Abstract
INDONESIA:
Aktivitas biaya produksi berperan dalam menentukan perhitungan harga pokok produksi dan menghasilkan penetapan harga jual yang tepat. Pengelolaan biaya seperti penggunaan Activity Based Costing (ABC) berperan dalam penentuan harga pokok produksi. Activity Based Costing (ABC) dapat membantu menganalisis perhitungan apabila data terjadi overcost dan undercost pada setiap produk. Dari latar belakang inilah perlu dilakukan penelitian yang berjudul” analisis penentuan harga pokok produksi berdasarkan“Activity Based Costing (ABC)” (Studi kasus pada CV. PATT ENGINEERING)”
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Adapun tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok; kelompok pertama meliputi, mengidentifikasi aktifitas, menentukan biaya terkait, mengelompokkan aktivitas yang seragam, menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan. Tahapan kedua meliputi: perhitungan biaya pembebanan (overhead costing) pada tiap aktivitas, dan tahap ketiga menghitung dan membandingkan biaya produksi dengan menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing, mengetahui terjadinya overcost dan undercost produk.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produksi menggunakan Activity Based Costing (ABC) pada CV. PATT ENGINEERING lebih akurat di bandingkan menggunakan metode tradisional. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan hasil analisis penentuan harga pokok produksi pada masing- masing produk yang dihitung dengan metode tradisional dan Activity Based Costing (ABC), untuk hasil data yang mengalami undercost adalah jenis EMT Poertable Rp -597.392,18; EMT TM Rp.-1.051.691,69; EVM Rp.-285.445,24; TFS Rp.-310.704,65. Sedangkan hasil data yang mengalami overcost adalah produk EMT Panel Rp.18.532,56; DTF Online (5Slave) Rp. 1.251.192,00; Rp.VIM 329.367, 81.
ENGLISH:
Cost of production activity plays a role in determining the calculation of cost of goods production and resulted in the determination of the exact selling price. Cost of management such as the use of Activity Based Costing are: Elimination (ABC) play a role in determining the cost of goods production. Activity Based Costing (ABC) can help analyze the data calculation occurs when overcosted and undercost on each product. From this background necessary to study entitled "analysis determining the cost of production based on the" Activity Based Costing (ABC) "(Case Study at CV. PATT ENGINEERING"
This research used descriptive quantitative research. The stages of this study were divided into three groups; The first group included, identifying activities, determine the associated costs, uniform grouping activity, combining the cost of activities grouped. The second step included: calculating the cost of loading (overhead costing) for each activity, and the third stage of calculating and comparing the cost of production by using the conventional method and the method of activity based costing, knowing the overcosted and undercosted product.
From the results of the study showed that the cost of goods produced using Activity Based Costing are: Elimination (ABC) on CV. PATT ENGINEERING more accurately compared using traditional methods. It can be seen from the results of the analysis of differences in the determination of the price of the staple production on each product calculated by traditional methods and Activity Based Costing are: Elimination (ABC), proceeds to data that experiencing undercost is a type of EMT Poertable Rp-597.392, 18; EMT CE IDR-1.051.691,69; EVM IDR-285.445,24; TFS Rp 310.704.-,65. While the results data that is experiencing is overcost EMT Panels Rp 18.532,56; DTF Online (5Slave) of Rp. 1.251.192 b; RP. VIM 329.367, 81
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Industri produk elektronik
merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia.
Kebutuhan akan produk-produk dari industri elektronik terus meningkat sejalan
dengan banyaknya permintaan barang elektronik oleh masyarakat sehingga dapat
menunjang berbagai aktifitas. Industri elektronik Indonesia berperan penting
sebagai sumber devisa bagi negara karena peminat produk elektronik tidak hanya
di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Berdasarkan ranking International
Trade Centre, Trade Map-International Trade Statistics 2013 Asean Electronics
Exports by Country, Indonesia berada pada posisi 29 dengan rate pertumbuhan
lima tahun sebesar 28,1%. Selain itu, data Growth From Knowledge (GFK)
Indonesia, lembaga riset produk elektronik, mencatat, nilai pasar dari 40 tipe
produk elektronik di Indonesia sepanjang 2010 mencapai Rp 83 triliun atau naik
17% dari tahun 2009 (Kemenperin, 2014).
Situasi perkembangan inilah
mendorong dengan cepatnya perusahaanperusahaan industri elektronik di Indonesia
untuk lebih siap menghadapi persaingan di era perdagangan yang telah lama dan
berpengalaman dalam dunia bisnis terutama dalam menghadapi persaingan di era
perdagangan bebas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), masyarakat ekonomi
asean (MEA) yang akan berlangsung mulai Januari 2016 mendatang, perusahaan
Indonesia masih memerlukan proteksi dari pemerintah agar dalam jangka panjang
dapat 1 memenangkan persaingan dengan perusahaan asing yang mampu menghasilkan
produk dan jasa dengan lebih efesien. Namun dengan perlindungan yang terus
menerus kepada perusahaan Indonesia, tidak akan baik terhadap pertumbuhan
jangka panjang industrilialisasi di Indonesia. Sehingga strategi yang tepat adalah
menjadi perusahaan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan konsumen, menghasilkan
produk dan jasa yang bermutu dan cost effective, sehingga perusahaan di
Indonesia memiliki kemampuan bertahan dan berkembang dalam menghadapi
persaingan global.
Hal ini menuntut pihak
manajemen perusahaan agar lebih efisien dan kompetitif yaitu dengan menerapkan
strategi yang tepat dalam menjalankan perusahaan dan menciptakan suatu
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Selain itu perusahaan harus memiliki
daya saing yang tinggi yaitu berkaitan dengan kualitas, biaya-biaya pengiriman
dan pelayanan (Faridah, 2011). Salah satu unsur yang perlu diperhatikan untuk
dijadikan pedoman adalah bagaimana perusahaan menentukan harga pokok yang
dihasilkan, seperti penjelasan dalam Al-qur’an Surat An-Nisa: 29 menjelaskan
bahwa setiap orang berhak menjual atau tidak menjual apa yang dimilikinya.
Demikian pula setiap orang berhak membeli atau tidak membeli apa yang
diinginkannya. 2 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu” (An-Nisa’:29). Hal ini juga
ditegaskan dalam Hadis: “sesungguhnya jual beli hanya bisa dilakukan atas dasar
suka sama suka”. (Ibnu Majah:2176). Rasulullah juga melarang jual beli yang
dilakukan dalam keadaan terpaksa seperti diceritakan Ali bin Abi Thalib (Abu
Daud:2935).
Dimana biaya yang dibebankan pada produk tidak overcosted (dibebani
biaya lebih dari yang seharusnya) dan juga tidak undercosted (dibebani biaya
kurang dari yang seharusnya) sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual
produk yang bersaing atau bahkan lebih murah dibandingkan pesaing dengan
kualitas yang sama (Kotler, 2008). Informasi dan pengumpulan biaya produksi
akan menentukan perhitungan harga pokok produksi dan menghasilkan penetapan
harga jual yang tepat. Sistem biaya yang dapat memberikan informasi biaya dan
menentukan besarnya biaya sangat diperlukan dalam permasalahan ini. Penentuan
harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing (ABC) dilakukan
untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat
memberikan analisis biaya yang detail. Penelitian metode Activity Based Costing
(ABC) dilakukan oleh Iqbal (2013) di sebuah perusahaan tekstil Pakistan.
Activity Based Costing (ABC) digunakan sebagai metode yang paling akurat oleh
beberapa peneliti, dalam buku akuntansi metode Activity Based Costing (ABC)
lebih baik daripada metode 3 tradisional. Sebagian besar perusahaan tekstil di
Pakistan menggunakan metode tradisional dalam perhitungan biaya produksi.
Menurut penelitian hanya 12% dari perusahaan yang menggunakan metode Activity
Based Costing (ABC), dan 88 % menggunakan metode tradisional. Metode Activity
Based Costing (ABC) berhasil diterapkan di perusahaan tekstil Pakistan, dan
menunjukkan bahwa metode ini lebih akurat dibanding dengan metode tradisional.
Penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2013) di India, yaitu membandingkan
metode tradisional pada perusahaan automobil. Activity Based Costing (ABC)
merupakan metode yang mengukur biaya dari kegiatan dan sumber daya. Penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan penerapan metode Activity Based Costing (ABC)
dengan metode tradisional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode Activity
Based Costing (ABC) lebih akurat dibandingkan dengan metode tradisional.
Perusahaan bisa mendapatkan
keuntungan dengan meningkatkan penjualan sesuai dengan permintaan. Selain itu
Activity Based Costing (ABC) adalah suatu pendekatan penentuan biaya produksi
berdasarkan atas konsumsi sumber daya yang didasarkan atas aktifitas. ABC bukan
sekedar sistem informasi biaya untuk tujuan penentuan secara akurat untuk
biaya. Namun lebih jauh dari itu ABC didesain untuk tujuan penyedian informasi
bagi semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemberdayaan
karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan
melalui cost leadeship strategy. CV. PATT ENGINEERING adalah perusahaan
manufaktur yang bergerak dibidang produk-produk elektronik, elektrikal, dan
mekanikal produk. CV. PATT 4 ENGINEERING tentu saja bisa menentukan biaya
produksi dengan tepat agar dapat meminimalisikan distorsi. CV. PATT ENGINEERING
selama ini mengalami permasalahan pada pengendalian biaya produksi yang tinggi
berimbas pada naiknya harga jual. Terjadinya pembengkakan biaya produksi
dikarenakan belum adanya manajemen biaya yang baik. Penetapan biaya yang
dipakai perusahaan saat ini didasarkan pada data biaya masa lalu yang kemudian
dibuat taksiran biaya yang akan terjadi.
Berdasarkan data hasil analisis sebelumnya pada CV. PATT
ENGINEERING diketahui bahwa terdapat pengklasifikasian biaya yang kurang tepat
dan adanya alokasi biaya bersama. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam
perhitungan harga pokok produksi. Seperti contoh dalam menetapkan harga pokok
produksi produk elektronik jenis DTF Online (5 Slav) 1 unit berdasarkan
perhitungan analisis adalah sebesar Rp.27.253.741,46 per unit yaitu lebih
rendah Rp.28.504.933,46 per unit dari perhitungan perusahaan sebesar Rp.
28.504.933,46 per unit. Jadi sangat jelas sekali dalam rangka menentukan biaya
produksi, organisasi apapun baik berorientasi mencari keuntungan atau tidak
berorientasi mencari keuntungan perlu memperhitungkan seberapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk proses aktifitas produksi, sehingga perusahaan tidak
mengalami kerugian penetapan biaya produksi terlalu tinggi dan mengakibatkan
tidak laku dipasaran bagi perusahaan yang berorientasi mencari keuntungan. Oleh
karena itu penulis mencoba menerapkan metode Activity Based Costing (ABC) dalam
menentukan biaya produksi pada CV. PATT ENGINEERING sehingga nantinya akan
dapat diketahui tarif yang lebih akurat dan tepat untuk produksi alat-alat 5
elektronik pada CV. PATT ENGINEERING dan nantinya dapat mengakibatkan banyaknya
jenis biaya dan aktivitas yang terjadi, sehingga menuntut ketepatan pembebanan
biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode Activity Based
Costing (ABC) dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya pada setiap
aktivitas. Dengan menggunakan banyaknya penggerak biaya (cost driver) yang
digunakan dalam pembebanan biaya overhead, metode Activity Based Costing (ABC)
akan dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan
pembebanan biaya lebih akurat. Sehingga berdasarkan penjelasan diatas sangat
perlu dilakukan penelitian pada CV. PATT ENGINEERING, terutama tentang analisa
perhitungan tentang harga pokok produksi alat-alat elektronik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisonal pada CV. PATT
ENGINEERING?
2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode Activity Based Costing (ABC) pada CV. PATT ENGINEERING?
3. Bagaimanakah perbandingan
harga pokok produksi antara menggunakan metode tradisonal dengan metode
Activity Based Costing (ABC) pada CV. PATT ENGINEERING, sehingga dapat
menentuhan harga pokok produksi lebih akurat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui
perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode tradisonal pada CV.
PATT ENGINEERING.
2. Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan menggunakan metode
Activity Based Costing (ABC) pada CV. PATT ENGINEERING.
3. Untuk mengetahui perbedaan perbandingan harga pokok produksi
antara menggunakan metode tradisonal dengan metode Activity Based Costing (ABC)
pada CV. PATT ENGINEERING, sehingga dapat menentuhan harga pokok produksi lebih
akurat.
1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan yang diambil
dalam kasus ini adalah :
1. Biaya yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku langsung dan biaya overhead yang
berhubungan dengan kegiatan produksi.
2. Biaya operasional di
analisis dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterampilan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan biaya produksi, terhadap permasalahan
perusahaan..
2. Memberikan informasi yang akurat kepada pihak perusahaan tentang
biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi : Analisis penentuan harga pokok produksi berdasarkan "activity based costing": Studi kasus pada CV. Patt Engineering. Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment