Abstract
INDONESIA:
SAK ETAP merupakan kepanjangan dari Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) untuk perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha khususnya Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penyajian laporan keuangan dan bagaimana kualitas pelaporan keuangan UMKM dengan penerapan SAK-ETAP pada UMKM di Kota Malang.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak UMKM. Sedangkan data sekunder yang digunakan buku-buku dan dokumen- dokumen yang terkait dengan penerapan SAK-ETAP. Teknik analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan objek UMKM dalam bentuk kata-kata atau pernyataan berdasarkan data, menganalisis dan merekomendasikan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK-ETAP
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan UMKM bisa disajikan sesuai dengan SAK-ETAP yang sebelumnya masih menggunakan pencatatan keuangan sederhana, hal ini didasarkan pada kuranganya sumber daya yang memahami tentang laporan keuangan yang sesuai dengan standart. Kurangnya kesadaran oleh pihak UMKM tentang pentingnya penyajian laporan keuangan yang lengkap dan sesuai standart.
ENGLISH:
SAK-ETAP is a continuation of Financial Accounting Standards for Entities without Public Accountability established by the Indonesian Institute of Accountants for small and medium-sized companies. SAK-ETAP is intended for all business units, especially micro, small and medium (SMEC) in drawing up the financial statements in accordance with the standards that have been set. This research was conducted to find out how the presentation of the financial statements and how the quality of financial reporting of small medium enterprises (SMEs) with the application of SAK-ETAP-on SMEC in the city of Malang.
This research is a descriptive qualitative research with primary and secondary data. Primary data obtained from direct interviews with the SMEC. While secondary data used books and documents related to the application of SAK-ETAP. Technique of data analysis was done by a descriptive qualitative analysis that describes the object of SMEs in the form of words or statements based on data, analyse and recommend financial statements in accordance with SAK-ETAP.
The results of this study indicate that the financial statements of SMEs can be presented in accordance with SAK-ETAP previously still using simple financial records, It is based on a lack of resources who understand about the financial statements that comply with the standard. The lack of consciousness by SMEC about the importance of presentation of a financial statement that complete and appropriate standard.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UMKM juga berperan
dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter di saat
perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.
Saat ini, UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun
pendapatan negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UMKM
hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.
Padahal sebenarnya UMKM
sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.
UMKM merupakan penopang ekonomi Indonesia. UMKM juga berperan dalam memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat
dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan
stabilitas nasional.(Noe;2014) 2 . Tabel 1.1 Kondisi UMKM di Indonesia Tahun
2009-2012 Sumber : www.depkop.go.id Data statistik menyebutkan bahwa jumlah
UMKM di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga tahun 2012. Pada
tahun 2009 jumlah UMKM di Indonesia ada sebanyak 52.764.750 unit usaha dan pada
tahun 2012 jumlah tersebut meningkat hingga mencapai 56.534.592 unit usaha.
Jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor UMKM pun semakin meningkat
tiap tahunnya. Pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak
96.193.623 orang hingga pada tahun 2012 jumlah tenaga di Indonesia yang mampu
diserap oleh UMKM mencapai 107.657.509 orang.(Depkop : 2014) UMKM turut
berkontribusi dalam peningkatan nilai PDB. Hal ini terbukti dari jumlah PDB
dari sektor UMKM sendiri yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009
nilai PDB yang dihasilkan sebesar Rp 1.212.519,3 milyar dan pada tahun 2012
nilai tersebut meningkat hingga Rp 1.451.460,2 milyar. UMKM di Indonesia mampu
melakukan kegiatan ekspor dengan nilai ekspor yang bertambah tiap tahunnya.
Pada tahun 2009 nilai ekspor
dari sektor UMKM sebesar Rp 162.254,5 milyar dan pada tahun 2012 nilai ekspor
tersebut meningkat menjadi Rp 166.626,5 milyar. Unit Usaha (Unit) Tenaga Kerja
(orang) Total Sumbangan UMKM terhadap PDB atas Dasar Harga Konstan (Rp. Milyar)
Total Produksi UMKM (Rp. Milyar) Tahun 2009 52.764.750 96.193.623 1.212.519,3
162.254,5 Tahun 2010 54.114.821 98.238.913 1.282.571,8 175.894,9 Tahun 2011
55.206.444 101.722.458 1.369.326,0 187.441,82 Tahun 2012 56.534.592 107.657.509
1.451.460,2 166.626,5 3 Akan tetapi tidak semua lembaga keuangan bisa
memberikan tambahan dana untuk mengembangkan usahanya. Untuk memperoleh
tambahan modal sebagai pengembangan usaha, lembaga keuangan mensyaratkan kepada
UMKM untuk menunjukkan laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan lembaga
keuangan memberikan modal.
Untuk memperoleh tambahan modal UMKM harus menyusun secara tertata
setiap laporan keuangan yang disajikan. Dengan melakukan penyusunan laporan
keuangan, juga akan memudahkan bagi pihak manajemen UMKM untuk menentukan
keputusan yang akan diambil bagi UMKM. Akan tetapi bagi pihak lembaga keuangan
penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Karena standart keuangan yang
digunakan oleh UMKM adalah SAK-ETAP. Perkembangan UMKM di daerah kota Malang
sangatlah signifikan karena kota Malang merupakan salah satu kota di Indonesia
yang memiliki UMKM di berbagai sektor usaha. Kota Malang yang terdiri dari 5
kecamatan ini memiliki berbagai sektor UMKM potensial untuk dikembangkan
sehingga mampu mengangkat perekonomian daerah. (Depkop : 2014) Saat ini, jumlah
UMKM di Malang tercatat sekitar 499 unit. Pengembangan UMKM di kota Malang
diupayakan bergabung dalam koperasi. UMKM yang kegiatan sejenis bisa membentuk
koperasi. Pada tabel 1.1 menyajikan jumlah unit usaha berbagai sektor UMKM
berdasarkan wilayah di kota Malang pada tahun 2012. 4 Tabel 1.2 Jumlah UMKM
Berdasarkan Wilayah (unit usaha) Tahun 2012 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kota
Malang memiliki 499 UMKM yang dikelompokkan menjadi 7 sektor usaha. Total UMKM
sektor usaha kerajinan mendominasi di kota Malang yaitu berjumlah 209 unit
usaha. Jumlah total UMKM sektor usaha kerajinan di 5 wilayah setelah
digabungkan sebanyak 499 unit usaha. UMKM sektor usaha kerajinan memiliki peran
penting bagi perekonomian. Hal ini disebabkan karena jumlah UMKM sektor usaha
kerajinan yang banyak sehingga UMKM tersebut turut berkontribusi menghasilkan
pendapatan daerah bahkan negara. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Khaidir dengan judul persepsi para pelaku UMKM (Usaha Kecil Dan Menengah)
terhadap penerapan akuntansi di Desa Porame Kecamatan Kinovaro Kabupaten Sigi,
menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa ada
pengaruh penerapan akuntansi terhadap kinerja perusahaan. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Sigit dengan judul penerapan SAK ETAP pada perkoperasian
dalam penyajian laporan keuangan pada koperasi karyawan Yodium Farma PT. Kimia
Farma Tbk. No. Sektor Usaha Blimbing Kedung Kandang Klojen Lowok waru Sukun
Jumlah/ Sektor Usaha 1. Furniture 6 1 0 53 16 76 2. Kerajinan 67 24 39 32 47
209 3. Otomotif 1 2 1 0 0 4 4. Sandang 18 28 29 9 22 106 5. Pangan 35 11 4 16
21 87 6. Elektronik 4 0 1 0 1 6 7. Lain-lain 5 2 2 1 1 11 Sumber : Kantor Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Malang.
Plant Watudakon diketahui
bahwa koperasi karyawan Yodium Farma belum melakukan penerapan standar
akuntansi entitas tanpa akuntanbilitas publik ( SAK ETAP) secara penuh sebagai
standar dalam penyusunan laporan keuangan koperasi, hanya terdiri dari
neraca,laporan perubahan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi
anggota dan laporan perubahan ekuitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Rizki & Sylvia tentang kualitas laporan keuangan UMKM serta prospek
implementasi SAK ETAP, menyatakan bahwa Jenjang pendidikan terakhir beserta
latar belakang pendidikannya tidak terbukti signifikan kualitas laporan
keuangan UMKM di Indonesia saat ini masih tergolong rendah, rendahnya kualitas
laporan keuangan UMKM menyebabkan kualitas laporan keuangan tidak berpengaruh
positif terhadap besarnya jumlah kredit yang diterimanya. SAK ETAP menjadi
harapan untuk dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan UMKM menjadi lebih
baik. Penelitian mengenai SAK-ETAP juga dilakukan oleh Jevon yang dilakukan
pada Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik Pada PT Tunas Dwipa Matra (TDMN), dari hasil penelitian diketahui bahwa
Laporan keuangan PT TDMN sudah memadai karena pelaporannya sudah sesuai dengan
SAK ETAP.
Dari penelitian terdahulu
yang mengangkat tema tentang SAK-ETAP terdapat permasalahan global yang dialami
oleh setiap pelaku UMKM berkembang di kota Malang yaitu penerapan penyajian
laporan keuangan yang belum sesuai dengan SAK-ETAP oleh karena itu dalam
penelitian ini peneliti mengambil judul yang belum dilakukan oleh penelitian
terdahulu, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan UMKM Dengan
Penerapan 6 SAK-ETAP Di Wilayah Kota Malang (Studi Kasus Pada Keripik Tempe
Sanan)”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan di atas, mendapatkan sebuah rumusan masalah yang harus dijelaskan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Kondisi UMKM di wilayah kota Malang?
2. Bagaimana penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan
pada UMKM di wilayah kota Malang?
1.3 Batasan Penelitian
Untuk menghindari ruang
lingkup yang terlalu melebar sehingga penelitian dapat terarah dengan baik
sesuai dengan tujuan penelitan serta dengan segala kekuarangan dan keterbatasan
peneliti maka perlu adanya batasan penelitian. Batasan penelitian ini adalah
: 1. Penelitian dilakukan di kecamatan Blimbing.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Kualitas
pelaporan keuangan UMKM dengan penerapan SAK ETAP. 2. Mengetahui penerapan SAK
ETAP pada UMKM di wilayah kota Malang.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pengembangan Teoris Sebagai sumbangan pemikiran bagi disiplin
ilmu akuntansi khususnya yang bergerak dibidang Usaha Micro Kecil dan Menengah.
2. Bagi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
penerapan standart akuntansi keuangan ETAP sehingga dapat membantu pemilik
usaha dalam menyajikan laporan keuangan serta memperoleh informasi keuangan
yang tepat, sehingga dapat membantu pemilik dalam hal pengambilan keputusan.
3. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang
meneliti hal yang sama, serta mendorong dilakukannya penelitian-penelitian
dalam penyempurnaan UMKM pada standart akuntansi keuangan ETAP, sehingga
semakin banyak penelitian di bidang ini diharapkan hasil dan temuan-temuan
penelitian tersebut dapat digeneralisasi, dan riset bidang akuntansi khususnya
informasi akuntansi.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Akutansi :Peningkatan kualitas pelaporan keuangan UMKM dengan penerapan SAK-ETAP di wilayah Kota Malang: Studi kasus pada Keripik Tempe Sanan" silakan klik link dibawah ini
No comments:
Post a Comment