Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji persepsi dua kelompok responden akuntan publik dan konsultan pajak terhadap praktik manajemen laba dilihat dari lima faktor situasional, yaitu jenis manajemen laba, arah manajemen laba, materialitas manajemen laba, konsistensi terhadap PABU dan periode akibat.
Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu penelitian kuantitatif statistik deskriptif dengan menggunakan pengujian hipotesis Wilcoxon Mann Whithney Test tujuannya untuk mengetahui perbedaan persepsi diantara kedua responden. Analisis berdasarkan data 68 responden yang terdiri dari 37 akuntan publik dan 31 konsultan pajak yang pengumpulannya melalui kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik dan konsultan pajak terhadap praktik manajemen laba dari keseluruhan variabel. Namun, untuk masing-masing variabel dihasilkan bahwa variabel jenis manajemen laba tipe manipulasi operasi, arah manajemen laba tipe menaikkan laba, materialitas tipe immaterial, konsistensi tipe konsisten dan periode akibat menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua responden, hanya variabel jenis manajemen laba tipe manipulasi akuntansi, arah manajemen laba tipe menurunkan laba, materialitas tipe nilai material, dan konsistensi tipe inkonsisten yang menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan. Akuntan publik memiliki kecenderungan tidak setuju praktik manajemen laba dibandingkan konsultan pajak.
ENGLISH:
This study aimed to examine the respondents' perceptions of the two groups of public accountants and tax consultants to earnings management practices that seen from the five situational factors, namely the type of earnings management, the direction of earnings management, earnings management materiality, consistency with PABU and effectperiod.
The method used quantitative researchof descriptive statistical with using hypothesis testing WilcoxonMann WhithneyTest, the purpose was to know the difference between the perception of the two respondents. Analysis based on data from 68 respondents consisting of 37 public accountants and 31 of tax consultantswas collected through questionnaires.
The results showed that there were significant differences in perception between the public accountant and tax consultant toward earnings management practices of the entire variable. However, for each variable was generated that type of earnings management variables of type of manipulation operation, the direction of earnings management to raise the type of earnings, type of immaterial of materiality, consistency of consistent type and period result showed no significant difference between the two respondents, only variable types of earnings management of type accounting manipulation, the direction of earnings management type of lower earnings, the materiality of the type of material value, and consistency of the type of inconsistency which showed a significant difference in perception. Public accountants had a tendency to disagree earnings management practices compared to a tax consultant.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan oleh
stakeholder. Menurut PSAK revisi 1 Juni 2012 adaptasi IFRS “Laporan Keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan
ekonomi”. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh
berbagai pihak yang memerlukannya sebagai sumber informasi penting mengenai
keadaan sumber daya perusahaan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan
keputusan (Irawan, 2011: 03).
Manajemen
perusahaan mempunyai tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan perusahaan, sehingga laporan keuangan yang disajikan harus
relevan dan andal. Pentingnya laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban
manajemen digunakan sebagai media komunikasi untuk menghubungkan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan. 2 Salah satu ukuran untuk melihat
tingkat keberhasilan manajemen yaitu pada informasi perolehan laba. Laba yang
tinggi tentu akan menggambarkan keberhasilan pihak manajemen. Namun, akan
timbul masalah jika laba yang diharapkan tidak sesuai keinginan pihak terkait
seperti stockholders. Untuk menanggapi masalah tersebut manajemen biasanya
melakukan pemilihan metodemotode akuntansi dengan tujuan dapat meningkatkan atau
memaksimalkan nilai pasar perusahaan, atau dapat disebut juga dengan manajemen
laba, seperti pengertian dari Sulistiawan et al (2011:19) yang menjelaskan
bahwa manajemen laba merupakan aktivitas badan usaha memanfaatkan teknik dan
kebijakan akuntansi guna mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan dari manajer
perusahaan ini belum tentu sejalan dengan kebutuhan dari pengguna laporan
keuangan. Berbagai penelitian telah dilakukan menyangkut tujuan dari manajer
perusahaan, misalnya penelitian oleh Healy dan Wahlen (1999) yang menyatakan
bahwa tujuan dilakukannya Manajemen Laba adalah untuk menyembunyikan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya dari pemegang saham atau untuk mempengaruhi
perjanjian atau kontrak yang dibuat berdasarkan informasi laporan keuangan (Yulianty
dan Fitriyani, 2005:792) Manajemen laba didefinisikan secara beragam dikalangan
akademisi maupun dikalangan praktisi. Sebagian pihak menilai manajemen laba
merupakan perbuatan curang yang melanggar prinsip akuntansi.
Upaya ini
dilakukan dengan memanfaatkan metode dan standar akuntansi yang ada untuk
mengelabui pemakai laporan keuangan. Sementara sebagian yang lain menilai
manajemen laba sebagai aktivitas yang lumrah dilakukan manajer dalam menyusun
laporan keuangan, 3 apalagi jika upaya rekayasa manajerial ini dilakukan dalam
ruang lingkup prinsip akuntansi (Permatasari, 2014:2). Banyak kasus-kasus
terkait manajemen laba yang pada akhirnya merugikan perusahaan, contohnya
adalah Enron Corporation yang terungkap di tahun 2001 dimana perusahaan tersebut
memanipulasi laporan keuangan perusahaan dengan mencatat keuntungan 600 juta
dollar AS yang mana kenyataannya perusahaan sedang mengalami kerugian.
Manipulasi tersebut disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati
investor, sedangkan contoh kasus yang terjadi di Indonesia seperti PT. Lippo
Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk yang berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam
pelaporan keuangan (Gideon, 2005:172). Skandal tersebut menggambarkan bahwa
informasi laba dalam laporan keuangan tidak dapat menjelaskan secara tepat
tentang keadaan perusahaan yang sebenarnya dan jika informasi laba tersebut
sampai pada investor maka akan mengakibatkan keputusan yang salah. Berdasarkan
kasus kecurangan akuntansi yang telah terungkap di beberapa perusahaan,
mengakibatkan kepercayaan masyarakat berkurang kepada para akuntan. Praktik
manajemen laba dapat dianggap meragukan integritas akuntan karena sifat mendua
yang melekat padanya, praktik ini dilakukan tetap dengan menggunakan ketentuan
yang ada, namun pada saat yang sama praktik ini membuat kualitas informasi
laporan keuangan menjadi terdistorsi oleh kepentingan manajemen sehingga
mengabaikan kepentingan pihak pengguna informasi keuangan (Sudaryani, 2001
dalam Permatasari, 2014:4). 4 Dari kasus kecurangan akuntansi yang diungkapkan
sebelumnya, penelitian ini akan membahas mengenai praktik manajemen laba dari
sudut pandang akuntan publik dan konsultan pajak.
Akuntan publik
sebagai seorang profesional indepen yang berkewajiban untuk jujur tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak
lain yang meletakan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Cristiawan, 2002
dalam Kalana dan Budi, 2012:2) dan juga konsultan pajak sebagai praktisi yang
memberikan jasa konsultasi mengenai perpajakan perusahaan, salah satu motif
manajemen laba adalah motivasi pajak, menurut Sulistiawan et al, (2011:36)
perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan untuk
menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya,
dan praktik tersebut tak bisa lepas dari manajemen laba. Kedua profesi tersebut
tentunya telah memahami fenomena praktik manajemen laba, serta dapat memberikan
justifikasi dapat tidaknya dibenarkan permasalahan bisnis yang bersifat
ambigius ini. Persepsi akuntan publik dan konsultan pajak dilihat berdasarkan
faktorfaktor situasional yang mempengaruhi penerimaan manajemen laba. Menurut
Merchan dan Rocknes (1994) dan dipakai lagi oleh Sholihin (2004) dan Irawan
(2011) mengemukakan bahwa akuntan profesional berpendapat tentang penerimaan
earnings management tergantung dari beberapa faktor yaitu, jenis manajemen
laba, arah manajemen laba, materialitas, kecenderungan atau tujuan manipulasi,
konsistensi terhadap PABU dan periode akibat. Namun pada penelitian Irawan
(2011) yang menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi 5 persepsi terhadap
manajemen laba meemukakan bahwa, dari faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi
persepsi etis, kesemua faktor menunjukan signifikan pengaruhnya, hanya faktor
tujuan yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Sehingga pada
penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap praktik
manajemen laba yang dijadikan variabel adalah jenis manajemen laba, arah
manajemen laba, materialitas manajemen laba, konsistensi terhadap PABU dan
periode akibat.
Maka
berdasarkan uraian diatas maka judul penelitian ini adalah “PERSEPSI AKUNTAN
PUBLIK DAN KONSULTAN PAJAK TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA”.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikemukakan pada penelitian ini
adalah: “Apakah terdapat perbedaan persepsi akuntan publik dan konsultan pajak
terhadap praktik manajemen laba?”
1.3. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang
dan rumusan masalah, tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
persepsi akuntan publik dan konsultan pajak terhadap praktik manajemen laba.
1.4. Manfaat Penelitian
a) Kelompok Responden
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pertimbangan pada
permasalahan-permasalahan bisnis yang bersifat ambigius, serta merupakan bekal
dalam memutuskan perlu tidaknya dilakukan praktek manajemen laba.
b) Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuannya mengenai manajemen
laba serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
c) Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi referensi
buat peneliti yang ingin mengangkat masalah serupa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Persepsi akutansi publik dan konsultan pajak terhadap praktik manajemen laba: Studi kasus pada akuntan publik dan konsultan pajak di Kota Malang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
1 comment:
ugg outlet
tennessee titans jersey
cheap michael kors handbags
oakley sunglasses
los angeles lakers jerseys
jordan 4
denver broncos jerseys
carolina panthers jersey
gucci outlet
ralph lauren
Post a Comment