Abstract
INDONESIA:
Reksadana saham konvensional maupun reksadana saham syariah dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi, dengan risiko yang tinggi pula. Hal ini dapat dilihat dari kinerja reksadana. Berdasarkan teori pasar modal beberapa metode untuk mengukur kinerja reksadana adalah Sharpe, Treynor, dan Jensen. Sehingga dapat dinilai apakah kedua jenis reksadana mampu mengalahkan kinerja pasar atau sebaliknya. Penelitian bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksadana saham konvensional dan kinerja reksadana saham syariah berdasarkan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dimana hasil penelitian akan dijelaskan berupa angka. Objek penelitian ini dilakukan di pojok Bursa Efek Indonesia. Pengambilan data menggunakan metode dokumentasi dan merupakan NAB bulanan dalam periode 2011-2012. Kemudian data diolah menggunakan program konputer SPSS for windows versi 17.0. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah t test independent samples test.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Berdasarkan metode Sharpe diketahui bahwa nilai kinerja reksadana saham syariah lebih tinggi dibandingkan kinerja reksadana saham konvensional, berdasarkan metode Treynor diketahui bahwa nilai kinerja reksadana saham syariah lebih tinggi dibandingkan kinerja reksadana saham konvensional, sedangkan hasil berdasarkan metode Jensen diketahui bahwa nilai kinerja reksadana saham konvensional lebih tinggi dari pada kinerja reksadana saham syariah. (2) Tidak terdapat perbedaan anatara kinerja reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional berdasarkan metode Treynor dan Jensen. Akan tetapi terdapat perbedaan kinerja reksadana saham konvensional dan kinerja reksadana saham syariah dinilai berdasarkan metode Sharpe. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode pengukuran kinerja portofolio dengan memasukkan unsur pembagian hasil (deviden), agar pengukuran kinerja lebih akurat. Selain itu, dapat menggunakan LQ 45 sebagai tolok reksadana saham konvensional.
ENGLISH:
Conventional equity funds and Islamic equity funds can generate returns high, the higher the risk. It can be seen from the performance of mutual funds. Based on the theory of capital markets several methods to measure the performance of mutual funds is the Sharpe, Treynor, and Jensen. So it can be judged whether the two types of mutual funds were able to beat the performance of the market or otherwise. The research aims to examine whether there are differences between conventional stock mutual fund performance and the performance of Islamic equity funds based method of Sharpe, Treynor, and Jensen.
This research uses descriptive quantitative methods, where the results of the research will be described in the form of numbers. Object of this study is done in a corner Indonesia Stock Exchange. Retrieval of data using a method of documentation and monthly NAV within the period 2011-2012. Then the data were processed using SPSS konputer program for windows version 17.0. Data analysis techniques used in this study was independent samples t test test.
These results indicate that: (1) Based on the method of Sharpe is known that the performance of Islamic equity funds is higher than the performance of conventional stock mutual funds, based on the method Treynor known that the performance of Islamic equity funds is higher than the performance of conventional stock mutual funds, while the results based on the method of Jensen note that the performance of a conventional mutual fund shares is higher than the performance of Islamic equity funds. (2) There were no differences between the performance of Islamic equity funds with conventional equity funds based methods Treynor and Jensen. However, there are differences in the performance of conventional stock mutual funds and the performance of Islamic equity funds assessed by the method Sharpe. Based on these results, it can be suggested for further research are expected to use the method of measuring portfolio performance by incorporating elements of revenue sharing (dividends), so that a more accurate performance measurement. Also, it can use 45 as the standard LQ conventional mutual fund shares.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di era globalisasi ini, pasar modal mulai menunjukkan peranan
penting dalam menggerakkan dana dari pemodal (pihak yang kelebihan dana) kepada
perusahaan (pihak yang membutuhkan dana) melalui penjualan saham, obligasi,
atau derivatif. Para investor mulai banyak melakukan kegiatan investasinya di
pasar modal sehingga investor harus memiliki kemampuan dalam menentukan
sekuritas yang dipilih. Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan alternative
investasi. Misalnya perkembangan informasi dan teknologi, tingkat pendapatan,
dan tingkat pendidikan. Proses investasi sebagai salah satu alternative
keputusan investor mengenai pemilihan usaha dengan memperhitungkan sebagian
besar keuntungan dari sebuah investasi dan kapan investasi seharusnya
dilakukan. Salah satu karakteristik pada sekuritas adalah “kemudahan untuk
membentuk portofolio investasi, artinya pemodal dapat dengan mudah menyebar
(melakukan diversifikasi) investasi pada berbagai kesempatan investasi”
(Husnan, 1998: 47). Investor yang tidak memiliki kemampuan, pengetahuan,
pengalaman serta naluri bisnis untuk mengambil surat berharga, mereka dapa
tmelakukan diversifikasi dalam portofolio melalui reksadana. Reksadana memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan instrument investasi lainnya. Bagi
masyarakat awam yang ingin berinvestasi di pasar modal 2 namun tidak menguasai
system atau cara kerja di pasar modal, tidak memiliki waktu cukup banyak untuk
selalu mengamati kinerja instrument keuangannya, reksadana merupakan pilihan
yang menarik karena dana yang dimiliki akan dikelola manajer investasi yang
profesional. Disamping itu, seperti halnya instrumen investasi lainnya,
reksadana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga
mengandung risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Risiko yang terkandung
dapat diperkecil atau dikurangi karena investasi tersebut didiversifikasi atau
disebar dalam bentuk portofolio sehingga dapat saling mengkompensasi yaitu
kerugian pada suatu instrument investasi ditutup dengan keuntungan dari
instrument investasi lainnya. Dengan berkembangnya jenis-jenis instrument
keuangan, reksadana dapat dibedakan berdasarkan pemilihan jenis dan komposisi
efek dalam portofolio invetasi dan menurut strategi investasi yang dipilih oleh
manajer investasi, yaitu reksadana pasaruang, reksadana pendapatan tetap,
reksadana saham, dan reksadana campuran. Selain itu reksadana juga dapat
dibedakan menjadi reksadana konvensional dan reksadana syariah. Adanya
pemisahan antara reksadana konvensional dan reksadana syariah ini menuntut
investor untuk melakukan pemilihan investasi yang sesuai dengan preferensi
mereka. Pada prinsipnya reksadana syariah sama dengan reksadana konvensional,
yaitu bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola
oleh manajer investasi. Perbedaannya terletak pada reksadana syariah memiliki
kebijakan investasi reksadana syariah yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam.
Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang
dikategorikan 3 halal. Dikatakan halal jika pihak yang menerbitkan instrument
investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam seperti tidak melakukan riba atau membungakan uang. Akad
antara investor dengan lembaga, dalam hal ini manajeri nvestasi dilakukan
dengan system mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana
pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak (Antonio, 2005:95). Mengingat masih
banyak masyarakat awam yang belum mengenal reksadana, maka sebelum melakukan
investasi dalam reksadana masyarakat harus memahami seluk beluk reksadana mulai
dari bentuk reksadana, manfaat investasi reksadana, kebijakan investasi
reksadana, biaya investasi, perpajakan dan kinerja reksadana. Terlebih lagi
dengan adanya reksadana konvensional dan reksadana syariah, maka investor harus
benar-benar mempunyai referensi yang cukup sehingga dapat menentukan reksadana
mana yang dipilih yang akan memberikan return yang lebih tinggi tercermin dari
kinerja yang dihasilkan. Pada penelitian ini kinerja yang akan diteliti
difokuskan pada reksadana saham, karena jenis reksadana yang telah memiliki
tolok ukur hanyalah jenis reksadana saham saja. Pada Vivanews 26 maret 2013 di
katakan bahwa dari seluruh jenis reksadana, jenis reksadana saham ternyata
menjadi salah satu faforit masyarakat setiap tahunnya. Seperti yang diungkapkan
oleh Harsya, “pada 2013, bisa masuk
ke reksadana saham karena
masih memberikan return yang baik bagi nasabah, bagi masyarakat yang tertarik,
untuk tahap awal, nasabah harus membagi strategi investasi dalam dua hal, yakni
inti (core) dan taktis investasi, core itu inti investasi, kalau di lauk-pauk
diibaratkan nasinya, yang di-hold untuk jangka panjang, ini untuk kapitalisasi
besar, sedangkan untuk metode taktis adalah strategi investasi untuk jangka
pendek, dengan situasi dan waktu tertentu. Taktis mungkin hanya fokus pada
sektor usaha tertentu, dengan kapitalisasi kecil.” Ujar Harsya. Menurut Andreas
Hartono dalam artikelnya yang berjudul “ Emas, Saham, Reksadana, atau Properti
: Mana Yang Paling Menguntungkan ?” dikatakan bahwa Reksadana saham memiliki
pertumbuhan yang sangat fantastis, dimana salah satu reksadana saham dari
Schroder mampu mencatat pertumbuhan diatas 30% per tahun. Untuk saham bila
diambil rata-rata keseluruhan atau dikenal dengan index Harga Saham Gabungan (IHSG)
memiliki pertumbuhan sekitar 26% per tahun. Kelebihan dari investasi reksadana
juga pada modal investasi yang diperlukan paling kecil di antara semua jenis
investasi lainnya, bahkan beberapa jenis reksadana saham dapat dimulai dari
angka 100 ribu per bulan. Tidak diabaikan pula, tingkat risiko yang juga ikut
diperhitungkan dalam pemilihan reksadana. Hal ini dapat dilihat dari kinerja
masing –masing reksadana saham. Berdasarkan teori pasar modal, beberapa metode
untuk mengukur kinerja reksadana saham konvensional dan kinerja reksadana saham
syariah adalah metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. 5 Metode Sharpe merupakan
metode yang menilai kinerja reksadana dengan memeperhitungkan selisih antara
rata-rata kinerja reksadana dengan rata-rata kinerja investasi bebas risiko.
Metode Treynor tidak jauh berbeda dengan metode Sharpe, hanya saja dalam
Treynor tersebut digunakan risiko fluktuasi relative terhadap risiko pasar.
Sedangkan metode Jensen adalah metode yang mengukur kinerja reksadana dari
kinerja manajer investasi sesuai dengan risiko yang dimilikinya. Dengan
membandingkan dengan tolok ukurnya yaitu IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
untuk reksadana saham konvensioanal dan JII (Jakarta Islamic Index) untuk
reksadana saham syariah. Dari pengukuran tersebut maka akan terlihat bagaimana
kinerja reksadana jika dibandingkan dengan pasar. Selain itu juga dapat
merekomendasikan kepada investor reksadana saham konvensional atau reksadana
saham syariah yang tepat untuk dipilih menjadi instrument investasi sesuai
dengan preferensi mereka. Peneliti terdahulu masih memiliki beberapa kekurangan
yaitu hanya menggunakan dua diantara tiga metode pengukuran kinerja reksadana.
Penelitian oleh Furaida (2009) menilai kinerja reksadana dengan menggunakan
metode Sharpe dan Treynor saja. Adapula yang menggunakan teori portofolio
sebagai asumsi pengukuran kineja reksadana, dan penggunaan strategi kinerja
portofolio aktif juga kinerja portofolio pasif, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Suryantini (2006). Selain itu penelitian terdahulu meneliti
kinerja reksadana jenis pendapatan tetap atau konvensional saja seperti
penelitian yang dilakukan oleh Gumilang & Subiyantoro (2008) yang berjudul
“Reksadana Pendapatan Tetap di 6 Indonesia : Analisis Market Timing Stock dan
Stock Selection Periode 2006- 2008”. Juga penelitian yang menggunakan metode
berbeda yang dilakukan oleh Muhammad Riza Hafizi (2012) dalam skripsi yang
berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Dan Konvensional
Menggunakan Metode Rasio Informasi, Rasio Risiko, Rasio Sortino Dan Roy Safety
First Ratio (periode 2009-2011”).
Dalam penelitian terdahulu
juga terdapat penelitian yang menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen
ini, hanya saja penelitiannya pada reksadana syariah saja, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Reny Nur Fikasari (2012) dalam skripsinya yang berjudul
“Analsis Komparatif Kinerja Reksadana Syariah Indonesia Dan Malaysia”.
Penelitian ini akan menyempurnakan penelitian terdahulu dengan menggunakan
metode Sharpe, Treynor, dan Jensen pada kinerja reksadana saham konvensional
dan kinerja reksadana syariah. Dari latar belakang di atas maka penelitian ini
berjudul Analisis Kinerja Reksadana Saham Konvensional dan Reksadana Saham
Syariah dengan Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen pada Bursa Efek
Indonesia.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
:
1. Bagaimana kinerja reksadana saham konvensional menggunakan
metode Sharpe, Treynor, dan Jensen?
2. Bagaimana kinerja reksadana saham syariah menggunakan metode
Sharpe, Treynor, dan Jensen?
3. Adakah perbedaan antara kinerja reksadana saham konvensional dan
reksadana saham syariah berdasarkan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan kinerja reksadana saham konvensional
menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
2. Untuk mendiskripsikan kinerja reksadana saham syariah
menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
3. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksadana
saham konvensional dan reksadana saham syariah berdasarkan metode Sharpe,
Treynor dan Jensen.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian
ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Di antaranya :
1. Bagi Investor Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi
serta bahan evaluasi mengenai kinerja reksadana saham konvensional dan kinerja
reksadana saham syariah sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan
investasi
2. Bagi Analis Sekuritas Dapat dijadikan sebagai alat referensi
untuk mengukur dan menganalisis kinerja portofolio.
3. Bagi Peneliti Dapat
dijadikan sebagai bahan tambahan pengetahuan dari aplikasiaplikasi teori yang
telah dipelajari dan untuk meningkatkan kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian
ilmiah.
4.
Bagi Kalangan Peneliti Sebagai bahan pustaka atau bahan acuan peneliti yang
berkepentingan untuk meneliti permasalahan yang sesuai, khususnya mengenai
analisis kinerja reksadana saham konvensional dan kinerja reksadana saham
syariah pada Bursa Efek Indonesia.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Analisis kinerja reksadana saham konvensional dan syariah dengan metode sharpe, treynor, dan jensen periode 2011-2012: Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment