Abstract
INDONESIA:
Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu metode yang dapat memperbaiki kelemahan metode tradisional dengan mengalokasikan biaya overhead pabrik sesuai konsumsi masing-masing aktivitas, yang akan dapat memperoleh perhitungan HPP secara akurat.
Penelitian yang dilakukan di PT. PG. Krebet Baru bertujuan untuk mengukur HPP tahun 2012 dengan menggunakan metode tradisional dan perancangan dengan metode ABC serta membandingkan kedua metode dan membandingkan keseluruhan data yang diperoleh dengan teori.
Hasil penelitian menunjukan perhitungan HPP menggunakan tradisional dengan metode ABC, memperoleh hasil lebih tinggi untuk produk bervolume banyak yaitu pada produk gula, dengan selisih sebesar Rp. 4.000 (over costing) dan pada produk tetes memperoleh hasil lebih rendah untuk produk bervolume sedikit dengan selisih sebesar Rp. -11.000 (under costing). Hal ini disebabkan perbedaan dalam pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk, ketika menggunakan tradisional hanya menggunakan satu jenis cost driver saja berupa jumlah unit, sedangkan menggunakan ABC lebih dari satu jenis cost driver yang digunakan berdasarkan aktivitas yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerapan ABC diharapkan alokasi biaya overhead ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas dan memperoleh informasi harga pokok produksi yang akurat serta disarankan manajemen agar efisien dalam pengambilan keputusan mengenai harga jual masing-masing produk.
ENGLISH:
Activity Based Costing (ABC) is a method that can rectify the shortcomings of traditional methods to allocate factory overhead costs corresponding consumption of each activity, which will be able to accurately capture the HPP.
The research conducted at PT. PG. Krebet Baru. It has aims to measure the HPP in 2012 by using traditional methods and the design of the ABC method. Then compare the two methods and comparing the data obtained by using the whole theory.
The results showed the traditional calculation of HPP by using the ABC method, obtaining the higher results for much volume products. It is sugar product. By the differences Rp. 4000 (costing over) and the product drops obtain lower results for volume product with a little difference Rp -11.000 (under- costing). This is due to differences in manufacturing overhead loading on each product, when using only traditional use only one type of cost driver in the form of number of units. While uses ABC more than one type of cost driver based activities is incurred in the production process. Application of ABC is expected overhead cost allocation to each product based on the consumption of each activity. The other aim is for getting the cost of production information that is accurate. The researcher suggested that efficient management in making decisions regarding the selling price of each product.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang
semakin canggih di era modern mempengaruhi perkembangan dunia usaha sehingga
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Para pelaku usaha diharapkan mampu
mengikuti perkembangan tersebut serta mampu menghadapi persaingan bisnis yang
semakin ketat agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal. Perusahaan
harus mampu mempertahankan keberadaannya dalam persaingan dunia usaha dengan
meningkatkan kualitas produk sehingga memiliki keunggulan kompetitif yang dapat
menarik minat konsumen. Setiap konsumen menginginkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan dan selera mereka. Sebagian besar konsumen menginginkan produk yang
berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Hal ini menjadi kendala bagi
perusahaan sebab harus meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya produksi.
Manajemen perusahaan harus dapat merencanakan pengalokasian biaya-biaya secara
tepat, khususnya biaya produksi, sebab penentuan biaya produksi berkaitan
dengan perhitungan harga pokok produksi. Apabila biaya produksi tinggi maka
harga pokok produksi tinggi sehingga harga jual produk relatif lebih mahal dari
harga jual pesaing. Sebaliknya, apabila biaya produksi rendah maka harga pokok
produksi rendah sehingga harga jual produk relatif murah tetapi perusahaan
tidak dapat mencapai laba secara optimal. Sistem akuntansi biaya akan membantu
manajemen perusahaan menghindari 2 kekeliruan tentang pengalokasian biaya-biaya
sehingga manajemen perusahaan dapat memperhitungan harga pokok produksi secara
akurat dan teliti.
Informasi perhitungan harga pokok produksi yang akurat dan teliti
dapat digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan produk yang lebih
kompetitif di dunia bisnis (Supriyono, 2007). Perhitungan biaya tradisional
hanya dapat menelusuri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke
setiap unit produk, sedangkan biaya overhead diasumsikan proporsional dengan
jumlah unit yang diproduksi. Perhitungan tradisional tidak dapat menunjukkan
jumlah biaya yang sesungguhnya dikonsumsi dalam setiap unit produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Dalam penggunaan perhitungan biaya tradisional
mudah diterapkan dalam perusahaan dan perhitungannya tidak memakai banyak cost
driver yang digunakan dalam pengalokasian biaya overhead, hal tersebut juga
memudahkan manajemen untuk melakukan perhitungan, serta dapat memudahkan para
audit. (Cooper&Kaplan, 1991 dalam Wijayanti, 2011:29) Akan tetapi terdapat
kelemahan dalam penggunaan biaya tradisional pada perusahaan diantaranya yaitu,
perusahaan akan mengalami distorsi biaya, jika pembebanan biaya terlalu tinggi
untuk produk yang bervolume banyak dan pembebanan biaya terlalu rendah untuk
produk yang bervolume sedikit. Hal ini akan sangat merugikan perusahaan
khususnya perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk.
Alokasi biaya dengan sistem tradisional mengakibatkan penyimpangan
karena tidak setiap produk mengkonsumsi biaya overhead secara proporsional terhadap
unit yang diproduksi, sehingga 3 mengakibatkan kekeliruan dalam perhitungan
harga pokok produksi yang menentukan harga pokok penjualan produk (Supriyono,
2007:263). Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan pemanufakturan maju
lebih baik menggunakan strategi baru untuk mencapai keunggulan, yaitu dengan
dapat menerapkan perhitungan biaya produksi yang berdasarkan pada aktivitas
(Activity Based Costing ) untuk mengatasi kelemahan perhitungan biaya
tradisional. Activity Based Costing dapat membantu manajemen dalam
mengalokasikan biaya overhead secara akurat dan dapat mengurangi distorsi yang
disebabkan oleh perhitungan biaya tradisional. Activity Based Costing dapat
menelusuri biaya-biaya secara lebih menyeluruh, tidak hanya ke unit produk,
tetapi ke aktivitas- aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk.
Beberapa aktivitas misalnya aktivitas pemesanan bahan, penerimaan bahan,
pengujian produk, aktivitas batch, aktivitas penyediaan utilitas dan lain-lain.
Dengan demikian, penggunaan Activity Based Costing akan mampu memberikan
informasi harga pokok produksi yang lebih akurat, dapat meningkatkan mutu
pembuatan dalam pengambilan keputusan, serta dapat merencanakan perencanaan
strategis (Supriyono, 2007:295).
Setiap perusahaan dalam menghasilkan produksinya tentu menginginkan
hasil produksi yang maksimal dengan biaya yang minimum atau effective, begitu
juga dengan PT. PG. Krebet Baru yang merupakan perusahaan manufaktur di bidang
industri gula dan tetes. Menurut data yang ada menunjukkan Industri Gula
Indonesia masih menjadi peluang usaha yang menguntungkan karena Industri Gula
Indonesia 4 masih belum mencukupi kebutuhan konsumsi Nasional yaitu meliputi,
produksi Gula Indonesia untuk konsumsi pertahun hanya 2,1 juta ton/tahun, jauh
dari target kurang lebih 3 juta ton/tahun. Jika konsumsi Gula konsumen
Indonesia 12 kilogram per kapita/tahun, sementara produksi Gula konsumsi yang
diproduksi PTPN hanya 2,1 juta ton/tahun, maka hanya dapat memenuhi 60 persen
konsumen Gula sebanyak 120 juta penduduk Indonesia. Di samping itu, Pemerintah
juga bercita-cita menjadikan negeri ini menjadi swasembada Gula kembali,
mengingat dalam sejarah pergulaan di Indonesia pernah mencapai puncak kejayaan
pada awal abad ke-20 yang pada waktu itu Pemerintah Hindia Belanda dengan
basisnya di Pulau Jawa pernah menjadi eksportir gula terbesar kedua setelah
Cuba dengan total produksi mencapai 2,96 juta ton dan sempat memasuki masa
keemasan pada masa Oei Tiong Ham yang memperoleh gelar “Si Raja Gula” di Asia
Tenggara. (www.suarapembaruan.com, 2013) Adapaun hasil survei (Zuhri, 2012)
menyatakan Rendemen Gula pada PT. PG. Krebet Baru tertinggi dari 10 Pabrik Gula
yang dimiliki oleh RNI, yaitu mampu mencapai 9,2% jauh lebih tinggi dari rerata
Randemen nasional 7,8%. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan Krebet Baru
memproduksi gula dengan kualitas bagus dan menghasilkan prosuksi gula lebih
banyak dari beberapa anak perusahaan RNI lainnya. PT. PG. Krebet Baru merupakan
Unit usaha dari PT. PG. Rajawali I dan merupakan anak perusahaan PT. Rajawali
Nusantara Indonesia. Lokasi dari Pt. PG. Krebet Baru berada di jalan Raya
Bululawang Kepanjen Malang.
Perusahaan ini menghasilkan
produk berupa gula, tetes, ampas dan blotong. Ke empat produk tersebut yang
diperjual belikan adalah gula dan tetes, sedangkan ampas dan blotong tidak
diperjual belikan dan proses produksi berbagai macam produknya menggunakan
berbagai macam mesin. Dengan terus meningkatnya kebutuhan gula dalam negeri
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk indonesia, menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi perusahan industri gula ini untuk bisa bersaing dengan
perusahaan-perusahaan penghasil gula lainnya yang ada di dalam negeri. Selain
itu PT. PG krebet menghasilkan beberapa macam produk, dan berbagai macam mesin
yang digunakan, tentu membutuhkan berbagai macam aktivitas dan jenis biaya.
Sehingga membuat manajemen PT. PG. Krebet Baru harus mempunyai strategi unggul,
salah satunya yaitu dengan menghasilkan biaya produksi yang efektif. Semakin
besar tingkat persaingan yang terjadi maka semakin penting peran informasi
tentang harga pokok produksi dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen
PT. PG. Krebet Baru. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh PT.
PG Krebet Baru masih menggunakan perhitungan biaya tradisional. Basis biaya
yang di gunakan untuk penentuan perhitungan harga pokok produksi perusahaan
yaitu meliputi biaya tanaman, biaya pegawai langsung, biaya overhead pabrik,
pesediaan awal dan persediaan akhir. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu
biaya yang hanya berhubungan dengan volume unit atau tingkat produksi yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik. Apabila dalam suatu
perusahaan pembebanan biaya overhead pabrik 6 menggunakan basis alokasi suatu
ukuran yang berkaitan dengan volume unit, maka perhitungan harga pokok
produksinya menjadi kurang akurat atau terjadi distorsi dalam pengalokasian
biaya overhead dan akan mempengaruhi penentuan harga jual produknya, sehingga
akan menimbulkan masalah bagi perusahaan dalam membebankan biaya kedalam masing-masing
produk dalam menentukan akurasi perolehan harga pokok produksinya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis berkeinginan
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perancangan Metode Activity Based
Costing Dalam Meningkatkan Akurasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada PT.
PG. Krebet Baru Bululawang Malang”. 1.1.Rumusan Masalah
Dari latar belakang
permasalahan di atas, hal-hal yang akan dijadikan perumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi menggunakan
perhitungan biaya tradisional ?
2. Bagaimana perancangan perhitungan harga pokok produksi
menggunakan Activity Based Costing ?
3. Bagaimana perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi
menggunakan perhitungan biaya tradisional dengan Activity Based Costing ?
1.2.Tujuan Penelitian
Untuk memberi gambaran dan
memperjelas penelitian perlu ditetapkan tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk menghitung harga pokok produksi yang menggunakan
perhitungan biaya tradisional.
2. Untuk merancang perhitungan harga pokok produksi yang
menggunakan Activity Based Costing.
3. Untuk membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang
menggunakan perhitungan biaya tradisional dengan Activity Based Costing.
1.3.Manfaat Penelitian
Terdapat berberapa manfaat penelitian yang dapat diberikan oleh
penelitian ini baik kepada diri sendiri maupun kepada perusahaan yang diteliti
dan kepada peneliti lain yang meneliti tentang perbandingan penghitungan Harga
pokok produksi yang menggunakan perhitungan biaya tradisional dengan yang
menggunakan Activity Based Costing. Adapun beberapa konstribusi penelitian ini
adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi akademis, sebagai bahan masukan dan
referensi penerapan Activity Based Costing dalam hubungannya dengan penentuan
harga pokok produksi. Diharapkan pula dari hasil penelitian ini dapat berguna
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Akuntansi Manajemen.
2. Sebagai saran untuk
perusahan Industri Gula “PT. PG. Krebet Baru”, Bululawang sebagai obyek
penelitian agar dapat mendapatkan informasi mengenai harga pokok produksi yang
sebelumnya memakai perhitungan biaya tradisional menjadi Activity Based Costing
yang lebih akurat dalam perhitungan harga pokok produksi, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan perubahan kebijakan bagi
perusahaan mengenai masalah perhitungan Harga Pokok Produksi.
3. Sebagai pertimbangan bagi
perusahaan dalam mengalokasikan Biaya Overhead Pabrik perusahaan sehingga dapat
menjadi komponen harga produksi kepada produk dengan tepat dan akurat
berdasarkan aktivitasnya sehingga perusahaan tersebut dapat memberikan
kebijakan yang tepat dalam menentukan Biaya Overhead.
4. Sebagai referensi
terhadap penelitian lain yang mengambil tema seperti penelitian ini sehingga
penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain dan dapat memberikan
kontribusi dalam penelitian itu.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Perancangan metode activity based costing dalam meningkatkan akurasi perhitungan harga pokok produksi pada PT. PG. Krebet Baru Bululawang Malang..." silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment