Abstract
INDONESIA:
Selama ini pengukuran kinerja biasanya hanya menitiberatkan pada sisi keuangan. Namun, belum bisa dipastikan menjamin kondisi dan posisi keuangan yang sebenarnya. Suatu metode penilaian kinerja yang menggunakan aspek keuangan dan nonkeuangan adalah metode pengukuran balance scorecard. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengukuran balance scorecard bisa diterapkan dalam mengukur kinerja koperasi khusunya PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan mix method, yaitu metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil kuesioner kepuasan anggota dalam hal pelayanan tabungan, pelayanan kredit dan keanggotaan. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan laporan keuangan serta data anggota, karyawan dan pengurus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dari perspektif keuangan dengan rasio likuiditas memberikan hasil yang sangat baik karena jumlah kewajiban lancar lebih kecil dari aset lancar dan jumlah piutang lancar anggota aktif yang diperoleh dari transaksi simpan pinjam. Pada rasio profitabilitas memberikan hasil yang kurang baik karena adanya penurunan laba dan total aset yang disebabkan oleh bertambahnya biaya koperasi, pinjaman dan pelunasan piutang. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa bisnis ini tidak memberikan pengembalian hasil yang menguntungkan karena banyaknya biaya perusahaan yang dikeluarkan dan turunnya semua item yang ada dalam ekuitas. Pada rasio solvabilitas memberikan hasil yang baik karena adanya pendanaan yang besar dari pemberi pinjaman dan bertambahnya piutang dari unit kredit wiraswasta. Dari perspektif pelanggan dapat disimpulkan bahwa kinerja sudah baik karena pelayanan yang ramah dan keuntungan yang diperoleh dari anggota. Pada perspektif proses bisnis internal menunjukkan hasil yang sangat baik karena pemanfaatan waktu yang baik dalam pemrosesan tabungan dan pinjaman. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan hasil yang sangat baik karena terjalinnya hubungan baik antara karyawan dengan pengurus serta pengawas koperasi.
ENGLISH:
During this time the performance measurement usually only focus on the financial side. However, can not be ascertained ensure the conditions and actual financial position. A performance appraisal method which uses financial and non- financial aspects is balanced scorecard measurement method. Under these conditions, the purpose of this study is to determine how the balanced scorecard measurement can be applied in measuring the performance of cooperatives especially PKPRI County / City of Mojokerto.
This study used a mixed methods, that is quantitative and qualitative analysis method. The primary data in this study are the results of satisfaction questionnaire members in savings services, credit services and membership. While the secondary data in this study using the financial statements as well as data members, employees and board
The results of this study indicate that the measurement of the performance from the financial perspective with a liquidity ratio gives excellent results because amount of current liabilities smaller than current assets and current receivables active members that obtained from savings and credit transactions. In profitability ratios give less good results due to lower earnings and total assets caused by increased of cooperative costs, loans and repayment receivables. These results also indicate that this business does not give a refund because of the spent company costs and declining all the items that exist in equity. On solvability ratios give good results because of the large funding from lenders and increased receivables from self-employed credit units. From a customer perspective it can be concluded that the performance has been good because of the friendly service and the benefits obtained from the members. In internal business process perspective showed excellent results because a good time utilization in the savings and loan processing. In the learning and growth perspective shows excellent results because of good relations between employees and managers and supervisors cooperative
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Masalah Pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah perusahaan.
Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan.
Selama ini pengukuran kinerja biasanya hanya menitikberatkan pada sisi
keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan
dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan (Sujatmiko,
2013: 4). Menurut Utama (2012: 3), dalam masyarakat tradisional, ukuran kinerja
yang biasa digunakan adalah ukuran kinerja keuangan. Pada kenyataannya,
walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup
banyak bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan, bukan berarti rasio
keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keuangan yang
sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi seperti hasil
perhitungan yang dibuat. Memang dengan hasil rasio yang diperoleh, paling tidak
dapat diperoleh gambaran yang seolah-olah sesungguhnya terjadi. Namun, belum
bisa dipastikan menjamin kondisi dan posisi keuangan yang sebenarnya, karena
rasio-rasio keuangan yang digunakan memiliki banyak kelemahan (Kasmir,
2008:116). 2 Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja,
diantaranya metode DEA (Data Envelopment Analisis) dan EVA (Economic Value
Added). Metode EVA menurut penelitian Fajar (2009) memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya: (1) EVA cenderung mengabaikan pengukuran nonfinansial dan
kepentingan stakeholder. (2) Perhitungan EVA masih mendasarkan pada laporan
keuangan, yang kemungkinannya dapat direkayasa pembukuannya untuk mendapatkan
EVA positif. Sedangkan DEA menurut penelitian Liana (2013) memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya: (1) Bersifat sample specific. (2) Merupakan extreme
point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal. (3) Hanya mengukur
produktifitas relatif dan UKE bukan produktifitas absolut. (4) Uji hipotesis
secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
Untuk mengatasi kekurangan
ini, maka diciptakan suatu pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan yaitu
dengan menggunakan metode BSC (Balanced Scorecard) dengan mempertimbangkan
empat aspek yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses
belajar dan berkembang (Bastian,2006: 279). Perspektif keuangan (Financial)
yaitu memerikan penilaian terhadap target keuangan yang dicapai oleh organisasi
dalam mewujudkan visinya. Perspektif konsumen/pelanggan (customer) yaitu
memberikan penilaian terhadap segmen pasar yang dituju dan tuntutan customer
beserta tuntutan kebutuhan yang dilayani oleh organisasi dalam upaya untuk
mencapai target keuangan tertentu. Perspektif proses bisnis/intern (internal)
yaitu memberikan penilaian gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani
customer dan untuk mencapai target keuangan 3 tertentu. Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan (Growth and Learn) yaitu memberikan penilaian yang merupakan
pemacu untuk membangun kompetisi personel, prasarana sistem informasi, dan
suasana lingkungan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan target keuangan,
customer, dan proses bisnis internal. Metode Balanced Scorecard mempunyai
beberapa keunggulan, yaitu: komprehensif, koheren dan seimbang (Sarifah, 2014).
Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan
dengan aspek nonkeuangan yang secara umum dinamakan Balanced Scorecard, dengan
menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu
mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan pencapaian nilai saat ini
dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang.
Namun demikian, penggunaan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja perusahaan
lebih sering digunakan pada perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari
laba. Jarang sekali ada pembahasan mengenai penerapan Balanced Scorecard pada
organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi seperti yang ada dalam
penelitian Fajarwati (2014), dimana pemilik dan kustomer adalah orang yang sama
serta anggota menjadi prioritas utama, sedangkan metode balanced scorecard dalam
beberapa penelitian sering dilakukan pada kinerja rumah sakit seperti yang ada
dalam penelitian Novella (2010), Areva (2012), Yasa (2012), dan yang lainnya
serta pada kinerja bank seperti yang ada dalam penelitian Endang (2011),
Istiqlal (2009), dan yang lainnya. Akan tetapi pada koperasi masih sedikit yang
menerapkan. 4 Pada organisasi koperasi, keberhasilan haruslah lebih didasarkan
pada kemampuan organisasi untuk mengembangkan kesuksesan pencapaian misi
daripada sekedar perolehan keuntungan.
Karakteristik penting lain yang ada pada koperasi terlihat dari
fungsi dan peranannya yaitu untuk membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya (UU No. 25, 1992). Koperasi
merupakan organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang perorang
demi kepentingan bersama. Koperasi terdiri dari dua jenis bila dilihat
berdasarkan tingkat dan luas daerah kerjanya yaitu koperasi primer dan koperasi
sekunder. Koperasi primer merupakan koperasi yang minimal memiliki paling
sedikit 20 orang anggota sedangkan koperasi sekunder merupakan koperasi yang
tergabung dalam beberapa koperasi primer (Afifah, 2014). Koperasi pegawai
Republik Indonesia (KPRI) adalah organisasi di Indonesia yang anggotanya
terdiri dari pegawai negeri sipil, pegawai BUMN, BUMD serta anak perusahaan,
dan perangkat pemerintah desa. Meski demikian, KPRI seringkali dikaitkan dengan
pegawai negeri sipil. Kedudukan dan kegiatannya tidak lepas dari kedinasan
(Nurjaman, 2014). Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI)
Kabupaten/Kota Mojokerto merupakan koperasi yang tergabung dari 56 Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) yang ada di Kabupaten/Kota Mojokerto. PKPRI
Kabupaten/Kota Mojokerto saat ini tidak hanya mempunyai satu unit usaha tetapi
4 unit usaha, diantaranya toko, simpan pinjam, kredit wiraswasta dan penyaluran
barang. Keempat unit usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan anggotanya.
Awalnya PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto hanya mempunyai satu unit usaha yaitu
toko. Setelah berjalan beberapa tahun memang tidak mudah untuk mengembangkan
usahanya.
Maka, PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto malakukan perkembangan usaha
yaitu dengan mendirikan USP (Unit Simpan Pinjam) pada tahun 1971, proyek kredit
wiraswasta untuk usaha pembinaan kepada KPRI primer pada tahun 1973, UPB (Unit
Penyaluran Barang) pada tahun 1974, dan mendapat kepercayaan dari pemerintah
untuk melakukan penyaluran beras pegawai negeri yang diberi nama pemberasan
pegawai negeri. PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto selama ini sudah mengukur
kinerja organisasinya dari sisi keuangannya saja, sama dengan kebanyakan
organisasi-organisasi yang hanya menilai kinerjanya dari sisi keuangannya saja.
Dari tahun ke tahun rata-rata mengalami kenaikan pendapatan sebesar 19%. Dengan
mengimplementasikan Balanced Scorecard, diharapkan koperasi ini mampu bersaing
dan berkembang dengan baik, karena pada saat ini sudah banyak perusahaan non
koperasi juga mempunyai unit usaha simpan pinjam. Sehingga anggota dalam setiap
keadaan dihadapkan dengan pilihan akan selalu melakukan simpan pinjam di PKPRI
Kabupaten/Kota Mojokerto atau akan mudah berpindah kepada perusahaan non
koperasi yang siap bersaing dengan PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto. Reaksi
koperasi pada umumnya terhadap masalah ini yaitu dengan jalan meningkatkan
bisnisnya melalui pemberian pinjaman kepada non anggota secara berlebihan hanya
dengan dasar ingin meningkatkan keuntungan. Dengan melihat hal tersebut di
atas, maka perlu digunakan alternatif penilaian kinerja koperasi dengan
menggunakan Balanced Scorecard yang lebih akurat dan terukur karena dalam
menilai kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja
tetapi juga dalam aspek non keuangan.
Dari latar belakang di atas,
maka dalam penelitian ini mengambil judul “MENGUKUR KINERJA KOPERASI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada PKPRI Kabupaten/Kota
Mojokerto)”
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang
menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana metode pengukuran Balanced
Scorecard bisa diterapkan dalam mengukur kinerja PKPRI Kabupaten/Kota
Mojokerto?
1.3
Tujuan
Penelitian
dan Kegunaan penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode pengukuran Balanced
Scorecard bisa diterapkan dalam mengukur kinerja PKPRI Kabupaten/Kota
Mojokerto.
1.3.2
Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoritis penelitian ini adalah dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan dan memberikan pemahaman mengenai penerapan kinerja
khususnya dengan menggunakan metode balanced scorecard.
b.
Penelitian ini dapat membantu sebuah organisasi khususnya PKPRI Kabupaten/Kota
Mojokerto dalam mengukur kinerja dalam segi keuangan dan dalam segi non
keuangan.
c.
Penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan bagi pihak eksternal organisasi
atau perusahaan untuk mengukur kinerja organisasi atau perusahaan dengan
menggunakan metode balanced scorecard.
1.4 Batasan Penelitian
Penelitian di
PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto hanya difokuskan pada unit simpan pinjam (USP)
yang keuangannya dikelola oleh Gerakan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI).
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Mengukur kinerja koperasi dengan menggunakan metode balanced scorecard: Studi kasus pada PKPRI Kabupaten/Kota Mojokerto." silakan klik link dibawah ini