Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh tingkat hutang, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah variabel book tax difference memoderasi hubungan antara masing-masing variabel tingkat hutang, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012-2014. Total sampel berjumlah 15 perusahaan dengan menggunakan teknik purposive sampling.Metodel analisis data menggunakan regresi berganda dengan bantuan program SPSS 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara bersama-sama maupun parsial, variabel independen berpengaruh terhadap persistensi laba, sehingga semakin tinggi tingkat hutang, likuiditas, dan ukuran perusahaan, maka laba akan semakin persisten. Hasil penelitian terkait variabel moderating menunjukkan bahwa book tax difference memiliki pengaruh sebagai variabel moderating antara tingkat likuiditas dengan persistensi laba, sehingga semakin tinggi book tax difference dalam bentuk manfaat pajak tangguhan maka semakin kuat hubungan antara tingkat likuiditas dan persistensi laba. Sebaliknya, book tax difference tidak memiliki pengaruh sebagai variabel moderating baik antara tingkat hutang dengan persistensi laba maupun ukuran perusahaan dengan persistensi laba. Sehingga, beban dan manfaat pajak tangguhan tidak memperkuat atau memperlemah hubungan baik antara tingkat hutang dengan persistensi laba maupun ukuran perusahaan dengan persistensi laba.
ENGLISH:
This study aims to examine and determine the effect of debt degrees, liquidity and Firm Size on the earning persistence. In addition, this study also aims to test whether a variable tax book difference moderates the relationship between each variable of the debt levels, liquidity and firm size on the earning persistence.
The sample used in this study is a company registered in LQ45 Index Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2012-2014. The total samples are 15 companies using purposive sampling technique. The method of data analysis uses multiple regression with SPSS 21 software.
The results of the study showed that whether being together or partially, the independent variable influenced the persistence of earnings, so the higher the level of debt, liquidity, and the size of the company are, the more persistent the profits are. The research results concerning the moderating variable showed that the book tax difference had an influence as moderating variable between the level of liquidity on the earnings persistence, so the higher book tax difference in the form of deferred tax benefit, the stronger the relationship between the level of liquidity and earnings persistence. On the reverse, the book tax difference had no impact as a moderating variable between debt degree and the persistence of earnings as well as the firm size with earnings persistence. Thus, the load and deferred tax benefit did not strengthen or weaken the relationship between the level of debt to earning persistence as well as the size of the company with earning persistence.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Laba merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai
kinerja atau kondisi keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan yang tercermin
pada laba dalam laporan laba rugi komprehensif merupakan informasi yang penting
bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi atau pemberian kredit, dan
juga memberikan informasi dalam mengevaluasi kinerja manajemen sebagai
pengelola perusahaaan. Schipperand Vincent (2003) dalam penelitian yang
dilakukan oleh Fanani (2010) menjelaskan bahwa laba digunakan oleh investor dan
kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, khususnya yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan pembuatan kontrak (contracting decision),
keputusan investasi (investment decision), dan pembuat standar (standard
setters). Perusahaan seringkali berusaha untuk mendapatkan laba yang maksimal
dengan tujuan untuk memenuhi ekspektasi investor. Pihak manajemen akan
memperoleh kompensasi yang tinggi ketika target laba investor terpenuhi. Oleh
sebab itu, kadangkala pihak manajer melakukan praktik manajemen laba. Manajemen
laba dapat menjadikan informasi yang menyesatkan karena manajemen dipaksa untuk
mencapai target laba tertentu dengan kualitas laba yang rendah, sehingga akan
merusak kepercayaaan investor (Martani, dkk, 2012:413). Kepercayaan investor
merupakan salah satu hal yang sangat 2 penting, karena itu laba yang dihasilkan
perusahaan harus berkualitas. Laba yang berkualitas tinggi tercermin pada laba
yang berkesinambungan (sustainable) dalam beberapa periode yang akan datang.
T.Harrison, dkk (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas laba periode
saat ini dibandingkan dengan periode terakhir,
semakin mungkin perusahaan tersebut melaksanakan strategi bisnis
yang jitu untuk menghasilkan laba yang sehat di masa mendatang, yang mungkin merupakan
kunci bagi harga sahamnya. Harga saham perusahaan pada akhirnya akan
mempengaruhi nilai dari sebuah perusahaan. Salah satu atribut pengukuran
kualitas laba adalah dengan menggunakan persistensi laba. Dewi dan Putri
(2015), menyebutkan bahwa persistensi laba sering dianggap sebagai alat ukur
untuk menilai kualitas laba yang berkesinambungan. Laba yang persisten
merupakan laba yang cenderung tidak berfluktuatif dan mencerminkan
keberlanjutan laba di masa depan dan berkesinambungan untuk periode yang lama.
Persistensi laba menjadi bahasan yang sangat penting karena investor memiliki
kepentingan informasi terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dalam laba di
masa depan. Persada dan Martani (2010) menjelaskan persistensi laba sebagai
kemungkinan laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future
earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings). Semakin
tinggi kemungkinan laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun
berjalan, maka laba memiliki persistensi yang tinggi.
Persistensi laba ditentukan
oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini, yang
mewakili sifat transitori dan permanen laba. Laba yang bersifat transitori
memiliki tingkat persistensi yang rendah dibandingkan dengan laba yang bersifat
permanen. Hadiarrohman (2011), menyatakan bahwa persistensi laba adalah
properti laba yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah
laba yang diperoleh saat ini sampai masa mendatang. Persistensi laba sering
dikaitkan dengan harga saham perusahaan di pasar modal yang diwujudkan dalam
bentuk imbalan hasil. Persistensi laba yang tinggi dapat ditunjukkan melalui
hubungan kuat yang tercipta antara laba perusahaan dengan imbalan hasil bagi
investor. hubungan laba dengan investor dapat mencerminkan persistensi laba
perusahaan (Kusuma dan Sadjiarto, 2014). Hal tersebut sesuai dengan kasus
perusahaan multionasional Johnson & Johnson yang selama 31 tahun
berturut-turut selalu mencatat kenaikan laba dan perusahaan tersebut juga
memperoleh peningkatan dividen dalam 53 tahun terakhir secara berturut-turut
(m.okezone.com, 2015). Beberapa faktor yang berhubungan dengan persistensi laba
telah banyak diteliti. Salah satu faktor tersebut adalah tingkat hutang. Fanani
(2010) menunjukkan bahwa tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap
persistensi laba. Hasil penelitian tersebut memiliki hasil yang berbeda dengan
beberapa hasil penelitian lainnya. Briliana dan Sadjiarto (2014) menunjukkan
bahwa variabel tingkat hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi
laba. Objek penelitian pada kedua penelitian tersebut dilakukan 4 pada
perusahaan yang sama yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan periode penelitian yang berbeda. Suwandika dan Astika (2013),
dengan objek penelitian perusahaan perbankan memberikan hasil bahwa variabel
tingkat hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba. Hal ini
dikarenakan penelitian tersebut menggunakan proxy dari tingkat hutang yaitu
debt to asset ratio sedangkan perusahaan yang tergolong perbankan memiliki
perhitungan rasio khusus untuk rasio solvabilitasnya yaitu rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan perbedaan hasil tersebut maka salah satu
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat hutang dengan objek
penelitian yang berbeda.
Selain variabel tingkat hutang, penelitian ini juga menggunakan
variabel likuiditas, ukuran perusahaan, serta book tax difference sebagai
variabel moderating. Variabel likuiditas digunakan dalam penelitian didasarkan
pada saran dalam sebuah artikel yang di tulis oleh Indra (2014). Salah satu
saran Peneliti tersebut adalah menggunakan variabel likuiditas untuk menguji
peristensi laba karena belum ada penelitian yang menggunakan variabel tersebut.
Suharli dan Oktorina (2005), menjelaskan bahwa likuiditas perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, perusahaan investee yang memiliki
likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran dividen lebih baik pula. Seperti
yang telah dijelaskan dalam PSAK No. 23 bahwa dividen adalah distribusi laba
kepada pemegang 5 investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka
atas kelompok modal tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa
informasi relevan terkait laba perusahaan sangat di butuhkan oleh para
investor. Informasi relevan terkait laba juga bisa dilihat dari pertumbuhan
laba perusahaan. Pertumbuhan laba yang tinggi akan mempengaruhi persistensi
laba. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba adalah ukuran
perusahaan. Dewi dan Putri (2015), menyebutkan bahwa semakin besarnya suatu
perusahaan, maka diharapkan pula pertumbuhan laba yang tinggi. Pertumbuhan laba
yang tinggi juga akan mempengaruhi persistensi laba dan kesinambungan
perusahaan dalam menarik calon investor. Secara umum, investor akan lebih
percaya pada perusahaan besar karena dianggap mampu untuk terus meningkatkan
kualitas labanya melalui serangkaian upaya peningkatan kinerja perusahaan.
Selain variabel-variabel di atas salah satu isu yang berkembang mengenai
peraturan perpajakan yang sekaligus berkaitan langsung dengan persistensi laba
adalah book tax difference.
Book tax difference diartikan sebagai ketidaksamaan antara
perhitungan laba akuntansi dan laba fiskal. Ketidaksamaan perhitungan laba yang
terjadi setiap tahunnya ini akan berdampak pada pertumbuhan laba suatu periode
perusahaan dikarenakan perusahaan harus menyesuaikan kembali perhitungan laba
akuntansinya dengan aturan menurut perpajakan (Dewi dan Putri, 2015). Salah
satu faktor yang mempengaruhi persistensi laba adalah perbedaan laba akuntansi
dengan laba fiskal (book tax difference). Adanya 2 jenis laba tersebut
menyebabkan 6 laba yang dihasilkan perusahaan berbeda sehingga mempengaruhi
kualitas laba. Karena persistensi merupakan salah satu karakteristik kualitatif
relevansi laba, maka semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dengan laba
fiskal (large positive book tax difference dan large negative book tax
difference) persistensi laba perusahaan akan semakin kecil. Sebaliknya semakin
kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal (small book tax difference),
maka semakin tinggi persistensi laba yang dimiliki oleh perusahaan. Logika yang
mendasarinya adalah tidak semua peraturan akuntansi dalam Standar Akuntansi
Keuangan diperbolehkan dalam peraturan pajak (Asma, 2012). Variabel book tax
difference dalam penelitian ini memiliki posisi sebagai varaibel moderasi.
Variabel moderasi digunakan untuk menilai apakah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen akan semakin kuat atau semakin lemah dengan
adanya variabel moderasi tersebut. Peneliti akan menguji bagaiamana pengaruh
tingkat hutang, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap peristensi ketika
perusahaan memiliki perbedaan positif dan negatif yang besar (large positive
book tax difference dan large negative book tax difference), atau ketika
perusahaan memiliki perbedaan laba akuntansi dan laba pajak yang kecil (small
book tax difference).
Dalam hal ini, terlebih dahulu akan diuji apakah laba yang
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut persisten sesuai dengan predikat
sebagai perusahaan dengan tingkat likuiditas dan nilai kapitalisasi pasar
paling tinggi di antara perusahaan yang listing lainnya. Setelah diketahui
bahwa laba 7 tersebut persisten maka akan dilakukan pengujian terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persistensi laba. Berdasarkan uraian di
atas, maka penelitian ini akan lebih difokuskan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi persistensi laba dengan judul “Tingkat Hutang, Likuiditas, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba dengan Book tax difference Sebagai
Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2014).”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah variabel tingkat hutang,
likuiditas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap persistensi laba?
2. Apakah variabel tingkat hutang,
likuiditas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap persistensi laba dengan
book tax difference sebagai variabel moderating?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh
variabel tingkat hutang, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi
laba.
2. Untuk mengetahui pengaruh
variabel tingkat hutang, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi
laba dengan book tax difference sebagai variabel moderating.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
Menambah wawasan di bidang akuntansi
keuangan dan analisis informasi keuangan terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi persistensi laba.
1.4.2 Praktis
Memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, diantaranya perusahaan, investor, kreditor, akademisi, pemerintah, dan
masyarakat luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi laba.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas pada variabel tingkat hutang, likuiditas, ukuran
perusahaan, dan book tax difference.
2. Tahun penelitian yang digunakan terbatas
hanya pada periode 2012-2014.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Tingkat hutang, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap persistensi laba dengan book tax difference sebagai variabel moderating: Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.. .Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment