Abstract
INDONESIA:
Sejalan dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula organisasi yang disebut organisasi nirlaba, Pada umumnya organisasi jenis ini menekankan pada pelayanan sebaik-baiknya pada pihak eksternal, misalnya organisasi pelayanan kesehatan, pendidikan, layanan sosial dan keagamaan. Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai asset kewajiban, aset bersih, dan informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut. Organisasi nirlaba perlu memperhatikan laporan keuangannya yang berguna untuk menilai kemampuan organisasi nirlaba yakni jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut serta cara manajer melaksanakan tanggungjawabnya terhadap kinerja organisasi nirlaba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyusunan laporan keuangan lembaga nirlaba untuk mengetahui bagaimana kinerja pengelola dalam suatu periode. Dengan latar belakang itulah penelitian ini dilakukan dengan judul “Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Pada Lembaga Nirlaba Berdasarkan PSAK 45”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana tujuanya adalah untuk menggambarkan secara sistematis tentang penyusunan laporan keuangan lembaga nirlaba untuk mengetahui kinerjanya. Analisis data bertujuan untuk merumuskan sebuah format laporan keuangan berdasarkan PSAK 45. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentansi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat komponen laporan keuangan yang tidak sesuai dengan standart yang berlaku umum bahkan belum tersajikan. Sehingga peneliti mencoba membuat format laporan keuangan lembaga nirlaba berdasarkan PSAK 45 yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kinerja pengelola dalam periode yang akan datang.
ENGLISH:
As society develops, a nonprofit organization is also developing. Generally, such organization emphasizes on its best service for external parties, such as organization of health, education, social and religious services. The organization capability to continue providing services is communicated using financial statement. It provides information about the mandatory asset, net assets, and the relationship between the two elements. Non-profit organizations have to pay more attention to their financial statements which is useful to assess their capabilities and their continuance in providing services and the managements in carrying out their performance. This study aims to find out the process of non-profit institution financial statements making and to determine the manager’s performance in a certain period. Therefore, this researcher conducted a study entitled "The Implementation of Financial Statements Making in Non-Profit Institutions Based on SFAS 45”.
This study uses a descriptive qualitative approach to systematically describe the preparation of non-profit institution financial statements to determine its performance. Data analysis aims to formulate a financial statement format based on SFAS 45. The researcher collects the data using interview, observation, and documentation.
The results shows that some components of financial statements are not based on the generally accepted standard and some of them are not presented yet. Therefore, the researchers tries to make the standard format of non-profit institution financial statement based on SFAS 45 to determine the manager’s performance in the following period.
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Allah SWT melalui Al Quran surat Al Baqarah ayat 282 berfirman: Artinya
; “ Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Hendaklah seorang penulis
diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan.” Penggalan Surat Al Baqarah
ayat 282 tersebut diatas secara implisit memberikan pesan bahwa Islam mendorong
praktik akuntansi dalam kehidupan bermuamalah (perdagangan). Pada dasarnya,
ilmu akuntansi dan praktek akuntansi di lingkunganan bisnis (muamalah) telah
menjadi bagian yang integral. Namun, ilmu akuntansi dan prakteknya di luar
entitas bisnis khususnya lembaga keagamaan sangat termarginalkan. (Simanjuntak,
2011). Sebagai entitas pelaporan akuntansi yang menggunakan dana masyarakat
sebagai sumber keuangannya dalam bentuk sumbangan, sedekah atau bentuk bantuan
sosial lainnya yang berasal dari masyarakat (publik), yayasan menjadi bagian
dari entitas publik yang semua aktivitasnya harus dipertanggungjawabkan kepada
publik.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi kata kunci yang penting bagi
entitas publik untuk bertahan dan memaksimalkan perannya pada domain sosial
budaya 2 dimana entitas tersebut berada yang berbeda dengan entitas publik
lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula organisasi
yang disebut organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang dalam operasinya
tidakberorientasi untuk menghasilkan laba. Pada umumnya organisasi jenis ini
menekankan pada pelayanan sebaik-baiknya pada pihak eksternal, misalnya
organisasi pelayanan kesehatan, pendidikan, layanan sosial dan keagamaan.
Praktek akuntansi pada lembaga-lembaga keagamaan atau lembaga Nirlaba lainnya
merupakan sesuatu yang tidak lazim. Walaupun tidak lazim, penelitian praktek
akuntansi pada lembaga keagamaan seperti tempat ibadah banyak dilakukan oleh
beberapa peneliti Akuntansi. Helen Irvine (2004) menyimpulkan bahwa, Pendeta
dan orang awam percaya bahwa akuntansi tidak mengganggu agenda suci yang
dikerjakan oleh Gereja, sebaliknya, akuntansi adalah bagian penting yang
terintegrasi dengan kepentingan Gereja untuk mencapai misi kudus, karena Gereja
berkepentingan dengan peningkatan dana dan manajemen keuangan yang baik untuk
mencapai misinya. Kerry Jacob (2004) menyimpulan bahwa, berdasarkan teori A
Clash of Jurisdictional yang dikemukakan oleh Abbot (1988), terdapat pemisahan
wewenang antara masing-masing profesi yang tidak mungkin saling memahami sehingga
muncul konflik antara Akuntan dengan Rohaniawan. Teori yang disampaikan
Laughlin (1988) yang menyatakan ada pemisahan antara akuntansi sebagai Ilmu
sekuler dengan kehidupan keagamaan yang penuh dengan kekudusan mendorong
Jurisdictional Conflict tersebut. Disisi lain, Jacob (2004) juga mengutip
pendapat Eliade (1959) yang menyatakan bahwa bagi seseorang yang sangat
religius maka semua sudut pandangnya akan sesuatu selalu didasari oleh pemahaman
spiritual, oleh karena itu maka praktek akuntansinya pun akan dipenuhi dengan
dimensi spiritual, sebaliknya bagi seseorang yang tidak religius maka
dipersepsikan bahwa akuntansi merupakan ilmu bebas dari pengaruh dimensi
spiritual.
Organisasi nirlaba memperoleh modal sendiri atau fund capital cara
memperbesar surplus yang diperoleh, menerima sumbangan atau bantuan dandonasi
dari individu atau kelompok masyarakat. Tujuan utama organisasi nirlabaadalah
menyediakan jasa kepada masyarakat sekitarnya dan bukanmemaksimumkan kemakmuran
pemegangsaham. (Sartono, 2000). Kemampuan organisasi untuk terus memberikan
jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi
mengenai asset kewajiban, aset bersih, dan informasi mengenai hubungan diantara
unsur-unsur tersebut. Laporan posisi keuangan organisasi nirlaba disajikan
secara terpisah seperti aset bersih yang terikat maupun tidak terikat
penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola
sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui
laporan aktivitas dan laporan arus kas. Organisasi nirlaba perlu memperhatikan
laporan keuangannya yang berguna untuk menilai kemampuan organisasi nirlaba
yakni jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut serta cara manajer melaksanakan tanggungjawabnya
terhadap kinerja organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba dengan tujuanyang tidak
homogen, sulit menetapkan keseragaman satuan pengukuran kinerja. Apalagi secara
prinsipproduk dari 4 organisasi nirlaba adalah barang publik yangsangat sulit
diukur kinerjanya (Prabowo, 2004). Melihat pentingnya laporan keuangan bagi
sebuah organisasi - organisasi nirlaba, maka perlu ada suatu aturan baku yang
mengatur mengenai penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba, IAI mengeluarkan
PSAK mengenai organisasi nirlaba yaitu PSAK No. 45. Menurut PSAK No.45 (revisi
2012) laporan keuanganyang harus disajikan oleh organisasi nirlaba terdiri
dari:laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan. Meskipunorganisasi nirlaba memiliki peran cukup besar dalam
masyarakat Indonesia, risetakuntansi keuangan diIndonesia selama ini hanya
difokuskan, ada beberapafaktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi yaitu
Organisasi nirlabamemiliki tujuan dan karakteristik yang sangat berbeda dengan
organisasi bisnis.
Penelitian ini akan mencoba
mengimplementasikan laporan keuangan pada Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul
Arifin yang merupakan organisasi nirlaba yang berada di Kabupaten Malang.
Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin iniberaktivitas di bidang
Pendidikan baik Pendidikan Formal maupun non Formal, pendidikan formal yang ada
di antaranya adalah Roudlotul Athfal (RA) Raudlatul Arifin dan Madrasah
Ibtidaiyyah (MI) Tarbiyyatul Arifin, sedangkan untuk pendidikan non formal di
antaranya Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Sunan Kalijogo.Yayasan Pesantren Global
Tarbiyyatul Arifin ini beralamat di Jl. Anggodo Dusun Lowoksuro RT. 003 RW. 010
Desa Mangliawan Kec. Pakis Kab. Malang. Yayasan Tarbiyyatul Arifin mengalami
perkembangan yang signifikan, 5 dimana mulanya hanya bergerak di pendidikan non
formal Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (madin) namun kini
Yayasan ini telah mulai membuka pendidikan formal, yakni Roudlotul Athfal (RA)
Raudlatul Arifin dan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Tarbiyyatul Arifin. Selain itu
santri yang menuntut ilmu disana juga mengalami peningkatan, awalnya hanya 10
Santri kini mencapai 30 Santri, hal ini disebabkan oleh lokasi Yayasan yang
Strategis dan Sosok Pengasuh yang disegani. Di dalam perkembangannya Yayasan
Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin mengalami kendala dalam menyusun laporan
keuangan berdasarkan PSAK 45 karena ketidakfahaman cara penyusunan laporan
keuangan. Praktik Penyusunan laporan keuangan yang telah dilakukan hanya pada
arus dana masuk dan keluar, walaupun laporan keuangan selama ini telah
disajikan dengan baik namun belum sesuai dengan PSAK 45.
Mengingat perkembangan dan layanan yang ada di Yayasan Pesantren
Global Tarbiyyatul Arifin ini cukup baik maka di perlukan laporan keuangan yang
memiliki dasar penyusunannya karena di masa yang akan datang laporan keuangan
merupakan salah satu alat ukur kinerja dan transparansi Lembaga Nirlaba bagi
Lembaga Pemerintah, Donatur, Masyarakat, serta Pihak Yang Terkait. Berdasarkan
latar belakang penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti “IMPLEMENTASI
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA NIRLABA BERDASARKAN PSAK 45 (Study
Kasus Pada 6 Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang).”
1.2. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar
belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah praktik penyusunan laporan keuangan di Yayasan
Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin pada saat ini?
2. Bagaimanakah perbaikan yang dapat
dilakukan oleh Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin terkait dengan
praktik penyusunan laporan keuangan berdasarkan PSAK 45 di masa yang akan
datang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penyusunan laporan
keuangan lembaga nirlaba Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin
berdasarkan PSAK 45.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
a. Menerapkan ilmu yang didapat
selama mengikuti kuliah.
b. Menambah wawasan bagi penulis mengenai
proses penyusunan laporan keuangan lembaga nirlaba pondok pesantren.
2. Bagi Yayasan Pesantren Global
Tarbiyyatul Arifin
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan yang cukup objektif dalam penyusunan laporan keuangan
berdasarkan PSAK 45.
b. Membantu Yayasan Pesantren Global
Tarbiyyatul Arifin mengetahui kinerja yang seimbang dalam pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan peningkatan kinerja. 3. Bagi masyarakat Sebagai
referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
1.5. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan pembahasan
terhadap permasalahan yang akan dikaji, maka batasan masalah yang digunakan
adalah perspektif keuangan, dalam perspektif ini alat yang digunakan adalah
sumber-sumber pendanaan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Implementasi penyusunan laporan keuangan pada lembaga nirlaba berdasarkan PSAK 45: Studi kasus pada Yayasan Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.." silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment