Abstract
INDONESIA:
Komunikasi secara formal dilakukan terjadwal dwi mingguan, komunikasi formal tersebut berisi diantaranya adalah membahas perkembangan organisasi dan membidik proyek-proyek besar. Seorang pemimpin yang berhasil harus dapat merubah perilaku individu sesuai dengan perilaku kerja yang ditetapkan dalam organisasi. Pemahaman anggota terhadap perilaku kerja organisasi akan menciptakan iklim kerja yang mendukung terwujudnya produktivitas dan efektivitas organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui bagaimanakah model- model komunikasi yang digunakan oleh pemimpin di DPC PAKLINA Cabang Madiun. Untuk mengetahui budaya kerja pada bidang jasa pada DPC PAKLINA Madiun. Untuk mengetahui peranan pemimpin komunikatif dalam membentuk budaya kerja pada bidang jasa.
Penelitian dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang datanya berupa kata-kata (bukanangka) yang berasal dari wawancara, catatan laporan, dokumen, dan lain-lain, atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk mendiskripsikan secara análisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang dalam, dari hakekat proses tersebut, dalam penelitian ini penulis berusaha menggambarkan suatu fenomena dalam fokus penelitian, yaitu kepemimpinan yang komunikatif dalam membentuk budaya kerja. Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis data secara kualitatif yang tidak menggunakan perhitungan statistik (non ujistatiska), dan terbatas pada penilaian prosentase saja. Selanjutnya menggunakan pemikiran logis untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang keadaan yang sebenarnya, kemudian ditarik suatu kesimpulan sehingga dapat diperoleh suatu penyelesaian masalah yang memuaskan.
Model komunikasi yang digunakan oleh pemimpin kepada anggotanya di DPC PAKLINA Madiun, model komunikasi antara ketua DPC PAKLINA dengan para anggota, model komunikasi langsung dimana setiap ada pertemuan pimpinan langsung berkomunikasi dengan anggota. Gambaran budaya kerja pada DPC PAKLINA Madiun, dimana para anggota DPC PAKLINA Madiun setiap bulannya mengadakan pertemuan rutin dan membahas permasalahan- permasalahan yang terjadi. Setiap anggota mengikuti pertemuan yang diadakan, setiap anggota membayariuran. Peranan Pemimpin Komunikatif Dalam Membentuk Budaya Kerja Pada Bidang Jasa di Persatuan Kontraktor Listrik Nasional (DPC PAKLINA) Madiun. Peranan pimpinan di sini mengajak para anggota untuk selalu datang di setiap pertemuan, hal ini dilakukan untuk membahas permasalahan yang menjadi beban anggota dan dicarikansolusinya.
ENGLISH:
Formal communication is scheduled bi-weekly to conduct. One of the content of that formal communication are to discuss the development of the organization and to target the large projects. A successful leader must be able to change the behavior of individuals in accordance with established work behavior of the organizations. Members understanding toward the work behavior of organization will create a work climate that supports the realization of the productivity and effectivity of the organization in an effort to achieve organizational goals. The purposes of this study are as follows: To find out how the communication models used by leaders in the DPC PAKLINA Madiun Branch. To know work culture in the service sector of DPC PAKLINA Madiun. To determine the role of communicative leader in creating the work culture in the service sector.
This research is a kind of descriptive qualitative research in which the data is in the form of words (not numbers) derived from the interviews, the report notes, documents, etc., or a research priority in which to describe the analysis of an event or process as they are in a natural environment to obtain a deep meaning, by the nature of the process, in this study the researcher sought to describe a phenomenon in focus of research, namely communicative leadership in creating work culture. In this study, the researcher uses qualitative data analysis that does not use statistical calculations (non-test statiska), and it is limited on the percentage assessment. Then, it uses logical thinking to describe and explain the real situation, then it is drawn a conclusion so the problem solving can be obtained satisfactorily.
Communication model which is used by leaders to their members in DPC PAKLINA Madiun, model of communication between the chairman of the DPC PAKLINA with the members, the direct communication model where in every meeting the leader directly communicates with members. The picture of work culture at the DPC PAKLINA Madiun, where the members of DPC PAKLINA Madiun held regular meetings every month to discuss problems that occur. Every member follows the meetings, each member pays dues. Communicative leader role in creating work culture in services sector in the National Electrical Contractors Association (DPC PAKLINA) Madiun. The role of the leader here is to invite the members to always come in every meeting, this is done to solve the problems that faced by the members and to find a solution.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam suatu
organisasi karena perannya sebagai subyek pemberi kebijakan, pelaksana
kebijakan dan kegiatan operasional. Persatuan Kontraktor Listrik Nasional
(PAKLINA) adalah organisasi yang mewadahi perusahaan-perusahaan yang bergerak
di bidang kelistrikan. PAKLINA cabang Madiun yang didirikan pada 7 Juli 2010
merupakan organisasi baru dalam lingkungan kerja di Madiun, namun perlu
dipertimbangkan bahwa organisasi yang beranggotakan 22 orang yang juga sebagai
pemilik dari CV tersebut berisi pemain lama dalam bidang kelistrikan di Madiun
yang telah siap untuk memberikan pelayanan yang optimal terhadap masyarakat.
Agar organisasi tetap eksis dan mampu bersaing, maka organisasi dituntut untuk
mampu menghadapi segala tantangan dan implikasinya yaitu organisasi dapat
menghadapi perubahan dan memenangkan persaingan.Sumber daya yangdimiliki oleh
perusahaan seperti modal, metode dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang
optimal apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kinerja
yang optimal pula. Diungkapkan oleh Asri SW (1979:1), bahwa: “unsur tenaga
kerja (manusia) merupakan suatu unsur yang paling penting yang mempengaruhi
hidup matinya organisasi. Dalam suatu organisasi, manusia saling berhubungan
satu samalain, memberikan apa yang menjadi tujuan mereka. Menumbuhkan kesadaran
tentang keharusan memperluas peranan sumber daya manusia, sejauh mana orang
dapat bekerja tergantung dari kemampuan dan cara berperilaku orang yang
bersangkutan”. Proses pembangunan individu dalam PAKLINA memiliki proporsi
utama dalam menjalankan organisasi dengan Visi “mewujudkan anggota dan masyarakat
jasa konstruksi di bidang mekanikal, elektrikal dan elektronikal yang tangguh,
jujur, bertanggung jawab, professional, sehat dan berdaya saing tinggi”, dan
misi “menciptakan peluang pasar dengan basis efisien, efektif, professional dan
bermartabat yang memiliki keunggulan kompetensi” yang diharapkan mampu untuk
menjadi nilai tambah dalam mendapatkan kepercayaan konsumen. Proses pembangunan
individu dalam organisasi harus sejalan dengan perkembangan dalam organisasi
tersebut, jika dalam proses pembangunan individu tersebut berhasil dengan baik,
maka hal ini mampu memberikan efek positif terhadap hubungan antar individu
yang sekaligus dapat meningkatkandaya saing pada organisasi,serta mampu
menyelaraskan laju perkembangan individu dengan visi-misi organisasi tersebut.
Pemimpin yang memiliki sifat komunikatif akan dapat memahamkan, bagaimana
selanjutnya informasi-informasi yang telah disampaikan memiliki tingkat
pemahaman yang sama terhadap apa yang menjadi pokok pikiran dari pesan yang
disampaikan.Komunikasi didefinisikan menurut Gitosudarmo (1996:95) sebagai
“suatu proses penyampaian ide, konsep, gagasan atau informasi dari si pengirim
kepada si penerima informasi”Jadi antara orangorang yang terlibat dalam
komunikasi harus terdapat kesamaan makna, jika tidak terjadi maka komunikasi
tidak dapat berlangsung secara efektif. Dinamika yang terjadi dalam tubuh
organisasi merupakan pembuktian alur yang positif apabila hal tersebut dapat
dipahami secara positif dan selama tidak melenceng dari peraturan yang telah ditetapkan
oleh organisasi. Kreatifitas anggota juga merupakan nilai plus sebagai usaha
untuk mengembangkan organisasi. Di lingkungan organisasi baru yang memiliki
anggota
dari
berbagai macam latar belakang tersebut tentunya setiap anggota memiliki kebiasaan
atau kebudayaan yang diperoleh dari hasil pengalaman dan pengaruh lingkungan
yang secara langsung atau tidak akan dibawa kepada organisasi. Percampuran
kebudayaan inilah yang menjadikan dinamika dalam organisasi tersebut semakin
baragam, menurut Siswanto (1996:4), “Budaya kerja yang baik dan kokoh pada
umumnya mampu menopang dan menjamin kelangsungan hidup organisasi di dalam
gejolak perubahan pengembangan, apabila didukung oleh nilai-nilai yang
mengandung unsur-unsur respect, trust, and honesty”. Budaya kerja ini akan
benar-benar berfungsi sebagai penjamin kelangsungan hidup organisasiapabila
dilaksanakan dengan ikhlas dan sepenuh hati oleh segenap anggotanya. Sebaliknya
akan menjadi rapuh dan lemah kalau anggota organisasi tersebut melaksanakannya
karena merasa takut, tertekan dan terpaksa. Pada umumnya organisasi tidak dapat
meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja karena para pemimpin masih
belum bisa merubah sikap dan perilaku pegawai mereka sehingga dapat sejalan
dengan usaha yang mereka laksanakan seperti pendapat Mussehman dan Jacson
(1988:126): “perilaku organisasi berkepentingan, bukan mengenai bagaimana
organisasi itu berperilaku, melainkan bagaimana orang berperilaku dalam
organisasi kerja”. Dari hasil pengamatan sementara, komunikasi secara formal
dilakukan terjadwal dwi mingguan, komunikasi formal tersebut berisi diantaranya
adalah membahas perkembangan organisasi dan membidik proyek-proyek besar.
Seorang pemimpin yang berhasil harus dapat merubah perilaku individu sesuai
dengan perilaku kerja yang ditetapkan dalam organisasi. Pemahaman anggota
terhadap perilaku kerja organisasi akan menciptakan iklim kerja yang mendukung
terwujudnya produktivitas dan efektivitas organisasi dalam usaha untuk mencapai
tujuan organisasi. Melihat fenomena-fenomena tersebut, maka dalam penelitian
ini peneliti akan mengkaji tentangPeranan Pemimpin Komunikatif Dalam Membentuk
Budaya Kerja Pada Bidang Jasa (Studi Kasus di Persatuan Kontraktor Listrik
Nasional Cabang Madiun)
1.2 Fokus Penelitian
Pimpinan adalah orang yang
mempunyai karakteristik tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain
sehingga orang lain itu mengikuti apa yang dia pikirkan, dia rasakan, dan
mengikuti apa yang dia perbuat. Berbagai macam permasalahantidak akan terjadi
bila pemimpin tahu apa yang harus dilakukan, karena tugas pemimpin tidak hanya
terfokus pada target dan tujuan organisasi semata, tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan dan harapan–harapan pegawai serta keberlangsungan
organisasi tersebut, karena mereka bekerja mempunyai motif, yaitu dengan
bekerja mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka untuk memperoleh gambaran yang jelas dan pemecahan
masalah yang sesuai dengan permasalahan,maka penulis mencoba merumuskan
permasalahannya,yaitu:
1. Bagaimanakah model komunikasi yang digunakan oleh pemimpin
kepada anggotanya di DPC PAKLINAMadiun?
2. Bagaimanakah gambaran budaya kerja pada DPC PAKLINA Madiun?
3. Bagaimana Peranan Pemimpin Komunikatif Dalam Membentuk Budaya
Kerja Pada Bidang Jasadi Persatuan Kontraktor Listrik Nasional (DPC PAKLINA)
Madiun?
1.3 Tujuan dan Implikasi Penelitian Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui
bagaimanakah model-model komunikasi yang digunakan oleh pemimpin di DPC PAKLINA
Cabang Madiun
2. Untuk mengetahui budaya kerja pada bidang jasa pada DPC PAKLINA
Madiun 3. Untuk mengetahui peranan pemimpin komunikatif dalam membentuk budaya
kerja pada bidang jasa Adapun implikasi yang diharapkan dari penelitian ini
adalah:
1. Implikasi Teoritis
a. Sebagai bahan pustaka bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang
manajemen khususnya manajemen sumberdaya manusia pada bidang jasa.
b. Sebagai bahan kajian dan informasi pendahuluan bagi penelitian
di masa datang yang berkaitan dengan masalah ini.
2. Implikasi Praktis
a. Bagi Persatuan Kontraktor Listrik Nasional Cabang Madiun
khususnya dan nasional umumnya dapat membantu dalam mencari hal-hal yang dapat
dijadikan dasar pertimbangan pembuatan kebijakan dalam peningkatan kualitas kepemimpinan.
b. Sebagai bahan informasi dalam pelaksanaan peningkatan kualitas
dan mutu pelayanan melalui budaya kerja.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Manajemen :Peranan pemimpin komunikatif dalam membentuk budaya kerja pada bidang jasa: Studi kasus di Persatuan Kontraktor Listrik Nasional Cabang Madiun.". Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment