Abstract
INDONESIA:
Pengukuran kinerja (performance measurement) merupakan proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam upaya peningkatan kinerja dan perkembangan bisnisnya,pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard (bsc) dapat diterapkan pada perusahaan jasa khususnya KJPP Hari Utomo dan Rekan. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui BSC sebagai alat ukur kinerja KJPP balanced scorecard Hari Utomo dan Rekan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, kuisioner, dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mengukur dari empat perspektif dalam metode balanced scorecard yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Hasil pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard untuk perspektif keuangan terdiri dari peningkatan pendapatan dan penurunan biaya operasional. Diketahui bahwa hasil perhitungan dengan rasio ROE pada tahun 2012 menunjukkan kenaikan sebesar 38% pada pendapatan atas jasa yang dikerjakan. BOPO mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 56% pada biaya operasional penilai. Kemudian untuk perspektif pelanggan kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa sudah menunjukkan nilai puas yaitu 79,4% terhadap keakuratan hasil laporan penilaian. Perspektif bisnis internal menunjukkan hasil pengukuran bahwa proses inovasi, proses penilaian dan layanan purna jual sudah memenuhi kriteria baik sesuai yang diinginkan. Dan yang terakhir yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan bahwa peningkatan kualitas karyawan, ketersediaan teknologi penunjang dan kepuasan karyawan sudah menunjukkan hasil yang baik.
ENGLISH:
Measurement of performance (performance measurement) is the process of assessment of the progress of the work against goals and objectives that have been determined in advance. In an effort to increase the performance and development of its business, with performance measurement balanced scorecard method can be applied to service companies in particular KJPP Hari Utomo dan Rekan. The purpose of this research is to make the design of balanced scorecard to measure performance and peer KJPP Hari Utomo.
This research used the qualitative approach diskriptif. Data collection is carried out by means of observation, interview, questionnaire, documentation. Data analysis was done by way of a measure of the four perspectives of the balanced scorecard method in the financial perspective, the customer perspective, the internal business perspective, and the learning and growth perspective.
This research used the qualitative approach diskriptif. Data collection is carried out by means of observation, interview, questionnaire, documentation. Data analysis was done by way of a measure of the four perspectives of the balanced scorecard method in the financial perspective, the customer perspective, the internal business perspective, and the learning and growth perspective.
Performance measurement results with the balanced scorecard method for a financial perspective consists of increased revenues and reduced operational costs. Note that the results of the calculation with the ratio of ROE in 2012 shows a rise of 38% on income above the level of the service. BOPO and decline in 2012 to be 56% on operating costs assessment. Then to perspective customers customer satisfaction towards the services has shown the value of satisfied i.e. 79,4% with respect to the accuracy of the results of the assessment report. Internal business perspective shows the measurement results that the innovation process, assessment process and after-sales service already meet the criteria either as desired. And the last is the learning and growth perspective suggests that improving the quality of the supporting technology, availability of employees and employee satisfaction is already showing good results.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan
perubahan besar dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya
manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan
dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan
terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki
persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan
pada tingkat dunia yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu
menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective (Mulyadi, 1997:31).
pengukuran kinerja merupakan
salah satu faktor yang penting diterapkan dalam perusahaan Untuk menghadapi
persaingan dan peningkatan mutu perusahaan. Selain digunakan untuk menilai
keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan
tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak.Pihak manajemen juga dapat
menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada
periode sebelumnya (Kaplan and Norton, 2000:53). 2 Selama ini yang umum
digunakan dalam perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya
menitikberatkan pada sektor keuangan saja. Pengukuran kinerja dengan sistem ini
menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan
cenderung mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Pengukran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang mampu
mengukur kinerja harta-harta tak berwujud (intangible assets) dan harta-harta
intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.Selain itu pengukuran kinerja
dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu
perusahaan, kurang memperhatikan sektor internal, serta tidak mampu sepenuhnya
menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton, 1996:28).
Pemakaian penilaian kinerja tradisional yaitu ROI, Profit Margin dan Rasio Operasi
sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki
oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum.
Hal ini disebabkan karena ROI, Profit Marjin dan Rasio Operasi
hanya menggambarkan pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba dalam
mendukung penjualan selama periode tertentu. Ukuran-ukuran keuangan tidak
memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena tidak
memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial misalnmya sisi pelanggan yang
merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut
merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996:42).
3 Cara mengatasi keterbatasan kinerja tradisional, Dalam akuntansi manajemen
dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang
disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun
1990. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam
mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan
bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999:47). Balanced
Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan
suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam
organisasi. Menurut Kaplan (Kaplan, 1996:41) pada saat perusahaan melakukan
pengukuran secara finansial, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah
mendeteksikeberadaan industri yang dimilikinya. Kaplan menggolongkan tiga tahap
perkembanganindustri yaitu; growth, sustain, dan harvest.dalam perspektif
customer mengidentifikasi bagaimana kondisi customer mereka dan segmen pasar
yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor mereka.
Segmen yang telah mereka pilih ini mencerminkan keberadaan customer tersebut
sebagai sumber pendapatan mereka. Sedangkan dalam perspektif bisnis internal,
perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang
dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para pemegang saham.
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu: proses
inovasi, proses operasi, proses pasca penjualan. Perspektif yang terakhir dalam
Balanced 4 Scorecard adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan
(Kaplan,1996:25) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk
terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan
meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat
pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk
berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif di atas dan tujuan
perusahaan. Balanced scorecard memiliki keistimewaan dalam hal pengukuran
kinerja yang cukup komprehensif. Karena selain mempertimbangkan faktor kinerja
finansial,
Balanced scorecard juga mempertimbangkan kinerja non finansial.
Disamping itu Balanced scorecard tidak hanya mengukur hasil akhir tetapi juga
aktivitas-aktivitas pembantu hasil akhir. Balanced scorecard berusaha
menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuannya. Dengan keempat
perspektif yang ada pada Balanced scorecard diharapkan dari kegiatan karyawan
dari tingkat atas sampai dengan tingkat bawah mengetahui apa misi dan strategi
perusahaannya. Karena Balanced scorecard bukan sebagai pengendali perilaku
tetapi lebih sebagai sarana komunikasi, informasi dan proses belajar (Mulyadi :
2001:22). Penelitian terdahulu terkait dengan pengukuran kinerja dengan metode
Balanced Scorecard telah dilakukan oleh (meirdeni:2010) pada Bank Jateng
Semarang. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwasanya pengukuran
dengan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, bisnis internal, pertumbuhan
dan pembelajaran masing-masing mengalami peningkatan hasil yang signifikan dan
5 menunjukkan nilai perkembangan yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pengukuran dengan Balanced scorecard berhasil diterapkan(Meirdani: 2010).
Selain itu masih banyak penelitian terdahulu terkait pengukuran kinerja dengan
Balanced Scorecard. Akan tetapi, Penelitian yang menggunakan objek perusahaan
jasa seperti KJPP belum pernah diteliti sebelumnya. Kantor Jasa Penilai Publik
yang selanjutnya disebut KJPP, adalah badan usaha yang telah mendapat izin
usaha dari Menteri sebagai wadah bagi Penilai Publik dalam memberikan
jasanya.Kantor Jasa Penilai Publik ini merupakan usaha jasa penilaian dan
konsultan asset. Penilaian dilakukan berdasarkan prosedur penilaian yang telah
di sah kan dalam peraturan penilaian/ SPO. Penilaian asset diartikan sebagai
proses penilaian seorang penilai dalam memberikan suatu opini nilai suatu
asset, berdasarkan hasil analisis terhadap fakta-fakta yang objektif dan
relevan dengan menggunakan metode dan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku.
Ruang lingkup kegiatan usaha jasa penilai mencakup segala kegiatan yang
meliputi penilaian terhadap nilai ekonomis harta benda berwujud dan tidak
berwujud, penilaian terhadap proyek, penilaian terhadap kelayakan teknis,
penilaian rekayasa, manajemen harta benda, bantuan terhadap proses jual
beli/penyewaan atas semua aktiva (property agent), penilaian kelayakan usulan
proyek serta jasa lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan penilaian dalam
arti seluas-luasnya.
Pemerintah melihat
pentingnya mengatur dan memberikan kepastian hukum kepada profesi penilai.Maka,
lahirlah Keputusan Menteri Perdagangan No. 161/VI/77 yang mengatur izin usaha
jasa penilai di Indonesia.Sesuai dengan kebutuhan, appraisal mengalami
pembaharuan peraturan tentang profesi jasa penilai. Pada 2008 lalu Menteri
Keuangan menerbitkan Peraturan No. 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik
yang didalamnya mengatur ketentuan umum terkait profesi penilai, izin
mendirikan KJPP, bidang usaha jasa serta ketentuan-ketentuan yang berisi aturan
organisasi jasa penilai publik. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan itu juga
yang awalnya usaha jasa penilai yang berbentuk perseroan terbatas diubah
menjadi Kantor Jasa Penilai Publik. Seiring berkembangnya usaha jasa penilai,
Kantor Jasa Penilai Publik Hari Utomo dan Rekan banyak memberikan jasa
penilaianya pada berbagai perusahaan publik dan nonpublik di Indonesia.Banyak
rekanan yang telah menjalin kerjasama dengan KJPP.Sebagian besar dari rekanan
KJPP Hari Utomo adalah Perbankan diantaranya Bank BRI, BCA, PANIN, UOB dan bank-bank
lain yang menjadi rekanan serta rekanan perseorangan atau individu. KJPP Hari
Utomo dan Rekan terus berkembang hingga membuka kantor cabang dan kantor
perwakilan. Kantor pusat KJPP Hari Utomo dan Rekan berada di kota Sidoarjo,
kantor cabang berada di DKI Jakarta, sedangkan kantor perwakilan berada di
beberapa kota di Indonesia, diantaranya : Makasar, Bandung, Balikpapan, Malang,
Surakarta, Madiun, Jogja, Bali, Kendari, Palangkaraya, Deli Serdang dan
Kediri(Profil KJPP Hari Utomo dan Rekan). Pengukuran kinerja dengan menggunakan
Balanced Scorecard telah banyak diterapkan diberbagai perusahaan baik yang
bersifat profit oriented sampai perusahaan yang bersifat nirlaba.
Akan tetapi pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Balanced
Scorecard pada perusahaan jasa seperti KJPP belum pernah ada sebelumnya.Oleh
karena itu dengan adanya perancangan pengukuran kinerja dengan metode Balanced
Scorecard ini diharapkan mampu memberikan informasi pada KJPP Hari Utomo dan
Rekan yang menyeluruh mengenai kinerja perusahaan.Sehingga dengan adanya
informasi tersebut, manajemen dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan sehingga dapat berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan.
Dari latar belakang diatas bahwa penilaian kinerja dengan metode
Balanced Scorecard dapat membantu pengukuran kinerja pada KJPP Hari Utomo dan
Rekan. Oleh karena itu, penulis tertarik menulis skripsi dengan judul:
“Balanced Scorecard(BSC) Sebagai Alat Ukur Kinerja KJPP (Studi Kasus Pada
Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Hari Utomo Dan Rekan Surabaya” .
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan
masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dengan cara menganalisa
bagaimana perusahaan menerapkan. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah
yang ingin diteliti, yaitu : “Bagaimana Balance Scorecard jika digunakan untuk
mengukur kinerja kantor jasa penilai publik Pada KJPP Hari Utomo dan Rekan
Surabaya?”.
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :”Untuk mengukur kinerja dengan Balance Scorecard pada kantor jasa
penilai publik pada KJPP Hari Utomo dan Rekan Surabaya ”.
1.4
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi penulis Penulis dapat memperoleh pengetahuan baru bagaimana kinerja kantor
jasa penilai public jika diterapkan dan diukur dengan penerapan Balance
Scorecard.
2. Bagi Organisasi Diharapkan dengan
penelitian ini dapat menolong efektifitas organisasi dan menolong penerapan
untuk tujuan sesuai visi misi perusahaan berupa pemikiran tentang sistem
manajemen strategi dengan menggunakan Balance Scorecard, yang memberikan
penilaian apabilan diterapkan dalam organisasi.
3. Manfaat yang
diperoleh bagi pembaca yaitu untuk menambah pengetahuan khususnya dalam ilmu
akuntansi manajemen dan menjadi bahan pertimbangan bahkan gambaran bagi
pihak-pihak yang mengadakan penelitian berkaitan dengan penerapan Balance
Scorecard pada perusahaan jasa.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat ukur kinerja KJPP: Studi kasus pada Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Hari Utomo dan Rekan Surabaya.." silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment