaya 4 korporat yang kuat, akan
dikaitkan dengan unjuk kerja perusahaan selama 12 tahun periode. Hasilnya
adalah budaya korporat yang kuat akan dikaitkan dengan unjuk kerja perusahaan
jangka panjang, tetapi cirinya moderat (Hakim, 2011). Selain penelitian tersebut,
Sulistyaningsih, dkk (2012) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa hubungan
antara frekuensi budaya organisasi dengan kinerja karyawan sebesar 0,619,
searah dan signifikan variabel budaya organisasi secara keseluruhan mempunyai
hubungan dengan variabel kinerja karyawan. Maka dapat dikatakan bahwa budaya
organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Lila, dkk (2012) juga
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa budaya organisasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya apabila budaya organisasi
kuat maka kinerja karyawan juga akan meningkat. Pernyataan di atas diperkuat
dengan pendapat Mangkunegara (2001 dalam Pratiwi, 2012) yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja ada dua yaitu individu dan lingkungan organisasi.
Faktor individu adalah adanya integritas yang tinggi antara psikis (rohani)
dengan fisik (jasmani). Dalam hal ini kecerdasan spiritual berperan penting
dalam meningkatkan psikis individu. Lingkungan organisasi adalah kejelasan
status individu dalam organisasi, dalam hal ini salah satunya yang berperan
adalah budaya organisasi. Dari beberapa penelitian di atas belum ditemukan
adanya hubungan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan melalui budaya
organisasi sebagai variable intervening-nya. Sehingga penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui 5 dan menggali pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja
melalui variabel intervening budaya organisasi. SMP An Nur merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan YP3 An Nur Bululawang-Malang.
Bertempat di tengah-tengah lingkungan pesantren An Nur 2 Al Murtadlo, tepatnya
Jl. Raya Bululawang,
Malang, Jawa Timur. Sehingga lingkungan budayanya adalah budaya
pesantren yang menjunjung tinggi akhlakul karimah dan spiritualitas Islam.
Sekolah ini didirikan pada tahun 1997. Lingkungan pesantren inilah yang membuat
sekolah ini punya identitas pribadi yang berbeda daripada SMP yang lain baik
itu dari segi budaya ataupun sistem pendidikan. Di satu sisi, konflik-konflik
internal kadang terjadi dikarenakan belum fahamnya pengajar dan karyawan baru
tentang lingkungan pesantren sehingga perlu proses pemahaman nilai akan
identitas pribadi ini khususnya para pengajar atau karyawan yang belum pernah
mengenal budaya pesantren. Secara umum, dalam proses perekrutan guru dan
karyawan SMP An Nur Bululawang ada istilah internal dan eksternal. Internal
yaitu para guru atau karyawan yang berasal dari pondok/alumni. Sedangkan
istilah eksternal diberikan kepada guru atau karyawan yang berasal dari luar
pesantren/bukan alumni. Sekitar 70 % pengajar dan karyawan berasal dari non
alumni, sedangkan sisanya, yakni 30% berasal dari alumni pesantren (sumber:
dokumentasi SMP An Nur 2013). Perbedaan orientasi antara lingkungan pesantren
yang notabene kental akan ajaran Islamnya dan non pesantren ini memberikan
space budaya, yaitu budaya pesantren dan budaya non pesantren. Hal ini,
terkadang menimbulkan adanya 6 konflik internal sehingga menuntut adanya
pengenalan yang lebih mengena kepada calon pengajar atau karyawan akan spiritualitas
dan budaya organisasi (budaya pesantren) yang ada sekolah ini. Pengenalan atau
orientasi ini biasanya dilakukan pada waktu awal masuk ke sekolah ini. Dan yang
melakukan pengenalan akan budaya adalah kepala sekolah langsung. Di sisi lain,
kecerdasan spiritual anggota ditingkatkan melalui pengajian rutinan yang
diselenggarakan oleh yayasan, seperti pengajian Rutin Ahad Legi, Kajian Kitab
Wasiyatul Musthofa, dll. Sehingga kecerdasan spiritual guru dan karyawan SMP An
Nur bisa meningkat dan mendukung budaya dan kinerja organisasi. Sejak tahun
2010 data menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada siswa yang masuk
sekolah swasta ini. Kurang lebih 1100 murid baru yang masuk pada tahun ajaran
2013 ini. Angka yang sangat fantastis untuk seukuran SMP Swasta di wilayah
kabupaten Malang. Hal ini tidak berlebihan karena pertimbangan orang tua untuk
sekarang ini adalah moral dan kecerdasan spiritual supaya putra-putrinya mampu
menghadapi gejolak sosial khususnya yang berhubungan dengan budaya ketimuran.
Fenomena tersebut masih belum diketahui faktor penyebabnya, apakah peningkatan
jumlah siswa yang masuk karena kinerja sekolah yang baik atau karena faktor
lain. Sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Kecerdasan
Spiritual, pengaruhnya terhadap Kinerja Guru dan Karyawan melalui Budaya
Organisasi sebagai Variabel Intervening “.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apakah kecerdasan
spiritual berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru dan karyawan SMP An Nur
secara langsung?
2) Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja guru dan karyawan SMP An Nur melalui budaya organisasi secara tidak
langsung?
1.3. Tujuan Penelitian
1) Menguji dan menganalisis
adanya pengaruh kecerdasan spiritual terhadap peningkatan kinerja guru dan
karyawan SMP An Nur secara langsung
2) Menguji dan menganalisis adanya pengaruh kecerdasan spiritual
terhadap peningkatan kinerja guru dan karyawan SMP An Nur melalui budaya
organisasi secara tidak langsung
1.4. Kegunaan Penelitian
1) Aspek Praktis Penelitian
ini akan menambah pengetahuan pembaca, terutama yang berfokus pada penerapan
kecerdasan spiritual dalam meningkatkan kinerja guru dan karyawan melalui
budaya organisasi sebagai variabel intervening.
2) Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan literatur dalam perkembangan ilmu manajemen yang berkaitan dengan
hubungan kecerdasan spiritual terhadap kinerja guru dan karyawan dengan budaya
organisasi sebagai variabel intervening.
1.5. Batasan Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
memfokuskan pada aspek unsur-unsur dari peran kecerdasan spiritual dalam
mengembangkan budaya organisasi di SMP An Nur Bululawang guna membantu guru dan
karyawan memecahkan masalah yang timbul di dalam organisasi dan meningkatkan
kinerja guru dan karyawan pada sekolah tersebut.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Kecerdasan spiritual, pengaruhnya terhadap kinerja guru dan karyawan melalui budaya organisasi sebagai variabel intervening: Studi pada SMP An Nur Bululawang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment