Abstract
INDONESIA:
Intellectual capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capitalnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intellectual capital (VAICTM) yang dibentuk dari komponen- kompenen physical capital, human capital dan structural capital terhadap kesehatan bank dengan pendekatan REGC (risk profile, good corporate governance, earnings, capital).
Data penelitian diperoleh dari Laporan Keuangan perbankan yang telah di publis d BEI dengan pengambilan sampel menggunakan metode purpose sampling. Pengujian antar variabel menggunakan analisis data partial least squares (PLS).
Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif intellectual capital (VAICTM) terhadap kesehatan bank. Secara keseluruhan dalam penelitian ini terdapat dua indikator pembentuk intellectual capital (VAICTM) yaitu human capital (VAHU) dan physical capital (VACA), namun indikator paling kuat dalam membentuk konstruk intellectual capital adalah VAHU. Sedangkan untuk variabel kesehatan bank terbentuk dari indikator risk profile, good corporate governance, earnings, capital, dari beberapa indikator tersebut, capital (CAR) adalah indikator paling kuat membentuk konstruk kesehatan bank.
ENGLISH:
Intellectual capital is generally identified as the difference between the market value of the company (enterprise business) and the assets book value of the company or of its financial capital. The purpose of this study is to determine the relationship between intellectual capitals (VAICTM) formed from components of physical capital, human capital and structural capital towards bank health through REGC (risk profile, good corporate governance, earnings, capital) approach.
The data were obtained from the financial statements that have been published on the IDX by purpose sampling method. The testing between variables using partial least squares (PLS) data analysis.
This study shows that there is a positive effect of intellectual capital (VAICTM) on the health of the bank. Overall, there are two indicators of intellectual capital formation (VAICTM) namely human capital (VAHU) and physical capital (VACA), but the most powerful indicator to construct the intellectual capital is VAHU. As for the bank health variables are formed from the risk profile, good corporate governance, earnings, capital indicators, from these indicators, capital (CAR) is the most powerful indicator to form the bank health construction.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kondisi globlalisasi saat ini menuntut pelaku ekonomi bersaing
sangat ketat, cara kerja yang solid akan menghasilkan kinerja yang bagus. Tidak
dapat dipungkiri dengan kinerja yang baik diharapkan berdampak pada kesehatan
entitas dan tingginya kepercayaan investor untuk penanaman modal, dengan begitu
perusahaan mampu berkembang dengan pesat sejalan dengan tingginya investasi.
Hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma dari pendekatan physical
capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada Intellectual Capital. Perubahan
paradigma tersebut menyebabkan timbulnya perubahan pelaporan akuntansi (Budi
Hartono, 2001 dalam Rousilita Suhendah, 2012). Pada mulanya paradigma akuntansi
menganggap laporan keuangan memiliki fungsi stewardship atau pertanggungjawaban
pengelola kepada pemilik. Namun saat ini paradigma akuntansi baru menunjukkan
bahwa laporan keuangan memiliki fungsi decision making bagi para Stakeholder
untuk pengambilan keputusan ekonomi. Pernyataan tersebut sejalan dengan
pernyataan PSAK no 1 alenia “Tujuan
laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan
sumber- sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” 2 Perubahan paradigma
tersebut menimbulkan munculnya new economy, yang secara prinsip didorong oleh
perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga memicu tumbuhnya
minat dalam Intellectual Capital (Prtty dan Guthrie, 2000; Bontis, 2001 dalam
Ulum, 2007).
Salah satu area yang menarik perhatiann baik akademisi maupun
prakitsi adalah yang terkait dengan kegunaan Intellectual Capital sebagai salah
satu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997;
Sveiby, 2001 dalam Ulum, 2007. Hal ini telah menjadi isu yang berkepanjangan,
dimana beberapa penulis menyatakan bahwa manajemen dan sistem pelaporan yang
mapan selama ini secara berkelanjutan kehilangan relevansinya karena tidak
mampu menyajikan informasi yang esensial bagi esekutif untuk mengelola proses
yang berbasis pengetahuan (knowledge-based processes) dan intangible resources
(Bornemann dan Leitner, 2002 dalam Ulum, 2007). Sejalan dengan hal tersebut
Mayo (2000) dalam Endri menjelaskan bahwa mengukur kinerja keuangan perusahaan
dari perspektif keuangan sangatlah akurat, tetapi sebenarnya dasar penggerak
nilai dari keuangan tersebut adalah sumber daya manusia (human capital) dengan
segala pengetahuan, ide dan inovasi yang dimilikinya. Selain itu, human capital
juga merupakan inti dari suatu perusahaan. Terkait dengan tujuan laporan
keuangan yang memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, namun saat
ini masih banyak informasi nonmaterial yang belum diungkap perusahaan. Misalnya
komponen intangible asset, dalam penelusuran praktek pencatatan intangible
tersebut, (Guthrie at al.(1999) dan IFA (1998) menemukan bahwa akuntansi
tradisional tidak dapat menyajikan informasi tentang identifikasi dan
pengukuran intangibles dalam organisasi,
khususnya organisasi berbasis pengetahuan. Jenis intangible baru seperti
kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, model- model simulasi, sistem
administrasi dan komputer tidak diakui dalam model pelaporan manajemen dan keuangan
tradisional. Bahkan dalam prakteknya beberapa intangible tradisional, seperti
pemilikan merk, paten dan goodwill, masih jarang dilaporkan di dalam laporan
keuangan (IFA, 1998; IASB, 2004 dalam Ulum 2007:2).
Isu ini juga mempengaruhi
dalam Pernyataan Standar Akuntasi (PSAK) di Indonesia, hal ini terkait dengan
adanya revisi PSAK no 19 pada tahun 2000 tentang aktiva tidak berwujud.
Pembahasan Intellectual Capital dalam bab ini memang masih kurang jelas, namun
sedikit banyak Intellectual Capital telah menarik perhatiann para akuntan.
Menurut PSAK 19 “Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat
diidentifikasi tanpa wujud fisik”. Meskipun telah diatur dalam PSAK, namun
penerapan masih kurang, perhatiann untuk human capital, struktural capital, customer
capital masih kalah dengan perhatiann sektor riil, modal aset berwujud,
misalkan saham dan obligasi mendapat perhatiann yang sangat serius yang
disinyalir dengan kuatnya modal berwujud akan mempengaruhi secara nyata pada
pertambahan nilai perusahaan, juga laba yang akan dihasilkan. Intellectual
Capital berperan strategis pada setiap perusahaan. Intellectual Capital
memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan keunggulannya secara
berkesinambungan dari kegiatannya yang berbasis pengetahuan, mampu beradaptasi
dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya, serta mampu melaksanakan tugas dan
aktivitasnya secara efisien dan efektif (Mulyadi, (2001). Melihat hal tersebut
sangat penting bagi pengelola perusahaan mengungkapkan 4 Intellectual Capital
dalam laporan keuangan yang di publis. Mengingat pengambilan keputusan
didasarkan pada informasi dalam laporan keuangan. Terlebih untuk perusahaan
disektor jasa, mereka akan lebih bergantung pada sumber daya manusia dalam
menggerakkan kegiatan ekonomi untuk mendapatkan profit. Sumber daya manusia
yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik, dan akan sangat berdeda jika
dikelola oleh orang yang berbeda. Untuk sektor perbankan kemampuan sumber daya
manusia sering juga disebut sebagai human capital sangat mempengaruhi dalam
pencapaian target profit perbankan, bagaimana pihak bank mampu membuat nasabah
percaya untuk menyimpan kelebihan dana mereka yang kemudian akan dikelola oleh
pihak bank dengan pemberian kredit bagi nasabah yang kekurangan dana. Kegiatan
operasional perbankan yang sangat bergantung pada sumber daya manusia yang
dimiliki, seharusnya juga mencantumkan intangible asset atau Intellectual
Capital pada laporan keuangan sehingga pengambil keputusan (Stakeholder) mampu
mengambil keputusan secara objektif dan dirasa tepat. Satudi Guest (2000) dalam
Endri, melakukan penelitian terhadap hubungan antara human capital dan kinerja
perusahaan pada 366 perusahaan di Inggris.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan SDM lebih banyak dikaitkan
dengan tingkat turnover, maka tenaga kerja yang rendah mampu menghasilkan
profit per tenaga kerja yang tinggi, tapi produktivitasnya rendah. Estimasi
terhadap kinerja, memperlihatkan hubungan yang sangat kuat antara SDM, kinerja
produktivitas dan keuangan. Salah satu instrumen untuk mengukur Intellectual
Capital perusahan adalah dengan metode VAIC TM (Value added Intellectual
Coefficient) yang 5 dikembangkan oleh (Pulic, 1998). Metode yang dikembangkan
oleh Pulic tidak mengukur secara langsung Intellectual Capital perusahaan,
tetapi mengajukan ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai
hasil dari kemampuan intellectual perusahaan (Value added Intellectual
Coefficient – VAICTM). Komponen utama dari VAICTM dapat dilihat dari sumber
daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA – value added capital employed),
human capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA
– structural capital value added). Menurut Pulic tujuan utama dalam ekonomi
yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptkan value added. Sedangkan untuk
dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical
capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential
(direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang
melekat pada mereka). Lebih lanjut Pulik menyatakan bahwa intellectual ability
(yang kemudian disebut dengan VAICTM) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya
tersebut (physical capital dan intellectual potential telah secara efisiensi
dimanfaatkan oleh perusahaan. Hubungan Intellectual Capital dan Ukuran
Fundamental Kineja Keuangan Perusahaan diteliti oleh Ceicilia Bintang Hari
Yudhanti dan Josepha C. Shanti (2011) dengan tujuan untuk menguji pengaruh
antara ukuran Intellectual Capital dan ukuran fundamental kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian tersebut menggunakan beberapa variabel kontrol yaitu
size dan jenis industri. Sampel yang digunakan adalah jenis perusahaan yang
secara intensif menggunakan modal intellectual yaitu industri jasa. Penetian
tersebut menunjukkan adanya pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja
keuangan perusahaan pada perusahaan jasa. 6 Hal ini ditunjukkan dari hasil
penelitian dimana profitabilitas dan produktivitas asset industri asuransi
lebih besar dibandingkan dengan industri lainnya yang digunakan dalam penelitian
tersebut. Tjiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir (2003)
“Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (sebuah Library
research)” dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa untuk saat ini modal
intelektual kapital semakin bernilai sebagai aset perusahaan, sehingga
memberikan tantangan tersendiri bagi para akuntan untuk dapat
mengidentifikasikan, mengukur dan mengungkapkannya kedalam laporan keuangan
perusahaan.
Hal ini disebabkan sistem akuntansi tradisional yang ada telah gagal
mengungkapkan aset tak berwujud tersebut. Menurut penulis pengukuran modal
intelektual dikelompokkan dalam dua kelompok, pengukuran non-monetary (non
financial) dan pengukuran monetary (financial). Model pengukuran yang telah
dikembangkan masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga menurut
penulis untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan, merupakan
tindakan yang tidak tepat, karena pengukuran tersebut hanyalah sebuah alat yang
dapat diterapkan pada situasi dan kondisi perusahaan pada spesifikasi tertentu.
Sehingga menurut penulis pelaporan modal intelektual dilakukan dengan cara
membuat pengukuran yang bersifat tidak bersifat moneter dan melaporkannya
sebagai sebuah suplemen dalam laporan tahunan perusahaan. Suplemen tersebut dikenal
dengan istilah Intellectual Capital statement. Widyaningrum (2004) jurnal
akuntansi dan keuangan Indonesia“ Modal Intelektual” menyatakan di Indonesia
kesadaran tentang pentingnya penilaian terhadap intelektual capital sendiri
masih rendah, hal ini dapat dimengerti karena 7 memnag jenis industri di
Indonesia masih didominasi oleh industri yang berbasis pada investasi fisik.
Namun kalau di telaah lebih jauh, modal intelektual memainkan peran yang sangat
signifikan dalam memberikan nilai lebih atas produk yang diciptakan, hal ini
terlihat atas mata rantainya dari mulai tahapan inovasi, pengembangan, proses
produksi, sampai produk tersebut dipasarkan dan pasca produksi. Ambar menambah
untuk dapat meningkatkan intelektual kapital atau berinvestasi disana dapat
dilakukan dengan pelatihan pegawai, kemajuan teknologi dan informasi serta
pembuatan prosedur organisasi. Dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan
perhatiann yang cukup dari para akademisi mengenai Intellectual Capital,
meskipun hingga saat ini praktik pengungkapannya kurang. Hal ini dimungkinkan
kurangnya literatur terkait hal tersebut atau masih sulitnya melakukan
pengukuran mengenai intangible assets. Namun perkembangan Intellectual Capital
cukup bagus, terlihat dengan adanya perhatiann entitas dalam mengasah skill
pegawai maupun, berinvestasi pada modal tekhnologi. Motivasi dari penelitian
ini dikarenakan sebagian besar dari beberapa peneliti mengatakan jika
Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja sebuah entitas. Terlihat pula
banyak diantara peneliti melakukan penelitian dengan meneliti hubungan antara
Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Hapsari
(2000) dalam Erwinargo Imanto apabila dikategorikan sebagai bank sehat berarti
bank memiliki kinerja yang baik dimana akan memperoleh dukungan dan kepercayaan
dari masyarakat sehingga bank mampu menjalankan perannya sebagai lembaga
intermediasi keuangan secara efektif.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti melihat bahwa kinerja yang baik berdampak pada kinerja bank,
akan tetapi apakah Intellectual Capital yang 8 menjadi fokus penelitian juga
akan berpengaruh, maka peneliti mengambil judul penelitia “Analisis Pengaruh
Intellectual Capital Terhadap Kesehatan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009- 2013”.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah Intellectual
Capital berpengaruh terhadap kesehatan bank?
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
apakah terdapat pengaruh Intellectual Capital terhadap kesehatan bank.
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi akademisi, perusahaan (pihak bank), investor maupun karyawan,
1.
Diharapkan mampu menambah pengetahuan dan literatur akuntansi mengenai
Intellectual Capital.
2. Diharapkan mampu memberi referensi mengenai
pengelolaan dan penyajian informasi dalam laporan keuangan perusahaan.
3. Diharapkan mampu memberi literatur untuk
pengambilan keputusan.
1.5
Batasan Penelitian
1.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari situs Bursa Efek Indonesia periode 2009- 2013.
2.
Penelitian ini khusus meneliti pengaruh dari Intellectual Capital dengan
menggunakan metode VAICTM (Value added Intellectual Coefficient) terhadap
kesehatan perbankan dengan menggunakan metode CAMELS. Rasio yang dipilih
merupakan rasio yang memang sudah tersedia dalam laporan keuangan.
3.
Variabel-variabel yang dimunculkan dalam penelitian ini didasarkan dari
referensi dari beberapa satudi pustaka yang telah dilakukan peneliti.
4. Data keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan publikasi tahunan khususnya laporan
perhitungan rasio dan laporan laba rugi perbankan yang terdaftar di BEI pada
periode 2009 sampai 2013
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Pengaruh intellectual capital terhadap kesehatan Bank yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013." silakan klik link dibawah ini
2 comments:
fitflops shoes
fitflops sale clearance
michael kors handbags
miami heat jersey
ugg outlet
pandora charms
kansas city chiefs jerseys
ralph lauren outlet
ray ban sunglasses outlet
kate spade
chrome hearts
adidas crazy explosive
nike air max 90
adidas tubular shadow
dior glasses
birkin bag
caterpillar boots
moncler jackets
adidas stan smith shoes
yeezy boost 350 v2
Post a Comment