Abstract
INDONESIA:
Etos kerja atau semangat kerja yang merupakan karakteristik pribadi atau kelompok masyarakat, yang dipengaruhi oleh orientasi nilai-nilai budaya mereka. Antara etos kerja dan nilai budaya masyarakat sangat sulit dipisahkan. Untuk menentukan etos kerja pedagang kawasan wisata religi pada wisata religi makam KH.Abdurrahman Wahid Tebuireng Jombang, perlu adanya indikator yang jelas yaitu jam kerja, motivasi dan semangat kerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji seberapa besar etos kerja pedagang kawasan wisata religi makam KH.Abdurrahman Wahid Tebuireng Jombang dengan menggunakan pedekatan deskriptif eksploratif melalui wawancara mendalam, dalam wawancara peneliti mencari informan yang terkait dengan wisata religi makam KH.Abdurrahman Wahid. Data adalah kata- kata yang diucapkan atau ditulis dan perilaku. Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri. Sumber data adalah manusia (hasil pengamatan berpartisipasi dan wawancara mendalam) dan non manusia (dokumen, catatan).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja para pedagang di kawasan wisata religi makam KH.Abdurrahman Wahid sangat tinggi di lihat dari jam kerja yang begitu banyak dalam melayani peziarah dari mana pun yang datang ke makam Gus Dur. Para pedagang juga termotivasi karena sosok Gus Dur yang religius, sederhana, unik, penuh karismatik dan peduli dengan rakyat kecil.
ENGLISH:
Working ethos is a personal characteristic or community in which influenced by their cultural values. Yet, working ethos itself is quite difficult to be separated from cultural values. In order to determine working ethos of the traders of religious tourism KH.Abdurrahman Wahid Tebuireng of Jombang, vivid indicators are required. The indicators are: Time of working, motivation, and enthusiasm of working.
The aim of this research is to know and analyze how big the working ethos of traders in KH.Abdurrahman Wahid’s grave using explorative descriptive approaches through soundly interview. In the interview the researcher looked for informer who could give vivid information related to KH.Abdurrahan Wahid’s grave. In this research, data is everything in which written and it relates to interlocution and behavior, record research is the researcher, and data sources is people. (The results of research are soundly interview and participation)
This research generate a result that showed the working ethos of the traders in KH.Abdurrahman Wahid’s grave are very high if being seen from the plenty of their working times of the trades in which every time serve the visitors. The traders are more motivated because of the figure of Gus Dur who are religious, simple, unique, charismatic, and respects of proletariats
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Konteks
Penelitian
Pertumbuhan ekonomi wilayah
adalah penambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan nilai tambah (added value) yang terjadi.
Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun
agar dapat dilihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya,
harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.
Biasanya BPS dalam menerbitkan laporan pendapatan regional tersedia angka dalam
harga berlaku dan harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa
bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal,
tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan
kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh
besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga seberapa besar
terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah
atau mendapat aliran dari luar wilayah. Menurut Boediono (1985:1): “Pertumbuhan
ekonomi adalah proses kanaikan output per kapita dalam jangka panjang”. Jadi,
persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase
pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa
pertumbuhan itu akan berlanjut. Menurut Boediono ada ahli ekonomi yang membuat
definisi yang lebih ketat, 2 yaitu bahwa pertumbuhan itu haruslah “bersumber
dari proses intern perekonomian tersebut”. Ketentuan yang terakhir ini sangat
penting diperhatikan dalm ekonomi wilayah, karena bisa saja suatu wilayah
mengalami pertumbuhan tetapi pertumbuhan itu tercipta karena banyaknya bantuan
atau suntikan dana dari pemerintah pusat dan pertumbuhan itu terhenti apabila
suntikan dana itu dihentikan. Dalam kondisi seperti ini, sulit dikatakan
ekonomi wilayah itu bertumbuh. Adalah wajar suatu wilayah terbelakang mendapat
suntikan dana dalam proporsi yang lebih besar dibanding wilayah lainnya, akan
tetapi setelah jangka waktu tertentu, wilayah itu harus tetap bisa bertumbuh
walaupu tidak mendapat alokasi dana yang berlebihan. Teori yang membahas
pertumbuhan regional ini dimulai dari teori yang dikutip dari ekonomi makro
atau ekonomi pembangunan dengan mengubah batas wilayah dan disesuaikan dengan
lingkungan operasionalnya, dilanjutkan teori yang dikembangkan asli dari dalam
ekonomi regional. Apabila dalam ekonomi makro dan ekonomi pembangunan, istilah
ekspor dan import adalah perdagangan dengan wilayah luar negeri maka dalam
ekonomi regional hal itu berarti perdagangan dengan luar wilayah (termasuk
perdagangan dengan luar negeri). Teori pertumbuhan yang dikutip dari ekonomi
makro adalah berlaku untuk ekonomi nasional yang dengan sendirinya juga berlaku
untuk wilayah yang bersangkutan. Jadi, tidak mungkin mengabaikan teori
tersebut, walaupun yang dibahas adalah sutu wilayah tertentu.
Namun demikian, dalam
penerapannya harus dikaitkan ruang lingkup wilayah operasinya, misalnya daerah
tidak memiliki wewenang untuk membuat kebijakan fiskal dan moneter, wilayah 3
bersifat lebih terbuka dalam pergerakan orang dan barang. Dalam teori yang
dikembangkan asli dalam ekonomi regional, antara lain akan dibahas
pengklasifikasian pendapatan dari satu daerah dan faktor-faktor apa yang
menunjang peningkatan pendapatan darah tersebut. Demikian pula dibahas akibat
hubungan dua daerah atau lebih dan kaitannya dengan pemerataan pendapatan dan
kebijakan yang menunjang pemerataan pendapatan antar daerah. Tujuan pembangunan
ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang biasa diukur dengan
tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Dengan demikian tujuan pembangunan
ekonomi disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional juga untuk
meningkatkan produktivitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output
pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan
kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu
sendiri (Suparmoko, M. dan Irawan, 1995:18). Pembangunan ekonomi pada intinya
adalah suatu proses meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat ke taraf yang
lebih baik (Hulu, 1988:74). Pengangguran dan kemiskinan di Indonesia khususnya
di daerah-daerah dapat diturunkan. Demikian pula, kualitas pertumbuhan yang
dicapai juga akan memengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja. Jika kualitas
pertumbuhan yang dicapai lebih banyak ditopang oleh konsumsi daripada ekspor,
investasi dan sektor industri juga lebih padat modal, maka kemampuan menyerap
pengangguran menjadi rendah. Namun, yang tidak kalah penting adalah bagaimana
kualitas pertumbuhan yang dicapai dapat mengurangi tingkat penggangguran di
daerah. 4 Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perkembangan
perekonomian khususunya perkembangan tenaga kerja di sekitar pondok Pesantren
Tebuireng sebelum dan setelah wafatnya KH.Abdurrahman Wahid
(Gusdur). Sebagai deskripsi sebelum wafatnya KH.Abdurrahman Wahid (Gusdur)
jumlah pedagang di sekitar pondok pesantren Tebuireng hanya beberapa namun
setelah wafatnya KH.Abdurrahman Wahid (Gusdur) menjadi bertambah dan meningkat.
1.2.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan pemaparan pada bagian sebelumnya maka fokus penelitian
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana etos kerja pedagang di kawasan wisata religi makam
KH.Abdurrahman Wahid
2.Bagaimana perkembangan usaha kecil di daerah sekitar pondok
pesantren Tebuireng setelah wafatnya KH. Abdurrahman Wahid?
3.Bagaimana perkembangan tenaga kerja usaha kecil di daerah sekitar
pondok pesantren Tebuireng setelah wafatnya KH.Abdurrahman Wahid
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui etos kerja pedagang di kawasan wisata religi
makam KH.Abdurrahman Wahid
2.Untuk mengetahui
perkembangan usaha kecil di daerah sekitar pondok pesantren Tebuireng setelah
wafatnya KH. Abdurrahman Wahid
3.Untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja usaha kecil di daerah
sekitar pondok pesantren Tebuireng setelah wafatnya KH. Abdurrahman Wahid
1.3.2. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan,
serta informasi mengenai perkembangan tenaga kerja khususnya di sektor riil
2.
Bagi
Pondok Pesantren Tebuireng
Penulis berharap agar
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam
menyikapi perkembangan sektor riil di daerah sekitar Pondok Pesantren Tebuireng
3.
Bagi
Pihak Lain
Hasil
penelitian diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan untuk
mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh perkembangan
tenaga kerja di sektor riil serta usaha kecil dan menengah. 1.4. Batasan
Penelitian Peneliti dalam hal ini membahas etos kerja pedagang kawasan wisata
religi makam KH.Abdurrahman Wahid dari satu indikator saja yaitu tepat waktu.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen : Etos kerja pedagang kawasan wisata religi: Studi pada Wisata Religi Makam KH. Abdurrahman Wahid Tebuireng Jombang. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment